• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penataan Arsip Dalam Meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Penataan Arsip Dalam Meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang sangat

pesat mengantar dan membawa manusia ke dalam dunia informasi yang mengalir

tanpa batas dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam segala bidang.

Begitu pula Manusia membutuhkan informasi guna menyelesaikan berbagai

kebutuhan hidupnya, diantaranya dalam kehidupan organisasi. Pengelolaan

Informasi menjadi sangat penting untuk mendukung proses administrasi dan

fungsi menejemen birokrasi dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sedang

berkembang dengan cepat.

Kearsipan berperan penting dalam administrasi yang mempunyai

kegunaan yaitu sebagai pusat ingatan dan sumber informasi dalam melakukan

kegiatanperencanaan, penganalisaan, perumusan kebijakan, pengambilan

keputusan , pembuatan laporan penilaaian pengendalian dan pertanggung jawaban

dengan setepat-tepatnya. Karena memiliki fungsi yang cukup penting, maka arsip

haruslah dikelolah secara baik dan benar dengan suatu sistem yang baik dan benar

pula agar informasi yang tersimpan dalam arsip tersebut tetap terjaga

keautentikannya dan tujuan adanya kearsipan seperti yang di amanatkan dalam

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang kearsipan

Bab 2 Pasal 3 bagian F dapat tercapai yaitu untuk menjamin keamanan dan

keselamatan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan

(2)

Meskipun kearsipan berperan penting dalam administrasi, ironisnya pada

zaman modern ini masih banyak kantor-kantor pemerintah maupun swasta yang

belum melaksaan penataan dengan baik. Masih banyak dijumpai arsip-arsip yang

hanya ditumpuk digudang sehingga cepat rusak dan sulit ditemukan kembali

apabila diperlukan. Ini akibat dari kearsipan dianggap kurang penting terutama

bagi mereka yang belum mengerti tentang tujuan serta fungsi dan peranan arsip

itu sendiri sehingga arsip tidak terpeliharaa dan terawat dengan semestinya. Oleh

karena itu dibutuhkannya ruangan khusus untuk tempat penyimpanan arsip

sehingga mempermudah dalam penemuan kembali arsip yang dibutuhkan dalam

waktu singkat cepat dan tepat.

Sistem Kearsipan Menurut Atmosudirjo (1990:3) adalah rangkaian subsistem

dalam manajemen kearsipan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan agar arsip

tertata dalam unit-unit informasi siap pakai untuk kepentingan operasional dengan

azas bahwa hanya informasi yang tepat digunakan oleh orang yang tepat untuk

kepentingan tepat pada waktu yang tepat dengan biaya se- rendah mungkin.Subsistem

dalam sistem kearsipan mencakup tata naskah dinas (form management), pengurusan surat (correspondence management), penataan berkas (files management), tata kearsipan dinamis (records management),dan tata kearsipan statis (archives management).Setiap pegawai perusahaan dituntutagar dapat bekerja efektif dan efesien dalam menunjang tujuan perusahaan, supaya pegawai dapat bekerja efektif

dan efesien, kualitas dan kuantitas harus sesuai kebutuhan perusahaan. Pegawai

yang kurang mampu, kurang cakap, dan tidak terampil dapat mengakibatkan

pekerjaan tidak selesai tepat pada waktunya. Supaya hal ini tidak terjadi, maka

(3)

Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan

operatif dan operasional. Konsep tingkat efektivitas organisasi menunjuk pada

tingkat sejauh mana organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara

optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada, ketepatan waktu dalam

melaksanakan tugas, serta kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut yang

dapat dilihat dari kualitas maupun kuantitas dan dapat bermanfaat

bagianggota-anggota yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu sudah saatnya memperbaiki pola

pikir dan budaya kerja organisasi guna meningkatkan efektivitas kerja. Untuk

meningkatkan efektivitas kerja pegawai dapat diawali dengan menciptakan sistem

administrasi yang baik, karena administrasi merupakan bagian terluar dari suatu

organisasi.

Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi merupakan

instansi pemerintah yang mempunyai tugas Penataan dan penerbitan dokumen dan

data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,pencatatan sipil, pengolahan

informasi administrasi kependuduka n serta pendayagunaan hasilnya untuk

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain dan salah satu fungsi pokok

menyelenggarakan kegiatan administrasi Pengolahan dan pemeliharaan data

kependudukan Setiap saat membutuhkan informasi baik dalam surat atau

dokumen yang dibuat maupun diterima. Informasi tersebut merupakan salah satu

bahan dalam rangka pengambilan keputusan dan menunjang efektivitas kerja,

maka surat atau dokumen harus diatur, ditata, disimpan dengan tertib dan teratur

berdasarkan suatu sistem kearsipan yang baik, agar pekerjaan pegawai akan

(4)

Salah satu kunci pokok dari suatu organisasi atau perusahaan yang baik,

dapat dikatakan terletak pada penanganan arsip yang sederhana, sistem dan

efisiensi apabila sistem yang dilaksanakan sudah berjalan dengan baik sudah tentu

tidak akan terjadi kekacuan administrasi dalam perkantoran atau perusahaan

tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk

mengadakan peneltian Sistem Penataan Arsip dalam Meningkatkan

Efektivitas Kerja Pengawai Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Tebing Tinggi.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka diperlukan

perumusan masalah yang sangat berguna bagi arah dan langkah penelitian untuk

lebih jelas.Adapun perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini

adalah : Bagaimana Sistem Penataan Arsip dalam Meningkatkan Efektivitas

Kerja Pengawai Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Tebing Tinggi.

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui bagaimana sistem penataan Arsip dalam meningkatkan

efektivitas kerja pegawai pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Tebing Tinggi.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, sebagai salah satu tahap untuk melatih dan mengembangkan

(5)

bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara. Dan Secara praktis, sebagai masukan atau sumbangan

pemikiran bagi instansi terkait mengenai Sistem Kearsipan Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi.

2. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan Depertemen Ilmu

Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik di dalam

bidang ini. Dan Sebagai informasi yang bermanfaat dalam menambah

wawasan, baik bagi para pembaca maupun penulis sendiri.

1.5. Kerangka Teori

Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam

penulisan skripsi, penelitian tidak dapat mengembangkan masalah yang mungkin

ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang

mendukungnya. Seperti yang diungkapkan Sugiyono ( 2012: 52), bahwa landasan

teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan

sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 2006 : 37). Kerangka teori adalah

bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada

dalam penelitian (Arikunto, 2002 : 92).

Berdasrkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini peneliti akan

mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak

(6)

1.5.1 Arsip dan Kearsipan

1.5.1.1 Pengertian Arsip dan Kearsipan

Secara etimologi, istilah arsip berasal dari bahasa Yunani yaitu “Arche” yang berarti permukaan, kemudian kata arche berkembang menjadi kata “Ta Archia” yang berarti catatan, selanjutnya kata Ta Archia berubah lagi menjadi kata “Archeion“ yang berarti gedung pemerintah yang di dalamnya terdapat tempat arsip dan

kemudian dalam bahasa Latinnya berbunyi “archium” dari kata inilah lahir kata Arsip. Sementara itu dalam bahasa Belanda kata arsip disebut “archief“ dan dalam bahasa Inggris disebut “Record“ yang pada hakekatnya semua berujung pada pengertian yang sama yakni penyimpanan warkat, yang bermakna suatu bentuk

pekerjaan tata usaha, yang berupa penyusunan warkat dengan tujuan agar dapat dengan mudah ditemukan kembali jika dibutuhkan.

Arsip sebagai simpanan surat-surat penting; dokumen tertulis yang

mempunyai nilai historis, disimpan dan dipelihara ditempat khusus untuk referensi.

Menurut The Liang Gie (2000:18) mengungkapkan bahwa Arsip adalah suatu

kumpulan warkat yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan

agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan.Lalu, Basir Barthos (2005:1)

mendefinisikan Arsip adalah suatu badan (Agancy) yang melakukan segala kegiatan pencatatan, penanganan, dan pemeliharaan surat-surat yang mempunyai arti penting

baik ke dalam maupun ke luar, baik yang menyangkut soal-soal pemerintahan

maupun non-pemerintahan dengan menerapkan kebijaksanaan dan sistem tertentu

yang dipertanggungjawabkan.

Lalu Hendi Haryadi (2009:42) mendefinisikan arsip sebagai berikut :

1. Arsip secara umum adalah wujud tulisan dalam bentuk corak teknis,

(7)

kesatuan bentuk fungsi dari usaha perencanaan, pelaksanaan, dan

penyelenggaraan kehidupan umumnya,

2. Arsip secara khusus adalah kumpulan surat atau bahan penolong lainnya

dengan memastikan suatu ingatan dalam administrasi Negara dibuat secara

fisik (kasat mata) atau yuridis (sesuai dengan ketentuan hukum yangberlaku)

dengan perkembangan organisasi, yang disimpan dan dipelihara selama

diperlukan.

Selanjutnya menurut Amsyah (2001:3), Arsip adalah setiap catatan ( record / warkat ) yang tertulis, tercetak, atau ketikan dalam bentuk huruf, angka, atau gambar,

yang mempunyai arti dan tujuan tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi

yang terekam dalam kertas, kertas film, media computer, dan sebagainya. Sedangkan

Drs. Sutarto (1980:168) mendefinisikan arsip sebagai sekumpulan warkat yang memiliki guna tertentu yang disimpan secara sistematis dan setiap saat saat

diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat.

M.N Maulana (1979:23) mendefenisikan arsip berdasarkan fungsinya yakni

metode atau cara untuk membantu memberikan penjelasan dan keterangan kepada

petugas yang harus menyelenggarakandan menyelesaikan semua persoalan

yangbelum selesai, terutama persoalan yang berhubungan dengan lembaga,

departemen, atau perusahaan swasta. Apabila persoalan tersebut telah selesai, maka

fungsi arsip itu menjadi benda arsip dan disimpan menurut sistematisnya.Sedangkan

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang

kearsipan Bab 1 Pasal 1 poin ke 2 mendefinisikan:

“Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh

(8)

politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan

bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara”

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) Arsip adalah Segala kertas

naskah, buku, foto, film, mikrofilm, rekaman suara, gambar peta, bagan atau

dokumen-dokumen lain dalam segala macam bentuk dan sifatnya, aslinya atau

salinannya, serta dengan segala cara penciptaannya, dan yang dihasilkan atau

diterima oleh suatu badan, sebagai bukti atas tujuan, organisasi, fungi-fungsi,

kebijaksanaan-kebijaksanaan, keputusan-keputusan, prosedur-prosedur,

pekerjaan-pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan pemerintahan yang lain, atau karena pentingnya

informasi yang terkandung di dalamnya.

Menurut Sedarmayanti (2003: 21-22), kearsipan adalah kegiatan mengatur

dan menyusun arsip dalam suatu tatanan yang sistematis dan logis, menyimpan

serta merawat arsip untuk digunakan secara aman dan ekonomis. Menurut

Mulyono (2003:3) kearsipan adalah penempatan kertas-kertas dalam tempat

penyimpanannya yang baik menurut aturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu

sedemikian rupa sehingga setiap kertas (surat) bila diperlukan dapat

ditemukankembali dengan mudah dan cepat. Sedangkan Maulana (1974:18)

memberikan rumusan bahwa filling adalah suatu metode atau cara yang

direncanakan dan dipergunakan untuk menyimpan, pemeliharaan arsip bagi

individu maupun umum dengan memakai indeks yang sudah ditentukan. Biasanya

untuk keperluan filling ini diperlukan lemari, laci cabinet, dari baja tahan karat

atau dari kayu yang terkunci, jauh dari bahaya yang tidak diinginkan.

1.5.1.2 Peranan Arsip

Peranan Arsip Sedarayanti (2003:19) Sebagai sumber informasi,maka

(9)

tepat mengenai suatu masalah. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa

peranan arsip adalah sebagai:

1. Alat utama ingatan organisasi

2. Bahan atau pembuktian (bukti otentik)

3. Bhan dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.

4. Barometer kegiatan suatu organsasi mengigat setiap kegiatan pada umumnya menghasilkan arsip.

5. Bahan informasi kegiatan Ilmiah lainya.

1.5.1.3. Jenis Arsip

Berdasarkan fungsi dan kegunaanya arsip dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Arsip Dinamis

Basri Barthos (2005:12) mendefinisikan Arsip dinamis adalah arsip yang

masih diperlukan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,

danpenyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau arsip yang

digunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara.

Selanjutnya, Badri Munir Sukoco (2006:84) mendefinisikan Arsip dinamis dengan

pengertian informasi terekam, termasuk data dalam sistem komputer, yang dibuat

atau diterima oleh organisasi atau perorangan dalam transaksi kegiatan atau

melakukan tindakan sebagai bukti aktivitas tersebut. Kemudian Anglo-Saxon

yang dikutip oleh Sustiyo-Basuki (2003:14) mendefinisikan arsip dinamis adalah

dokumen yang masih digunakan untuk perencanaan, pengambilan keputusan,

(10)

Selanjutnya, dalam Undang – Undang Negara Republik Indonesia Nomor

43 Tahun 2009 pasal 1 bagian 3 mendefinisikan arsip dinamis adalah arsip yang

digunakan secara langsung dalam kegiatan penciptaan arsip dan disimpan selama

jangka waktu tertentu.

Dengan beberapa pendapat diatas tentang arsip dinamis, maka dapat kita

pahami bahwa arsip dinamis adalah arsip yang memiliki nilai penting karena

dipergunakan secara langsung dalam proses penyelenggaraan administrasi

Negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, arsip dinamis sendiri

dibedakan atas dua pembagian jenis arsip yakni arsip aktif dan arsip inaktif.

Basir Barthos (2005:12) mendefinisikan Arsip dinamis aktif adalah arsip

yang secara langsung dan terus menerus diperlukan dan digunakan dalam

penyelenggaraan administrasi sehari-hari serta masih dikelola oleh unit

pengelolah, dan arsip inaktif adalah arsip yang tidak secara langsung dan tidak

terus-menerus diperlukan dan digunakan dalam penyelenggaraan administrasi

sehari-hari serta dikelola oleh pusat arsip. Dari pemaparan tersebut, penulis

menarik kesimpulan bahwa arsipdinamis aktif memiliki peranan yang aktif dalam

proses penyelenggaraan administrasi Negara karena keberadaannya sangat

diperlukan bagi kelancaran kegiatan organisasi yang frekuensi kegunaannya

sebagai berkas kerja yang tinggi, sementara arsip dinamis inaktif, keberadaannya

tidak secara langsung diperlukan dalam proses administrasi Negara.

Dalam proses pengarsipan dokumen fisik (manual) perlu terlebih dahulu

dilakukan pengklasifikasian terhadap setiap dokumen yang akan diarsipkan.

Menurut Basuki (2003) yang dikutip oleh Badri Munir Sukoco (2006:99) ada lima

(11)

1. Jenis dokumen korespondensi ( termasuk surat, memorandum, telegram,

lampiran, laporan, dan dokumen lain ) dimana untuk jenis dokumen ini

sistem penyimpanan ( pengarsipan ) yang sering digunakan adalah dengan

sistem pengelolaan dan pengarsiapan yang menggunakan berkas subjek

yang dapat membedakannya dengan dokumen yang lain.

2. Jenis dokumen transaksi misalnya formulir atau korespondensi yang

memberikan bukti adanya transaksi, dimana sistem pengelolaan dan

pengarsipan yang digunakan untuk jenis dokumen ini adalah dengan

melakukan susunan alfabetis atau numerik berdasarkan nama atau

pengenal numeric.

3. Dokumen proyek yang antara lain korespondensi, nota, dan data lain yang

terkait dengan proyek tertentu, seperti pengembangan produk maupun

pelaksanaan kegiatan proyek. Untuk jenis data ini, pengelolaan dan

pengarsipannya dilakukan dengan menyimpan dokumen menurut nama

proyek atau nomor. Sering kali penyimpanan menurut nama proyek atau

nomor ini dibagi lebih lanjut menurut subjek dan klasifikasi.

4. Dokumen (berkas) kasus yang berupa berkas klaim, tuntutan hukum,

kontrak, asuransi, rekaman medis, dan dokumen personalia lainnya yang

lazim merujuk pada personil atau property tertentu. Untuk jenis dokumen

ini, pengelolaan dan pengarsipannya dilakukan dengan cara

menyimpannya berdasarkan nama atau nama kelompok atau diindeks

menurut nomor dokumen atau berkas.

5. Dokumen atau berkas khas yang berupa peta dan gambar rekayasa, pita

atau tapes, foto sinar x, foto gambar, kliping, dan berkas rujukan tercetak

(12)

dilakukan dengan menyimpan berkas berdasarkan nomor indeks yang

berdasarkan abjad. Selain itu, arsip dinamis juga memiliki beberapa fungsi.

Sulistyo-Basuki (2003: 31) menguraikan fungsi arsip dinamis yakni:

1. Merupakan Memori Untuk Badan Korporasi (organisasi)

Arsip dinamis merupakan memori bagi badan korporasi (organisasi), hal

ini diperlukan karena karyawan sebuah badan korporasi (organisasi) memiliki

ingatan yang terbatas, bila terjadi sebuah peristiwa maka hasil ingatan karyawan

akan berbeda walaupun menghadapi peristiwa yang sama. Untuk mencegah

adanya memori yang sukar untuk dipahami dan mungkin saling bertentangan,

badan korporasi (organisasi) mengandalkan informasi terekan di dalam arsip

dinamis sebagai dasar pengembangan pada masa mendatang.Arsip dinamis yang

akurat diperlukan untuk menjadi informasi latar belakang bagi perencanaan masa

mendatang sekaligus memanfaatkan pengalaman masa lampau.Karena itu arsip

dinamis merupakan sumber daya badan korporasi (organisasi) sekaligus aset bagi

badan korporasi (organisasi).Sebagi sumber daya, arsip dinamis menyediakan

informasi sedangkan sebagai asset arsip dinamis menyediakan dokumentasi.

2. Pengambilan Keputusan Menejemen

Untuk mengambil keputusan yang tepat, menejer harus memperoleh

informasi yang tepat karena keputusan akan baik bilamana informasi yang

diterima juga baik. Sebagian besar informasi yang digunakan untuk pengambilan

keputusan bersumber pada arsip dinamis. Proses pengambilan keputusan meliputi

penentuan masalah, mengembangkan alternative, menilai alternative, memilih dan

menerapkan pemecahan yang terbaik dan menilai keputusan yang sudah diambil.

(13)

latar belakang (dokumentasi yang disajikan oleh arsip dinamis), dasar untuk

menilai alternative (ramalan, pengalaman masa lampau, konsekuensi keputusan

yang diambil oleh badan korporasi (organisasi) lainnya, semuanya disediakan oleh

arsip dinamis) dan alat untuk menilai keputusan (balikan dan mekanisme control

yang disediakan oleh arsip dinamis).Arsip dinamis juga menyediakan informasi

yang diperlukan untuk keputusan terprogram atau rutin.Jenis keputusan semacam

ini dilakukan berdasarkan kebijakan, prosedur, dan peraturan badan korporasi

(organisasi) yang mapan. Semuanya itu merupakan bagian dari arsip dinamis

badan korporasi ( organisasi).

3. Menunjang Litigasi

Dengan semakin banyaknya orang, badan korporasi yang mengadukan

atau menuntut badan korporasi (organisasi) maka semakin lama manajemen arsip

dinamis semakin diperlukan. Bilamana sebuah badan korporasi (organisasi)

menggugat badan korporasi (organisasi) lain, maka arsip dinamis menyediakan

dokumentasi yang diperlukan untuk digunakan di pengadilan. Dokumentasi yang

jelas dari maksud dan tindakan sebuah badan korporasi (organisasi) merupakan

pengamanan dan perlindungan terhadap litigasi.Karena itu perlu adanya sistem

arsip dinamis.

4. Mengurangi Biaya Dan Volume Penggunaan Kertas

Banyak pimpinan menjadi pusing akibat bertambahnya volume kertas

yang diperlukan serta meningkatnya biaya yang dikaitkan dengan penciptaan,

penggunaan, penyimpanan, dan pemusnahan arsip dinamis.Maka perlu perhatian

terhadap meningkatnya volume kertas yang digunakan yang berimbas pada biaya

pemeliharaannya.Untuk itu dibutuhkan ancangan sistematis terhadap konsep arsip

(14)

upaya mengendalikan volume kertas yang meningkat dan biaya penciptaan,

penggunaan, pemeliharaan, dan pemusnahan arsip dinamis yang semakin

meningkat.

5. Efisiensi Badan Korporasi (Organisasi)

Bilamana seseorang tidak dapat menemukan informasi yang diperlukan

untuk mengembangkan secara efisiensi dan menilai alternatif, maka yang ada

hanyalah frustasi belaka.Sebuah statistik menunjukkan bahwa karyawan

menghabiskan waktu 50 menit per hari hanya untuk mencari berkas arsip

dinamisyang salah tempat. Waktu yang hilang tersebut sama saja dengan

pembuangan waktu serta hilangnya waktu yang produktif bagi karyawan yang

memerlukan informasi. Badan korporasi (organisasi) akan mengalami inefisiensi

bilamana informasi yang diperlukan tidak segera tersedia. Ancangan yang

sistematis terhadap menejemen arsip dinamis menyediakan sarana temu balik

informasi guna meningkatkan efisiensi karyawan dan akhirnya juga badan

korporasi (organisasi).

6. Ketentuan Hukum

Banyak badan korporasi (organisasi) yang memperoleh kontrak kerja,

pesanan dari pemerintah sehingga badan korporasi (organisasi) tersebut hahus

beroperasi sesuai dengan kebijakan dan prosedur pemerintah.Arsip dinamis yang

ada di badan korporasi (rganisasi) tersebut yang ada kaitannya dengan pemerintah,

tunduk pada retensi dan criteria pemusnahan arsip inaktif di samping juga tunduk

pada ketentuan badan korporasi (organisasi). Bilamana ada pemeriksaan, badan

korporasi (organisasi) yang memperoleh kontrak kerja atau pesanan dari

(15)

7. Rujuka n Historis

Arsip dinamis merekam informasi masa lalu dan menyediakan informasi

untuk masa depan. Arsip dinamis melestarikan sejarah untuk generasi

mendatang.Bilamana rekaman tersebut hilang atau rusak, sebagian besar

informasi yang terkandung di dalamnya tidak dapat diperoleh kembali.Bagian

informasi yang diperoleh kembali seringkali hanya merupakan hasil ingatan

karyawan dan mungkin berisi distorsi yang menyimpang dari rekaman semula.

Arsip dinamis memuat informasi tentang tugas, garis haluan, keputusan,

prosedur, operasi, dan aktivitas sebuah instansi, lembaga, yayasan, dan

perorangan untuk itulah arsip dinamis perlu dikelola dengan baik agar bermanfaat

bagi pencipta, penerima, dan pemakainya.

2. Arsip Statis

Arsip Statis adalah arsip yang tidak digunakan lagi bagi organisasi tetapi

karena nilai informasinya cukup tinggi masih tetap disimpan dan dipelihara.

Dengan kata lain karena arsip yang bersangkutan memiliki nilai berkelanjutan

setelah nilai bagi manajemen selesai. Data yang terkandung di dalam arsip

kegunaannya beralih kepada kegunaan yang lebih luas. Bukan lagi untuk

kepentingan manajemen tetapi yang utama untuk kepentingan yang sifatnya luas,

seperti untuk penelitian, dan kepentingan masyarakat lainnya. Ini berarti bahwa

arsip statis sifatnya terbuka, dalam arti dapat dibuka dan disediakan untuk

masyarakat yang memerlukannya. Hal ini berbeda dengan arsip dinamis yanng

sifatnya tertutup. Pihak lain yang tidak berkepentingan tidak diperkenankan untuk

mengetahui isi informasinya. Namun meskipun arsip dinamis bersifat terbuka,

(16)

ini antara lain dalam rangka keamanan negara dan melindungi kepentingan

organisasi atau perusahaan. Contoh arsip statis: undang-undang, peraturan

1.5.1.4 Sistem Kearsipan

Menurut Atmosudirjo (1990:3) sistem kearsipan adalah sistem penerbitan

(Ordenan/arranging) dan penguraian (beschrijven/deskription) daripada bahan-bahan

arsip sedemikian rupa sehingga semua bahan arsip setiap waktu dapat dipergunakan

oleh pimpinan organisasi.

Menurut Kamus Administrasi Perkantoran filling system adalah rangkaian tata cara dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menyimpan warkat-warkat

sehingga bilamana diperlukan lagi warkat-warkat itu dapat ditemukan kembalidengan

secara cepat.

Dengan demikian Sistem Kearsipan mempunyai sejumlah komponen yang

saling berinteraksi untuk mencapai tujuan, dapat dikatakan bahwa kearsipan

merupakan suatu sistem informasi manajemen.Komponen sistem kearsipan meliputi

pengolahan data dan fakta menjadi informasi manajemen, metoda dan

evaluasi.Keseluruhan komponen itu saling berinteraksi dan berhubungan

bersama-sama untuk mencapai tujuan.

Tujuan kearsipan secara umum tercakup dalam Undang-Undang Nomor 43

tahun 2009 pasal 3 point (f) tentang maksud dan tujuan penyelenggaraan kearsipan

bertujuan untuk “menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti

pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

Untuk mencapai tujuan tersebut setiap instansi harus mampu menjalankan

(17)

yang dijalankan oleh suatu instansi dikatakan baik apabila mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Mudah dilaksanakan, Sistem kearsipan harus mudah dilaksanakan, sehingga

tidak menimbulkan kesulitan, baik dalam penyimpanannya maupun dalam

penemuan kembali.

b. Mudah dimengerti, Sistem kearsipan harus mudah dimengerti oleh para

pegawai kearsipan sehingga tidak menimbulkan banyak kesalahan dalam

pelaksanaanya. Dengan kata lain, sistem kearsipan harus sederhana.

Untuk sistem kearsipan harus disesuaikan dengan jenis dan luas lingkup

kegiatan organisasi.

c. Murah/Ekonomis, Sistem kearsipan yang diselenggarakan harus

murah/ekonomis dalam arti tidak berlebihan, baik dalam pengeluaran

dana/biaya maupun dalam pemakaian tenaga, peralatan atau perlengkapan

arsip.

d. Tidak memakan tempat, Yang dimaksud tempat adalah tempat menyimpan

arsip-arsip yang harus disimpan oleh badan pemerintah. Tempat penyimpan

dapat berupa ruangan, bangunan atau gedung (gudang arsip=archives

storage). Rak arsip, almari dan sebagainya.Terlepas dari jenis dan bentuk

tempat yang dipergunakan pada dasarnya sistem kearsipan yang dilaksanakan

jangan terlalu banyak memakan tempat.

e. Mudah dicapai, Sistem kearsipan yang dilaksanakan harus memungkinkan

arsip-arsip yang disimpan mudah, cepat ditemukan, diambil dan dikembalikan

(18)

f. Cocok bagi organisasi, Sistem kearsipan yang dilaksanakan hendaknya cocok

atau sesuai dengan jenis dan luas lingkup kegiatan organisasi. Suatu sistem

kearsipan bagi suatu organisasi belum tentu baik/cocok apabila dilaksanakan

oleh organisasi lain.

g. Fleksibel atau luwes, Fleksibel atau luwes berarti system filling yang dipergunakan dapat diterapkan disetiap satuan organisasi dan dapat mengikuti

perkembangan organisasi. Perlu diingat bahwa organisasi bersifat dinamis,

berkembang.Jangan sampai sistem filling yang dilaksanakan setiap saat

berubah yang disebabkan oleh perkembanagn organisasi.Oleh karena itu

sistem harus ditetapkan bersama dengan perencanaan tujuan organisasi.

h. Dapat mencegah kerusakan dan kehilangan arsip, Salah satu tujuan kearsipan

antara lain adalah menyimpan dengan baik, memelihara dan mencegah dari

berbagai macam bentuk kerusakan. Oleh karena itu sistem kearsipan yang

dilaksanakan harus dapat mencegah campur tangan orang-orang yang tidak

bertanggungjawab, yang tidak berwenang bertugas dalam bidang

kearsipan.Arsip-arsip harus terpelihara dari berbagai macam bentuk

kerusakan.Yang disebabkan oleh binatang, serangga, rayap dan kelembaban

udara.

i. Mempermudah pengawasan, Untuk mempermudah pengawasan dalam bidang

kearsipan sistem kearsipan yang dilaksanakan dibantu dengan

mempergunakan berbagai macam perlengkapan/peralatan, misalnya : Kartu

indeks, Lembar pengantar, lembar petunjuk silang, kartu pinjam arsip atau out

slip dan sebagainya.

Dari pemaparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan

(19)

dimulai dari sejak saat penciptaan sampai dengan pemusnahan atau pelestarian arsip

yang menggunakan aturan dan prosedur sehingga apabila diperlukan dapat

diketemukan kembali dengan cepat, tepat, dan lengkap.

1.5.2 Sistem Penataan Arsip (Filing System)

Arsip merupakan alat pengingat, baik bagi organisasi maupun bagi

pemimpin, oleh karena itu mengatur dan memelihara arsip sebaik

mungkin agar memudahkan penemuan kembali wakat yang sewaktu-waktu

diperlukan. Oleh sebab itu penataan sangat diperlukan untuk

mempermudah penyimpanan dan penemuan kembali arsip setiap saat

diperlukan secara cepat da tepat sehingga diperlukan Metode penyimpanan

atau Sitem Penataan Arsip.

1.5.2.1 Sistem Penyimpanan

Menurut The Liang Gie (2000: 18) dalam Badri Munir Sukoco (2006:88)

ada beberapa sistem yang digunakan dalam mengindeks dokumen yakni :

1.Sistem Kronologis yakni sistem yang menggunakan kalender sebagai

patokan pengindeksan.

2. Sistem Abjad yakni sistem yang pengindeksannya berdasarkan urutan

abjad dan nama dokumen bersangkutan.

3. Sistem Subjek yakni sistem yang pengindeksannya berdasarkan isi dari

dokumen yang bersangkutan.Sistem ini terkenal sulit dalam

pengelolaannya.

4.Sistem Numerik yakni sistem yang pengindeksannya berdasarkan

(20)

Menurut Amsyah (2001:3), penyimpanan arsip adalah pekerjaan

yang dilaksanakan pada penyimpanan sebuah surat agar penemuan surat

yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat apabila surat tersebut

sewaktu-waktu diperlukan. Setelah surat, naskah, warkat atau sejenisnya

baik yang diterima maupun yang dikeluarkan oleh suatu organisasi kantor

diselesaikan isi/maksud/masalahnya oleh satuan kerja pengolah maka

selanjutnya adalah melaksanakan penataan yang mengarah kepada

penyimpanan benda-benda arsip tersebut.

Menurut Quible dalam Badri Munir Sukoco (2006:96) ada tiga sistem

penyimpanan dokumen yang dapat diaplikasikan oleh suatu organisasi, yakni :

a. Sistem penyimpanan terpusat ( sentralisasi ), dimana dalam sistem

sentralisasi, semua dokumen disimpan di pusat penyimpanan, unit bawahan yang

ingin menggunan dokumen dapat menghubungi pusat penyimpanan arsip untuk

dapat menggunakan dokumen sesuai dengan keperluan. Keuntungan dari sistem

penyimpanan arsip dengan sistem sentralisasi menurut Sulistyo-Basuki

(2003:165) adalah :

(1) Mencegah duplikasi. Bila setiap kertas yang bertautan dengan sebuah

susunan atau sebuah subjek tertentu masuk ke berkas pusat (central file),

maka berbagai tembusan yang dibuat untuk keperluan subyek atau susunan tersebut terkumpul menjadi satu, sehingga hanya

satu saja yang disimpan sedangkan kertas lain (tembusan) dapat

dimusnahkan.

(2) Layanan yang lebih baik. Bila menggunakan sistem pemberkasan

(21)

digunakan untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada bagian

lain. Bila seorang stenographer diminta untuk memberkaskan atau

menjajarkan (filling) maka besar sekali kemungkinan akan terjadi

kesalahan karena memang bukan tugasnya. Dengan demikian sistem

akan terhambat. Lain halnya bila menggunakan tenaga yang terlatih dan

terampil yang dilatih khusus untuk tugas pemberkasan.

(3) Adanya keseragaman. Semua arsip terpusat, pengelolaan dan

penyimpanannya dilakukan secara seragam serta memudahkan

pengawasan.

(4) Menghemat waktu. Dikatakan menghemat waktu karena hanya ada satu

tempat saja untuk memberkaskan bahan serta satu tempat saja untuk

menemukannya, maka pemakai akan menghemat waktu bila mencari

informasi. Pemakai tidak perlu mendatangi bagian-bagian lain hanya

untuk mencari informasi.

(5) Menghemat ruangan, peralatan dan alat tulis kantor. Dikatakan

menghemat karena tidak ada duplikasi arsip dinamis dan perlengkapan.

Ruang yang digunakan juga semakin sedikit karena hanya ada satu orang

saja yang bertanggung jawab atas perlengkapan dan alat tulis kantor,

sehingga dapat menghemat dalam hal pengadaan barang dan

perlengkapan.

(6) Jasa kepada bagian lain. Sistem pemberkasan terpusat membebaskan

bagian lain dari masalah pemeliharaan arsip dinamis dan membantu

mereka memusatkan perhatian pada aktivitas mereka.

(22)

(8) Adanya keseragaman dalam penanganan pendidikan dan pelatihan bagi

manajer arsip dinamis.

(9) Pelayanan arsip dinamis di bawah satu atap.

Adapun yang menjadi kelemahan dari sistem penyimpanan dokumen

dengan sistem sentralisasi menurut Sulistyo-Basuki (2003:166) adalah :

(1) Kesulitan fisik. Beberapa bagian letaknya jauh dari pusat pemberkasan

dan ini berarti membuang waktu atau terjadi penundaan.Juga perlu waktu

untuk membawa arsip dinamis dari kamar berkas ke kamar petugas yang

memerlukan.

(2) Kebocoran informasi. Terjadinya kebocoran informasi ini dapat terjadi

karena beberapa berkas di tempatkan di ruang pusat, akan terjadi

kekhawatiran publisitas masalah penting antara berbagai bagian yang

berbeda-beda. Namun hal ini dapat dicegah dengan menunjuk petugas

yang bertanggung jawab atas segala berkas dan hanya dialah yang

mengizinkan berkas keluar masuk bukan orang lain. Hal ini dilakukan

dengan cara mengunci lemari berkas yang hanya dapat diakses

olehpetugas tertentu atau dengan cara menyimpan berkas rahasia di

bagian masing-masing.

(3) Berbagai bagian mungkin mempunyai kebutuhan yang berlainan.

Kadang-kadang informasi yang sama diperlukan dalam berbagai bentuk,

misalnya nama nasabah yang dijajarkan menurut nama, namun nama

tersebut dapat pula dijajarkan menurut lokasi atau pembagian geografi.

(23)

dinamis pusat disusun menurut kebutuhan mutakhir dan tembusan

tambahan dari kertas yang sama disimpan di bagian lain.

(4) Adanya ketakutan akan hilangnya arsip dinamis. Ketakutan akan

hilangnya arsip dinamis ini dapat saja terjadi karena tidak adanya

duplikasi, sehingga bila arsip dinamis di pusat arsip dinamis hilang maka,

arsip dinamis tersebut akan hilang selama-lamanya. Karena itulah maka

disarankan untuk memiliki turunan masing-masing arsip dinamis di

berkas bagian.

(5) Pemakai tidak langsung memperoleh arsip dinamis bila diperlukan. Ada

kecenderungan di kalangan manajer agar arsip dinamis yang dihasilkan

oleh organisasi, perusahaan, atau badan mereka disimpan di bawah

pengawasan menejer arsip dinamis, sehingga untuk meminjam arsip

diperlukan izin dari pihak manajer arsip terlebih dahulu.

b. Sistem penyimpanan desentralisasi, dimana dalam sistem desentralisasi,

pengelolaan dan penyimpanan dokumen diserahkan kepada masing–masing unit.

Seperti halnya sistem sentralisasi, sistem penyimpanan dokumen

denganmenggunakan sistem desentralisasi juga mempunyai kelebihan dan

kekurangan dalampenerapannya. Kelebihan dari penerapan sistem desentralisasi

dalam proses penyimpanan dokumen adalah :

(1) Dekat dengan pemakai sehingga manajer arsip dinamis yang berada di

badan korporas (organisasi) dapat langsung mengawasi pengelolaan dan

(24)

(2) Sistem desentralisasi sangat cocok jika informasi rahasia yang berkaitan

dengan sebuah bagian disimpan di bagian yang bersangkutan.

(3) Sistem desentralisasi memungkinkan penyimpanan berkas yang relevan

dengan sebuah bagian disimpan di bagian yang bersangkutan sehingga

menghemat waktu dalam pengangkutan berkas.

(4) Dalam sistem pemberkasan terpusat mungkin ada waktu yang terbuang

dalam menentukan lokasi dokumen. Hal itu tidak terjadi pada sistem

desentralisasi karena hal tersebut dapat dicegah.

Kelemahan dari sistem penyimpanan dokumen dengan sistem desentralisi

menurut Sulistyo-Basuki (2003:167) adalah :

(1) Pengawasan oleh manajer arsip sulit dilakukan karena letak dokumen

tersebar disemua bagian yang ada dalam organisasi.

(2) Terjadi duplikasi ruangan, perlengkapan, dan alat tulis kantor, sehingga

terjadi duplikasi dalam pengeluaran pemberkasan.

(3) Pekerjaan penberkas di bagian-bagian sangat kecil sehingga sulit untuk

melatih tenaga pemberkas yang terlatih. Jadi, keuntungan spesialisasi

tidak diperoleh dalam sistem desentralisasi.

(4) Sistem desentralisasi akan mengalami kesulitan pemberkasan dalam hal

dokumen yang relevan yang berkaitan dengan dua bagian atau lebih.

(25)

(6) Masing-masing bagian menyimpan arsip aktifnya sehingga arsip dinamis

aktif yang saling berkaitan tersebut tersebar di berbagai tempat, sehingga

sulit untuk melakukan pencarian jika dibutuhkan.

(7) Masing-masing bagian cenderung mengamankan arsip dinamis aktif

dalam berbagai cara dengan imbas bahwa pengamanan arsip dinamis

tidak cukup dan lemah.

c. Sistem penyimpanan kombinasi, dimana dalam sistem kombinasi masing–

masing bagian atau unit, menyimpan dokumennya sendiri, dibawah kontrol sistem

terpusat. Pada sistem penyimpanan kombinasi, tanggung jawab sistem berada di

pundak manajer dokumen atau petugas yang secara operasional bertanggung

jawab atas pengelolaan dan pengarsipan dokumen dalam sebuah organisasi.Pada

sistem kombinasi ini, masing-masing bagian dalam organisasi menyimpan arsip

dinamisnya di bawah control dari sistem terpusat.Arsip dinamis yang disimpan

pada masing-masing bagian lazimnya adalah arsip dinamis yang menyangkut

personalia, gaji, kredit, keuangan, dan catatan pejualan.Pada sistem kombinasi,

tanggung jawab sistem berada di pundak menejer arsip dinamis atau petugas yang

secara operasional bertanggung jawab atas arsip dinamis sebuah badan

korporasi(organisasi). Petugas inimenyusun jaringan sistem control dan prosedur

operasional sistem kearsipan. Sistem kombinasi lazimnya dipakai oleh perusahaan

yang memiliki dan mengoperasikan perusahaan sekaligus anak perusahaannya.

Sistem kombinasi ini memiliki keuntungan sebagai berikut :

(1) Adanya sistem penyimpanan dan temu balik yang seragam.

(2) Menekan seminimum mungkin kesalahan pemberkasan serta arsip dinamis

(26)

(3) Menekan duplikasi arsip dinamis.

(4) Memungkinkan pengadaan terpusat dengan imbas efisiensi biaya yang

lebih baik.

(5) Memudahkan control gerakan arsip dinamis sesuai dengan jadwal retensi

dan pemusnahan.

(6) Adanya keyakinan menejemen di kalangan pengelola arsip dinamis.

Di segi lain sistem kombinasi memiliki kerugian sebagai berikut :

(1) Arsip dinamis yang bertautan tidak ditempatkan pada tempat yang sama

sehingga menyulitkan penggunaannya.

(2) Kurang luwes karena keseragaman di seluruh unit belum atau tidak ada.

(3) Masalah yang berasal dari sistem sentralisasi dan desentralisasi dibawa ke

sistem kombinasi.

1.5.2.2 Penemuan Kembali Arsip

Penemuan kembali arsip adalah cara bagaimana sesuatu dokumen atau

arsip dapat dengan mudah ditemukan dalam waktu cepat dan tepat. Penemuan

kembali arsip bukanlah sekedar menemukan berkas-berkas dari tempat

penyimpanannya, akan tetapi yang lebih penting ialah informasi yang terkandung

dalam dokumen itu dapat ditemukan guna sesuatu tindakan pengambilan

keputusan yg dikutip dalam jurnal Penemuan kembali Arsip, Proyek P2KA

Depdikbud Tahun 1977/1978 Rayon Palembang.

Untuk menemukan kembali dokumen atau arsip dalam waktu yang cepat

(27)

penemuan kembali suatu dokumen atau arsip sangatlah erat hubungannya dengan

sistem penyimpanannya. Tanpa mengetahui sistem penyimpanannya maka

penemuan kembali sesuatu dokumen atau arsip akan mengalami kesulitan.

Menurut Soedjatmiko (2001:12),Dalam pola baru sistem kearsipan sarana

utama pencarian dokumen atau arsip adalah : indeks, kode dan petunjuk silang.

Dimana :

1. Indeks ialah kata tanggap (caption, catch word) yang dapat berupa nama

orang, nama badan atau organisasi, masalah (subject) dan nama tempat

(Negara, provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, desa jalan dan sebagainya)

2. Kode dapat berupa angka, kombinasi angka dengan huruf, huruf dengan

tanda-tanda lainnya yang mengandung suatu pengertian tertentu. Sesuai

dengan fungsi dan kegunaannya, kode harus sederhana, singkat, mudah

diingat, mudah ditulis, dapat ditulis/diketik

3. Petunjuk silang dipergunakan dalam hubungan kata tangkap yang berupa

masalah, nama orang, nama badan atau organisasi dan nama tempat.

Petunjuk silang ini mengandung pengertian bahwa kata tangkap yang tidak

kita pergunakan menunjuk pada kata tangkap yang kita pergunakan atau

kata tangkap yang kita pergunakan menunjukkan hubungan dengan kata

tangkap yang juga kita pergunakan.

Saat ini semakin meningkat penggunaan computer otomatis (tata usaha

kantor) untuk penemuan kembali surat/file yang cepat dan tepat. Tetapi computer

pun tidak mungkin dapat berfungsi dengan baik kalau informasi atau data yang

(28)

kembali secara manual harus baik/sistematis terlebih dahulu sehingga untuk

selanjutnya otomatisasi penemuan kembali surat/file.

Selanjutnya dalam proses pengarsipan dokumen, suatu organisasi

memerlukan sistem menejemen dokumen yang memiliki sistem pelacakan berkas

atau dokumen yang efektif. Pengelola dokumen perlu mengetahui dimana suatu

dokumen atau berkas berada, apakah berada pada tangan pemakai, apakah berada

pada rak penyimpanan, atau berada di tempat lain. Untuk keperluan sistem

pelacakan, menurut Basuki (2003) yang dikutip oleh Badri Munir Sukoco

(2006:120) dapat menggunakan dua sistem yakni :

a. Sistem Hastawi ( Manual )

Sistem hastawi (manual) digunakan untuk mengendalikan dokumen yang

belum masuk ke berkas tertentu ataupun untuk surat menyurat yang belum masuk

ke berkas tertentu. Sistem ini mencakup :

1. Pemakaian buku agenda yang mencatat dokumen yang dipinjam atau

tanggal dokumen dikeluarkan dari rak penyimpanan. Walaupun sistem ini

relatif mudah digunakan, namun kurang efisien, hal ini dikarenakan

sulitnya melacak kembali siapa yang meminjam berkas.

2. Pemakaian kartu kendali yang akan dipasangkan pada masing – masing

dokumen yang dipinjam. Kartu ini disusun menurut nama dokumen atau

menurut nomor yang digunakan.

3. Pemakaian kartu keluar yang diletakkan di tempat dokumen bila dokumen

itu di pinjam seorang pengguna. Apabila dokumen tertentu dipinjam, maka

(29)

yang menunjukkan bahwa berkas sedang dipinjam keluar. Kartu ini akan

berisikan kolom pemakai, tanggal peminjaman, dan tanggal pengembalian.

4. Pemakaian sistem terotomasi yang mencakup kegiatan sebagai berikut :

1. Perekam dokumen yang dipinjam beserta catatan penggunaannya.

2. Penggunaan barcode untuk melacak dokumen.

3. Perekam secara elektronik atas dokumen dapat dilakukan secara

terpusat atau terdesentralisasi.

4. Dengan menggunakan sensor, perekaman dapat dilakukan dari jarak

jauh dan dapat mengurangi metode lain yang kurang efisien, karena

sistem ini memungkinkan pemberitahuan kepada pusat dokumen

bahwa sebuah dokumen telah dipinjam oleh seorang pemakai. Adapun

cara sebelumnya ialah dengan telepon, pemberitahuan lisan, ataupun

mengirim slip transfer berkas.

b. Sistem Barcoding

Sistem barcoding adalah sistem pengelolaan dokumen yang dilakukan

dengan cara memberikan tanda berupa garis atau balok secara vertical pada

dokumen yang diarsipkan. Dalam sistem pengarsipan yang berbasis barcoding,

setiap lokasi atau dokumen memperoleh sandi blok yang unik, dan untuk

membacanya digunakan barcode scanner yang adalah alat baca sandi balok

jinjing, dimana alat baca ini dapat digunakan untuk melaksanakan sensor berkas

atau audit berkas. Manajer dokumen dapat memeriksa setiap ruangan dengan

(30)

lokasi,dan informasi kemudian dikirim ke sistem pelacakan otomatis, sehingga

pemantauan gerakan dokumen lebih aktual.

Dalam suatu organisasi, kantor, ataupun instansi, sangat lazim terjadi

kehilangan berkas atau salah tempat dalam menempatkan suatu dokumen, hal ini

dikarenakan staf yang bertanggung jawab atas dokumen-dokumen sering kali

menyerahkan dokumen kepada orang lain tanpa mencatat pada buku peminjaman.

Untuk mengurangi tingkat kehilangan ini, perlu dilakukan pengelolaan dengan

sistem barcode karena dengan sistem ini, berkas akan dapat dilacak

keberadaannya. Keuntungan lain dari sistem ini, adalah dokumen yang diarsipkan

mudah untuk di-upgrade ketika sistem lama tidak dapat memenuhi kebutuhan

organisasi.

Diatas telah dibahas secara garis besar tentang sistem penyimpanan dan

temu balik secara manual. Dipihak lain juga telah dikemukakan kemungkinan

penerapan otomatisasi dibidang pengurusan surat. Otomatisasi dapat pula

diterapkan pada penyimpanan dan temu balik dokumen.Sistem penyimpanan dan

temu balik secara elektronik adalah merupakan penyimpanan dan temu balik

melalui bantuan computer.

Dengan menggunakan bantuan Komputerisasi akan diperoleh kemudahan

melalui Word Processing (WP) yang sering digunakan negara-negara maju karena

lebih menghemat waktu dalam sistem pemberkasan Namun tidak terlepas dari

sistem manual, untuk penyimpanan arsip elektronik digunakan sistem masalah,

pola klasifikasi dengan kodenya. Martono (1997:137), kemantapan klasifikasi

(31)

1.5.3 Efektivitas

1.5.3.1 Pengertian Efektifitas

Terkadang banyak orang yang menyamakan makna efektivitas dengan

efisiensi, namun sebenarnya keduanya memiliki makna yang berbeda. Efektivitas

adalah suatu kosakata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris

yaitu “efektive” yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan, mujarab dan mujur.

Dari sederetan arti di atas, maka yang paling tepat adalah berhasil dengan baik.

Jika seseorang dapat berhasil dengan baik maka ia dapat dikatakan bekerja secara

efektif. Dalam pelaksanaan kerja selalu memakai lima macam sumber usaha yaitu

pikiran, tenaga, waktu, uang, dan benda. Walaupun dalam gabungan yang berbeda

untuk masing-masing jenis pekerjaan pada umumnya setiap orang melakukan

kegiatan tertentu ingin memperoleh hasil yang maksimal.

Atmosoeprapto (2002 :139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal

yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau

efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah

bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.

Menurut Stoner dalam Kurniawan (2005 :106) menekankan pentingnya

efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas

adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Efektivitas dalam kegiatan

organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang

menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai. Efektivitas merupakan

kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk

pencapaian tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya menurut kamus Administrasi

(32)

yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Sumaryadi (1997:151) berpendapat

dalam bukunya bahwa organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut

dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya

dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan

demikian jelaslah bahwa efektifitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan

keberhasilan kerja yang diharapakan. Efektivitas kerja adalah penyelesaian

pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan, artinya pelaksanaan suatu tugas

ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut,

bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Selanjutnya Menurut Kamus Administrasi Perkantoran, efektivitas berasal

dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek yang dikehendaki dalam suatu

perbuatan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep tingkat efektivitas kerja menunjuk pada tingkat sejauh mana pegawai

melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan

dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber

yang ada, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk

melaksanakan tugas tersebut yang dapat dilihat dari kualitas maupun kuantitas dan

dapat bermanfaat bagi lingkungan kerjanya

1.5.3.2 faktor-faktor mempengaruhi Efektivitas

Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan melakukan program

dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor, yang dapat menentukan efektivitas kerja

karyawan berhasil dilakukan dengan baik atau tidak. Seorang pegawai dapat

(33)

faktor. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep tingkat efektivitas kerja menunjuk pada tingkat sejauh mana pegawai

melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan

dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber

yang ada, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk

melaksanakan tugas tersebut yang dapat dihat dari kualitas dan kuantitas dan

dapat bermanfaat bagi lingkungan kerjanya.

Menurut The Liang Gie (2007:29) factor-faktor yag mempengaruhi

efektivitas adalah

1. Waktu Ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan

faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka

semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat

efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit.

2. Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang

didelegasikan kepada karyawan.

3. Produktivitas Seorang karyawan mempunyai produktivitas kerja yang

tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja

yang baik demikian pula sebaliknya.

4. Lingkungan: tempat bekerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam

dan pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seorang pegawai

sewaktu bekerja.

5. Perlengkapan dan fasilitas: adalah suatu sarana dan peralatan yang

(34)

mempengaruhi kelancaran pegawai dalam bekerja. Semakin baiknya kerja

seseorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkanTugas .

1.6 DEFENISI KONSEP

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33). Agar mendapatkan batasan yang

jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi

konsep sebagai berikut :

1. Arsip adalah Segala kertas naskah, buku, foto, film, mikrofilm, rekaman

suara, gambar peta, bagan atau dokumen-dokumen lain dalam segala

macam bentuk dan sifatnya, aslinya atau salinannya, serta dengan segala

cara penciptaannya, dan yang dihasilkan atau diterima oleh suatu badan,

sebagai bukti atas tujuan, organisasi, fungi-fungsi,

kebijaksanaan-kebijaksanaan, keputusan-keputusan, prosedur-prosedur,

pekerjaan-pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan pemerintahan yang lain, atau karena

pentingnya informasi yang terkandung di dalamnya.

2. Kearsipan adalah kegiatan mengatur dan menyusun arsip dalam suatu

tatanan yang sistematis dan logis, menyimpan serta merawat arsip untuk

digunakan secara aman dan ekonomis

3. Sistem Kearsipan adalah sistem penerbitan (Ordenan/arranging) dan

penguraian (beschrijven/deskription) daripada bahan-bahan arsip sedemikian

rupa sehingga semua bahan arsip setiap waktu dapat dipergunakan oleh

pimpinan organisasi.

(35)

a) penyimpanan arsip adalah pekerjaan yang dilaksanakan

pada penyimpanan sebuah surat agar penemuan surat yang

sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat apabila surat

tersebut sewaktu-waktu diperlukan.

b) Penemuan kembali arsip adalah cara bagaimana sesuatu

dokumen atau arsip dapat dengan mudah ditemukan dalam

waktu cepat dan tepat. Oleh sebab itu sistem penataan

sangat diperlukan untuk mempermudah penyimpanan dan

penemuan kembali arsip setiap saat diperlukan sehingga

diperlukan Metode Penyimpanan atau Sistem Penataan

arsip.

4. Efektivitas Kerja adalah menunjuk pada tingkat sejauh mana pegawai

melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat

dan sumber-sumber yang ada, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas

serta kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut yang dapat dilihat

dari kualitas maupun kuantitas dan dapat bermanfaat bagi Lingkungan

(36)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan hasil

penelitian ini dapat diketahui secara singkat yakni sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitia, kerangka teori, defenisi

konsep,dansistematika penulisan.

BAB 2 : METODELOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang metode

penelitian yang dipakai dalam melakukan penelitian,

pengumpulan data, dan analisis data.

BAB 3 : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang profil dan gambaran umum

mengenai Desa Bogak yang merupakan tempat

Bab ini akan memaparkan hasil analisis berdasarkan data

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan yang menerapkan strategi kepemimpinan biaya memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dalam melakukan praktik manajemen laba dan

Tabel 4.16 Tanggapan responden mengenai Suhu udara di dalam ruangan Warung Nasi Ampera Cabang Padasuka memadai.... 57 Tabel 4.17 Tanggapan responden mengenai Kualitas udara di

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM TAHUN 2016..

Dari tabel diatas untuk mencapai persepsi teacherprenuership dengan indikator: (a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang

Penelitian ini berjudul Pengaruh Restaurant atmosphere dan Keragaman Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Warung Nasi Ampera Cabang Padasuka Ciacaheum dan bertujuan untuk

Indikator-indikator dalam variable sikap ini meliputi penilaian atas adanya perbankan syariah, tanggapan atas informasi sosialisasi adanya perbankan syariah,

Heryati, Euis 2012, Kualitas pelayanan, store atmosphere, private brand Terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan hypermart Puri Jakarta, Universitas Esa Unggul, Jakarta,

Mohamad Subhan dalam bukunya yang berjudul “Analisa Perancangan Sistem”.