• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Produksi

Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa-jasa lain yang disebut output. Banyak jenis aktifitas yang terjadi didalam proses produksi, yang meliputi perubahan-perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Masing-masing perubahan ini menyangkut penggunaan input untuk menghasikan output yang diinginkan. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa (Sudarman, 1999).

Produksi merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat tersebut terdiri dari faedah bentuk, waktuk, tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut diatas. Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan produksi (Ahyari, 2004)

Produksi merupakan hasil akhir dalam proses dan aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output (Joersron dan Fathirrozi, 2003).

Sugiarto, dkk (2007) menyatakan bahwa produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input) sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan yang

(2)

4

artinya bahwa setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan.

Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lainnya. Kalau salah satu faktor tidak tersedia, maka poses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor tersebut diatas (Asnil, dkk, 2010).

2.1.1 Fungsi Produksi

Hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi, seperti telah dijelaskan, dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Di dalam teori ekonomi, didalam teori ekonomi, dalam menganalisis masalah ekonomi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja di pandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan adalah hubungan antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai (Sukirno, 2006).

Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula

dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output (Sukirno, 2010).

(3)

5

2.1.2 Teori Cobb-Douglass

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi perpangkatan yang terdiri dari dua variabel atau lebih, dimana variabel yang satu disebut variabel yang dijelaskan Y (Variabel tidak bebas) dan yang lain disebut variabel yang menjelaskan X (Variabel bebas). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya adalah dengan cara regresi dimana variasi Y akan dipengaruhi oleh variasi X (Soekartawi, 1990).

Sudarman (1997 dalam Amat Muhyidin, 2010) menyatakann fungsi produksi Cobb-Douglas sering digunakan dalam penelitian ekonomi praktis, dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui beberapa aspek produksi, seperti produksi marginal (marginal product), produksi rata-rata (average product), tingkat kemampuan batas untuk mensubstitusi (marginal rate of substitution), intensitas penggunaan faktor produksi (factorintensity), efisiensi produksi (efisiensi of production) secara mudah dengan jalan manipulasi secara matematis.

Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu

a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relative lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return

to scale

(4)

6

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut:

a Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference intherespectif technologies). Ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan.

(Soekartawi, 2003).

2.2 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor genetik, dan teknik budidaya tanaman. Faktor lingkungan (enforce) yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit meliputi faktor abiotik (curah hujan, hari hujan, tanah, topografi) dan faktor biotik (gulma, hama, jumlah populasi tanaman/ha). Faktor genetik (innate) meliputi varietas bibit yang digunakan dan umur tanaman kelapa sawit. Faktor teknik budidaya (induce) meliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman, serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain (Pahan, 2010).

(5)

7

Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya. Teknik budidaya kelapa sawit merupakan faktor penting dalam memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar rekomendasi dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Salah satu usaha teknik budidaya yang penting adalah pemupukan. Menurut (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003) akibat kesalahan pemupukan dapat menurunkan produksi TBS hingga 13% dari produksi normal.

2.3 Kelas Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan menurut FAO tahun 1976 adalah proses penilaian penampilan lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu (Nachnor, dkk, 2017).

Kesesuaian lahan diperoleh dari penilaian kriteria lahan secara objektif. Acuan penilaian kesesuaian lahan yaitu penggunaan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang sudah dikenal, baik yang bersifat umum ataupun khusus. Hasil penilaian berupa kelas dan subkelas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat. Faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya (Ritung, dkk, 2007). Kelas kesesuaian lahan pada prinsipnya ditetapkan dengan mencocokkan (matching) antara data kualitas/karakteristik lahan dari setiap satuan peta dengan kriteria kelas kesesuian lahan untuk masing-masing komoditas yang dievaluasi. Berikut klasifikasi masing-masing kelas lahan disajikan pada tabel 2.1.

(6)

8

Tabel 2.1 Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit

S1 S2 S3 N 25-28 28-32 32-35 > 35 22-25 20-22 < 20 1.700-2.500 1.450-1.700 1.250-1.450 < 1.250 2.500-3.500 3.500-4.000 > 4.000 <2 - - -15 15-35 35-55 > 55 75-100 50-75 < 50 > 16 ≤ 16 - -> 20 ≤ 20 5,0-6,5 4,2-5,0 <4,2 6,5-6,5 >7,0 > 0,8 ≤ 0,8 < 2 >125 100-125 60-100 <60 < 8

sangat rendah rendah-

sedang berat sangat berat Retensi hara (nr) Media perakaran (rc) Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) Lereng (%) Bahaya Erosi (eh) C-organik Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) Sodisitas (xn) kedalaman sulfidik(cm) Bahaya Erosi (eh)

Tekstur halus,agak

halus,sedang - agak kasar kasar

pH H₂0

Curah hujan(mm) Lama masa kering (bulan) ketersedian oksigen

Drainase baik, sedang agak

terhambat

terhambat,agak cepat

sangat terhambat, cepat KELAS KESESUAIAN LAHAN

KARAKTERISTIK LAHAN

Temperatur rerata(˚C) Temperatur(fc)

Ketersediaan air (wa)

Sumber : Djaenudin, dkk, (2003).

Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit selanjutnya akan dianalisis. Analisis akan dilakukan dengan metode matching menggunakan faktor pembatas (limiting factor) berdasarkan parameter yang ada. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit yaitu:

(7)

9 Tabel 2.2 Klasifikasi Kelas Kesesuaian

Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

Kelas S1 (Sangat Sesuai) Lahan yang tidak memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal). Kelas S2 (Sesuai) Lahan yang memiliki tidak lebih dari

satu pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang.

Kelas S3 (Kurang Sesuai) Lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat.

Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat)

Lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki

Kelas N2

(Tidak Sesuai Permanen)

Lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.

Sumber: (Lubis, 2008).

2.4 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2.4.1 Kesesuaian iklim

Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang banyak dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan (Lubis, 2008).

(8)

10

Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan tanaman lainnya (Sulistyo, 2010).

Kondisi curah hujan yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan bunga betina menjadi buah yang gagal terbentuk. Sebaliknya curah hujan yang rendah berdampak pada suplai air yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Pangaribuan, 2001).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27º C dengan suhu maksimum 33º C dan suhu minmum 22º C sepanjang waktu. Curah hujan rata – rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 – 3.000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan ), curah hujan optimal berkisar 1.750 – 2.500 mm. Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi). Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dpl areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 mdpl tidak disarankan lagi untuk perkebunan kelapa sawit (Sulistyo, dkk, 2010).

2.4.2 Suhu Udara dan Lama Penyinaran Matahari

Suhu rata-rata tahunan dalam geografi dimana untuk penyebaran pertanaman kelapa sawit komersial (budidaya) yaitu rata-rata suhu minimum berkisar antara 22oC -240C, dan maksimum antara 290C - 330C (Hardon, et al, 2002).

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari (Litbangtan, 2008). Rata-rata penyinaran 6 jam/hari, minimum 1600 jam/tahun dengan intensitas di atas 60%.

(9)

11

2.4.3 Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin

Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi. Kecepatan angin pada kelapa sawit memberikan dua pengaruh yaitu bila angin dengan kecepatan 5-6 km/jam akan membantu dalam proses penyerbukan (Fauzi, dkk, 2007). Kecepatan angin yang lebih dari 160 km/jam (badai tropis) akan merusak tanaman.

2.5 Tanah

Menurut Lubis (2008), kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah: a. Solum tebal 80 cm. solum yang tebal merupakan media yang baik bagi

perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

b. Tekstur ringan, di kehendaki memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 20 -50%.

c. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

d. PH tanah sangat terkait ketersediaan hara yang dapat di serap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah 5-5,5.

e. Kandungan unsur hara tinggi. C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0,1%. Daya tukar Mg=0,4-1,0 me/100 gr. Daya tukar K=0,15-0,20 me/100 gr.

2.5.1 Sifat fisik tanah

Karakteristik fisik lahan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah yang diikuti

(10)

12

dengan berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah-tanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur (Yahya et al, 2010).

2.5.2 Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa. Kekurangan suatu unsur hara pada areal penanaman kelapa sawit dapat di atasi dengan pemupukan. Walaupun demikian tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Fauzi, dkk, 2012).

2.6 Pemupukan dan Kultur Teknis

Pemupukan pada tanaman menghasilkan merupakan hal terpenting ditinjau dari kegunaannya ataupun biaya yang digunakan. Teknik aplikasi, dosis, jenis pupuk, dan lain-lain tergantung pada beberapa hal seperti :

a. Jenis tanah. b. Umur tanaman.

c. Tingkat produksi yang dicapai. d. Realisasi pemupukan sebelumnya. e. Jenis pupuk yang akan dipakai. f. Tenaga kerja yang tersedia. g. Keadaan penutup tanah.

h. Analisa kadar hara pada daun dan lain-lain (Lubis, 2008),

(11)

13

Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara berasal dari tanah dan pupuk yang diaplikasikan. Hal-hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan yaitu tanah tidak mampu menyediakan hara yang cukup bagi tanaman, tanaman kelapa sawit membutuhkan hara yang banyak untuk mencapai produksi yang tinggi, penggunaan varietas unggul memerlukan hara yang lebih banyak, unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak semua dikembalikan ke dalam tanah (Saputra, 2011).

2.7 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun (Corley, 2003).

Produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah. Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat di capai. Belum tercapainya produksi yang optimal, berhubungan erat dengan kondisi iklim wilayah berfluktuasi musiman dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang belum optimal (Sulistyo, dkk, 2010).

Pentingnya faktor produksi tanah bukan saja dilihat dari segi luas dan sempitnya suatu lahan, tetapi juga dilihat dari segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah daratan pantai, daratan rendah dan daratan tinggi), pemilikan tanah, nilai tanah, fragmentasi tanah dan konsolidasi tanah (Soekartawi, 2003).

(12)

14

Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumberdaya manusia dan keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energy, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar (Sinungan, 2005).

Produktiftas kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah pengembanganya. Belum tercapainya produktifitas tersebut berhubungan erat dengan kondisi iklim yang berfluktuasi musiman. Beberapa faktor lahan selain iklim, yang menentukan kelas kesesuaian lahan meliputi; 5 pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit yang berbeda – beda pada setiap jenis tanah sebagai akibat perbedaan sifat fisik dan kimia tanah (Juliyandi, 2015).

Setiap kesesuaian lahan dapat secara langsung dikaitkan dengan potensi produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Produksi kelapa sawit marjinal berupa tandan buah segar (TBS) ditetapkan berdasarkan pendapatan marjinal. Tingkat produksi potensial yang dapat dicapai untuk bahan tanaman secara umum pada setiap kelas lahan S1, S2, S3, dapat dilihat pada tabel 2.3.

(13)

15

Tabel 2.3. Potensi Produksi Kelapa Sawit Umur 3-25 Tahun Pada Setiap Kelas Kesesuaian lahan.

Umur Tanaman

Kelas S-1 Kelas S-2 Kelas S-3

TBS JT RBT TBS JT RBT TBS JT RBT 3 6 10,8 4,2 5 9,4 4 4 8 3,8 4 16 18,1 6,7 14 16,8 6,3 12 15,1 6 5 19 18,5 7,8 17 17,2 7,5 15 16 7,1 6 23 17,1 10,2 21 16,1 9,9 19 15,5 9,3 7 28 16,1 13,2 26 15,4 12,8 23 15,1 11,5 8 32 15,3 15,8 28 14,8 14,3 26 14,3 13,8 9 34 14,1 18,2 30 13 17,5 27 12,4 16,5 10 35 13 20,4 31 12,5 18,8 28 12,2 17,4 11 35 12,2 21,8 32 11,5 21,1 29 10,8 20,4 12 35 11,4 23,2 32 10,9 22,2 30 10,6 21,4 13 34 10,8 23,9 32 10,6 22,9 30 10,2 22,3 14 33 10,2 24,5 31 9,9 23,7 29,5 9,6 23,3 15 32 9,1 26,6 30 8,9 25,5 28,5 8,7 24,8 16 30,5 8,2 28,2 28,5 7,9 27,3 27 7,7 26,6 17 29 7,6 28,9 27,5 7,4 28,2 26 7,2 27,4 18 28 7,1 30 27 6,9 29,6 25 6,7 28,3 19 27 6,7 30,5 26 6,5 30,3 24 6,1 29,8 20 26 6,2 31,8 25 6 31,6 23 5,6 31,1 21 25,5 5,9 32,8 24 5,7 31,9 22 5,3 31,5 22 25 5,7 33,2 23 5,4 32,3 21 5 31,8 23 24 5,4 33,6 22 5,1 32,7 20 4,7 32,2 24 23 5 34,8 21,5 4,8 33,9 19,5 4,4 33,5 25 22,5 4,8 35,6 21 4,5 35,4 19,5 4,2 35,1 Jumlah 622,5 239,3 535,9 574,5 227,2 519,7 528 215,4 504,9 Rata-rata 27,1 10,4 23,3 25 9,9 22,6 23 9,4 22 (Sumber : PPKS, 2018) Keterangan :

TBS : Tandan Buah Segar (ton/ha/thn) RBT : Rata-rata Berat Tandan (kg/tandan) JT : Jumlah Tandan (tandan/pohon)

Gambar

Tabel 2.1 Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit
Tabel  2.3.  Potensi  Produksi  Kelapa  Sawit  Umur  3-25  Tahun  Pada  Setiap  Kelas Kesesuaian lahan

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa/mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier

Adapun sistem pelayanan sarana air bersih di Kapuas Hulu hingga tahun 2004 tercatat baru dilayani dan dikelola oleh 1 (satu) perusahaan Air Minum (PDAM) dengan sumber air baku

Namun ancaman yang harus dihadapi adalah juga berupa sedikitnya masyarakat yang mengetahui keberadaan Puri Maerakaca serta banyaknya bermunculan obyek wisata yang

Bahan peledak yang digunakan dinamit (dayagelmagnum) 38 x 200 mm, diameter lubang ledak 51 mm, diameter reamer 102 mm, dan detonator non-electric (nonel).Kegiatan

Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan

Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada

Dengan teknik mind mapping ( peta pikiran) siswa dapat menentukan kata kunci atau melihat gambar dapat mudah mengingat materi yang berkaitan dengan gambar atau kata kunci yang

Penggunaan lahan pada tahun 1970-an masih didominasi oleh adanya hutan sebesar 42,7 % dari total luas lahan yang ada di Kecamatan Sumberjaya, pada tahun 1978-an perubahan