• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya (Dwi Siswoyo, dkk. 2011). Pendidikan merupakan usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya (Dwi Siswoyo, dkk. 2011). Pendidikan merupakan usaha"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional yaitu guru dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk potensi siswa untuk memperhatikan kopetensi pembelajaran yang ada. Pendidikan adalah rekontruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman selanjutnya (Dwi Siswoyo, dkk. 2011). Pendidikan merupakan usaha rekontruksi pengalaman yang bermakna dan menambah wawasan dan dapat mempengaruhi kemampuan dan kepribadian individu dalam interaksi dengan sesama, lingkungan serta dengan Tuhan untuk mengarahkan kehidupan lebih baik.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa pembelajaran PPKn untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia. Perserta didik dituntut untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotis bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

(2)

Tujuan pembelajaran PPKn di tingkat Sekolah Dasar menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 sebagai berikut: (1) Peserta didik dituntut untuk berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Peserta didik dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat , berbangsa, bernegara, dan anti korupsi, (3) Peserta didik dituntut untuk berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) Peserta didik dituntut untuk berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Kegiatan belajar subjek peserta didik harus aktif berbuat karena dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. (Sardiman, 2011). Berdasarkan aktivitas diatas dapat disimpulkan aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran hingga timbul perubahan perilaku pada peserta didik.

Kurikulum KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan) merupakan satuan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan di Indonesia (Zaini, 2010). Kurikulum KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan BAdan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Kurikulum yang digunakan di SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan masih menggunakan KTSP Pada saat observasi kepala sekolah mengatakan bahwa “sekolah ini masih dilingkup pedasaan dan melihat pekerjaan orang tua juga yang kebanyakan menjadi

(3)

dengan anaknya jadi waktunya disesuikan. Siswa juga pada jam siang hari ada

kegiatan mengaji dan harus mengikuti jadi harus menyesuaikannya”. Kepala

sekolah SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan menyapakati bahwa kurikulum yang digunakan masih KTSP karena menyesuaikan pekerjaan orang tua yang mempunyai banyak waktu dan kegiatan ada waktunya untuk mengaji. Sarana prasarana yang tersedia masih terbilang sederhana, bisa dilihat dalam penggunaan media hanya menggunakan gambar saja bahkan saat pembelajaran tidak menggunakan media. Siswa sulit memahami materi jika pembelajaran yang dilakukan tidak disertai media. Kurang lengkapnya media yang dimiliki sekolah sehingga tidak semua materi pembelajaran menggunakan media.

Masalah yang terjadi pada wali kelas VI SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan adalah belum adanya media yang cocok untuk mata pelajaran PPKn khususnya materi pemilu. sedangkan guru dan siswa membutuhkan media tersebut untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran dan menciptakan kelas yang aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi yang dibutuhkan media secara langsung. Khususnya materi pemilu pada tahap-tahap alur pemungutan suara, siswa seharusnya mendapatkan media yang membantu dalam simulasi pemungutan suara tersebut. Sehingga siswa tidak hanya membayangkan tahapan-tahapan dari pemungutan suara. Materi tersebut merupakan salah satu materi yang sedikit rancu jika hanya dijelaskan tanpa menggunakan media yang sesuai oleh keinginan siswa. Sehingga membutuhkan media yang mampu menggambarkan tahapan-tahapan simulasi pemungutan suara. Seperti yang

(4)

dikatakan oleh Edgar Dale dalam (Susilana, 2016) pengetahuan akan semakin abstrak apabila informasi atau pesan yang disampaikan hanya menggunakan kata verbal. Maka sebaiknya sebaiknya siswa memiliki pengalaman kongkrit dalam proses penyampaian pesan agar sasaran dan tujuan yang dicapai akan tersampaikan dan siswa dapat merespon aktif.

Hasil observasi dapat dianalisis bahwa menunjukkan kualitas pembelajaran PPKn materi pemilu pada kelas VI di SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan masih rendah. Hal ini disebabkan karena guru belum menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif saat kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam diskusi hanya dengan ceramah dan tanya jawab yang dilakukan saat kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan pembelajaran agar lebih aktif maka membutuhkan media pembelajaran. (Kunstandi, dkk 2020) media merupakan alat yang dapat membantu proses belajar mengajar guna memperjelas makna pesan yang disampaikan agar mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna. Pada tujuan utama media merupakan sebagai alat untuk mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajarannya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi. Dilihat dari kondisi saat ini, pembelajaran membutuhkan kerjasama antara guru dan siswa. Dalam pembelajaran tersebut siswa tidak hanya membutuhkan sosok guru melainkan

(5)

sumber sumber belajar atau media pembelajaran. Media pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran siswa harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Kondisi di sekolah saat ini, media pembelajaran kurang lengkap atau kurang cocok, khususnya pada mata pelajaran PPKn pada meteri pemilu. sehingga siswa hanya belajar melalui buku dan terkesan monoton. Tidak adanya media yang cocok untuk digunakan.

Dilihat dari respon siswa saat mengikuti pembelajaran, siswa terkesan lebih aktif saat diberikan pembelajaran yang melibatkan siswa itu sendiri. Respon siswa akan semakin berkembang jika diimbangi dengan media pembelajaran yang memadai. Madia yang memadai adalah (1) dapat dilihat, (2) dapatdipegang, (3) dapat dimainkan, (4) dan dapat menggambarkan simulasi pada tahapannya. Jika keempat ciri media tersebut dapat terlaksana maka pembelajaran yang aktif dapat terlaksana dengan maksimal. Untuk itu kebutuhan media pada materi pemilu perlu adanya pembaruan atau media yang sesuai dengan pembelajaran serta karakteristik siswa. Karakteristik siswa yang suka bermain, suka bergerak, suka belajar kelompok, suka memperagakan langsung (Sugiyanto, 2015).

Kegiatan belajar mengajar siswa kelas VI di SDN Pengumbulanadi Tikung-Lamongan yang masih rendah penulis mempunyai ide dengan menggunakan media Bonbox (Boneka Box) untuk siswa kelas VI pada mata pelajaran PPKn Sekolah Dasar. Adapun media cetak seperti poster, globe dan peta yang hanya tersedia disana. Di SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan tersedia beberapa media pembelajaran seperti poster, globe dan peta, tetapi media tersebut tidak digunakan secara maksimal dan siswa tidak

(6)

dilibatkan dalam penggunaan media tersebut pada saat pembelajaran. Berdasarkan media yang ada disana untuk mata pelajaran PPKn materi pemilu tidak ada yang mendukung sehingga siswa sulit memahami materi pemilu. Dengan adanya media pembelajaran bonbox siswa dapat belajar dengan interaktif dan dapat membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan juga dapat membuat siswa senang karena tidak hanya monoton belajar dengan tugas-tugas dalam materi pokok.

Banyak jenis-jenis media boneka seperti boneka jari yang dimainkan dengan jari tangan. Boneka tangan yang dimainkan dengan tangan. Boneka tongkat seperti wayang-wayangan. Boneka tali yang digerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan dan kaki. Boneka bayang-bayang yang dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Dan boneka box yang dimainkan didalam box dengan cara menggunakan tangan. Memanfaatkan boneka yang ada untuk dijadikan sebuah media pembelajaran maka peneliti berinisiatif menjadiakan media bonbox (boneka box) sebagai media pembelajaran PPKn materi pemilu untuk mempermudah siswa dalam memahami tahapan-tahapan dari proses pemungutan suara.

Media Bonbox (Boneka Box) merupakan media boneka yang diletakkan disebuah box yang dimana mengilustrasikan kegiatan pemilu pada saat pemungutan suara diantaranya (1) pemilih mendatangi Meja KPPS untuk menyerahkan formulir atau surat undangan pemilih dan mendapatkan surat suara, (2) pemilih duduk diruang tunggu, (3) pemilih masuk ke bilik untuk menyoblos calon yang dipilih, (4) pemilih memasukkan surat suara yang sudah dicoblos kedalam kotak suara, (5) pemilih memasukan jari ke tinta untuk

(7)

menandakan bahwa pemilih sudah menyalurkan suaranya untuk memilih. Media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dapat menumbuhkan minat belajar dan sikap aktif siswa. Selain itu media pembelajaran bonbox ini memberikan pemahaman siswa alur jalannya pemilu. Media bonbox ini diharapkan mampu menjadi media pembelajaran yang tepat guna dalam menjalankan aktivitas proses pembelajaran di SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan. Sehingga perlu pengembangan media pembelajaran yang dibutuhkan siswa yaitu pengembangan media bonbox (boneka box).

Konsep awal dari pengembangan media bonbox ini melihat dari karakteristik siswa SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan yang sulit memahami materi pembelajaran karna keterbatasan media pembelajaran. Media bonbox berisikan materi pemilu pada semester 1 kelas VI SD mengajarkan pelaksaan pemilu di Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (Luber dan Jurdil).

Uraian diatas maka penulis ingin mengembangkan media dengan judul penelitian ini adalah “Pengembangan Media Bonbox (Boneka Box) Untuk Mata Pelajaran PPKn Siswa Kelas VI SD”. Dengan media ini dapat membantu guru menyampaikan materi pemilu untuk digunakan saat proses pembelajaran berlangsung.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: bagaimana pengembangan media Bonbox untuk mata pelajaran PPKn pada siswa kelas VI SD ?

(8)

C. Tujuan Penelitian & Pengembangan

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan dan mendeskripsikan sebuah produk media Bonbox (Boneka Box) yang layak untuk mata pelajaran PPKn pada kelas VI SD.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan 1. Konten

Media bonbox dirancang sesuai sesuai materi mata pelajaran PPKn yaitu materi pemilu pada kelas VI Sekolah Dasar. Pada materi ini standar kopetensinya adalah 2. memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia. Sedangkan kompetensi dasar 2.1 menjelaskan proses pemilu dan pilkada. Dari kompensi dasar dapat jabarkan menjadi indikator 2.1.1 menjelaskan pengertian pemilu, 2.1.2 mempraktikkan proses pelaksanaan pemilu, 2.1.3 menjelaskan nilai positif dari pemilu.

2. Konstruk

Media bonbox yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah box yang berisi boneka yang mengilustrasikan kegiatan pemungutan suara pada saat pemilu sebagai media pembelajaran PPKn materi pemilu kelas VI du SDN Pengumbulanadi II. Media bonbox dirancang dan sesuaikan materi pemilu pada kelas VI semester 1. Isi dari box tersebut meliputi (1) pemilih mendatangi Meja KPPS untuk menyerahkan formulir atau surat undangan pemilih dan diberikan surat suara, (2) pemilih duduk diruang tunggu, (3) pemilih masuk ke bilik untuk menyoblos calon yang dipilih, (4) Memasukkan surat suara ke kotak suara,

(9)

(5) pemilih memasukan jari ke tinta untuk menandakan bahwa pemilih sudah menyalurkan suaranya untuk memilih.

Dalam pembelajaran PPKn materi pemilu dengan menggunakan media bonbox siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok dapat mengamati media pembelajaran bonbox secara bergantian. Setiap kelompok diberikan lembar kerja yang dikerjakan saat mengamati media pembelajaran bonbox tersebut.

Media bonbox ini terbuat dari boneka yang diletakan dalam sebuah box kaca agar dapat dilihat secara tiga dimensi yang mengulustrasikan alur pemungutan suara pada saat pemilu. Ukuran media bonbox adalah 1m x 35cm x 25cm. Dengan box terbiat dari akrilik agar terlihat trasparan dan agar tahan lama. Box juga dapat dibuka agar dapat megang bonekanya. Rincihan spesifikasi produk bonbox dijabarkan sebagai berikut:

1. Box

Box yang berbentuk persegi dengan ukuran 1m x 35cm x 25cm dengan menggunakan bahan dari akrilik dengan diberikan alas yang sedikit tinggi agar bonekanya terlihat tinggi. Dengan tampilan box yang berbentuk tiga dimensi.

2. Boneka

Boneka yang didesain mirip dengan manusia yang menggambarkan masyarakat sedang menyalurkan suaranya untuk memilih calon pemilu. Terdapat 14 boneka diantaranya ada 2 petugas TPS, 2 hansip, dan 10 warga yang sedang melakukan pemungutan suara.

(10)

1 m

Gambar 1.1 Desain Media Bonbox E. Pentingnya Penelitian & Pengembangan

Bermula dari inovasi dan pengembangan media pembelajaran yang beragam serta karakteristik anak-anak yang suka melihat benda nyata media bonbox mengarahkan dengan kegiatan mengamati sehingga pembeljaran lebih

evektif. Mengembangkan media simulasi siswa dapat lebih mudah untuk memahami materi pemilu. Pada masa seperti sekarang pergantian kurikulum perlu dikembangkan media belajar siswa yang sudah terintegrasi dengan kurikulum baru demi mencapai tujuan pendidikan nasional,

Penggunaan alat simulasi dalam proses pembelajaran pada materi pemilu sebagai media pembelajaran tergolong kurang memadai. Selain itu

Ruang Tunggu Bilik Suara

Meja KPPS Pemberian Tinta

T P S

TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA

2 5 cm Kotak Suara Suara 80 cm

(11)

kurangnya ketertarikan siswa saat pembelajaran PPKn sehingga menjadikan siswa pasif. Dampak positif dari pengembangan media bonbox diharapkan meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar PPKn materi pemilu karena konsep dari media bonbox merupakan gambaran simulasi dari pemilu.

Melalui pengembangan media bonbox dengan materi pemilu mengacu pada proses pembelajaran yang aktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pengalaman ilmu pengetahuan siswa yang melibatkan pikiran dan emosi, dapat terjalin dengan kegiatan yang menyenangkan dengan tantangan yang menciptakan kreativitas serta kemandirian siswa. Media bonbox menuntut siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian & Pengembangan

Asumsi pengembangan media bonbox merupakan media yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pemilu. beberapa asumsi dari pengembangan media bonbox:

1. Guru dan siswa paham tentang media bonbox 2. Siswa bisa melakukan simulasi

3. Guru dapat menggunakan media ini secara maksimal sebagai perantara guru untuk menjelaskan materi kepada siswa.

Keterbatasan pengembangan media bonbox adalah media pembelajaran yang dikembangkan dari boneka orang-orangan menjadi alat simulasi pemilu. Beberapa keterbatasan dari pengembangan media bonbox ini adalah :

1. Media bonbox ini dilakukan pada kelas VI SDN Pengumbulanadi II Tikung-Lamongan dengan jumlah siswa sebanyak 17 siswa.

(12)

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalah pahaman dalam penafsiran terhadap permasalahan yang dibahas di penelitian ini maka penjabaran definisi operasional yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini yaitu:

1. Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi.

2. Media bonbox merupakan media pembelajaran berupa alat peraga simulasi yang dapat diamati sekelompok siswa atau klasikal. Media bonbox ini dapat menyelesaikan masalah tentang materi pemilu agar siswa tertarik dan mudah memahami dalam pembelajaran PPKn materi pemilu.

Gambar

Gambar 1.1 Desain Media Bonbox

Referensi

Dokumen terkait

AbstrakPada perencanaan keuangan Bapak Alexander, dapat dilihat bahwa aset yang dimiliki oleh Keluarga Bapak Alexander tergolong memadai dan permasalahan yang

kering yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan mengeringkan jamur lingzhi pada tray dryer selama 15 jam hingga diperoleh kadar air tertentu. Dari data diatas

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

Pengguna  gedung  wajib  membayar  biaya  sewa  gedung  pembayaran  pertama  minimal  50%  pada  4  bulan  sebelum  pelaksanaan  acara  dan  melunasi 

Perilaku merawat organ genital pada remaja putri di dusun Nanggulan Gadingsari Sanden Bantul Yogyakarta sebelum penyuluhan yaitu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

Maka dari itu untuk mengurangi kecemasan saat menghadapi ulangan siswa dapat diterapkan konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis yang memliki

Sebanyak 10 ibu yang memiliki anak balita terdapat 4 ibu mengatakan tidak mengetahui manfaat imunisasi, 3 ibu mengatakan takut kalau anaknya bila di imuni- sasi jadi panas, 2

 Membuat tabel sederhana hasil pengukuran berat dengan 3.3 Mengenal teks buku harian tentang kegiatan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga dengan bantuan guru