BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam Gereja, berkhotbah merupakan salah satu bentuk pelayanan ibadah yang didasari oleh Alkitab untuk umat Kristen. Pendeta dan jemaat adalah unsur dalam kegiatan berkhotbah. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, anggota jemaat lebih suka Pendeta yang memberikan Khotbah menarik. Menarik disini konteksnya adalah cara penyampainnya. Jemaat cenderung tidak menyukai khotbah yang monoton sampai bisa membuat jemaat mengantuk saat mendengar Khotbah.
Hasan Sutanto mengatakan bahwa pentingnya pelayanan berkhotbah sebenarnya sudah terbukti ketika Perjanjian Lama, pada abad gereja awal ke abad selanjutnya. Pada zaman modern ini pun, pertumbuhan sebuah gereja ada hubungan erat dengan gembala sidangnya/pengkhotbah/pendeta (Sutanto, 2004:36). Dalam mengemas khotbah yang menarik tentu harus berdasarkan pendalaman dan analisis Alkitab. Kebanyakan dalam Alkitab adalah cerita-cerita bagaimana tentang tokoh-tokoh Alkitab. Didalam kehidupan bergereja, khotbah akan selalu menjadi keperluan karena khotbah begitu penting. Penyebaran kabar baiklah yang menghasilkan keberadaan gereja dan hanya pemberitaan itu yang bisa sanggup menjaga kehidupan bergereja. Dalam sejarah Kristen telah menyatakan bahwa kekuatan gereja secara ekslusif berkaitan dengan kekuatan mimbar. Gereja lemah apabila pesan dari mimbar tidak seimbang dan ragu-ragu, tetapi sebaliknya Gereja yang kuat menyebarkan berita yang pasti, dan tegas, maka dari itu Khotbah yang efektif sangat diperlukan. (Subagyo,2000: 7)
Dikota Jawa Barat ada beberapa gereja yang selalu berkembang . Banyak Gereja yang ada di tanah Sunda ini termasuk Gereja Kristen Pasundan atau yang biasa disebut GKP. Gereja Kristen Pasundan adalah Gereja yang tumbuh dan berkembang dalam wilayah tatar sunda. Gereja ini merupakan Gereja yang berdiri dari tahun 14 November 1934 sampai sekarang. Gereja Kristen Pasundan memiliki kurang lebih 30. 000 jiwa jemaat. (Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja GKP, 2020) Gereja ini tidak berkarakter kesukuan karena mempunyai latar
belakang jemaat tidak hanya dari suku sunda. Gereja ini adalah gereja wilayah yang berada di tiga provinsi yakni Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
Tabel 1.1 Data Gereja Kristen Pasundan 2020
No. Wilayah Klasis Gereja
1. Klasis Priangan Awiligar, Bandung, Cimahi, Ciwidey, Dayeuhkolot, Garut,Kalaksanaan, Lembang, Sumedang, Pangalengan, Tasikmalaya,Katapang,Cipatat,Ujungberung,Cicalengka. 2. Klasis Bogor Bogor, Ciranjang, Cianjur, Cikembar, Depok, Gunung
Putri, Sukabumi, Sindang Jaya, Pacet dan Palalangon. 3. Klasis Jakarta Cawang, Cakung, Cibubur, Jatinegara, Kramat,
Kampung Tengah, Rangkasbitung, Tanah Tinggi, Tanjung Barat, Tangerang dan Tanjung Priok.
4. Klasis
Purwakarta
Bojongsari, Cikampek, Karawang, Cikarang, Teluk Jambe, Sadang, Purwakarta, Sukamandi. 5. Klasis Cirebon Bethesda, Cirebon, Cideres, Cigugur, Haurgeulis,
Juntikebon, Kadipaten dan Tamiyang. 6. Klasis Bekasi Seroja ,Kampung Sawah, Jatiasih, Bekasi, Pondok
Melati, Cimuning, Cikarang, dan Jatirangon.
Sumber : Kantor Sinode GKP ,2020.
Dalam bentuk kerjasamanya dengan jemaat, GKP dibagi menjadi beberapa klasis (wilayah bagian) yaitu klasis Jakarta, klasis Bogor, klasis Purwakarta, klasis Priangan, klasis Bekasi dan klasis Cirebon. GKP memiliki gedung gereja, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dan universitas.
Sumber:Youtube Kasih Kristus, 20 Jan 2020.
Sumber: Olahan Peneliti, 2021
Era 4.0 adalah era dimana masyarakat mengalami perkembangan pesat dalam dunia digital dan teknologi termasuk dalam memenuhi kebutuhan rohani. Hal ini disebabkan oleh isi khotbah yang menyesuaikan situasi kondisi jemaat pada saat itu. Walaupun banyak berbagai cara tetapi pada akhirnya tidak dipungkiri bahwa berkomunikasi secara langsung lebih mempunyai arti nilai tinggi dalam hal objektifitas dengan rasa kemanusiaannya, sehingga masih akan tetap dibutuhkan. Sebuah pesan yang disampaikan oleh pendeta yang mampu merubah perilaku jemaat melalui beberapa proses komunikasi yang disajikan termasuk dengan perilaku Asertif. Menurut MacNeilage dan Adams, asertif adalah satu bentuk tingkah laku interpersonal yang terdiri dari komunikasi secara langsung, terbuka dan jujur yang menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap individu lain (Hamzah & Ismail, 2008:11) Perilaku yang asertif memiliki banyak manfaat diantaranya adalah kejujuran dan menghargai orang tanpa mengurangi hak pribadi dimana dari proses penyampaian pesan tersebut, terjadilah suatu sikap pada diri jemaat sebagai suatu reaksi dari rangsangan tertentu.
Dalam konteks ini, Pendeta adalah komunikator dan anggota jemaat adalah komunikan. Seperti yang dikatakan (Nisful Laili 2013:134) dalam penelitiannya yang berjudul “komunikasi interpersonal antara pendeta dengan jemaat : studi
pada gereja kristen jawi wetan jemaat waru.“ untuk itu sangat penting bagi tiap
individu berkomunikasi dengan wawasan yang lebih luas terlebih dalam masyarakat yang majemuk. Masyarakat majemuk adalah realitas masyarakat sekarang, yang terjadi di perkotaan, dimana anggota masyarakat berasal dari berbagai latar belakang budaya, suku, agama dan ekonomi. Supaya menghindari salah penafsiran, seseorang komunikator hendaklah menggunakan istilah-istilah yang sempurna sinkron menggunakan ciri komunikannya. Begitu juga dengan Pendeta yang sedang memberikan khotbah tentunya harus mempersiapkan bagaimana untuk bersikap tegas tanpa memaksakan kehendak jemaat, bagaimana mengatakan kebenaran dalam mempertahankan tujuan walaupun muncul konflik tetapi selalu menjaga perasaan jemaat supaya tidak salah tafsir dan menimbulkan
perpespsi yang berbeda. Pada hakikatnya komunikasi menjadi alat yang penting dalam berkhotbah antara pendeta dengan anggota jemaat. khotbah yang efektif berasal dari komunikasi yang efektif juga. Pada penelitian yang dilakukan ( Sinambela 2019:61 ) “pengaruh komunikasi interpersonal pendeta dan pelayanan konseling terhadap kepuasan religi jemaat di hkbp karya pembangunan.” Mengatakan pendeta dengan jemaatnya memiliki peran yang sangat vital dalam aktivitas gereja, namun yang harus dipertimbangkan adalah jenis komunikasi yang sangat efektif. Seorang yang mempunyai peran jika tidak memiliki keterampilan asertif atau bahkan tidak mampu menjadi pribadi yang tegas dan bertanggung jawab, akan kehilangan hak-hak pribadi sebagai individu dan cenderung tidak dapat menjadi individu yang bebas dan akan selalu berada di bawah kekuasaan orang lain serta tidak dapat mengkomunikasikan apa yang dirasakan secara tegas dan jujur. Tidak hanya lemah, ketidakmampuan menjadi asertif juga dapat membuat seseorang menjadi agresif, kondisi yang meremehkan dan merugikan hak orang lain.
Sebagian orang belum mengetahui bagaimana seorang Pengkhotbah atau Pendeta dalam berkhotbah. Pendeta GKP memiliki tanggung jawab yaitu memimpin, membina dan menggembalakan jemaat, dan memercayakan sikap cerminan hidup kekristenan dan rasa keterlibatannya dengan jemaat yang digembalakan, menjalin dan memelihara serta mengembangkan hubungan baik dengan masyarakat dan aparat pemerintah sekitarnya ( Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja GKP, 2020 :16). Dalam Penelitian ini Peneliti memilih meneliti penerapan komunikasi Aserif yang dilakukan oleh Pendeta di Gereja Kristen Pasundan Sumedang.
Gambar1. 2 . Foto Pendeta Rasima Manalu dengan Peruati
Sumber: Sosial Media Ibu Pendeta Rasima TEF Manalu, Juli 2021.
Gambar 1.3 . Foto Pendeta Rasima Manalu dengan BKSG Sumedang.
Sumber: Sosial Media Ibu Pendeta Rasima TEF Manalu, Juli 2021.
Selain aktif menjadi pembicara di beberapa gereja di Sumedang dan wilayah Jawa Barat seperti Ciwidey, Cideres, bahkan sampai ke pedesaan. Beliau telah menjabat sebagai Badan Pengurus di klasis Se-Priangan, Pendeta Rasima TEF Manalu S.Si juga pernah aktif berkarya di organisasi Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (PERUATI). Di luar itu Pendeta Rasima TEF Manalu adalah Tim Pdt Klinik Silih Asia Sumedang dan Pdt Tim Rumah Sakit pada Yayasan Badan Rumah Sakit GKP.
Gambar1. 4 . Pelatihan Pastoral Gereja Kristen Pasundan di Rumah Sakit Imanuel Bandung
Sumber: Sosial Media Ibu Pendeta Rasima TEF Manalu, Juli 2021.
Gereja Kristen Pasundan Sumedang adalah bagian dari wilayah Priangan yang mempunyai jemaat yang dibagi menjadi 4 bagian yaitu wilayah Sumedang Utara, Sumedang Selatan,Tanjungsari, dan Cimalaka. Menurut Majelis Gereja Kristen Pasundan Sumedang ada 336 Anggota Jemaat GKP Sumedang. Minoritasnya penduduk Nasrani yang bergereja di Sumedang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Pendeta Gereja Kristen Sumedang dalam berkhotbah khususnya dari cara penerapan asertifnya. Karena Umat Kristen yang berada di Sumedang rata-rata memakai logat Sunda walaupun berasal dari Kota berbeda atau merantau. Seperti yang kita ketahui Masyarakat dengan suku sunda pada umumnya memiliki sifat dan kebiasaan yang ramah dan lembut baik dalam sikap atau tutur kata yang dikeluarkan.
Gambar 1.5.Foto Pendeta Gereja Kristen Pasundan Sumedang Khotbah
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 21 Februari 2021.
Gambar tersebut diambil saat Pendeta Gereja Kristen Sumedang sedang berkhotbah di altar. Pentingnya meneliti bagaimana penerapan asertif yang dilakukan oleh Pengkhotbah atau Pendeta di Gereja Kristen Pasundan ini adalah untuk menyampaikan agar lebih jelas dalam memahami tingkat keterbukaan, empaty, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesadaran. Berbicara di depan umum membutuhkan keberanian yang mana bisa memberikan sesuatu yang dapat dipahami oleh audiens apalagi dalam wilayah tatar Sunda. Dimana dalam Budaya Sunda akrab dikenal dengan halus dan lembut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah “Penerapan Komunikasi Asertif Pendeta pada Jemaat Gereja Kristen Pasundan Sumedang”
1.2 Fokus Penelitian
Pada penelitian ini, fokus penelitian yang diteliti dari latar belakang tersebut adalah bagaimana Penerapan Komunikasi Asertif Pendeta pada Jemaat Gereja Kristen Pasundan Sumedang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas,maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Penerapan Komunikasi Asertif Pendeta pada Jemaat Gereja Kristen Pasundan Sumedang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepanda berbagai pihak yang membutuhkan,yaitu;
1.4.1 Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan pengembangan Ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mata kuliah Public Speaking dengan mempelajari bagaimana menggunakan komunikasi yang baik dan efektif.
1.4.2 Aspek Praktis
Penelitian ini akan bermanfaat untuk mahasiswa Ilmu komunikasi dalam menambah wawasan tentang komunikasi Massa dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi gaya komunikasi untuk para Pendeta di Gereja khususnya di Gereja Kristen Pasuundan
1.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Gereja Kristen Pasundan Sumedang tepatnya di Jl.Prabu Geusan Ulun No.106 RT 004/02, Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Peneliti memilih lokasi ini karena informan yang di teliti ada di tempat tersebut.
1.6 Periode Penelitian
Adapun waktu pelaksanakan penelitian ;
Tabel 1.2 Waktu dan Periode Penelitian
No Tahapan Kegiatan Mei Jun Jul Ags Sep
t
Okt No
v
Des Jan Feb Ma r
1. Menentukan Topik Penelitian
2. Mengumpulkan Data
3. Menyusun bab I,II,III (proposal penelitian)
Sumber:Oleh Peneliti,2021 4. Desk Evaluation 5. Mengumpulkan dan mengolah data 6. Menyusun hasil penelitian skripsi
7. Pengajuan sidang skripsi