• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA RETORIS DALAM KUMPULAN CERPEN FILOSOFI KOPI KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAYA BAHASA RETORIS DALAM KUMPULAN CERPEN FILOSOFI KOPI KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BAHASA RETORIS DALAM KUMPULAN CERPEN FILOSOFI KOPI KARYA DEWI LESTARI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

NOFRIANTI NPM 10080067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

(2)
(3)
(4)

GAYA BAHASA RETORIS DALAM KUMPULAN CERPEN FILOSOFI KOPI KARYA DEWI LESTARI

Oleh

Nofrianti1, Silvia Marni ², Suci Dwinitia ³ 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) & 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan-permasalahan berikut. Pertama, Kumpulan cerpen. Kedua, Kumpulan Cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari, kumpulan cerpen

Filosofi Kopi karya Dewi Lestari merupakan kumpulan cerpen yang dibuat dalam kurun waktu

sepuluh tahun, kumpulan cerpen karya dewi lestari menyiratkan kata-kata indah yang syarat makna dan bisa menjadi pelajaran hidup bagi pembaca, cerita filosofi kopi memiliki makna bahwa seorang manusia yang terlalu haus akan pengakuan dan ambisi suatu saat akan tersadarkan bahwa apa yang dicapai tidaklah membahagiakan. Ketiga, kumpulan cerpen ini juga dianugerahkan sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh majalah tempo. Keempat, adanya gaya bahasa retoris dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi. Relevan dengan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gaya bahasa retoris yang terdapat dalam kumpulan cerpen filosofi kopi karya Dewi Lestari.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data pada penelitian ini adalah teks yang di dalamnya terdapat gaya bahasa retoris. Sumber data adalah Kumpulan cerpen Filosofi Kopi Karya Dewi Lestari. Cerpen tersebut terdiri atas 18 cerpen. Tahap penelitian ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut: (1) membaca kumpulan cerpen Filofofi Kopi karya Dewi Lestari; (2) studi pustaka untuk mencari acuan, pedoman atau referensi yang berkaitan dengan keperluan penelitian; (3) mengumpulkan data (4) mengelompokkan data; (5) melakukan pengabsahan data (6) menganalisis data; (7) menyimpulkan penelitian; dan (8) menulis laporan penelitian.

Dari hasil penelitian ini ditemukan sembilan jenis gaya bahasa retoris. Jenis Gaya bahasa retoris tersebut yaitu aliterasi, asonansi, anastrof, asindenton, elipsis, tautologi, pertanyaan retoris, hiperbola, dan paradoks. Gaya bahasa retoris yang dominan dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari adalah gaya bahasa hiperbola.

(5)

COLLECTION OF ENGLISH STYLE RHETORICAL SHORT STORY PHILOSOPHY OF COFFEE WORKS GODDESS OF SUSTAINABLE

Oleh

Nofrianti1, Silvia Marni ², Suci Dwinitia ³

1) Students STKIP PGRI West Sumatra

2) 3) Lecturer Language Study Program and Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRACK

This research of background by problemss following is. First, Corps short story. Both, Corps Short story Philosophy Copy Everlasting Goddess masterpiece, Philosophy short story corps Copy Everlasting Goddess masterpiece represent short story corps which is made in range of time ten years, everlasting goddess masterpiece short story corps implies beautiful words which is condition mean and can become Iesson of life to reader, coffee philosophy story have meaning that a too human being starve for ambition and confession in a moment will be awaked by that what being reached is not make happy. Thirdly, this short story corps is also bestowed as best belleslettres of year 2006 by tempo magazine. Fourth, existence of Ianguage style of retoris in Philosophy Coffee short story corps. Relevant with problems of this research aim to Ianguage style mendeskripsikan of retoris which there are in philosophy short story corps copy Everlasting Goddess masterpiece. This Research type is research qualitative. Method which is used in this research is descriptive method. Data at this research is text which in it there are Ianguage style of retoris. Source of data is Corps Philosophy short story Copy Everlasting Masterpiece Goddess. The Short story consist of 18 short story. this Research phase is conducted with the following step: ( 1) reading short story corps of Filofofi Copy Everlasting Goddess masterpiece; ( 2) book study to look for reference, reference or guidance related to need of research; ( 3) collecting data ( 4) grouping data; ( 5) [doing/conducting] pengabsahan of data ( 6) analysing data; ( 7) concluding research; and ( 8) writing research report.From result of this research is found by nine Ianguage style type of retoris. Type Style Ianguage of retoris the that is alliteration, assonance, anastrof, asindenton, ellipsis, tautology, question of retoris, hyperbola, and paradox. Ianguage style of retoris dominant in Philosophy short story corps Copy Everlasting Goddess masterpiece is hyperbola Ianguage style

(6)

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan karya yang berisi tentang potret kehidupan manusia. Dalam menyampaikan pemikiran, perasaan, dan pengamatannya, seorang pengarang menggunakan media bahasa. Bahasa yang digunakan oleh seorang pengarang memiliki ciri khas masing-masing. Pada hakikatnya, penggunaan bahasa dalam satu karya sastra berbeda dengan penggunan bahasa dalam sehari-hari. Penggunaan bahasa dalam karya sastra pada prinsipnya seorang pengarang tidak memperhatikan siapa yang menjadi lawan bicaranya (pembacanya). Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen atau cerita pendek memiliki satu permasalahan yang disampaikan pengarang. Akan tetapi seorang cerpenis tetap berupaya untuk mempengaruhi pikiran pembaca melalui bahasa yang digunakannya. Meskipun cerpen memiliki kisah yang relatif singkat, namun di dalam cerpen juga syarat dengan pesan. Pesan yang ingin disampaikan cerpenis tersampaikan kepada pembaca melalui bahasa yang digunakan. Gaya bahasa yang digunakan akan membedakan antara cerpenis yang satu dengan cerpenis lainnya. Ada cerpenis yang senang menyampaikan ceritanya dengan menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Ada pula cerpenis yang senang menggunakan bahasa kiasan untuk menyampaikan maksud dan tujuan ceritanya. Cerpen yang diciptakan cerpenis kadang juga dimuat dalam kumpulan cerpen. Satu di antara kumpulan cerpen yang ada adalah kumpulan cerpen Filosofi Kopi kumpulan cerita dan prosa satu dekade, dari tahun 1995 hingga 2005 karya Dewi Lestari. Kumpulan cerpen ini terdiri dari delapan belas cerpen karya Dewi Lestari, yaitu Filosofi Kopi (1996), Mencari Herman (2004), Surat Yang Tak Pernah Sampai (2001), Salju Gurun (1998), Kunci Hati (1998), Selagi Kau Lelap (2000), Sikat Gigi (1999), Jembatan Zaman (1998), Kuda Liar (1998), Sepotong Kue Kuning (1999), Diam(2000), Cuaca (1998), Lara Lana (2005), Lilin Merah (1998), Spasi (1998), Cetak Biru (1998), Budha Bar (2005), dan Rico de Coro (1995).

Pada penelitian ini peneliti ingin melihat gaya bahasa retoris. Hal tersebut karena gaya bahasa retoris semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Efek tersebut akan menimbulkan efek keindahan, disinilah peneliti ingin mentelaah lebih jauh tentang Filosofi Kopi karya Dewi Lestari. Kumpulan cerpen ini diciptakan oleh Dewi Lestari yang akrab dipanggil Dee. Cerpen-cerpen yang dimuat dalam buku ini merupakan karya Dewi Lestari dalam kurun waktu 10 tahun karyanya. Kumpulan cerpen ini menyuguhkan cerita dengan bahasa yang sederhana. Di dalam rangkaian cerpen ini dapat dilihat seperti apa gaya bahasa yang digunakan Dewi Lestari dalam Karyanya. Dewi Lestari lahir di Bandung pada tanggal 20 Januari 1976. Dewi Lestari dikenal melalui novel serialnya Supernova. Dewi Lestari merupakan pengarang yang peka terhadap ritme kalimat. Kalimat berhenti atau terus menurut Dewi Lestari tidak hanya berdasarkan isi selesai atau belum, tetapi berhenti atau terus pada momen yang tepat. Penelitian ini penting dilakukan karena kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari merupakan kumpulan cerpen yang dibuat Dewi Lestari dalam kurun waktu sepuluh tahun. Filosofi

Kopi ini mampu menyiratkan kata-kata indah dengan syarat makna yang ketika direnungkan

semua akan menjadi pelajaran hidup seperti halnya Filosofi Kopi. Cerita Filosofi Kopi memiliki makna bahwasanya seorang manusia yang terlalu haus akan pengakuan dan ambisi suatu saat akan tersadarkan bahwa apa yang dicapai tidaklah membahagiakan, buku ini juga dianugerahkan sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh Majalah Tempo. Hasil penelitian ini akan dapat di implikasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk kelas IX Semester I Sekolah Menengah Pertama, dengan Standar Kompetensi “Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen)” dengan Kompetensi dasar “Menemukan tema, latar, tokoh, alur, amanat dan gaya bahasa pada cerpen.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan meneliti penggunaan “Gaya Bahasa Retoris dalam Kumpulan Cerpen Filosofi Kopi Karya Dewi Lestari”.

(7)

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kuatitatif adalah suatu penelitian yang mengutamakan proses atau kualitas dari apa yang diteliti. Menurut Moleong (2010:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengemukakan fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Semi (1993:23) metode penelitian deskriptif adalah data yang diperoleh tanpa mengartikannya dengan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep yang sedang dikaji secara empiris. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini mendeskripsikan gaya bahasa retoris dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi Karya Dewi Lestari.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sembilan jenis gaya bahsaa retoris pada kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari. Dari sembilan jenis gaya bahasa retoris tersebut diantaranya terdapat lima puluh sembilan kutipan yang memiliki gaya bahasa retoris yaitu, aliterasi enem kutipan, asonansi delapan kutipan, anastrof lima kutipan, asindenton enem kutipan, ellipsis empat kutipan, tautologi satu kutipan, pertanyaan retoris atau erotesis emapat kutipan, hiperbola dua puluh empat kutipan, dan Paradoks satu kutipan. Berikut ini akan dijabarkan satu per satu.

1. Aliterasi

Pengarang menggunakan gaya bahasa aliterasi bermaksud untuk memberikan keindahan dan penekanan terhadap kata-kata yang dimaksud, sehingga pengarang tertarik untuk membaca cerpen. Gaya bahasa aliterasi terdapat dalam cerpen, yaitu (1) Filosofi Kopi sebanyak 1 kutipan, (2) Mencari Herman sebanyak 1 kutipan, (3) Selagi Kau Lelap sesbanyak 2 kutipan, (4), Lilin

Merah sebanyak 1 kutipan, (5) Budha Bar sebanyak 1 kutipan. Adapun rinciannya adalah sebagai

berikut:

Pada cerpen Filosofi Kopi terdapat satu kutipan gaya bahasa aliterasi, yaitu.

Ada yang bilang bikin seger, bikin tentram, bikin sabar, bikin tenang, bikin kangen…. (FK, 22:1996).

Gaya bahasa aliterasi pada kutipan di atas ditandai dengan adanya perulangan bunyi konsonan [b]. Fungsi gaya bahasa aliterasi di atas adalah mempuitiskan. Fungsi gaya bahasa mempuitiskan adalah untuk mengindahkan pernyataan yang terdapat di dalam gaya bahasa. Keindahan itu diciptakan pengarang dengan cara manipulasi kata-kata sehingga pembaca menjadi tertarik membaca cerpen. Pembaca juga dapat merasakan keromantisan pengarang sehingga pembaca terhanyut dengan permainan kata-kata yang digunakanya. Pembaca juga bisa merasakan perasaan yang dirasakan tokoh yang sedang merasakan perasaan yang sangat menyenangkan baginya. Selain itu pengarang ingin menyampaikan pada pembaca bahwa kopi yang disebutkan di sana memanglah kopi yang paling enak di dunia

2. Asonansi

Gaya bahasa asonansi adalah yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Gaya bahasa ini biasanya digunakan untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan terhadap kata-kata yang dimaksud, sehingga pembaca tertarik untuk membaca cerpen. Gaya bahasa asonansi terdapat pada cerpen, yaitu (1) Mencari Herman sebanyak satu kutipan, (2) Kunci

Hati sebanyak satu kutipan, (3) Kuda Liar Sebanyak dua kutipan, (4) Cuaca sebanyak dua

kutipan, (5) Spasi sebanyak dua kutipan. adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Pada cerpen mencari herman terdapat satu kutipan gaya bahasa asonansi, yaitu.

Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan. (MH, 31:2004).

Gaya bahasa asonansi pada kutipan di atas ditandai dengan adanya perulangan bunyi vokal [a]. Fungsi gaya bahasa asonansi di atas adalah mempuitiskan. Fungsi gaya bahasa mempuitiskan adalah untuk mengindahkan pernyataan yang terdapat di dalam gaya bahasa. Keindahan itu diciptakan pengarang dengan cara manipulasi kata-kata, sehingga pembaca menjadi tertarik membaca cerpen. Pembaca juga dapat merasakan keromantisan pengarang sehingga

(8)

pembaca terhanyut dengan permainan kata-kata yang digunakannya. Pembaca juga bisa merasakan perasaan yang dirasakan tokoh yang sedang merasakan kegelisahan antara dua pilihan sehingga pengarang pembaca mengetahui bahwa memiliki satu pilihan adalah hal yang sangat baik untuk dilakukan

3. Anastrof

Anastrof adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Gaya bahasa anastrof terdapat dalam cerpen, yaitu (1) Filosofi Kopi sebanyak empat kutipan, (2) Mencari Herman sebanyak satu kutipan. Adapaun rinciannya adalah sebagai berikut.

Pada cerpen Filosofi Kopi terdapat empat kutipan gaya bahasa anastrof sebagai berikut:

Malam itu ben mengungkapkanya padaku, saat kami menghirup kopi panas pertama kami, larut malam di kursi bar. (FK,1996:8).

Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa anastrof, peneliti beralasan karena susunan kalimat malam itu, Ben mengungkapkannya padaku, dapat dibalikkan menjadi Ben menggungkapkannya padaku malam itu. Namun, untuk menekankan pada gaya kalimatnya pengarang menggunakan gaya anastrof. Selain itu, pada kutipan tersebut pengarang ingin pembaca memahami bahwa tokoh Ben mengungkapkan perasaannya yang gundah pada sahabatnya. Oleh karena itu, pengarang mengungkapkan suasana malam pada cerita Filosofi Kopi. 4. Asindenton

Asindenton suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan tanda koma. Gaya bahasa asindenton terdapat dalam cerpen, yaitu (1) Filosofi Kopi sebanyak dua kutipan, (2) Surat Yang Tak Pernah Sampai sebanyak satu kutipan, (3) Selagi Kau Lelap sebanyak satu kutipa, (4) Diam sebanyak satu kutipan, (5) Rico De Coro sebanyak satu kutipan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut.

Pada cerpen Filosofi Kopi terdapat dua kutipan gaya bahasa asindenton.

Tapi, orang-orang yang ke mari biasanya tetap saja mau bayar, Ada yang kasih 150, perak, 100, 200…ya, berapa sajalah.‟(FK, 1996:21).

Pengarang menggunakan gaya bahasa asindenton dengan maksud gagasan yang disampaikan itu mempunyai derajat yang sama. Pada kutipan di atas semua tidak dihubungkan dengan kata sambung karena memiliki derajat yang sama. Pada kutipan tersebut pengarang menyatakan bahwa banyak uang yang telah mereka hasilkan dari usaha kopi yang mereka dirikan. Di bagian akhir kalimat tokoh ingin menyampaikan bahwa penghasilkan yang mereka terima bisa lebih dari 200 perak.

5. Elipsis

Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Gaya bahasa elipsis terdapat dalam cerpen, yaitu: (1) Filisofi Kopi sebanyak dua kutipan, (2) Surat yang Tak Pernah Sampai sebanyak satu kutipan, (3) Salju Gurun sebanyak satu kutipan. adapun rinciannya adalah sebagai berikut.

Pada cerpen Filosofi Kopi terdapat dua kutipan gaya bahasa elipsis yaitu.

Ben Cuma membisu. Hanya matanya diliputi misteri. Perlahan, aku ikut menenggak, dan……(fk, 1996:21).

Pada kutipan di atas pengarang menggunakan gaya bahasa elipsis bermaksud untuk menghilangkan suatu unsur kalimat, namun pembaca sudah dapat menyambung atau menafsirkan kalimat tersebut. Pada kalimat di atas diakhiri dengan kata „dan…‟ yang berarti si dia merasakan sesuatu setelah meminumkan kopi itu, namun perasaan itu tidak disampaikan dalam bentuk kalimat. Pengarang mengisaratkan bahwa bagian yang dihilangkan pada kalimat tersebut bermaksud untuk menyatakan bahwa ada perasaan lain yang dirasakan oleh tokoh setelah meminum kopi

6. Hiperbola

Pengarang menggunakan gaya bahasa hiperbola bermaksud melebih-lebihkan suatu hal. Gaya bahasa hiperbola terdapat dalam cerpen, yaitu (1) Filosofi kopi sebanyak tujuh kutipan, (2)

(9)

kutipan, (4) Selagi Kau Lelap sebanyak empat kutipan, (5) Sikat Gigi sebanyak tiga kutipan, (6)

Sepotong Kue Kuning sebanyak satu kutipan, (7) Diam sebanyak dua kutipan, (8) Lara Lana

sebanyak tiga kutipan, (9) Spasi sebanyak satu kutipan, (10) Rico de Coro sebanyak satu kutipan. adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Pada cerpen Filosofi Kopi terdapat enam kutipan gaya bahasa hiperbola adalah sebagai berikut:

Sementara di pusat orbit sana, ben mengoceh tanpa henti, kedua tangannya menari besrsama mesin, deretan kaleng besar, kocokan cangkir,cangkir, dan segala macam perkakas di meja panjang itu.

(FK, 1996:3).

Fungsi gaya bahasa hiperbola di atas adalah menghaluskan sebuah gaya bahasa. Sebuah gaya bahasa dikatakan memiliki fungsi menghaluskan jika gaya bahasa tersebut mampu menghaluskan ungkapan yang terdapat di dalam pernyataan tersebut. Sehingga arti gaya bahasa tersebut walaupun agak kasar, namun tidak menyinggung perasaan seseorang. Pada kutipan di atas pengarang melebih-lebihkan sesuatu keadaan dari keadaan yang sebenarnya. Pada kutipan tersebut sebenarnya secara sederhanya pengarang menyampaikan bahwa tokoh Ben berdiri di suatu tempat pembuatan kopi. Namun, untuk melebih-lebihkan keadaan dengan menyatakan bahwa kedua tangan Ben menari bersama mesin.

7. Erotesis atau pertanyaan retoris

Pengarang menggunakan gaya bahasa erotesis bermaksud menyampaikan gagasan dalam bentuk pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban. Gaya bahasa erotesis terdapat dalam cerpen, yaitu (1) Lara Lana sebanyak satu kutipan, (2) Spasi sebanyak dua kutipan, (3) jembetan

Zaman sebanyak satu kutipan. adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Pada cerpen Lara Lana terdapat satu kutipan gaya bahasa erotesis yaitu.

Ruang tunggu selalu memancing dilemma dalam hatinya, tapi tidak pernah seperti ini. Lana betul-betul bergerak untuk menelepo.Mungkin karena Lana sudah tak yakin kapan akan kembali, akankah dirinya kembali ?.(LL, 2005:87).

Fungsi gaya bahasa erotesis di atas adalah menegaskan. Fungsi gaya bahasa menegaskan adalah menguatkan pernyataan yang terdapat di dalam gaya bahasa. Pada kutipan di atas pengarang mengajak pembaca untuk memahami apa yang dimaksud tokoh dalam dialog tersebut. Pada kutipan tersebut pengarang tidak mengharapkan jawaban dari pembaca. Pengarang menggunakan gaya bahasa erotesis ini bermaksud menyampaikan gagasan dalam bentuk pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban. Pengarang mengajak pembaca untuk bertanya “akankah dirinya kembali” tanpa mengharapkan jawaban secara langsung.

8. Paradoks

Pengarang menggunakan gaya bahasa paradoks bermaksud menentang kenyataan dengan fakta-fakta yang ada. Gaya bahasa paradoks terdapat dalam cerpen Lara Lana.

Pada cerpen Lara Lana terdapat satu kutipan Gaya bahasa paradoks, yaitu.

Bagaimana mungkin lingkungan serba kekurangan, kolot, konservatif, ortodoks, kampungan, dan segala ajektif yang menandakan sindrom klaustrofobik sosial, mampu menghadirkan dia yang sebegitu canggih dan gila. (ll,2005:91).

Pada kutipan di atas pengarang menggunakan gaya bahasa paradoks bermaksud menentang kenyataan dengan fakta-fakta. Pernyataan pertentangan tersebut dapat dilihat pada terlahir orang yang sangat canggih dari sebuah lingkungan yang serba kekurangan, kolot, konservatif, ortodoks, kampungan, dan segala ajektif yang menandakan sindrom klaustrofobik sosial. Pada logikanya lingkungan yang buruk tersebut tidak mungkin menghadirkan sosok orang yang canggih.

9. Tautologi

Gaya bahasa tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan suatu pikiran atau gagasan. terdapat dalam cerpen, yaitu Selagi Kau Lelap.

Pada cerpen Selagi Kau Lelap terdapat 1 kutipan gaya bahasa tautologi

Sekarang pukul 01.30 pagi di tempatmu. (SKl, 2000:51).

Pengarang menggunakan gaya bahasa tautologi karena kata berlebihan itu sebenarnya mengulang kembali gagasan yang sudah disebut sebelumnya. Pada kutipan di atas pengarang mengatakan Sekarang pukul 01.30 pagi di tempatmu. Padahal dengan menyampaikan Sekarang

(10)

pukul 01.30 di tempatmu sudah dipahami pembaca. Namun, pengarang ingin menekankan kembali bahwa 01.30 itu pagi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan penelitian pada kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari yang berhubungan dengan gaya bahasa retoris. Pembahasan dilakukan dengan cara menghubungkan temuan penelitian dengan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. jenis gaya bahasa retoris pada penelitian ini yaitu: aliterasi, asonansi, anastrof, asindenton, ellipsis, tautologi, pertanyaan retoris, hiperbola, dan, paradoks. Berikut ini akan dibahas yaitu:

1. Aliterasi

Menurut Keraf (2009: 130) gaya bahasa aliterasi merupakan gaya bahasa yang melakukan perulangan pada konsonan yang sama. Gaya bahasa ini biasanya digunakan di dalam puisi. Namun, ada kalanya gaya bahasa ini juga digunakan di dalam prosa. Sesuai dengan teori pada penelitian ini juga ditemukan beberapa gaya bahasa aliterasi. Pada prinsipnya sama dengan teori, bunyi konsonan yang sama diulang beberapakali untuk menghasilkan sebuah keindahan bunyi atau sekadar memberi penekanan pada bagian yang penting.

2. Asonansi

Menurut Keraf (2009:130) asonansi merupakan gaya bahasa yang melakukan perulangan pada bunyi vokal. Biasanya gaya bahasa ini terdapat pada puisi atau prosa untuk memberi kesan keindahan maupun memberikan penegasan. Sesuai dengan teori. Pada penelitian ini juga ditemukan gaya bahasa asonansi. Pada kutipannya pengarang berupaya memberikan gaya bahasa asonansi untuk memperindah dan mempertegas pemikirannya.

3. Anastrof

Menurut Keraf (2009:130) merupakan gaya bahasa yang melakukan pembalikan susunan kata dari susunan biasanya untuk memberikan kesan mupun penekanan. Sesuai dengan teori, pengarang menggunakan gaya bahasa anastrof untuk memberikan penekanan pada cerita yang disampaikannya. Tidak jarang pengarang menggunakan gaya bahasa ini untuk memberikan kesan menarik ataupun unik pada karyannya.

4. Asindenton

Menurut Keraf (2009:131) gaya bahasa asidenton merupakan gaya bahasa yang bersifat padat yang beberapa frasa sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Sesuai dengan teori, pada kumpulan cerpen ini memang ditemukan beberapa gaya bahasa Asidenton. Pengarang kadang tidak membubuhkan kata sambung pada rentetan frasa maupun klausa sederajat untuk memberikan penegasan maupun memberikan unsur keindahan pada karyanya.

5. Elipsis

Menurut Keraf (2009:132) elipsis merupakan gaya bahasa yang menghilangkan suatu unsur kalimat untuk ditafsirkan pembaca. Pada kumpulan cerpen ini juga terdapat gaya bahasa elipsis. Pengarang kadang menggunakan gaya bahasa elipsis dan untuk makna dari bagian yang dihilangkannya pengarang menyerahkan pada penafsiran pembaca.

oleh tokoh setelah meminum kopi.

6. Hiperbola

Menurut Keraf (2009:135) hiperbola merupakan gaya bahasa yang menggunakan bahasa yang berlebihan. Sesuai dengan teori, pada kumpulan cerpen ini peneliti juga menemukan bahasa pengarang yang cenderung berlebi-lebihan. Misalnya saja cara pengarang mengungkapkan orang marah dengan menyatakan wajahnya meletup-letup dan sebagainya. Penggunaan gaya bahasa hiperbola ini ditujukan pengarang untuk memberikan kesan indah dan unik pada karyanya. Sehingga pengarang dapat memahami maksud yang disampaikannya.

7. Erotesis atau pertanyaan retoris

Menurut Keraf (2009:134) erotesis merupakan gaya bahasa yang berupa pertanyaan namun tidak membutuhkan jawaban. Sesuai dengan teori, pada kumpulan cerpen ini pengarang juga menyampaikan beberapa pertanyaan dan pertanyaan itu tidak perlu dijawab oleh pembaca. Pertanyaan ini hanya dihadirkan untuk memberikan unsur keindahan pada karyanya.

(11)

8. Paradoks

Menurut Keraf (2009:136) paradoks merupakan gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan fakta-fakta yang ada. Pada kumpulan cerpen ini pengarang juga menggunakan gaya bahasa paradog dalam beberapa cerpen pengarang menciptakan sebuah kalimat yang bertentangan dengan fakta-fakta yang ada. Gaya bahasa ini juga digunakan pengarang untuk melihat kejelian pembaca dalam menganalisa karyanya.

9. Tautologi

Menurut Keraf (2009:133-134) tautologi merupakan gaya bahasa yang mengulang kembali gagasan yang sudah ada sebelumnya. Sesuai dengan teori gaya bahasa taitologi juga terdapat pada kumpulan cerpen ini. Gaya bahasa ini ditujukan untuk mempertegas suatu hal atau keadaan yang disampaikan oleh pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa tautologi karena kata berlebihan itu sebenarnya mengulang kembali gagasan yang sudah disebut sebelumnya

A. Penutup

Berdasarkan pembahasan pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa Jenis gaya bahasa retoris ada dua puluh satu jenis. Dari hasil penelitian ditemukan sembilan jenis gaya bahsa retoris pada kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari. Sembilan jenis gaya bahasa retoris tersebut yaitut: aliterasi, asonansi, anastrof, asindenton, ellipsis, tautologi, pertanyaan retoris, hiperbola, dan, paradoks.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa retoris yang dominan dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari adalah gaya bahasa hiperbola dengan jumlah dua puluh empat kutipan dari lima puluh Sembilan kutipan yang ditemukan. Gaya bahasa hiperbola adalah yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. Fungsi gaya bahasa hiperbola tersebut adalah untuk memberikan kesan yang mendalam dan menarik perhatian dari pembaca.

B. Saran

Setelah menganalisis gaya bahasa retoris dalam kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari, maka ada beberapa saran yang ingin di sampaikan peneliti. Pertama, pembaca dapat memberikan penilaian terhadap karya sastra dengan persepsi masing-masing. Kedua, bagi penikmat sastra, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang sastra. Ketiga, bagi peneliti berikutnya, diharapkan kumpulan cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari dapat diteliti dengan bidang kajian yang berbeda sehingga akan diperoleh hasil yang bervariasi dan dapat memperkaya khasanah sastra Indonesia.

KEPUSTAKAAN

Alnofrita, Mira. 2003. Analisis stilistika Novel Larung karya Ayu Utami. “Skripsi. Padang FBSS Universitas Negeri Padang.

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia SMP/MTs Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam hal tanggung jawab profesi, tugas dosen adalah: (1) Tanggung jawab untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin akademiknya, dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan sistem penataan arsip sudah berjalan dengan baik ,bidang Catatan Sipil Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi menggunakan

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and

Untuk menemukan kembali dokumen atau arsip dalam waktu yang cepat. dan tepat sudah tentu menghendaki suatu cara

Ketiga , permintaan masyarakat yang terus meningkat akan tersedianya pendidikan tinggi merupakan pertanda perubahan yang signifikan, patut diimbangi dengan

[r]

Karena unit usaha peternakan ayam potong ini akan didirikan diatas sebidang tanah.. demi kelancaran usaha maka kami selaku pengusaha juga melakukan perizinan