• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN KECUBUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN KECUBUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN KECUBUNG (Datura metel. Linn) TERHADAP PROFIL DARAH MERAH PADA ITIK LOKAL YANG MENGALAMI

TRANSPORTASI

THE EFFECT OF METEL (Datura metel. Linn) INFUSION ON RED BLOOD PROFILE OF LOKAL DRAKELET EXPOSED BY TRANSPORTATION

Sandi Suryana*, Elvia Hernawan**, Dani Garnida** Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

**Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

e-mail: sandisuryana28@gmail.com

ABSTRAK

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) terhadap profil darah merah itik lokal jantan. Penelitian dilakukan di Peternakan Itik Agus di Gunungmanik, Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang dan Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang pada bulan Mei - Juni 2016. Bahan yang digunakan itik lokal jantan sebanyak 60 ekor berumur 35 hari. Metode dalam pengamatan ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) dalam air minum (R0=0%, R1=20%, R2=40%, R3=60%) dan lima ulangan. Sampel darah diambil sebanyak 20 dari 60 ekor, masing-masing unit percobaan diwakili 1 ekor. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa nilai rataan sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit berbeda nyata pengaruhnya (P<0,05). Kesimpulan menunjukan pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) dalam air minum sampai tingkat 60 % pada itik jantan yang ditransportasikan, mampu mempertahankan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dalam rentang normal

Kata Kunci : Itik Lokal Jantan, Infusa Daun Kecubung, Profil Darah Merah ABSTRACT

Research was conducted to determine the effect of metel (Datura metel. Linn) infusion in rations to red blood profile local drakelet. The research was conducted at the Agus Duck Farm at Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang and Biochemistry and Physiology Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran, Sumedang on May - June 2016. The material used are local drakelet as many as 60 units of 35 days old. The research applied an experimental method with a Completely Randomized Design, which consists of four treatments provision of metel (Datura metel. Linn) in ration (R0=0%, R1=20%, R2=40%, R3=60%) and repeated five times. Blood samples were drawn as many as 20 of 60 units, each experimental unit represented 1 unit. Statistical analysis showed that the average value of erythrocyte, hemoglobin and hematocrit were significantly different (P<0.05). In conclusion that the adding of metel (Datura metel. Linn) infusion until 60 % in local drakelet were transported, could maintain red blood cell, hemoglobin and hematocrit in normal range.. Keywords: Local drakelet, Metel Infusion, Erythrocytes Profile

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan protein hewani dan perkembangan industri kuliner menjadikan itik sebagai sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di perkotaan. Transportasi itik dari sentra ternak ke pusat konsumen seringkali menimbulkan stres yang berdampak negatif ditandai dengan dehidrasi dan penyusutan bobot badan. kondisi tersebut secara ekonomis merugikan bagi peternak.

Selama mengalami transportasi, itik mendapatkan berbagai stressor yang dimulai sejak penanganan ternak di kandang hingga transportasi berlangsung yang berupa lama dan jarak perjalanan, terbatasnya pakan, kelelahan, ketakutan, gelisah dan terkejut (Abbas, 2009). Stressor yang diterima akan mengaktifkan mekanisme homeostasis yang mencakup keseimbangan panas, pengaturan panas, tekanan darah, pernafasan dan aktifitas lainnya dalam tubuh (Hafez, 1969 dalam Abbas, 2009).

Penanggulangan stres akan meningkatkan metabolisme yang pada gilirannya angka kebutuhan oksigen meningkat, sementara pengangkut oksigen adalah hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah. Proses homeostasis tubuh atas kondisi tersebut dituntut untuk meningkatkan jumlah sel darah merah agar bisa lebih banyak mengikat oksigen. Homeostasis akan mengaktifkan limfe untuk mengeluarkan cadangan sel darah merah untuk menunjang kelancaran metabolisme tubuh. Sementara itu beberapa indikator terjadinya stres secara fisiologis juga dapat diamati melalui perubahan pada profil darah, yaitu jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit.

Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi stres pada ternak yang ditransportasikan, salah satunya menggunakan obat penenang herbal, tanaman yang dikenal sebagai obat penenang salah satunya adalah tanaman kecubung (Datura metel. Linn). Kecubung termasuk tumbuhan perdu yang tersebar luas di daerah yang beriklim kering dan hidup di daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 meter dari permukaan laut (dpl) (Dalimartha, 2000).

Tanaman kecubung (Datura metel. Linn) merupakan tanaman yang dikenal memiliki khasiat obat, yaitu memberikan efek relaksasi karena mengandung senyawa alkaloid tropan (Dharma, 1985). Senyawa tersebut merupakan golongan antikolinergik yang bekerja menghambat golongan reseptor muskarinik dengan menyekat reseptor muskarini. Khususnya menghambat fungsi muskarinik pada susunan syaraf parasimpatis sehingga efeknya berlawanan dengan kolinergik. Kerja senyawa antikolinergik dapat memblok pengikatan asetilkolin pada reseptor muskarinik sehingga memberikan dampak relaksasi tubuh (Robert Naclerio, 2009).

(3)

Alkaloid tropan terbanyak dalam tumbuhan kecubung terdapat di dalam akar dan biji dengan kadar antara 0,4-0,9%, sedangkan dalam daun dan bunga hanya 0,2-0,3% (Sastrapradja, 1978). Di samping itu tanaman kecubung mengandung senyawa aktif diantaranya flavonoid, saponin dan tanin (Idris, 2015), yang masing-masing memiliki fungsi khusus yang dapat memberikan efek khusus sebagai zat yang mempengaruhi profil darah merah,

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dan tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dalam air minum terhadap profil darah merah itik lokal yang mengalami transportasi yang mampu mempertahannya dalam rentang normal.

BAHAN DAN METODE

Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan yang berumur 35 hari berasal dari Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang. Kisaran bobot badan itik 0,8-1,2 kg, koefisien variasi 9,15%. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu R0 = 60 mL air minum, R1 = 48 mL air minum + 12 mL (20%) infusa daun kecubung, R2 = 36 mL air minum + 24 mL (40%) infusa daun kecubung, dan R3 = 24 mL air minum + 36 mL (60%) infusa daun kecubung. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali, untuk melihat pengaruh perlakuan, dilakukan uji sidik ragam dan uji lanjut yaitu uji jarak berganda Duncan.

Prosedur kerja yang telah dilakukan pada penelitian adalah sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan

Infusa daun kecubung dibuat sesuai dengan prosedur Badan POM RI (2010). Itik jantan sebanyak 60 ekor diberi tanda gelang kaki, di tempatkan dalam kandang yang telah disekat-sekat sesuai perlakuan. Itik tetap berada dalam kandang bersekat selama 2 hari dengan tujuan untuk beradaptasi dengan lingkungan (sosial) yang baru.

2) Tahap Penelitian

Sebelum diberi perlakuan itik dipuasakan dari pakan dan minum selama 3 jam. Infusa daun kecubung diberikan sesuai dengan perlakuan 1 jam sebelum ditransportasikan. Itik dimasukkan kedalam keramba sebanyak 12 sehingga satu keramba diidi dengan 4 unit percobaan. Pukul 12.30 WIB, itik ditransportasikan menggunakan mobil bak terbuka selama 3 jam dan rute transportasi dari Gunungmanik, Tanjung Sari, Perjalanan berawal dari Sumedang menuju Kadipaten Sumedang dan kembali ke Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang dengan jarak tempuh ± 106 km dan rata-rata kecepatan 35,33 km/jam.

(4)

3) Tahap Pengambilan Darah

Sampel darah diambil dari setiap ulangan sebanyak satu ekor, sehingga jumlah sampel sebanyak 20. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan jarum dan spuit ukuran 5 mL dari bagian vena pektoralis eksterna yang telah dibersihkan. Darah dimasukkan ke dalam vacumtube EDTA dan disimpan dalam cooling box. Analisis sampel darah meliputi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Fisiologis Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sel Darah Merah

Sel darah merah berperan membawa oksigen dalam sirkulasi darah untuk dibawa menuju sel dan jaringan. Jumlah sel darah merah mempengaruhi jumlah oksigen yang tersedia untuk metabolisme sel. Selain itu jumlah sel darah merah dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

Rataan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit itik lokal jantan yang diberi berbagai tingkat larutan daun kecubung (Datura metel. Linn) dalam air minum dan ditransportasikan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan rataan jumlah sel darah merah itik lokal dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu R2 (2,72), R0 (2,71), R3 (2,57), R1 (2,43) x (106/μL).

Tabel 1. Rataan Jumlah Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit Lokal Jantan

Perlakuan

R0 R1 R2 R3

Jumlah Sel Darah Merah (106/μL) 2,71 2,43 2,72 2,57

Kadar Hemoglobin (g/dL) 9,2 8,7 9,7 8,8

Nilai Hematokrit (%) 35,9 32,3 36,6 32,5

Keterangan :

R0 = 60 mL air minum tanpa perlakuan

R1 = 48 mL air minum + 12 mL (20%) infusa daun kecubung R2 = 36 mL air minum + 24 mL (40%) infusa daun kecubung R3 = 24 mL air minum + 36 mL (60%) infusa daun kecubung

Rataan jumlah sel darah merah tertinggi terdapat pada perlakuan R3, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 40%, sedangkan rataan jumlah sel darah

(5)

merah paling rendah terdapat pada perlakuan R2, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 20%.

Ilustrasi 1. Rataan Jumlah Sel Darah Merah Itik Jantan yang Diberi Berbagai Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) berbeda nyata (P<0,05) pengaruhnya terhadap jumlah sel darah merah, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan Jumlah Sel Darah Merah Itik Jantan yang Diberi Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi

Perlakuan Rataan (𝟏𝟎𝟔/μL) Signifikansi (0,05)

R1 2,43 a

R3 2,57 ab

R0 2,71 b

R2 2,72 b

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Jumlah sel darah merah pada perlakuan R0, menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Keadaan ini diduga karena ada desakan kebutuhan oksigen saat awal transportasi sehingga dibutuhkan sejumlah sel darah merah untuk dapat mengangkut kebutuhan oksigen. Pada kondisi seperti ini, limfa akan berkontraksi dan memompakan cadangan sel darah merah ke dalam sirkulasi darah (Swenson, 1984; Soeharsono, 2010).

Pemberian infusa daun kecubung menunjukkan bahwa perlakuan R2, memiliki jumlah sel darah merah yang setara dengan perlakuan R0, sementara perlakuan R3 memiliki jumlah

(6)

sel darah merah lebih rendah dari R2, dan R1 memiliki jumlah sel darah merah paling rendah. Kondisi tersebut diduga bahwa penggunaan kecubung dapat diidentikan dengan senyawa alkaloid tropan. Tinggi rendahnya dosis pemberian akan memberikan respons yang berbeda. Pada pemakaian dosis rendah atau alkaloid tropan rendah khususnya atropin berdampak menurunkan kerja jantung (bradikardia), sementara penggunaan dosis tinggi akan menampakkan kondisi yang berbalikan, yaitu meningkatkan kerja jantung (takikardia)

Dugaan fluktuasi jumlah sel darah merah bila dikaitkan dengan dosis, perlakuan R1 atau dosis 20 % mengandung alkaloid tropan rendah yang berarti kerja jantung melambat yang dimungkinkan senyawa tropan berupa atropin dan skopolamin bekerja memblok reseptor muskarinik sehingga kerja syaraf parasimpatis menurun. Pada perlakuan R2 atau dosis 40%, jumlah sel darah merah relatif sama dengan perlakuan R0, tampaknya kerja jantung meningkat mengaktifkan limfa sebagaimana pada perlakuan R0. Sementara pada perlakuan R3 atau dosis 60% tampak jumlah sel darah merah menurun nyata dibandingkan dengan R2. Dosis 60% pada perlakuan R3 adalah dosis tertinggi namun jumlah sel darah merah menurun, keadaan ini ada kaitannya dengan senyawa lain yang terkandung dalam daun kecubung, seperti saponin, tanin, flavonoid yang masing-masing diduga berpengaruh terhadap jumlah sel darah merah. Semakin tinggi dosis infusa daun kecubung yang diberikan berarti semakin meningkat kandungan senyawa-senyawa aktifnya, saponin memiliki sifat sebagai deterjen yang berpeluang melisiskan sel darah merah (Francis dkk, 2002), tanin mempunyai kemampuan mengikat protein (Cheeke, 1989) dan melapisi dinding usus halus akan menghambat penyerapan protein yang menyebabkan terhambatnya pembuatan hormon eritropotein dan mengurangi pembentukan sel darah merah. Walau di sisi lain kehadiran flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidan khususnya menjaga membran sel dari gangguan luar atau dampak dari stres oksidatif berupa radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) akibat meningkatnya metabolisme. Kerja senyawa aktif pada masing-masing belum tampak berpengaruh pada perlakuan R1 dan R2. Fluktuasi jumlah sel darah merah antar perlakuan dampak pemberian infusa kecubung walaupun nyata perubahannya, namun masih dalam kisaran normal, yaitu 1,80-3,82 x 106/μL (Mitruka dkk, 1977).

Kadar Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang mampu mengikat oksigen untuk diangkut dari paru-paru ke seluruh tubuh untuk proses metabolisme sel di dalam jaringan. Hemoglobin juga yang menjadikan sel darah merah berwarna merah. Tabel 1 menunjukkan rataan kadar hemoglobin dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut

(7)

adalah R2 (9,7), R0 (9,2), R3 (8,8), R1 (8,7) x g/dL. Rataan kadar hemoglobin tertinggi terdapat pada perlakuan R2, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 40%, sedangkan rataan paling rendah terdapat pada perlakuan R1, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 20%.

Ilustrasi 2. Rataan Kadar Hemoglobin Itik Jantan yang Diberi Berbagai Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) berbeda nyata (P>0,05) pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin itik jantan, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Jarak Berganda Duncan Kadar Hemoglobin Itik Jantan yang Diberi Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi

Perlakuan Rataan (g/dL) Signifikansi (0,05)

R1 8,7 a

R3 8,8 ab

R0 9,2 ab

R2 9,7 a

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Perlakuan R0 menunjukkan kadar hemoglobin yang tinggi dibandingkan beberapa perlakuan lain. Hal ini diduga akibat meningkatnya laju metabolisme sehingga kebutuhan oksigen meningkat yang menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin (Swenson, 1984), pada keadaan berikut limfa akan berkontraksi untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin. Kadar hemoglobin pada perlakuan R2 yang diberi infusa daun kecubung, menunjukkan kadar

(8)

hemoglobin yang lebih tinggi dibanding R0, sementara R3 dan R1 menunjukkan kadar hemoglobin yang lebih rendah dibanding R0. Kondisi tersebut diduga karena tinggi rendahnya dosis, alkaloid tropan seperti atropin pada dosis tinggi dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung (Ganiswarna, 1995) sedangkan pada dosis rendah menyebabkan penurunan denyut jantung.

Dosis diduga berkaitan dengan tinggi rendahnya kadar hemoglobin, pada perlakuan R1 atau dosis 20 %, alkaloid tropan yang rendah menyebabkan penurunan kerja jantung, sedangkan pada perlakuan R2 diduga dosis tinggi sehingga menyebabkan kerja jantung meningkat dan limpa berkontraksi. Perlakuan R3 dosis semakin tinggi, namun di sisi lain senyawa lain dalam infusa daun kecubung juga meningkat dan diduga berpengaruh sehingga kadar hemoglobin menurun, akibat sel darah merah menurun. Saponin diduga melisiskan sel darah merah (Robinson, 1995), tanin diduga mengikat protein dan melapisi dinding usus sehingga penyerapan protein terhambat dan mengakibatkan pembuatan hormon eritroprotein berkurang. Di sisi lain terdapat flavonoid yang dapat meningkatkan jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (Unigwe dan Nwakpu, 2009) dengan bekerja sebagai antioksidan yang melindungi dari radikal bebas dari hasil metabolisme, namun kerja flavonoid dirasa kurang tampak pada perlakuan R3. Kerja senyawa aktif ini juga diduga belum tampak pada R1 dan R2.

Kadar hemoglobin cenderung dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah, jika sel darah merah tinggi maka kadar hemoglobin tinggi, begitu juga sebaliknya (Schalm, 2010). Pada setiap perlakuan, tinggi rendahnya kadar hemoglobin berbanding lurus dengan jumlah sel darah merahnya. Hasil yang didapat menunjukkan terdapat perbedaan kadar hemoglobin, namun perbedaan tersebut masih dalam batas normal, karena menurut Ismoyowati dkk, (2011) kadar normal hemoglobin itik berkisar 8,02 – 9,24 g/dL dan Mitruka dkk, (1977) berkisar antara 9-21 g/dL.

Nilai Hematokrit

Hematokrit merupakan fraksi darah yang terdiri atas sel-sel darah merah terhadap volume darah. Angka hematokrit bervariasi bergantung pada tingkat kesehatan dan derajat aktivitas tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Tabel 1 menunjukkan rataan nilai hematokrit dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah R2 (36,6), R0 (35,9), R3 (32,5), R1 (32,3) %. Rataan nilai hematokrit tertinggi terdapat pada perlakuan R2, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 40%, sedangkan rataan paling rendah

(9)

terdapat pada perlakuan R1, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 20%.

Ilustrasi 3. Rataan Nilai Hematokrit Itik Jantan yang Diberi Berbagai Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) berbeda nyata (P<0,05) pengaruhnya terhadap nilai hematokrit itik jantan, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan Nilai Hematokrit Itik Jantan yang Diberi Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi

Perlakuan Rataan (%) Signifikansi (0,05)

R1 32,3 a

R3 32,5 ab

R0 35,9 bc

R2 36,6 c

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai hematokrit antar perlakuan R2 berbeda nyata terhadap R0, R3 dan R1. Perlakuan R0 berbeda nyata terhadap R2, R3 dan R1. Perlakuan R3 berbeda nyata terhadap R2, R0 dan R1. Perlakuan R1 berbeda nyata terhdap perlakuan R2, R0 dan R3. Hasil tersebut diatas menunjukkan terdapat perbedaan nilai hematokrit. Perbedaan nilai hematokrit dari antar perlakuan berada dalam kisaran normal, Campbell (2012) menyatakan kisaran hematokrit pada unggas berkisar 35-55 %, pada itik di musim dingin berkisar 46-51 % sedangkan musim panas berkisar 34-44 %.

(10)

Nilai hematokrit dalam tubuh ternak dapat mengalami penurunan dan peningkatan yang disebabkan oleh kondisi tubuh ternak (Davey dkk, 2000). Nilai hematokrit dipengaruhi oleh jumlah sel dan ukuran sel. Volume sel mungkin mengalami perubahan akibat peningkatan air plasma (hemodilution) atau penurunan air plasma (hemoconcentration) tanpa mempengaruhi jumlah sel sepenuhnya (Sturkie dan Griminger, 1976). Nilai hematokrit meningkat kemungkinan akibat dehidrasi yang terjadi ketika transportasi, sel darah merah meningkat sedangkan plasma darah berkurang akibat laju pernafasan yang semakin tinggi yang dikarenakan ternak berupaya membuang panas tubuhnya melalui laju pernafasan.

Hasil penelitian mempunyai hubungan satu sama lain, peningkatan jumlah sel darah merah dan hemoglobin berbanding lurus dengan peningkatan nilai hematokrit pada perlakuan R0, penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin berbanding lurus dengan penurunan nilai hematokrit pada perlakuan R1, begitu juga dengan R2 dan R3 nilainya berbanding lurus dengan dengan jumlah sel darah merah dan hemoglobin pada masing-masing perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Davey dkk, (2000) bahwa nilai hematokrit berkaitan erat dengan jumlah sel darah merah dalam tubuh ternak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) dalam air minum sampai tingkat 60% pada itik jantan yang ditransportasikan, mampu mempertahankan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dalam rentang normal.

SARAN

Pemberian infusa daun kecubung untuk tujuan mengkondisikan ternak tetap dalam keadaan tenang selama ditransportasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penggunaan dosis infusa daun kecubung antara 20-40% dan atau 60-80% untuk mendapatkan dosis yang tepat tanpa berdampak negatif pada profil darah itik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang telah membantu baik dalam bentuk materi maupun moril dalam proses penelitian serta kepada Dr. Ir. Hj. Elvia Hernawan, MS. dosen pembimbing utama dan Ir. Dani Garnida, MS. dosen pembimbing anggota, rekan-rekan satu tim penelitian M. Rasyid Dika dan Aldi Rinaldi yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian penulisan skripsi.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. Hafil. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Andalas University Press. Padang. Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume kelima. Direktorat Obat Asli

Indonesia. Jakarta.

Campbell, Terry W. 2012. Hematology of Birds in Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Second Edition. Willey-Blackwell. USA.

Cheeke, P. R. 1989. Toxicants of Plants Origin. Volume IV. Phenolics. CRC Press.

Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya. Jakarta.

Davey, C., Lill, A. dan Baldwin, J. 2000. Variation during breeding in parameters that influence blood oxygen carrying capacity in shearwaters. Aust. J.Zool. 48, 347-356. Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Francis, G, Z., Kerem, H., P. S. Makkar, and K. Beker. 2002. The Biological Action of Saponin in Animal Sistem: a review. J. Brit Nut. 88: 587-605.

Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Guyton, A. C dan Hall, J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah. EGC. Jakarta. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.

Idris, Herwita. 2015. Tanaman Kecubung (Datura metel L.) Sebagai Bahan Baku Insektisida Botanis Untuk Mengendalikan Hama Aspidomorpha milliaris F. Jurnal Littri 21 (1) Maret 2015. Hal 41-46.

Ismoyowati, Suswoyo, Imam., dan Sulistyawati, Ibnu Hari. 2011. Perbedaan Hematologis Itik Lokal yang Dipelihara secara Gembala dan Terkurung. Prosiding Seminar Nasional “Prospek dan Potensi Sumberdaya Ternak Lokal dalam Menunjang Ketahanan Pangan Hewani” ISBN 978-979- 9204-58-5.

Mitruka, B. M., Howard, M. R. dan Bharan V. V. 1977. Clinical Biochemical and Hematological Reference Values in Normal Experimental Animals. Masso Pbl. USA, Inc. New York.

Robert Naclerio, MD. 2009. Anticholinergic Drugs in Nonallergic Rhinitis. WAO Journal 2009; 2:162–165.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6. Terjemahan: K. Padmawinata. ITB-Press. Bandung.

(12)

Sastrapradja, S. 1978. Tumbuhan Obat. Proyek Sumber Daya Ekonomi Lembaga Biologi Nasional LIPI. Bogor.

Schalm, O. W., Jain, N. C., dan Carrol, E. J. 2010. Veterinary Hematology. Ed ke-6. Philadelphia: Lea & Febiger.

Soeharsono., Andriani, Lovita., Hernawan, Elvia., Kamil, Kurnia A., dan Mushawwir, Andi. 2010. Fisiologi Ternak (Fenomena, Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada Hewan). Widya Padjajaran. Bandung.

Sturkie, P. D. 1976. Avian Phisiology. 3rd Edition. Spinger Verlag. New York.

Swenson, M. J. 1984. Physiology Properties and Cellular and Chemical Constituent of Blood. In Swenson, M. J. (Ed). Duke’s Physiology of Domestic Animals. Cornell University Press. Ithaca and London.

Unigwe, C. R. dan P. E. Nwakpu. 2009. Effect of Ingestion of Garcinia kola Seed on

Gambar

Ilustrasi 1. Rataan Jumlah Sel Darah Merah Itik Jantan yang Diberi Berbagai            Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel
Ilustrasi 2. Rataan Kadar Hemoglobin Itik Jantan yang Diberi Berbagai                       Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel
Ilustrasi 3. Rataan Nilai Hematokrit Itik Jantan yang Diberi Berbagai                        Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisis data yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (a)Intimacy, passion dan commitment

Media Nusantara Citra Tbk dapat diliat dari tahun 2010-2014 mengalami nilai negatif (EVA &lt; 0), artinya manajemen perusahaan belum berhasil menciptakan nilai

Sesuai dengan teori agensi yang menyatakan bahwa selisih antara data keuangan (pertumbuhan pendapatan) dan data non keuangan (pertumbuhan karyawan), yang disebut dengan

mendeskripsikan permasalahan perempuan dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany dengan menggunakan kajian feminis.Berdasarkan hasil analisis data ditemukan

Berdasarkan nilai keanekaragaman bisa diartikan bahwa sungai bawah tanah gua ngerong termasuk dalam perairan sedang atau stabil dengan kisaran angka keanekaragaman

gian dari permukiman Candi penasehat perencana kota, menyebabkan permukiman n bahwa saat ini kualitas urunan karena kepadatan lahan yang menjadi inti dari kampung lama

Bahwa saksi-saksi penggugat menyatakan bahwa perkawinan penggugat dilaksanakan karena terpaksa atau di bawah ancaman yang melanggar hukum dari keluarga tergugat,

Disamping itu kemampuan dari bakteri untuk hidup pada habitat yang lebih basa dan suhu yang lebih tinggi (suhu optimum diatas 50 0 C) memungkinkan produk enzim xilanase yang