• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

xviii

INTISARI

Penelitian tentang pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina bertujuan mengungkapkan spektrum efek toksik infusa daun sirsak terhadap metabolisme karbohidrat yang dilihat berdasarkan kadar glukosa darah dan mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Metode yang dilakukan adalah pengukuran kadar glukosa darah tikus jantan dan betina secara subkronis dengan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari, kekerapan pemberian satu kali sehari. Sebanyak 50 tikus galur Sprague-Dawley (25 jantan dan 25 betina) berumur 2-3 bulan dibagi secara acak dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB, kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak dengan dosis berturut-turut yaitu 108; 180; 301; 503 mg/kgBB. Pada hari ke-1 sebelum pemberian infusa daun sirsak, glukosa darah diukur. Pada hari ke-31 setelah pemberian infusa daun sirsak, darah seluruh tikus diambil pada bagian sinus orbitalis untuk dilakukan pengukuran kadar glukosa darah.

Hasil penelitian tidak ditemukan spektrum efek toksik infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah dan tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik.

(2)

xix

ABSTRACT

The research of the influence of aqueous extract from soursop leaves (Annona muricata L.) in subchronic of blood glucose levels of male and female rats aimed revealed the spectrum of toxic effects soursop leaf aqueous extract on the metabolism of carbohydrates seen by blood glucose levels and expressed relationship between doses soursop leaf aqueous extract with the spectrum of toxic effects.

This research is included to experimental study with one way-complete-random. The method used is the measurement of blood glucose levels in male and female rat by administering soursop leaf aqueous extract for 30 days with frequently once a day. This research using 50 Sprague-Dawley strain rats (25 males and 25 females) aged 2 till 3 months. The rats were randomly divided into 5 groups: control group 8333 mg/kg BW of distilled water, the treatment group was given a dose of soursop leaf aqueous extract is 108; 180; 301; 503 mgkg BW. On day 1 before administration aqueous extract from soursop leaves, blood glucose was measured. On day 31 after administration aqueous extract from soursop leaves, whole rat blood was taken at the orbital sinus for measurement of blood glucose levels.

The results are there were no toxic effects spectrum aqueous extract from soursop leaves on blood glucose levels and there is no kinship between doses aqueous extract from soursop leaves with a spectrum of toxic effects.

Key words : Annona muricata L., aqueous extract, toxicity, subchronic,

(3)

i

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricataL.)

SECARA SUBKRONIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

JANTAN DAN BETINA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Veronika Dita Ayuningtyas NIM : 098114090

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

kemarin, aku BERMIMPI hari ini, ku LAKUKAN mimpi itu

TUHANLAH GEMBALAKU,

TAK KAN KEKURANGAN AKU

(Mazmur 23:1)

(7)
(8)
(9)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata L.)

Secara Subkronis Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan dan Betina” dengan baik. Penyususnan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini atas segala kesabaran, pengarahan, bimbingan, saran, bantuan, serta motivasi dan masukan kepada penulis dalam pengerjaaan skripsi ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberi masukan dan saran kepada penulis.

3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberi masukan dan saran kepada penulis.

(10)

viii

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam determinasi tanaman sirsak (Annona muricataL.).

6. Dokter Ari, Bapak Ratijo, Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Wagiran, Mas Andri selaku laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah banyak memberikan bantuan selama proses pelaksanaan penelitian.

7. Rekan-rekan dan sahabatku tim sirsak (Annona muricata L.), Christiana Lambang Kristanti, Galuh Ajeng, Meita Eryanti, Niken Ambar Sayekti, Raras Pramudita, Suster Imelda atas segala kerjasama, bantuan dan dukungan dalam pengerjaan skripsi.

8. Sahabat-sahabatku Luluk Rahendra Martha, Novia Sarwoning Tyas, Theresia Garri Windrawati, Nanda Chris Nurcahyanti atas motivasi, doa, kebersamaan dan persahabatannya.

9. Seluruh dosen dan teman-teman FSM B 09, FKK B 09 serta seluruh angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

(11)

ix

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang dapat membangun demi kemajuan dimasa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi, serta semua pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun masyarakat.

Yogyakarta, 4 Februari 2013

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

INTISARI ... xviii

ABSTRACT... xix

BAB I. PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

(13)

xi

2. Tujuan khusus ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Tanaman Sirsak (Annona muricataL.)... 6

1. Sinonim ... 6

2. Taksonomi... 6

3. Habitat dan penyebaran ... 6

4. Morfologi…… ... 7

5. Kandungan kimia ... 8

6. Khasiat dan kegunaan ... 10

7. Nama daerah... 10

B. Infusa ... 11

C. Toksisitas ... 11

1. Definisi toksikologi ... 12

2. Asas toksikologi ... 12

a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup ... 12

b. Mekanisme aksi toksik... 13

c. Wujud dan sifat efek toksik ... 13

3. Jenis uji toksikologi... 14

D. Toksisitas Subkronis. ... 14

E. Glukosa Darah ... 18

F. Keterangan Empiris ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

(14)

xii

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 29

1. Variabel penelitian ... 29

a. Variabel bebas ... 29

b.Variabel tergantung... 29

c. Variabel pengacau terkendali... 29

d. Variabel pengacau tidak terkendali... 30

2. Definisi operasional ... 30

a. Infusa daun sirsak ... 30

b. Pengaruh pemberian infusa daun sirsak... 30

C. Alat dan Bahan Penelitian... 30

1. Alat penelitian ... 30

2. Bahan penelitian... 31

D. Tata Cara Penelitian... 32

1. Determinasi daun sirsak ... 32

2. Pengumpulan bahan uji ... 32

3. Pembuatan serbuk kering daun sirsak ... 32

4. Penetapan kadar air serbuk kering daun sirsak... 33

5. Penetapan dosis infusa daun sirsak... 33

6. Pembuatan infusa daun sirsak ... 34

7. Penyiapan hewan uji ... 35

8. Pengelompokan hewan uji ... 35

9. Prosedur pelaksanaan toksisitas subkronis... 35

(15)

xiii

a. Pengamatan berat badan hewan uji ... 36

b. Pengukuran asupan pakan hewan uji ... 36

c. Pengukuran asupan minum hewan uji... 36

E. Tata Cara Analisis Hasil ... 37

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah ... 37

2. Pengamatan berat badan hewan uji... 37

3. Pengukuran asupan pakan hewan uji ... 38

4. Pengukuran asupan minum hewan uji ... 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Determinasi Tanaman Sirsak ... 39

B. Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air Tanaman Sirsak ... 39

C. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak... 41

D. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak... 47

E. Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak... 51

F. Asupan Pakan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak... 56

G. Asupan Minum Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak... 58

(16)

xiv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN... 65

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Nilaipredanpostpemberian infusa daun sirsak serta nilai p

kadar glukosa darah tikus jantan tiap kelompok ... 42 Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar glukosa darah tikus jantan setelah

pemberian infusa daun sirsak ... 43 Tabel III. Nilaipredanpostpemberian infusa daun sirsak serta nilai p

kadar glukosa darah tikus betina tiap kelompok ... 48 Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar glukosa darah tikus betina setelah

pemberian infusa daun sirsak ... 49 Tabel V. Purata berat badan ± SEM tikus jantan akibat pemberian

infusa daun sirsak... 52 Tabel VI. Purata berat badan ± SEM tikus betina akibat pemberian

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Acetogenins terisolasi dari buahAnnona muricata L. ... 9

Gambar 2. Struktur senyawaAnnona... 9

Gambar 3. Skema langkah-langkah dalam glukoneogenesis... 22

Gambar 4. Siklus Cori... 23

Gambar 5. Sintesis dan degradasi glikogen ... 24

Gambar 6. Diagram batang rata-rata pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah tikus jantan antar kelompok perlakuan... 43

Gambar 7. Diagram batang rata-rata pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah tikus betina antar kelompok perlakuan... 48

Gambar 8. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak menurut kelompok dosis pada hari ke 0 sampai hari ke 28 ... 54

Gambar 9. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak menurut kelompok dosis pada hari ke 0 sampai hari ke 28 ... 55

Gambar 10.Grafik asupan pakan tikus jantan akibat pemberian infusa daun sirsak pada hari ke 1 sampai hari ke 28... 56

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto daun sirsak... . 66

Lampiran 2. Foto infusa daun sirsak... . 66

Lampiran 3. Foto serbuk daun sirsak ... 66

Lampiran 4.Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada kelompok perlakuan. ... . 67

Lampiran 5. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ... . 68

Lampiran 6. Perhitungan rendemen serbuk daun sirsak ... 69

Lampiran 7. Penetapan kadar air serbuk daun sirsak... . 69

Lampiran 8. Surat pengesahan determinasi tanaman sirsak. ... . 71

Lampiran 9. Suratethics committee approval. ... . 72

Lampiran 10. Analisis Statistik Kadar Glukosa DarahPredanPost pada Tikus Jantan melalui ujiPaired T-Test... . 73

Lampiran 11. Analisis Statistik Kadar Glukosa DarahPredanPost pada Tikus Betina melalui ujiPaired T-Test. ... . 74

Lampiran 12. Analisis Statistik Kadar Glukosa DarahPostpada Tikus Jantan. ... . 75

Lampiran 13. Analisis Statistik Kadar Glukosa DarahPostpada Tikus Betina. ... . 79

Lampiran 14. Analisis Statistik Berat Badan Tikus Jantan... . 84

(20)

xviii

INTISARI

Penelitian tentang pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina bertujuan mengungkapkan spektrum efek toksik infusa daun sirsak terhadap metabolisme karbohidrat yang dilihat berdasarkan kadar glukosa darah dan mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Metode yang dilakukan adalah pengukuran kadar glukosa darah tikus jantan dan betina secara subkronis dengan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari, kekerapan pemberian satu kali sehari. Sebanyak 50 tikus galur Sprague-Dawley (25 jantan dan 25 betina) berumur 2-3 bulan dibagi secara acak dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB, kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak dengan dosis berturut-turut yaitu 108; 180; 301; 503 mg/kgBB. Pada hari ke-1 sebelum pemberian infusa daun sirsak, glukosa darah diukur. Pada hari ke-31 setelah pemberian infusa daun sirsak, darah seluruh tikus diambil pada bagian sinus orbitalis untuk dilakukan pengukuran kadar glukosa darah.

Hasil penelitian tidak ditemukan spektrum efek toksik infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah dan tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik.

(21)

xix

ABSTRACT

The research of the influence of aqueous extract from soursop leaves (Annona muricata L.) in subchronic of blood glucose levels of male and female rats aimed revealed the spectrum of toxic effects soursop leaf aqueous extract on the metabolism of carbohydrates seen by blood glucose levels and expressed relationship between doses soursop leaf aqueous extract with the spectrum of toxic effects.

This research is included to experimental study with one way-complete-random. The method used is the measurement of blood glucose levels in male and female rat by administering soursop leaf aqueous extract for 30 days with frequently once a day. This research using 50 Sprague-Dawley strain rats (25 males and 25 females) aged 2 till 3 months. The rats were randomly divided into 5 groups: control group 8333 mg/kg BW of distilled water, the treatment group was given a dose of soursop leaf aqueous extract is 108; 180; 301; 503 mgkg BW. On day 1 before administration aqueous extract from soursop leaves, blood glucose was measured. On day 31 after administration aqueous extract from soursop leaves, whole rat blood was taken at the orbital sinus for measurement of blood glucose levels.

The results are there were no toxic effects spectrum aqueous extract from soursop leaves on blood glucose levels and there is no kinship between doses aqueous extract from soursop leaves with a spectrum of toxic effects.

Key words : Annona muricata L., aqueous extract, toxicity, subchronic,

(22)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kekayaan alam di Indonesia terdiri atas 30.000 jenis tanaman dari total 40.000 jenis tanaman di dunia, dimana 9.600 jenis diantaranya merupakan tanaman berkhasiat obat (Kusuma and Zaky, 2005). Saat ini beragam produk berbahan dasar tanaman obat (herbal) terus bermunculan. Penggunaan tanaman obat tidak hanya sebatas tren, tetapi telah menjadi gaya hidup. Hal ini sejalan dengan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature), tak terkecuali masyarakat Indonesia. Penggunaan tanaman obat oleh masyarakat dikarenakan komponen bioaktif dari tanaman obat dapat dimanfaatkan secara langsung untuk menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit. Salah satu penggunaan tanaman obat yang dikenal dimasyarakat adalah obat tradisional. Obat tradisional berasal dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional penanganan serta pengembangan obat tradisional harus dapat memberikan dasar-dasar yang kuat sehingga penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2005). Ada beberapa alasan mengapa penggunaan tanaman obat harus dipelajari yaitu terdapat kemungkinan tanaman obat memiliki efek terapetik dan memiliki efek samping yang tidak diinginkan.

(23)

kemampuannya untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, luka, penyakit kulit, antiparasit, astringen, sedatif, dan bahkan sekarang daun sirsak semakin dikenal kemampuannya dalam mengobati penyakit kanker. Menurut penelitian daun sirsak mengandung senyawa aktif Annonaceous acetogenin yang dapat membunuh sel kanker dan telah terbukti resisten terhadap agen antikanker (Taylor, 2002).

Pada saat ini konsumsi daun sirsak oleh masyarakat sebagai tanaman obat semakin banyak, pengonsumsiannya dengan membuat air rebusan daun sirsak (Zuhud, 2011). Pengonsumsian oleh masyarakat hanya berdasarkan dasar-dasar empiris tanpa tahu dosis dan jangka waktu pengonsumsian yang benar. Sebagian besar masyarakat mengonsumsi daun sirsak sebagai tanaman obat dalam jangka waktu panjang. Namun, penelitian mengenai penggunaan daun sirsak pada jangka panjang masih sedikit dilakukan.

(24)

dan subkronis ekstrak air Annona muricatapada hewan uji mencit albino selama 14 hari. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar glukosa darah dengan pemberian ekstrak airAnnona muricata.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis terhadap tikus jantan dan betina selama tiga puluh hari. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi ketoksikan akibat penggunaan berulang infusa daun sirsak dengan melihat perubahan pada kadar glukosa darah. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari serangkaian uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada tikus jantan dan betina.

Daun sirsak diolah menjadi sediaan infusa didasarkan pada acuan sediaan herbal Direktorat Obat Asli Indonesia (2010). Oleh karena itu, diharapkan dengan menggunakan infusa daun sirsak dapat dilihat spektrum efek toksik terhadap kadar glukosa darah. Selain itu, infusa merupakan salah satu bentuk sediaan herbal dengan proses pembuatan yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun.

1. Perumusan masalah

a. Seberapa besar spektrum efek toksik (perubahan biokimia) infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah yang dinilai dari perubahan kadar glukosa darah? b. Apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan

(25)

2. Keaslian penelitian

Sepengetahuan penulis penelitian terhadap daun sirsak yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Toksisitas Akut dan Subkronis Ekstrak AirAnnona muricata (Linn.) pada Hewan. Pada penelitian ini, hasil yang diperoleh terhadap pengukuran kadar glukosa darah adalah terdapat pengaruh ekstrak air Annona muricata

yang menyebabkan penurunan luar biasa dalam kadar glukosa darah terutama pada dosis 1000 mg pada tikus jantan dan betina dengan pembandingan terhadap kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya komponen hipoglikemik dalam ekstrak dan dapat memberikan kepercayaan pada penggunaan Annona muricata sebagai agen hipoglikemia. Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan uji keterbalikan dari ekstrak airAnnona muricata

(Arthur,et al., 2011).

b. Aktivitas Anti Hiperglikemia pada Annona Muricata (Linn.). Pada penelitian ini hasil yang didapat bahwa Annona Muricata(Linn.) memiliki sifat aktivitas anti-hiperglikemia berdasarkan perbedaan yang signifikan antara kelompok hiperglikemia yang di beri obat dan yang tidak diberi obat pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin (Adeyemi, Komolafe, Adewole, Obuotor and

Adenowo, 2008).

(26)

memiliki efek yang menguntungkan pada jaringan pankreas yang diinduksi streptozotocin. A. muricata menunjukkan aktivitas antioksidan dan mampu mengurangi dan atau mencegah, kerusakan pankreas yang dihasilkan oleh Streptozotocin. (AdewoleandMartin, 2006).

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang toksisitas subkronis infusa daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina selama 30 hari belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian, ilmu kedokteran, dan pengetahuan tentang obat-obat tradisional khususnya tanaman sirsak.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi tentang spektrum toksisitas subkronis infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah, hubungan efek dan dosis.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya potensi efek toksik dari infusa daun sirsak.

2. Tujuan khusus

a. Mengungkapkan spektrum efek toksik (perubahan biokimia) infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah yang dinilai dari perubahan kadar glukosa darah. b. Mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum

(27)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)

1. Sinonim

Annona bondplaniana Kunth, Anona cearaensis Barb. Rodr., Annona macrocarpa Werckle, Annona muricata var.borinquensis Morales, dan

Guanabanus muricata(L.) Gomez.

(Pintoet al., 2005) 2. Taksonomi

Kingdom : Plantae (tanaman)

Subkingdom : Tracheobionta (tanaman berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tanaman berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies :Annona muricata L.

(Plantamor, 2008) 3. Habitat dan penyebaran

(28)

tumbuh di semak, padang rumput dan sepanjang jalan. Tanaman ini umumnya dibudidayakan di pekarangan dan ditemukan di daerah pedesaan, serta di taman vulkanik (AgroForestryTree, 2012).

Tanaman sirsak berasal dari Amerika tropis, yakni sekitar Peru, Meksiko, dan Argentina, kemudian menyebar ke Filipina dan Indonesia. Di Indonesia, sirsak memiliki beberapa nama daerah seperti nangka belanda, nangka seberang, atau buah nona. Sesuai dengan namanya, buah sirsak berlapis seperti kantong (zak) dan masam (zur) (Sunarjono, 2006).

4. Morfologi

Sirsak merupakan tanaman menyerupai semak dan perdu dengan tinggi pohon sekitar 5 - 10 meter. Batang sirsak coklat berkayu, bulat, dan bercabang. Mempunyai daun berbentuk telur atau lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang tangkai 5 mm, berwarna hijau kekuningan. Daun sirsak berseling dengan panjang 7,6 - 15,2 cm, lebar 2,5 - 7,6 cm, permukaan daun kasar, mengkilap di atas, gundul di bagian bawah, sederhana, stipula tidak ada. Daun berwarna hijau di bagian atas, pucat dan kusam di bagian bawah. Bau daun sirsak menyengat kuat, petioles pendek dengan ukuran 3 - 10 mm (AgroForestryTree, 2012).

(29)

berbentuk bulat telur atau hati. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji sirsak mengkilap, berwarna coklat gelap atau hitam, berbentuk lonjong, berukuran 2 x 0,7 cm. Tanaman sirsak berakar tunggang dan akar samping kuat serta agak dalam. Nama genusAnnonaberasal dari bahasa Latinanonyang berarti produksi tahunan, mengacu pada saat produksi dari berbagai spesies dalam genus ini (AgroForestryTree, 2012).

5. Kandungan kimia

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian, diketahui bahwa zat aktif yang terkandung di dalam daun sirsak adalah alkaloid, saponin, flavonoid (Mangan, 2009). Jumlah total alkaloid 0,65 g/kg pada daun, 19,7 g/kg pada kulit akar, 2,5 g/kg pada kulit batang. Daun sirsak mengandung fitosterol, Ca-oksalat dan alkohol murisine (Permadi, 2008). Pada bagian daun, biji dan kulit mengandung

benzyltetrahydroisoquinolines misalnya retikulin. Tanaman sirsak mengandung

alkaloid isoquinoline: annonaine(EFSA, 2009).

Pathak, Saraswathy, Vora, dan Savai (2010) melaporkan bahwa daun sirsak mengandung metabolit sekunder seperti tanin, steroid, dan glikosida. Daun sirsak mengandung Annonaceous acetogenins. Selain itu, terdapat senyawa tak jenuhmono-epoxyC-35 dan C-37,epomuriceninsA dan B (8+9),epomusenins A dan B (10+11), epomurinins A dan B (12+13) juga terisolasi (Gambar 1.) (Dembitskyet al., 2011).

Acetogenines yang ditemukan dalam Annona muricata L. meliputi :

annocatalin, annohexocin, annomonicin, annomontacin, annomuricatin,

(30)

gigantetronenin, montanancin, muracin, muricatalicin, muricin, robustosin,

solamin, squamocin, uvariamicin (Castillo-Sánchez, Jiménez-Osornio, and

Delgado-Herrera, 2010).

Gambar 1. Acetogenins terisolasi dari tanamanAnnona muricata L.

(Dembitskyet al., 2011)

Komponen utama dari minyak daunAnnona muricataadalahβ-kariofilen

(Dembitskyet al., 2011).

(31)

6. Khasiat dan kegunaan

Seluruh bagian dari pohon sirsak dapat digunakan sebagai obat alami termasuk kulit pohon, daun, akar, buah, dan biji buah. Teh daun sirsak merupakan salah satu cara mengonsumsi daun sirsak untuk mengobati berbagai gangguan penyakit. Kulit pohon, daun, dan akar dianggap sebagai obat penenang, antispasmodik, hipotensi. Umumnya, buah dan jus buah dimanfaatkan untuk mengobati cacing dan parasit, mengobati demam, meningkatkan ASI setelah melahirkan, dan sebagai obat diare dan disentri (Taylor, 2002).

Khasiat daun sirsak bagi orang sehat berguna untuk menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma. Daun sirsak diresepkan oleh para herbalis, salah satunya untuk mengatasi beragam penyakit kanker (Zuhud, 2011). Daun sirsak mempunyai daya sebagai antibakteri (Pathak et. al., 2010) dan mempunyai aktivitas anti hiperglikemia (Adeyemi,et al., 2008).

7. Nama daerah

Jawa : nangka sabrang

Sunda : nangka walanda

Madura : nangka buris

Bali : srikaya jawa

Aceh : deureuyan belanda

Nias : durio ulondro

(32)

Gorontalo : langelo walanda

(Redaksi Agromedia, 2008).

B. Infusa

1. Definisi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infus merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Infusa dapat diminum panas atau dingin (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).

2. Pembuatan

Proses pembuatan sediaan infusa yaitu dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dilakukan pemanasan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, lalu menambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).

C. Toksisitas

(33)

diketahui dengan menggunakan suatu tolok ukur yaitu tolok ukur kualitatif dan tolok ukur kuantitatif.

1. Definisi toksikologi

Karakteristik toksik adalah menghasilkan efek kesehatan yang tidak diinginkan atau merugikan. Toksisitas merupakan efek toksik (samping) dari bahan kimia atau fisika terhadap organisme makhluk hidup. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang efek samping (toksisitas) bahan kimia atau fisika yang dapat dihasilkan di dalam organisme makhluk hidup dalam kondisi tertentu dari suatu pemberian zat beracun. Toksikologi merupakan suatu ilmu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif semua bahaya atau toksisitas yang berhubungan dengan pemberian suatu zat beracun. Toksikologi adalah ilmu eksperimental yang menyelidiki proses, sifat, pengaruh, mekanisme, dan faktor risiko untuk efek buruk dari zat beracun (Williams, James,andRoberts, 2000). 2. Asas toksikologi

a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup

(34)

makhluk hidup dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan antaraksi antara kedua ubahan ini (Donatus, 2001).

b. Mekanisme aksi toksik

Mekanisme aksi toksik racun digolongkan menjadi tiga, yakni mekanisme berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat antaraksi antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan risiko penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat dan tempat kejadian mekanisme aksi toksik digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel diawali oleh racun pada tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun akan berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas atau tak khas, melalui mekanisme reaksi kimia. Tubuh akan memberi respon berupa perbaikan atau adaptasi sebelum terjadi efek yang tidak diinginkan, tetapi apabila mekanisme pertahanan tubuh tidak lagi mampu memperbaiki akan timbul respon toksik berupa perubahan biokimia, fungsional, atau struktural. Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung karena racun bereaksi diluar sel sasaran (Donatus, 2001).

c. Wujud dan sifat efek toksik

(35)

mekanisme homeostatis normal makhluk hidup masih dapat bekerja maka perubahan biokimia bersifat timbal balik (Donatus, 2001).

3. Jenis uji toksikologi

Uji toksikologi dibedakan menjadi dua golongan :

a. Uji ketoksikan tak khas, dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan tak khas dikenal uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. b. Uji ketoksikan khas, dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek khas

suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan khas terdapat beberapa uji yaitu uji potensiasi, kekarsinogenikan, kemutagenikan, keteratogenikan, reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku

(Donatus, 2001).

D. Toksisitas Subkronis

(36)

terhadap jaringan dan plasma darah) dari pemberian dosis berulang pada hewan uji (Gad, 2002).

Hewan uji yang disarankan paling tidak satu jenis hewan dewasa sehat, baik jantan maupun betina. Hewan uji dipilih yang peka dan memiliki pola metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin dengan manusia (Donatus, 2001). Spesies hewan dapat digunakanrodent dan non-rodent. Spesies hewan rodent menggunakan tikus. Hewan dimasukkan dalam dua kategori kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan yang dilakukan secara acak (Gad, 2002). Jumlah kelompok hewan uji paling tidak sebanyak empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol dan tiga kelompok peringkat dosis. Jumlah hewan uji untuk jangka waktu penelitian selama empat minggu, paling tidak terdapat lima jantan dan lima betina dalam satu kelompok (Derelanko and Mannfred, 2002). Jalur pemberian sesuai dengan jalur yang digunakan manusia dan peringkat dosis. Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan subkronis, meliputi:

(1) Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali,

(2) asupan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan, diukur paling tidak 7 hari sekali,

(3) gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari,

(4) pemeriksaan terhadap hematologi, paling tidak diperiksa dua kali, pada awal akhir uji coba,

(37)

(6) analisis urin, paling tidak sekali,

(7) pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba

( Donatus, 2001) Keterbalikan toksisitas terjadi apabila efek buruk atau efek yang tidak diinginkan yang dapat dikembalikan apabila pemaparan dihentikan. Keterbalikan toksisitas tergantung pada sejumlah faktor, termasuk tingkat pemaparan (waktu dan jumlah racun) dan kemampuan jaringan yang terkena untuk memperbaiki atau meregenerasi (Williamset. al., 2000).

Ada banyak cara organisme dapat menanggapi senyawa beracun, jenis respon tergantung pada banyak faktor. Meskipun banyak efek toksik dari senyawa asing memiliki dasar biokimia, ekspresi efeknya mungkin berbeda. Oleh karena itu jenis respon beracun dibedakan menjadi :

(1) Tindakan beracun secara langsung, (2) farmakologi, fisiologi, efek biokimia, (3) teratogenesis,

(4) imuno toksisitas,

(5) karsinogenesis (Timbrell, 2008).

Sarana utama dalam mendeteksi respon beracun apabila tidak terdapat kematian seperti organisme atau jaringan adalah :

(38)

cairan tubuh dapat menunjukkan kebocoran dari jaringan karena merusak dan merupakan indikasi perubahan patologis.

2. Perubahan status normal, terdapat sejumlah penanda toksisitas. Dengan demikian, perubahan berat badan, asupan makanan dan minum, luaran urin, dan berat organ merupakan indikator yang umum dan spesifik untuk toksisitas. Oleh karena itu, hewan yang mengonsumsi lebih sedikit makanan dan kehilangan bobot setelah terpapar senyawa beracun atau peningkatan berat organ karena terpapar senyawa beracun, perubahan ini dikonfirmasi dengan pengukuran kimia, biokimia, dan histopatologi

(Timbrell, 2008). Ada dua basis yang berbeda untuk jenis farmakologi, fisiologi, dan efek biokimiawi, basis ini dibedakan menjadi farmakokinetika dan farmakodinamika. Farmakokinetika berbasis pada efek toksik yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi senyawa atau metabolik aktif di sisi target. Hal ini dikarenakan, peningkatan dosis, perubahan metabolisme, atau kejenuhan proses eliminasi. Basis efek toksik farmakodinamika terdapat respon yang berubah pada sisi target, kemungkinan karena adanya variasi reseptor (Timbrell, 2008).

(39)

Hidrazin bahan kimia industri menyebabkan hiperglikemia, sebagai akibat dari mobilisasi glikogen karena efek hati dan hipoglikemia sebagai penghasil glikogen habis, dan glukoneogenesis dihambat (Timbrell, 2008).

E. Glukosa Darah

Jenis- jenis zat yang diangkut oleh darah, berperan dalam darah serta mencerminkan proses-proses metabolik tidak terhingga banyaknya, tetapi relatif sedikit diantaranya yang dikur pada pemeriksaan rutin. Ada yang ditetapkan guna mendapatkan informasi mengenai organ atau proses tertentu dan ada juga yang menggambarkan akibat menyeluruh dari banyak peristiwa metabolik (Widmann, 1983).

(40)

glukosa dalam darah, baik pada keadaan normal, maupun sebagai respon terhadap rangsangan. Dengan mengukur kadar glukosa dalam darah dapat diketahui apakah regulasi berhasil atau tidak. Jika kadar itu jelas menyimpang dari nilai normal, umpamanya terlalu tinggi atau terlalu rendah itu menandakan bahwa homeostatis terganggu dan hasil pengukuran glukosa darah seharusnya menjadi dorongan untuk melacak etiologi penyimpangan itu (Widmann, 1983).

Glukosa yang berasal dari pencernaan karbohidrat diserap melalui vena porta hati. Hati berperan mengatur konsentrasi berbagai metabolit larut air dalam darah. Pada glukosa hal ini dicapai dengan menyerap glukosa yang melebihi kebutuhan saat ini dan mengubahnya menjadi glikogen (glikogenesis) atau asam lemak (lipogenesis). Diantara waktu makan, hati berperan mempertahankan glukosa darah dari glikogen (glikogenolisis), dan bersama dengan ginjal, dengan mengubah metabolit nonkarbohidrat, seperti laktat, gliserol, dan asam amino menjadi glukosa (glukoneogenesis) (Murray et al., 2006). Metabolisme karbohidrat, antara lain sebagai berikut:

1. Glikolisis

(41)

Langkah-langkah dalam glikolisis, antara lain :

a. Fosforilasi α-D-glukosa dikatalisis oleh enzim heksokine menjadi α -D-glukosa 6-fosfat dengan bantuan ATP dan Mg2+. Reaksi ini bersifat irreversibel.

b. Isomerisasi α-D-glukosa 6-fosfat oleh glukosa 6-fosfat isomerase menjadiα-D-fruktosa 6-fosfat

c. Fosforilasi α-D-fruktosa 6-fosfat dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase menjadi α-D-fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan ATP dan Mg2+. Reaksi ini bersifat irreversibel.

d. Pemotonganα-D-fruktosa 1,6-bifosfat dikatalis oleh aldolase menjadi D-Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat, melibatkan reaksi kondensasi retro-aldol.

e. D-Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat diinterkonversikan oleh enzim triosefosfat isomerase.

f. Oksidasi D-Gliseraldehid 3-fosfat, diiringi dengan fosforilasi intermediet asam karboksilat untuk menghasilkan D-1,3-bisfosfogliserat diperantarai oleh enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase.

(42)

h. Isomerisasi antara D-3-fosfogliserat menjadi D-2-fosfogliserat, dikatalis oleh enzim fosfogliseromutase.

i. Dehidrasi D-2-fosfogliserat oleh enolase untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat dengan bantuan Mg2+

j. Konversi irreversibel fosfoenolpiruvat menjadi piruvat, dikatalisis oleh piruvat kinase dengan bantuan Mg2+dan juga menghasilkan ATP. Reaksi ini bersifat irreversibel.

(Ngili, 2009). 2. Glukoneogenesis

(43)

Gambar 3. Skema langkah-langkah dalam glukoneogenesis (Ngili, 2009)

3. Siklus Cori

(44)

diubah menjadi glukosa 6-fosfat dengan enzim heksokinase lalu memasuki glikolisis. Keseluruhan proses ini disebut siklus Cori (Ngili, 2009).

Gambar 4. Siklus Cori (Ngili, 2009)

4. Metabolisme glikogen

Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan. Zat ini terutama ditemukan di hati dan otot. Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah diantara waktu makan (Murray,et al., 2006).

(45)

Gambar 5. Sintesis dan degradasi glikogen (Ngili, 2009)

Pemeliharaan kadar glukosa darah yang sangat memadai penting bagi jaringan yang memakai glukosa sebagai bahan bakar utama (otak) atau bahan bakar satu-satunya (eritrosit). Pemeliharaan kadar glukosa darah yang stabil merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat yang melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon. Hormon yang berperan dalam mengatur glukosa darah, antara lain :

1. Insulin berperan sentral dalam mengatur glukosa darah, berefek langsung terhadap hiperglikemia dalam meningkatkan penyerapan glukosa ke dalam hati.

2. Glukagon, sekresinya dirangsang oleh hipoglikemia. Kerja glukagon bertentangan dengan kerja insulin.

(46)

4. Epinefrin disekresikan oleh medula adrenal akibat rangsangan yang menimbulkan stres (rasa takut, kegembiraan, pendarahan, hipoksia, hipoglikemia, dsb) dan menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot karena stimulasi fosforilase

(Murrayet al., 2006). Mekanisme pengaturan kadar glukosa darah :

1. Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat penting. Artinya saat glukosa darah meningkat hingga konsentrasi yang tinggi, yaitu sesudah makan, dan kecepatan eksresi insulin juga meningkat, sebanyak dua pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam waktu singkat akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Lalu, selama beberapa jam berikutnya, bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan insulin berkurang hati akan melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Dengan cara ini, hati mengurangi fluktuasi konsentrasi glukosa darah sampai kira-kira sepertiga dari fluktuasi yang dapat terjadi. Pada pasien penyakit hati yang parah, hampir tidak mungkin mempertahankan konsentrasi glukosa darah dalam batas yang sempit ini.

(47)

yakni meningkatkan kadar glukosa darah kembali ke nilai normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal, mekanisme umpan balik insulin ini jauh lebih penting daripada mekanisme glukagon, namun pada keadaan kelaparan atau pemakaian glukosa yang berlebihan selama aktivitas fisik dan keadaan stres yang lain, mekanisme glukagon ini menjadi bernilai.

3. Selain itu, pada keadaan hipoglikemia berat, timbul suatu efek samping akibat kadar glukosa darah yang rendah terhadap hipotalamus, yang akan merangsang sistem saraf simpatis. Selanjutnya hormon epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut dari hati. Jadi, epinefrin juga membantu melindungi agar tidak timbul hipoglikemia berat. 4. Dan akhirnya, sesudah beberapa jam dan beberapa hari, sebagai respon

terhadap keadaan hipoglikemia yang lama, akan timbul sekresi hormon pertumbuhan dan kortisol, dan kedua hormon ini mengurangi kecepatan pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, dan sebaliknya akan menambah jumlah pemakaian lemak. Hal ini juga akan mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal

(48)

Sebagian besar glukosa yang terbentuk melalui proses glukoneogenesis selama proses pencernaan digunakan untuk metabolisme di otak. Pankreas memang tidak seharusnya menyekresi insulin selama waktu ini; kalau tidak, persediaan glukosa yang tidak cukup ini, akan diangkut ke otot dan jaringan perifer yang lain, sehingga otak tidak mempunyai sumber makanan lagi (Guyton

andHall, 2006).

Konsentrasi glukosa darah juga perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena empat alasan berikut :

1. Glukosa dapat menimbulkan sejumlah besar tekanan osmotik dalam cairan ekstrasel, dan bila konsentrasi glukosa meningkat secara berlebihan, akan dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel.

2. Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah menyebabkan keluarnya glukosa dalam air seni.

3. Hilangnya glukosa melalui urin juga menimbulkan diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit.

4. Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jaringan, terutama pembuluh darah. Kerusakan vaskular, akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan berakibat pada peningkatan risiko terkena serangan jantung, stroke, penyakit ginjal stadium akhir, dan kebutaan

(49)

konsentrasi glukosa di darah dapat mengalami keadaan yang disebut hipoglikemia yaitu penurunan kadar glukosa darah (Sari, 2007). Hipoglikemia dapat memburuk dan menyebabkan kebingungan, kecanggungan atau pingsan (NIDDK, 2008). Hal ini karena pasokan otak terganggu atau kurang karena sel otak sumber energinya berasal dari glukosa sehingga pada suatu saat dapat menyebabkan koma dan kematian (Sari, 2007). Hal ini adalah salah satu kegagalan glukoneogenesis bersifat fatal (Murray,et al., 2006).

Kadar glukosa darah yang meningkat diluar rentang glukosa darah yang normal (hiperglikemia) disebabkan oleh masalah mekanis pada pankreas yang gagal memproduksi insulin sehingga menyebabkan glukosa darah terlalu banyak disimpan di hati (Vaxa, 2012).

F. Keterangan Empiris

(50)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan dan betina termasuk penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Varibel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas :

Peringkat dosis infusa daun sirsak. Dosis infusa daun sirsak adalah volume tertentu (ml) infusa daun sirsak tiap satuan kilogram berat badan subjek uji yang bersangkutan.

b. Variabel tergantung

Kadar glukosa darah tikus jantan dan betina ditandai dengan tolok ukur kuantitatif berupa efek yang ditimbulkan setelah pemberian infusa daun sirsak. c. Variabel pengacau terkendali

(51)

e) Keadaan fisik berstatus sehat. 2) Bahan uji berupa daun sirsak

a) Daun sirsak diambil dari bagian tengah antara pucuk dan pangkal daun, berwarna hijau, utuh, dan segar.

b) Diperoleh dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei sampai Juni 2012.

d. Variabel pengacau tak terkendali

Keadaan patologi tikus jantan dan betina galur Sprague Dawley yang digunakan; meskipun keadaan fisik sehat, belum menjamin bahwa kadar glukosa darah tikus normal.

2. Definisi Operasional

a. Infusa daun sirsak

Infusa serbuk kering daun sirsak dibuat dengan cara menginfundasi sejumlah 6,0 g serbuk kering daun sirsak dalam air 100,0 ml pada suhu 90oC selama 15 menit.

b. Pengaruh pemberian infusa daun sirsak

Didefinisikan sebagai efek yang ditimbulkan oleh infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa dalam darah tikus jantan dan betina.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

(52)

b. Alat-alat penetapan kadar air serbuk daun sirsak antara lain : labu beralas bulat 500 ml, pendingin air balik, alat penampung, tabung penerima 5 ml, pemanas, tabung penyambung.

c. Alat-alat pembuatan infusa daun sirsak antara lain : Bekker glass, timbangan, batang pengaduk, gelas ukur, panci infusa, heater, Stopwatch, kain flanel.

d. Alat-alat uji toksisitas antara lain : kandang tikus (metabolic cage), timbangan, Bekker glass, jarum suntik per oral, spuit injeksi, Eppendorf, pipa kapiler (haematokrit).

2. Bahan penelitian

Bahan uji yang digunakan dalam peneletian ini sebagai berikut :

a. Hewan uji yang digunakan yaitu tikus jantan dan betina galur Sprague Dawleyberumur 2 – 3 bulan dengan berat badan 170 – 280 g yang diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

b. Daun sirsak yang digunakan diambil pada bagian tengah antara pucuk dan pangkal daun dalam kondisi segar berwarna hijau dan utuh. Daun diperoleh dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei sampai Juni 2012.

(53)

d. Asupan pakan hewan uji yaitu pelet AD-2 yang diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. e. Asupan minum hewan uji berupa air reverse-osmosis yang diperoleh dari

Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

f. Pereaksi toluen P diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi daun sirsak

Determinasi daun sirsak telah dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri yang dipunyai daun sirsak dengan buku acuan (Steenis, 1975) hingga ketingkat spesies. Determinasi disahkan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, Dosen Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak. Daun yang dipilih adalah daun dalam kondisi segar dan berwarna hijau pada bagian tengah antara pucuk dan pangkal daun. Daun yang diperoleh hanya berasal dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei sampai Juni 2012.

3. Pembuatan serbuk kering daun sirsak

(54)

Rendemen serbuk daun sirsak dihitung dengan menggunakan rumus : ୠ୭ୠ୭୲ ୢୟ୳୬ ୩ୣ୰୧୬୥

ୠ୭ୠ୭୲ ୢୟ୳୬ ୠୟୱୟ୦x 100 %

(WidyastutiandIstini, 2000).

4. Penetapan kadar air serbuk kering daun sirsak

Sebanyak 50 g daun sirsak dimasukkan kedalam 200 ml toluen ke dalam labu beralas bulat. Toleun dituang ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin. Labu beralas bulat dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, disuling dengan kecepatan 2 tetes tiap detik hingga sebagian air tersuling, kecepatan penyulingan dinaikan hingga 4 tetes per detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima pendingin dibiarkan hingga suhu kamar. Setelah air dan toluen terpisah sempurna dilakukan pembacaan volume air. Kadar air dihitung dalam %.

5. Penetapan dosis infusa daun sirsak

Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pengobatan pada masyarakat sehari-hari, dosis pada perlakuan ini adalah 2 g/ 70 kgBB manusia.

Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence and Bacharach, 1964).

Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g

= 0,036 g/ 200gBB tikus Dosis untuk 1 kg tikus =ଵ଴଴଴

ଶ଴଴ x 0,036

(55)

Peringkat dosis tertinggi infusa daun sirsak, dihitung dengan menggunakan konsentrasi 6 g/ 100 ml

D x BB = C x V

D x 300 g = 6 g/100 ml x 2,5 ml

D = 0,0005 g/gBB

D = 500 mg/kgBB

Dari kedua dosis tersebut kemudian ditentukan faktor pengali untuk peringkat dosis :

Faktor pengali = ටௗ௢௦௜௦ ௧௘௥௧௜௡௚௚௜ ௗ௢௦௜௦ ௧௘௥௘௡ௗ௔௛

೙షభ

= ටହ଴଴ ௠௚/௞௚஻஻ ଵ଼଴ ௠௚/௞௚஻஻

యషభ

= 1,67

Peringkat dosis yang diperoleh berdasarkan faktor pengali : Dosis I = 108 mg/kgBB tikus

Dosis II = 180 mg/kgBB tikus Dosis III = 301 mg/kgBB tikus Dosis IV = 503 mg/kgBB tikus

6. Pembuatan infusa daun sirsak

(56)

100 ml maka dapat ditambahkan air panas melalui ampas rebusan hingga volume yang diinginkan tercapai.

7. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan terdiri dari tikus jantan dan betina, galur

Sprague-Dawley, umur 2- 3 bulan, berat badan 170-280 g, berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina) disiapkan dan ditempatkan dalam metabolic cage. Pada setiap metabolic cage berisi satu tikus. Tiga hari sebelum dilakukan perlakuan hewan uji diadaptasikan padametabolic cage.

8. Pengelompokan hewan uji

Pada penelitian ini digunakan lima puluh ekor tikus, dibagi menjadi lima kelompok secara acak, yaitu satu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan, masing-masing kelompok uji terdiri dari sepuluh ekor tikus (lima jantan dan lima betina). Kelompok I sampai IV diberi perlakuan infusa daun sirsak dengan peringkat dosis berturut-turut, yaitu 108; 180; 301; 503 mg/kgBB tikus. Kelompok V, yaitu kelompok kontrol negatif diberi aquadest sebanyak 8333 mg/kgBB tikus.

9. Prosedur pelaksanaan toksisitas subkronis

(57)

di Parahita Medical Lab. Pemberian infusa daun sirsak dilakukan selama 30 hari pada setiap kelompok perlakuan sesuai dengan peringkat dosis. Pada hari ke 31, darah semua tikus diambil melalui vena orbital mata, ditampung pada Eppendorf

berisi heparin untuk diambil serum darah kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tikus.

10. Pengamatan

a. Pengamatan berat badan hewan uji

Pengamatan berat badan terhadap hewan uji dilakukan dengan cara menimbang hewan uji dengan timbangan. Penimbangan berat badan hewan uji dilakukan setiap hari. Perhitungan purata berat badan tikus dilakukan dengan cara menambahkan berat badan tikus kemudian dibagi dengan jumlah tikus ditiap kelompok dilakukan pada hari 0, 7, 14, 21, 28.

b. Pengukuran asupan pakan hewan uji

Hewan uji diberikan asupan pakan setiap hari sebanyak 20 g dan dilakukan penggantian pakan setiap harinya. Cara mengukur besarnya asupan pakan tikus yaitu dengan menimbang pakan yang diberikan pada hari pertama, kemudian pada hari kedua pakan yang masih tertinggal pada wadah ditimbang. Selisih penimbangan antara berat pakan hari kedua dengan berat badan hari pertama, dihitung sebagai asupan makanan yang dihabiskan pada hari pertama.

c. Pengukuran asupan minun hewan uji

(58)

dilakukan dengan cara memasukkan 150 ml air pada wadah dihari pertama, kemudian pada hari kedua jumlah sisa air yang masih terdapat dalam botol dihitung. Air minum yang dihabiskan tikus pada hari pertama dihitung dengan cara mengurangkan jumlah air minum yang diberikan pada hari pertama dengan jumlah air minum sisa pada hari kedua.

E. Analisis dan Evaluasi Hasil

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah

Data kadar glukosa darah dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov

untuk melihat distribusi data tiap kelompok. Apabila distribusi data normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% , kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Apabila hasil analisis dengan uji

Kolmogorov Smirnov data menunjukkan distribusi yang tidak normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis non parametrik, yaitu Kruskal Walis untuk mlihat perbedaan kadar glukosa darah antar kelompok, dilanjutkan dengan uji

Mann Whitneyuntuk mengetahui perbedaan uji tiap kelompok.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan dilakukanuji paired-T testuntuk tiap kelompok.

2. Pengamatan berat badan hewan uji

Data perubahan berat badan merupakan data pendukung dengan dihitung purata kenaikan berat badan pada hari ke 0, 7, 14, 21, dan pada hari ke 28. Data perubahan berat dilakukan dianalisis dengan menggunakanGeneral Linier Model

(59)

3. Pengukuran asupan pakan hewan uji

Data pengukuran asupan pakan hewan uji dilakukan dengan menghitung purata harian asupan pakan hewan uji. Setelah 28 hari, profil pola makan dibuat dengan menggunakan grafik.

4. Pengukuran asupan minum hewan uji

(60)

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya potensi efek toksik dari infusa daun sirsak. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik (perubahan biokimia) infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah yang dinilai dari perubahan kadar glukosa darah dan mengungkapkan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.

A. Determinasi Tanaman Sirsak

Determinasi tanaman bertujuan untuk menentukan nama atau jenis tanaman dengan spesifik dan tepat karena tumbuhan memiliki berbagai jenis varietas. Hal ini berguna dalam pemanfaatan tanaman tersebut sehingga tidak menimbulkan masalah. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan tanaman dengan kunci determinasi berdasarkan buku acuan. Hasil determinasi tanaman sirsak dilakukan sampai ketingkat spesies.

Setelah determinasi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tanaman sirsak yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman sirsak dengan nama ilmiahAnnona muricataL.

B. Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air Tanaman Sirsak

(61)

menggunakan mesin penyerbuk (blender). Serbuk kering daun sirsak diayak menggunakan ayakan nomor 40. Tujuan pengayakan ini adalah untuk menyeragamkan ukuran serbuk daun sirsak. Ayakan nomor 40 diklasifikasikan sebagai serbuk setengah kasar (Direktorat Jendral Pangawasan Obat dan Makanan, 1994). Daun sirsak basah sejumlah 184,00 g yang telah diproses tersebut, didapatkan serbuk kering daun sirsak sejumlah 41,40 g, lalu dilakukan perhitungan rendemen. Perhitungan rendemen serbuk daun sirsak bertujuan mengetahui persen jumlah serbuk kering daun sirsak yang diperoleh dari daun sirsak basah yang telah diproses. Rendemen serbuk daun sirsak yang diperoleh dari daun sirsak basah adalah sebesar 22,50 %.

(62)

C. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan spektrum efek toksik infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah, maka dilakukan pemeriksaan terhadap kadar glukosa darah untuk mengungkapkan spektrum efek toksik tersebut. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pre (sebelum) pemberian infusa daun sirsak dan post (setelah) pemberian daun sirsak selama 30 hari. Hal ini ditujukan untuk melihat kebermaknaan perbedaan kadar glukosa darah diantara keduanya. Pengukuran dilakukan terhadap glukosa darah sewaktu. Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar glukosa darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan (Sutedjo, 2006).

Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan ARCHITECT ci 8200 dengan metode heksokinase/G-6-PDH. Prinsip metode heksokinase/G-6-PD yaitu glukosa terfosforilasi oleh heksokinase dengan bantuan ATP dan ion Mg2+ untuk menghasilkan glukosa-6-fosfat (G-6-P) dan adenosin difosfat (ADP). Glukosa-6-fosfat dehidrogenase akan mengoksidasi G-6-P menjadi 6-fosfoglukonat dengan bersamaan terjadi reduksi nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) menjadi nikotinamid adenin dinukleotida tereduksi (NADH). Satu µml NADH diproduksi untuk setiap µmol konsumsi glukosa. NADH yang dihasilkan akan menyerap cahaya pada panjang gelombang 340 nm dan dideteksi secara spektrofotometri.

(63)

aqudest bertujuan untuk melihat apakah penggunaan aquadest sebagai pelarut infusa daun sirsak dapat memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah. Dosis aquadest yang digunakan sebesar 8333 mg/kgBB dikarenakan konsentrasi aquadest yang digunakan adalah 1 g/ml.

Kadar glukosa darah pada tiap kelompok diukur pada saatpre (sebelum) dan post (setelah) pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari, lalu dianalisis menggunakan uji Paired T-test, uji ini dilakukan karena subjek uji yang digunakan sama namun memiliki perlakuan yang berbeda dan melihat apakah terdapat pengaruh pemberian infusa daun sirsak yang bermakna padapredanpost

perlakuan ditiap kelompok perlakuan.

Tabel I.Nilaipredanpostpemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar glukosa darah tikus jantan tiap kelompok

Kelompok Perlakuan

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Nilai p

mg/kgBB tikus 77,8 ± 3,2

67,0 ± 5,9 0,247TB Ket. : TB = berbeda tidak bermakna (p>0.05) B = berbeda bermakna (p<0.05)

Pre= sebelum pemberian infusa daun sirsak

Post= setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari

(64)

Gambar 6. Diagram batangrata-rata pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel II.Hasil ujiScheffekadar glukosa darah tikus jantan setelah (post) pemberian infusa daun sirsak

Kelompok

(65)

Hasil analisis data dari tabel I menunjukkan bahwa kadar glukosa darah kelompok kontrol aquadest pada awal dan akhir masa uji menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Artinya, pemberian aquadest tidak memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah sehingga bila terjadi pengaruh terhadap kadar glukosa darah tikus tidak disebabkan penggunaan aquadest sebagai pelarut infusa daun sirsak.

Pada tabel I diperoleh hasil bahwa pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB, kadar glukosa darah pre dan post pemberian infusa daun sirsak menunjukkan hasil berbeda bermakna (p>0,05). Kebermaknaan perbedaan kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB disebabkan terjadinya penurunan kadar glukosa darah, dilihat dari nilai rerata ± SEM yaitu data pre -perlakuan sebesar 68,6 ± 5,6 mg/dl dan data post-perlakuan sebesar 46,6 ± 6,6 mg/dl. Namun, apabila dilihat dari data post pemberian infusa daun sirsak, kadar glukosa darah pada dosis tersebut yang dibandingkan dengan kadar glukosa darah kelompok kontrol aquadest menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (tabel II). Hal ini berarti penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian infusa daun sirsak masih dalam batas normal.

(66)

merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat yang melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon seperti insulin, glukagon, kelenjar hipofisis dan epinefrin.

Setelah dilakukan analisis terhadap kadar glukosa darah pre dan post

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari. Kadar glukosa darahpostpemberian infusa daun sirsak selama 30 hari dianalisis menggunakan One Way Anova, bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest.

Hasil analisis varian satu arah (One Way Anova) terhadap kadar glukosa darahpost pemberian infusa daun sirsak diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,003 (p<0,05). Hal ini menandakan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan maka analisis dilanjutkan dengan ujiScheffeuntuk mengetahui data dan analisa kebermaknaan perbedaan tersebut. Pengujian dengan uji Scheffe ini juga bertujuan khusus yaitu untuk mengetahui kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis pemberian infusa daun sirsak. Analisis data dapat dilihat pada tabel II.

Analisis data dilakukan dengan membandingkan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dengan kelompok kontrol aquadest. Hal ini dikarenakan aquadest adalah pelarut yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, aquadest menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna pada pengukuran kadar glukosa darah

(67)

Hasil menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara glukosa darah tikus kelompok kontrol aquadest dengan semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak seperti terlihat pada tabel II. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak menimbulkan pengaruh yang bermakna terhadap kadar glukosa darah tikus jantan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya mekanisme untuk memelihara kadar glukosa darah untuk tetap dalam kondisi normal yang merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat dengan melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon (Murray, et al., 2006).

(68)

D. Hasil Uji Kadar Glukosa Darah Tikus Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak

Penelitian ini merupakan uji mengenai toksisitas subkronis maka idealnya pemeriksaan juga dilakukan pada tikus betina. Pemeriksaan kadar glukosa darah pada tikus betina mengalami perlakuan yang sama seperti perlakuan pada tikus jantan. Sama halnya dengan tikus jantan, pemeriksaan kadar glukosa darah tikus betina dilakukan sebelum (pre) dan setelah (post) 30 hari pemberian infusa daun sirsak dan dianalisis dengan menggunakan uji Paired T-test. Uji ini dilakukan karena subjek uji yang digunakan sama namun memiliki perlakuan berbeda, bertujuan mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar glukosa darah tikus betina pada pre dan post perlakuan disetiap kelompok perlakuan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis maka setelah pengujian terhadap kadar glukosa darah

(69)

Tabel III.Nilaipredanpostpemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar glukosa darah tikus betina tiap kelompok

Kelompok Perlakuan

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Nilai p Ket. : TB = berbeda tidak bermakna (p>0.05) B = berbeda bermakna (p<0.05)

Pre= sebelum pemberian infusa daun sirsak

Post= setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari

SEM=Standar Error of Mean

(70)

Tabel IV.Hasil ujiScheffekadar glukosa darah tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak

Kelompok

Ket. : TB = berbeda tidak bermakna (p>0.05) B = berbeda bermakna (p>0.05)

(71)

rerata kadar glukosa darah semua kelompok perlakuan yang diuji saat pre dan

post perlakuan adalah sama (berbeda tidak bermakna) dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi kadar glukosa darah tikus betina.

Hasil uji One Way Anova terhadap kadar glukosa darah setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari mendapatkan nilai probabilitas sebesar 0,192 (p>0,05). Hasil ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol aquadest dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak. Hasil uji One Way ANOVA selanjutnya dipertegas menggunakan uji

Scheffeuntuk melihat perbedaan yang tidak bermakna tersebut.

(72)

adanya kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis. Namun, untuk lebih melihat spektrum efek toksik dengan lebih jelas dapat dilakukan uji subkronis infusa daun sirsak terhadap tikus jantan dan betina selama 90 hari serta dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada infusa daun sirsak.

E. Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak

(73)

Tabel V.Purata berat badan ±SEMtikus jantan akibat pemberian infusa daun sirsak

Kelompok Perlakuan (mg/kgBB)

Purata berat badan g ±SEM

Hari ke-Keterangan : I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB

II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB V = kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

SEM=Standar Error of Mean

(74)

Tabel VI.Purata berat badan ±SEMtikus betina akibat pemberian infusa daun sirsak

Kelompok Perlakuan (mg/kgBB)

Purata berat badan g ±SEM

Hari ke-Keterangan : I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB

II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB V = kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

SEM=Standar Error of Mean

IDS = Infusa Daun Sirsak

(75)

tidak mempengaruhi berat badan tikus jantan dan betina. Hal ini berarti perbedaan dari perubahan berat badan tikus kelompok kontrol dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dikarenakan proses pertumbuhan pada tikus jantan dan betina.

Gambar 8. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak menurut kelompok dosis pada hari ke 0 sampai hari ke 28

Keterangan : I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB V = kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

(76)

Gambar 9. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun sirsak menurut kelompok dosis pada hari ke 0 sampai hari ke 28

Keterangan : Dosis I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Dosis II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Dosis III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Dosis IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

Gambar 8 menunjukkan grafik perubahan berat badan tikus dengan profil yang sama, artinya dengan pertambahan umur tikus jantan juga diikuti dengan pertambahan berat badan tikus jantan. Begitu juga grafik yang ditunjukkan pada gambar 9, grafik perubahan berat badan tikus betina dengan profil yang sama, hal ini menunjukkan bahwa tiap kelompok perlakuan terjadi peningkatan berat badan pada hari ke 28.

(77)

F. Asupan Pakan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa daun Sirsak

Asupan pakan tikus juga merupakan salah satu data pendukung dalam uji toksisitas. Sama halnya dengan perubahan berat badan, asupan pakan merupakan salah satu indikator umum dan spesifik untuk toksisitas. Pola makan dapat mempengaruhi perubahan berat badan tikus jantan dan betina. Apabila terjadi perbedaan bermakna pada perubahan berat badan tikus maka kemungkinan hal tersebut disebabkan adanya efek dari pemberian infusa daun sirsak atau pola makan tikus. Data asupan pakan tikus jantan dan betina tidak dianalisis menggunakan uji statistik karena bertujuan untuk melihat profil pola makan tikus jantan dan betina.

Gambar 10. Grafik asupan pakan tikus jantan akibat pemberian infusa daun sirsak pada hari ke 1 sampai hari ke 28

Keterangan : Dosis I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Dosis II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Dosis III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Dosis IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

0

(78)

Gambar 11. Grafik asupan pakan tikus betina akibat pemberian infusa daun sirsak pada hari ke 1 sampai hari ke 28

Keterangan : Dosis I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Dosis II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Dosis III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Dosis IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

Pada gambar 10, grafik pola makan (asupan pakan) tikus jantan normal. Pada gambar 11, grafik menunjukkan pola peningkatan asupan pakan tikus betina. Secara garis besar berdasarkan grafik pada gambar 10 dan 11 menunjukkan pola makan tikus jantan dan betina normal, kalaupun terdapat peningkatan atau penurunan asupan pakan tidak bermakna. Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa perubahan berat badan pada tikus jantan dan betina disebabkan oleh proses pertumbuhan dan asupan pakan (pola makan) tikus.

0

(79)

G. Asupan Minum Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa daun Sirsak

Data pendukung lain dalam penelitian ini adalah asupan minum tikus jantan dan betina. Berat badan dan asupan makan merupakan indikator umum atau spesifik penanda toksisitas, begitu juga dengan asupan minum. Data asupan minum tidak dianalisis dengan statistik karena tujuan dari pengamatan asupan minum ini untuk melihat pola minum dari tikus jantan dan betina.

Gambar 12. Grafik asupan minum tikus jantan akibat pemberian infusa daun sirsak pada hari ke 1 sampai hari ke 28

Keterangan : Dosis I = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Dosis II = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Dosis III = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Dosis IV = kelompok pemberian Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

0

Gambar

Tabel II.Hasil uji Scheffe kadar glukosa darah tikus jantan setelah
Gambar 1. Acetogenins terisolasi dari tanaman Annona muricata L.
Gambar 3. Skema langkah-langkah dalam glukoneogenesis (Ngili, 2009)
Gambar 4. Siklus Cori (Ngili, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada jenis busi Denso Iridium mengalami peningkatan torsi sebesar 0,48 % dari busi NGK Standar menggunakan koil standar, hal ini disebabkan karena kombinasi percikan bunga

Wardana (2016) meneliti tentang pengaruh variasi CDI terhadap kinerja otor bensin empat langkah 200 cc berbahan bakar premium. Parameter yang dicari adalah torsi, daya

Pada variasi CDI Standar dan knalpot standar dengan CDI racing knalpot standar berbahan bakar pertamax plus mengalami peningkatan torsi dan daya, torsi CDI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input (tebu, jam tenaga kerja, dan jam mesin) terhadap jumlah gula pasir yang dihasilkan, besarnya tingkat elastisitas input

Desa Umeanyar sebagai desa satelit di sekitar Kecamatan Seririt yang dalam sepuluh tahun terakhir tidak memiliki kasus pelecehan seksual anak, sementara beberapa desa

Reportase adalah rubrik utama majalah MyMagz yang berisi dari beberapa artikel yang isinya sesuai dengan tema yang diangkat di edisi

(4) Perguruan tinggi penyelenggara dalam melaksanakan sertifikasi harus sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.