• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam perusahaan, baik itu perusahaan kecil maupun perusahaan besar.Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Mondy, Noe and Premeaux (1999:6) meliputi lima fungsi yaitu: (1) Human resources planning, recruitment

and selection, (2) Human resources development, (3) Compensation and benefit, (4) Safety and healty (5) Employee and labor relation. Keberhasilan pelaksanaan

fungsi sumber daya manusia dapat dilihat dari umpan balik yang diberikan karyawan dalam bentuk peningkatan motivasi dan tercapainya kepuasan kerja.

Perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan karyawan sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan kegembiraan karyawan pada saat melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat menimbulkan kepuasan kerja pada diri karyawan, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dennis Hayes yang dikutip TB. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitalaya Hubeis (2007:129) mengungkapkan bahwa: “Ketika orang bekerja di tempat yang peduli terhadapnya, mereka akan memberikan lebih dari sekedar kewajiban”. Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam baik jenis maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang cenderung tidak terbatas. Untuk itu manusia terdorong untuk melakukan aktivitasnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan menemukan kepuasan dalam kehidupannya yaitu

(2)

2

dengan bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Martin Lucas dan Kim Wilson dalam Ansis Kleden (1992:36) mengemukakan bahwa: ”Pekerjaan dapat menjadi sumber kepuasan bagi orang yang diberikan pekerjaan tersebut”.

Masalah kepuasan kerja memerlukan perhatian yang khusus dari perusahaan karena pada umumnya ketidakpuasan kerja karyawan tersembunyi dibalik keluhan-keluhan, pemogokan dan perlambanan kerja, yang semuanya jika dibiarkan berlarut-larut akan menghambat organisasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dapat dikatakan kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu kunci utama dalam perusahaan. Sesuai dengan pendapat Malayu S.P. Hasibuan (2003:203) mengatakan bahwa: “Kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan”.

Belum optimalnya kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu permasalahan yang sering dijumpai dalam perusahaan. Hal ini dapat diketahui dari ciri-ciri yang ditimbulkannya. Pendapat Martin Lucas dan Kim Wilson dalam Ansis Kleden (1992:36) mengemukakan bahwa:

Karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya cenderung akan dijumpai tingkat kecelakaan akibat kerja, keterlambatan, kemangkiran, pergantian pekerja, menghasilkan barang di bawah standar dan kurangnya sarana perlengkapan kerja.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan pendorong moral kerja, ketidakpuasan karyawan akan mempengaruhi produktifitas perusahaan. Banyaknya kecelakaan yang terjadi dan tingkatnya keterlambatan, kemangkiran dan kurangnya sarana perlengkapan kerja. Oleh

(3)

karena itu perusahaan harus benar-benar memperhatikan hak-hak karyawan, yang diharapkan dapat menimbulkan kepuasan kerja karyawan.

Kepuasan kerja merupakan aspek penting pada diri seorang pegawai didalam sebuah organisasi. Maka dari itu aspek kepedulian harus dibina dan dikembangkan. Menurut Susilo Martoyo (1992:115) mengatakan bahwa:

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Veitzhal Rifai (2004:457) bahwa:

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Dengan demikian kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

Menurut pendapat diatas bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dimana tingkat kepuasan setiap orang itu berbeda-beda tergantung dari kemampuan, keterampilan dan harapan yang ia inginkan. Dari hasil penelitian ada beberapa karyawan diketahui, mereka merasa kurangnya kedisiplinan karyawan maupun perusahaan dalam menjalankan peraturan yang sudah ditetapkan dan lambannya penanganan jika terjadi kecelakaan kerja, disitulah yang membuat ketidakpuasan karyawan dalam bekerja.

(4)

Menurut melayu S.P. Hasibuan (2001:202) indikator kepuasan kerja dapat diukur dengan kedisiplinan, tingkat kedisiplinan karyawan dpat dilihat dari absensi kehadiran dalam bekerja. Karyawan yang puas pada umumnya tingkat ketidakhadirannya cenderung rendah, sedangkan karyawan yang tidak puas pada umumnya tingkat ketidakhadirannya cenderung tinggi. Hal ini diperkuat dengan data persentase ketidakhadiran di PT. Nikkatsu Electric Works dalam periode Januari-Juni 2011 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Persentase Ketidakhadiran Karyawan Periode Januari-Juni 2011

PT. Nikkatsu Electric Works

No Jenis Absen Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Total %

1 Permisi 11 8 9 5 8 7 48 2,1 2 Sakit 24 16 26 25 24 27 142 6,2 3 Mangkir 23 29 42 35 40 43 212 9,25 4 Cuti 76 83 68 81 86 113 507 22,12 5 H1 13 14 10 17 20 12 86 3,75 6 CDT 14 12 8 18 5 29 86 3,75 7 H2 2 3 2 3 2 1 13 0,57 8 S2 2 1 10 8 2 6 29 1,27 9 ½ M 0 1 0 0 0 0 1 0 10 ½ H 11 7 11 12 17 11 69 3,01 Jml Karyawan 382 382 382 382 382 382 Prosentase (%) 4,6 4,6 4,9 5,3 5,3 6,5

Sumber : Bagian Umum

Tabel diatas dapat dilihat persentase ketidakhadiran pada PT. Nikkatsu Electric Works. Tingkat ketidakhadiran karyawan yang mangkir pada periode Januari sampai dengan Juni 2011 sebesar 9,25%, karyawan yang sakit sebesar 6,2% kemudian yang permisi sebesar 2,1% sedangkan karyawan yang cuti selama periode Januari sampai Juni 2011 mencapai 22,12%, hal ini disebabkan karena

(5)

perusahaan memberikan cuti dalam satu bulan satu kali diluar hari libur dan rata-rata karyawan memanfaatkan cuti tersebut. Jika diakumulasikan tingkat ketidakhadiran karyawan terjadi pada bulan januari yaitu sebesar 4,6% dan pada bulan Juni terjadi tingkat ketidakhadiran karyawan yang cukup tinggi sebesar 6,5%.

Setiap karyawan membutuhkan suasana kerja yang menjamin keselamatan dan kesehatan kerja yang mereka lakukan, hal ini sejalan dengan pendapat Willie Hammer dalam Sedarmayanti (2011:205) yang mengatakan bahwa: “Keamanan diadakan karena tiga alasan yang penting, yakni alasan berdasarkan prikemanusiaan, alasan berdasarkan undang-undang dan alasan ekonomik”. Berdasarkan fenomena tersebut salah satu cara untuk menyikapinya adalah dengan melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Upaya-upaya yang telah dilakukan di Indonesia dalam rangka menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain adalah dikeluarkannya berbagai peraturan perundangan.Seperti ketentuan pokok tentang perlindungan tenaga kerja dalam UU No. 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang salah satu pasalnya menyatakan bahwa:

Tiap tenaga kerja mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril manusia serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup (1) Norma kesehatan kerja, (2) Norma kerja, (3) Pemberian ganti kerugian perawatan dan rehabilitas dalam hal kecelakaan kerja.

(6)

6

Dengan adanya UU. No 12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan sudah sangat jelas bahwasannya, setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan moril manusia yang sesuai. Pemerintah membina perlindungan kerja diantaranya norma kesehatan kerja, norma kerja dan pemberian ganti rugi perawatan dan rehabilitas kecelakaan kerja.

Marihot Tua Efendi (2009:312) “Keamanan kerja merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja”. Dari pendapat diatas bahwa dalam perusahaaan harus diciptakan keamanan kerja dan perlindungan kerja dengan harapan dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

Ketidakpuasan karyawan dapat dilihat dari data tingginya tingkat kecelakaan kerja di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan terhitung sejak tahun 2009-2011.

Tabel 1.2

Daftar Kecelakaan Kerja Karyawan Tahun 2009-2011 No Tahun JumlahKecelakaan Kerja

1 2009 5 orang

2 2010 11 orang

3 2011 13 orang

Sumber: Bagian Umum

Daftar kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Nikkatsu Electric Works mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terhitung sejak tahun 2009 sampai 2011. Kecelakaan yang terjadi ditahun 2009 korban kecelakaan kerja sebanyak 5 orang, pada tahun 2010 kecelakaan kerja menjadi 11 orang dan kecelakaan kerja mengalami kenaikan ditahun 2011 yakni berjumlah 13 orang, hal tersebut

(7)

menunjukkan bahwa implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Nikkatsu Electric Works kurang optimal.

Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja dikarenakan kurang optimalnya sarana penunjang keselamatan dan kesehatan kerja. Tidak memadainya sarana peralatan serta perlengkapan keselamatan kerja dapat dilihat dari data peralatan dan perlengkapan kerja sebagai berikut.

Tabel 1.2

Peralatan dan Perlengkapan Kerja PT. Nikkatsu Elctric Works Bandung No Peralatan dan Perlengkapan

keselamatan kerja

Jumlah Status

1 Battere (Tembus Asap) 42 Baik

2 Pakaian Tahan Panas 91 Kondisi 50% baik

3 Martil 21 Baik

4 Pemancar Fariabel Zet Fox 42 Baik

5 Pakaian Anti Panas 2 Baik

6 Linggis 21 Baik

7 Helm 116 Baik

8 Sepatu 137 Kondisi 30% baik

9 Masker Fullface 67 Baik

10 Sarung Tangun 137 Kondisi 30% baik

11 Pengisian Oksigen 1 Baik

12 Anhang (Pompa Derrek) 2 Baik

13 Breathing Apparatus (BA) 6 2 Rusak

Sumber: Sie Pengendalian Sarana Kerja

Jika dilihat dari tabel perlengkapan dan peralatan yang ada, dapat terlihat bahwa sarana fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja masih belum memadai bagi karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung. contohnya Sarung tangan, berdasarkan data yang ada, kondisi sarung tangan karyawan, sepatu dan pakaian tahan panas sudah tidak dalam keadaan baik lagi tepatnya 70% kurang baik. Sedangkan menurut hasil wawancara penulis dengan Sie. Pengendalian

(8)

8

Sarana Kerja mengatakan, sarung tangan berperan penting bagi semua karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Sarung tangan dapat mengurangi resiko kecelakaan ringan seperti, lecet, melepuh pada telapak tangan, luka.

PT. Nikkatsu Electric Works merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) bergerak dibidangindustri manufaktur alat-alat listrik, core dan lampu hemat energi.Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan General Manajer yaitu Ibu Tika pada hari selasa, tanggal 5 Juni 2012, beliau mengatakan bahwa:“...program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini sudah terprogram dimana bertujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya kerja, oleh karena itu perusahaan ini sangat mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja.Semua program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah disosialisasikan kepada setiap karyawan untuk menjadikan suatu budaya yang melekat pada diri karyawan. Namun masih banyak karyawan yang kurang memahami bahaya pekerjaannya, yang mengakibatkan melonjaknya angka kecelakaan kerja karena keteledoran karyawan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Kepala Bagian Umum yaitu Ibu Ida Erlinda mengatakan bahwa: “... penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah berjalan dengan baik akan tetapi masih sering terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecerobohan karyawan sendiri, alat pelindung diri yang kondisinya kurang baik serta kurang nya pelatihan”.

Bertitik tolak uraian di atas, penulis menduga bahwa ada pengaruh tingkat efektifitas implementasidari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kepuasan kerja karyawan, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk

(9)

mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dengan mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh ImplementasiProgram Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dalam setiap perusahaan tidak semua karyawan memahami program keselamatan dan kesehatan kerja yang mengakibatkan karyawan kerja dengan seenaknya. Mereka cenderung tidak berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya yang dibebankan kepada mereka setiap harinya.Hal inilah yang memicu terjadinya kecelakaan kerja, untuk itu perusahaan menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja untuk menanggulangi kecelakaan. Sayangnya masih banyak karyawan yang malas karena kurang mematuhi prosedur dalam hal penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan kurangnya motivasi dan pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Halinilah yang menyebabkan adanya ketidakpuasan karyawan terhadap implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Nikkatsu Electric Works.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini secara spesifik terungkap dalam pertanyaan masalah (problem question) sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat efektifitas implementasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung?

(10)

10

2. Bagaimana gambaran tingkat kepuasan kerja karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung?

3. Adakah pengaruh tingkat efektifitas implementasi dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih dalam mengenai pengetahuan yang telah peneliti terima di bangku perkuliahan dan untuk menambah pengalaman peneliti dalam mengamati objek yang diteliti.

Adapun tujuan penelitian yang akan penulis teliti ini diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran tentang tingkat efektifitas implementasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung.

2. Memperoleh gambaran tentang tingkat kepuasan kerja karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung.

3. Mengetahui adakah pengaruh tingkat efektifitas implementasi dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung.

(11)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan baik secara teoritik maupun praktis.

1. Secara teoritik

Diharapkan dapat dijadikan kajian lebih lanjut dalam penelitian tentang manajemen sumber daya manusia, khususnya mengenai pengaruh implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.

2. Secara praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan khususnya dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang diberikan kepada seluruh karyawan di PT. Nikkatsu Electric Works Bandung.

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapatmengoptimalisasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta, data, gejala, dan peristiwa yang terjadi untuk kemudian dapat ditarik kesimpulan secara objektif dan ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah disajikan sebelumnya, penulis tertarik untuk menuangkan tema penelitian ke dalam rumusan judul sebagai berikut: “Pengaruh Kompetensi, Motivasi,

Bagaimana manfaat hasil belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi Terhadap Kesiapan PKL Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi pada

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa karyawan yang sudah keluar dari pekerjaan di bagian sales consumer loan, bahwa ia resign karena target yang tinggi

Untuk mendapatkan semua itu maka perusahaan ataupun organisasi harus dapat menciptakan iklim organisasi yang dapat mendukung terciptanya perilaku positif yang akan ditunjukkan

Akibat hukum dari penyitaan ini ialah bahwa pemohon atau penyita barang tidak menguasai barang yang telah disita, sebaliknya yang terkena sita dilarang untuk

Penurunan frekuensi panen bersamaan dengan harga pupuk yang terus meningkat, biaya produksi, kebijakan harga pemerintah yang menetapkan HPP yang terlau rendah sehingga

Menimbang : bahwa untuk memenuhi dan melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (3) dan Pasal 84 ayat (4) Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2017

Selain itu upaya peningkatan kualitas sistem pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Purwakarta yang sakit secara gratis melalui Sistem Jaminan Kesehatan juga menjadi