• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIK MAKNA ANTI RASISME DALAM FILM MANDELA: LONG WALK TO FREEDOM. Skripsi. Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIK MAKNA ANTI RASISME DALAM FILM MANDELA: LONG WALK TO FREEDOM. Skripsi. Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIK MAKNA ANTI RASISME DALAM FILM MANDELA: LONG WALK TO FREEDOM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos.)

oleh: Izzah Dinillah NIM: 11140510000014

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/ 2021 M

(2)

ANALISIS SEMIOTIK MAKNA ANTI RASISME DALAM FILM MANDELA: LONG WALK TO FREEDOM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Izzah Dinillah 11140510000014 Di bawah bimbingan Dr. Ibnu Qoyim MA NIP. 19541124 198403 1 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/ 2021

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul "Analisis Semiotik Makna Anti Rasisme

Dalam Film Mandela: Long Walk To Freedom" telah diujikan

dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah pada Selasa, 16 Februari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Program Studi Komunikasi dan Penyiaian Islam.

Jakarta, 16 Februari 2021

SIDANG MUNAQOSAH

Kctua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Dr. Armawati Arbi, M.Si Dr. H. Edi Amin, S.Ag, M.A NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Dudun Ubaedullah, M.Ag Ade Rina Farida, M.Ag NIP. 197505082008011012 NIP. 197705132007012018

Dosen Pembimbing

Dr. Ibnu Qoyim MA NIP. 19541124 198403 1 002

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif HidayaDtullah Jakarta.

Jakarta, 4 Februari 2021

Izzah Dinillah

(5)

i ABSTRAK Izzah Dinillah

Analisis Semiotik Makna Anti Rasisme dalam Film Mandela: Long Walk To Freedom

Film autobiografi Nelson Mandela yang disutradarai oleh Justin Chadwick ini menceritakan bagaimana Mandela sebagai ikon dan simbol-simbol perjuangan yang berjuang melawan rasisme di Negara Afrika Selatan. Perjuangan panjang yang dilalui Mandela tidaklah mudah. Di satu sisi, kita dibawa ke alur cerita yang mengenaskan dari perlakuan ras kulit putih menindas ras kulit hitam. Disisi lain, kita diperlihatkan juga cerita yang mengesankan dari seorang Mandela dan masyarakat ras kulit hitam berjuang bangkit dari supremasi ras kulit putih. Dari film ini kita dapat mengambil pesan-pesan bagaimana kita harus bersikap terhadap sesama, saling menghormati dan menghargai walaupun berbeda. Karena, dampak yang akan terjadi jika tidak adanya sikap toleransi dan menghargai akan timbul rasa kebencian satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan kisah Mandela diatas penulis merumuskan pertanyaan yakni apa makna ikon anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom? Apa makna indeks anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom? Apa makna simbol anti rasisme dalam film

Mandela: Long Walk To Freedom? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode

analisis deskriptif. Teknik analisis data ini menggunakan model analisis semiotik Charles Sanders Pierce, yaitu, Ikon, hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks, tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat hubungan sebab akibat. dan Simbol, tanda yang dirancang untuk menyandikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi dengan menonton film dan menganalisa setiap adegan yang mengandung makna anti rasisme, serta dokumentasi dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Hasil temuan dalam penelitian ini adalah adanya lima makna anti rasisme dalam film ini yang dianalisis dengan ikon, indeks, dan simbol. Ikon dari film ini adalah Nelson Mandela dan tokoh-tokoh lainnya. Indeks dari film ini adalah lebih menekankan pada perjuangan Mandela dalam menghapuskan rasisme. Sedangkan, simbol dari film ini adalah semangat Mandela yang tidak kenal takut dan tanpa Lelah berjuang

menegakkan keadilan di Negara Afrika Selatan. Kata Kunci: Mandela, Anti rasisme, makna, Film, Mandela: Long Walk

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang menciptakan siang dan malam, segala puji atas rahmat dan nikmat yang tiada terhitung jumlahnya. Juga atas nikmat iman, ihsan, dan Islam yang paling utama. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulitanya kebodohan ke zaman yang penuh dengan cahaya kebenaran ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulisan skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial, jurursan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Syarif Hidayatullah. Dengan segala upaya dan doa, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Semiotik Makna Anti Rasisme Dalam Film Mandela: Long Walk To Freedom”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa selesainya skripsi ini bukan semata-mata buah tangan sendiri, akan tetapi banyak bantuan yang penulis terima dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi baik secara

(7)

iii

moral maupun materil. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.d, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napisyah, S.Ag sebagai wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Nour M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

3. Ibu Dr.Armawati Arbi, M.Si sebagai ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Dr. H. Edi Amin, S.Ag, M.A sebagai sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dosen Pembimbing, Bapak Dr. Ibnu Qoyim MA yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta nasihat yang luar biasa sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

(8)

iv

5. Bapak Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan masukan-masukan dan nasihat dalam bidang akademik.

6. Dosen Penguji 1 Dr. Dudun Ubaedullah, M.Ag, dan Penguji 2 Ade Rina Farida, M.Ag yang telah memberikan kritik dan saran Mengenai skripsi penulis, sehingga penulis dapat memperbaiki skripsi ini dengan baik.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan menjadi amal ibadah yang tidak terputus.

8. Seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Serta para staf dan karyawan perpustakan fakultas maupun perpustakan utama yang telah memberikan pelayanan dan kerjasama selama penulis menjalankan studi di kampus. 9. Kedua orang tua penulis, Abi Drs. Wawan Setiawan MM, dan

Ummi Dra. Mintarsih, yang tidak kenal lelah untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Terima kasih untuk kasih sayang, do’a, motivasi, nasihat, serta pengorbanannya

(9)

v

baik moril maupun materil. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk Abi dan Ummi.

10. Setiawan’s Family. Abang Latif, abang Bari, abang Mujib, dek Azis dan dek Syauqi terima kasih selalu memberikan semangat dan canda tawa kepada penulis, jangan pernah lelah untuk selalu membahagiakan Abi dan Ummi. Serta untuk kakak ipar penulis mbak Lia dan Ka Dina terima kasih sudah menjadi kakak perempuan untuk penulis. Dan untuk keponakan penulis Hana yang selalu menjadi moodbooster untuk ammah.

11. Sahabat seperjuangan dari awal kuliah, Kocak. Baba, Safira, Wafa, Inne, Imi terima kasih telah menjadi sahabat yang luar biasa. Selalu menjadi penyemangat bagi penulis dan selalu menemani penulis dalam suka maupun duka selama masa perkuliahan. Sukses selalu dan semoga kita tetap menjadi sahabat sampai seterusnya.

12. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2014, khususnya KPI A 2014 Agung, Putri, Sakinah, Miftah, Zulfa, Pingkan, Upeh, Leha, Riza, Reza, Zehan, Nadya, Kiki, Loli, Hani, Naufal, Rais, Fiqri, Eko, Ella, Dila, Ka Ray. Sukses selalu teman-teman, dan semoga silaturahmi kita tetap terjaga.

(10)

vi

13. Oppa Is Mine. Dinie, Baba, Dian, Inne, Safira, dan Tyas terima kasih untuk kebersamaannya dalam dunia fangirl. Untuk Agung dan Asmar terimakasih selalu mengizinkan kostannya sebagai basecamp penulis.

14. Teman-teman KKN FIGHT 2017. Gina, Rizka, Jeni, Riska, Reizia, Liana, Anna, Imas, Alif, Sahrul, Haris, Angga, Awe, Raja, terimakasih telah menjadi keluarga baru bagi penulis dan memberikan kenangan yang luar biasa selama masa KKN. 15. Sahabat luar biasa penulis, SA. Dyah, Icha, Fatika, Lia, terima

kasih untuk kebersamaannya dari Mts sampai sekarang, yang selalu menjadi penyemangat dan pendengar yang luar biasa. 16. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama

ini yang tidak tercantum dalam halaman ini. Semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya balasan atas apa yang telah kalian berikan. Aamiin.

Jakarta, 4 Februari 2021

(11)

vii DAFTAR ISI ABSTRAK……….. i KATAPENGANTAR……….….ii DAFTAR GAMBAR………ix DAFTAR TABEL………. x BAB I……….. 1 PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Perumusan Masalah……….. 7

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian……… 7

D. Metode Penelitian……….. 8

E. Kajian Pustaka……… 12

F. Sistematika Penulisan………. 14

BAB II………...17

LANDASAN TEORI………... 17

A. Konsep dan Teori……… 17

1) Anti Rasisme ... 17

2) Pengertian Film ... 22

3) Sejarah Film ... 23

4) Jenis-jenis Film ... 25

5) Unsur-unsur Pembentukan Film ... 27

6) Ukuran Gambar ... 29

7) Struktur Film ... 31

8) Semiotik ... 32

9) Semiotik Charles Sanders Pierce ... 37

B. Kerangka Berpikir……….. 41

BAB III………. 44

GAMBARAN UMUM FILM MANDELA: LONG WALK TO FREEDOM………... 44

A. Biografi Nelson Mandela……… 44

B. Sinopsis………. 56

C. Profil Sutradara Film Mandela: Long Walk To Freedom…60 D. Profil Pemain Mandela: Long Walk To Freedom…………. 62

E. Tim Produksi Film Mandela: Long Walk To Freedom…… 65

BAB IV………. 67

TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN………..67

A. Temuan dan Analisis Penelitian……….67

(12)

viii

PEMBAHASAN……….. 85

BAB VI………. 98

KESIMPULAN DAN SARAN………... 98

A. Kesimpulan……….. 98

B. Saran………. 99

DAFTAR PUSTAKA……… 101

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Semiotik Charless Pierce ... 38

Gambar 3.1 Foto Nelson Mandela ... 44

Gambar 4.1 Mandela mengajukan pembelaan ... 68

Gambar 4.2 Ny. De Kock mengucapkan kalimat rasis ... 68

Gambar 4.3 Mandela menunjukkan barang bukti ... 69

Gambar 4.4 Hakim membatalkan persidangan ... 69

Gambar 4.5 Mandela, Kathy, Oliver dan Walter sedang berdiskusi ... 72

Gambar 4.6 Mandela berpendapat harus ada yang diubah ... 72

Gambar 4.7 Oliver memberikan pendapat ... 72

Gambar 4.8 Walter memberikan pendapat... 73

Gambar 4.9 Walter mengepalkan tangannya ... 73

Gambar 4.10 Mandela membakar tanda pengenal ... 75

Gambar 4.11 Masyarakat membakar tanda pengenal ... 75

Gambar 4.12 tanda pengenal yang dibakar ... 75

Gambar 4.13 Suasana dalam bioskop ... 77

Gambar 4.14 Mandela berbicara di depan Masyarakat kulit hitam ... 77

Gambar 4.15 Sorakan dari Masyarakat ... 77

Gambar 4.16 Mandela dan masyarakat mengepalkan tangannya ... 78

Gambar 4.17 Mandela memberikan pembelaan... 80

Gambar 4.18 Hakim menyimak Pembelaan Mandela... 80

Gambar 4.19 Ungkapan Mandela "Saya Bersedia Mati" ... 80

(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ikon Indeks Simbol ... 41

Tabel 4.1 Scene 1 ... 68

Tabel 4.2 Scene 2 ... 71

Tabel 4.3 Scene 3 ... 74

Tabel 4. 4 Scene 4 ... 76

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rasialisme bukanlah sekedar sentimen anti satu etnis saja, melainkan sebuah paham atau keyakinan bahwa ras suatu bangsa lebih unggul dari bangsa lainnya. Kaum rasialis sangat yakin bahwa pola berpikir suatu bangsa sangat ditentukan oleh bangsa tersebut. Implikasinya, muncul suatu sentiment dan prasangka rasial. Wujudnya adalah bentuk-bentuk tindakan yang “membedakan”, “membatasi”, atau “memilih” hanya didasarkan pada ras dan etnis. Bahkan lebih jauhnya lagi tindakannya dapat secara langsung berdampak pada kekerasan rasial1.

Pada dasarnya manusia ditakdirkan lahir berbeda-beda. Seseorang tidak dapat memilih ibu bapak dari suku atau bangsa mana ia akan dilahirkan. Dari perbedaan itulah tidak secara otomatis memberi hak seseorang untuk melakukan diskriminasi hanya karena persoalan asal-usul seseorang. Perbedaan tidak dapat dibenarkan sebagai alat legitimasi dan pembenaran bagi tindakan pembedaan. Karena itu, setiap pembedaan, pembatasan ataupun pengecualian yang didasarkan atas dasar ras dan etnis bukanlah lahir dari suatu yang alami, melainkan lahir dari suatu paham dan stereotype yang sudah berkembang.

Bukankah di dalam al-qur’an pun menjelaskan bahwa perbedaan suku, ras dan bangsa diciptakan untuk saling mengenal

1 Ester Indahyani Jusuf, Jurnal Dinamika HAM Transitional Justice

(16)

bukan untuk membenci. Semua yang ada di bumi ini di hadapan Allah sama dan hanya ketaqwaan kepada Allah lah yang membedakannya. Seperti dalam surat Al-Hujurat ayat 13

َّنِا ۚ اْوُ فَراَعَ تِل َلِٕى

ۤاَبَ قَّو ابًْوُعُش ْمُكٓنْلَعَجَو ىٓثْ نُاَّو ٍرَكَذ ْنِ م ْمُكٓنْقَلَخ َّنَِّا ُساَّنلا اَهُّ يَآيٰ

ٌْيِْبَخ ٌمْيِلَع َٓ للّا َّنِاۗ ْمُكىٓقْ تَا ِٓ للّا َدْنِع ْمُكَمَرْكَا

-١٣

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti

(Q.S Al-Hujurat: 13)2”

Namun, sampai saat ini pembahasan mengenai isu rasisme masih kerap muncul dan menjadi masalah serius, apalagi di negara yang multikultural dan multietnis, salah satu negara tersebut adalah Amerika Serikat. bukan rahasia umum lagi bahwa negara adidaya tersebut sudah sejak lama supremasi kulit putih berakar dalam masyarakatnya. Masih dalam ingatan, tahun lalu (2017) pada bulan Agustus terjadi bentrokan antara kelompok supremasi kulit putih dengan penentangnya di Charlottesville, Virginia. Berawal dari penolakan kelompok supremasi kulit putih dengan pemindahan patung tokoh kubu Konfederasi dalam Perang Sipil Amerika Serikat, Robert E. Lee. Kubu Konfederasi ini dikenal dengan menentang penghapusan perbudakan. Dalam aksi ini

2 Diakses melalui website,

https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/13, pada 21 Februari 2021 pukul 14.20.

(17)

3

kelompok supremasi kulit putih membawa bendera Konfederasi dan bendera Nazi, hal ini menuai protes dari kelompok penentang yang menganggap bahwa aksi tersebut merupakan bentuk gerakan rasial3.

Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menanggapi peristiwa tersebut dengan men-tweet "No one is born hating another person because of the color of his skin or his background or his religion” Komentar Obama itu kemudian dilanjutkan dengan dua tweet selanjutnya yang berbunyi, "People must learn to hate, and if they can learn to hate, they can be taught to love…” dan “…For love comes more naturally to the human heart than its opposite,-Nelson Mandela” 4 .

Jika melihat di Indonesia saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang bersikap rasis, ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih memandang rendah masyarakat lain yang sukunya berbeda. Bisa dilihat dari sikap beberapa masyarakat Indonesia, masih ada yang memandang rendah bahkan menghina saudara kita dari Papua. Kerap kali kata-kata kasar dilontarkan kepada mereka. Sebutan “hitam” bahkan yang lebih parahnya ada yang memanggilnya dengan sebutan binatang.

Sudah saatnya tindakan-tindakan rasisme dihilangkan dan bentuk penolakan terhadap tindakan rasisme adalah anti rasisme.

3 Diakses melalui website,

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-40918479, pada 7 Maret 2018 pukul 21.26.

4 Diakses melalui,

https://twitter.com/BarackObama/status/896523232098078720, pada 21 Februari 2021 pukul 11.14.

(18)

Anti rasisme ini menolak semua bentuk-bentuk diskriminasi ras yang mengatasnamakan apa pun dan memperjuangkan persamaan atau kesetaraan di antara semua ras yang ada. Melihat urgensinya, anti rasisme ini maka pada tanggal 21 Maret semua masyarakat dunia memperingati hari anti rasis dan anti diskriminasi Internasional.

Beberapa tokoh dunia menjadi bukti pejuang anti rasisme salah satunya ialah Nelson Mandela. Ia berjuang menghapuskan diskriminasi ras yang terjadi di Afrika Selatan. Perjuangan Panjang yang dilakukan oleh Nelson Mandela menarik perhatian sineas-sineas film untuk membuat film mengenai hidupnya. Dari beberapa film mengenai Nelson Mandela salah satu yang menarik perhatian adalah film Mandela: Long Walk To Freedom. Film ini menggambarkan bagaimana mantan Presiden Afrika Selatan ini berjuang melawan diskriminasi yang dilakukan oleh ras kulit putih terhadap ras kulit hitam. Semua bermula pada tahun 1948 dimana Perdana Menteri Daniel F. Malan menerapkan sistem pemisahan secara geografis (apartheid) antara ras kulit putih dengan ras kulit hitam. Bukan hanya pemisahan, namun, hak-hak yang diperoleh antara kedua ras tersebut dibedakan. ras kulit hitam tidak mendapatkan keadilan seperti ras kulit putih. Ras kulit hitam seolah tidak dianggap dan dikucilkan5. Dari sinilah seorang Nelson Mandela berjuang menghapuskan diskriminasi ras yang terjadi, walaupun Mandela sempat dipenjara selama 27 tahun Bapak

5 Diakses melalui website

https://campusnancy.blogspot.com/2016/08/apartheid.html, pada 7 Maret 2018 pukul 21.16.

(19)

5

Bangsa ini tetap berjuang melawan rasisme yang terjadi. Menurutnya semua orang itu sama dan tidak bisa dibedakan hak-haknya. Semua orang bisa hidup secara bersama-sama tanpa saling membenci.

Melalui film, pesan anti rasisme ini tersampaikan kepada masyarakat luas. Film sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa sangat berperan dalam memengaruhi pandangan masyarakat dalam menerima pesan.. Pesan yang diterima oleh masyarakat tergantung dari apa yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Pesan tersebut bisa berupa pendidikan, ideologi, politik, atau hanya sekedar hiburan saja. Dengan sifatnya yang audio visual film dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya6. Film tidak memerlukan kemampuan membaca atau mengerti bahasa asing, pesan dan makna sebuah film dapat dimengerti dengan gerakan dan mimik artis dalam film. Sedangkan bahasa hanya memperjelas adegan, namun dengan bahasa pula film itu menjadi jelas maknanya7.

Film bukan hanya menyajikan pengalaman yang mengasyikkan, melainkan juga pengalaman hidup sehari-hari yang dikemas secara menarik8. Pengalaman hidup dari seseorang yang dijadikan film juga telah banyak menyita perhatian dari para penonton. Bukan hanya sebagai hiburan, tontonan tersebut juga

6 Diakses melalui website

http://www.e-jurnal.com/2014/01/film-sebagai-media-komunikasi-massa.html, pada tanggal 7 Maret 2018, pukul 20.40 wib.

7 Apriadi Tamburaka, Literasi Media:Cerdas Bermedia Khalayak

Media Massa, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 63.

8 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika dalam Film, Jurnal Ilmu

(20)

sarat akan pelajaran hidup dan dapat dijadikan contoh untuk diri sendiri bahkan masyarakat. Seperti halnya film Mandela: Long Walk To Freedom mengajarkan kita sebagai manusia untuk tidak saling membedakan satu sama lain atau bahkan merendahkan orang lain. Pengalaman hidup dari Nelson Mandela ini patut dijadikan contoh untuk menghilangkan rasisme yang ada disekitar kita. Dari perjuangannya untuk melawan rasisme itulah sampai sekarang jasa-jasanya masih diingat oleh orang banyak dan atas perjuangnnya pula Nelson Mandela dikenal sebagai tokoh Anti rasisme, tokoh yang terus berjuang melawan rasisme hingga akhir hayatnya.

Film yang disutradarai oleh Justin Chadwick ini, mendapatkan banyak perhatian terbukti dengan 31 nominasi penghargaan dan 19 penghargaan berhasil dimenangi. Diantaranya, nominasi Golden Globe Awards dengan Best Performance by an Actor in a Motion Picture - Drama untuk Idris Elba yang memerankan tokoh Nelson Mandela. Berhasil meraih piala di Munich Film Festival sebagai Best Film, African-American Film Critics Association (AAFCA) Awards, sebagai top 10 films dan masih banyak lagi lainnya9.

Di dalam film ini terdapat dialog dan adegan yang mengandung makna Anti rasisme. Berdasarkan latar belakang diatas kiranya perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh makna ikon, indeks dan simbol yang terkandung dalam film.

9 Diakses melalui website,

https://www.imdb.com/title/tt2304771/awards?ref_=tt_ql_op_1, pada 7 Maret 2018 pukul 21.47.

(21)

7

Sehingga penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis Semiotik Makna Anti rasisme dalam Film

Mandela: Long Walk To Freedom”.

B. Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penulis memfokuskan penelitian pada adegan-adegan dan dialog yang hanya menggambarkan makna anti rasisme. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Charles Sander Pierce.

2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana makna ikon anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom?

2) Bagaimana makna indeks anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom?

3) Bagaimana simbol anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom?

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana makna ikon anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom.

2) Untuk mengetahui bagaimana makna indeks anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom.

(22)

3) Untuk mengetahui bagaimana simbol anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom.

2. Kegunaan Penelitian a. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan informasi, dokumentasi, memperkaya khazanah pengetahuan mengenai analisis semiotik film bagi instansi akademis di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan di Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran kepada praktisi perfilman agar dapat memberikan kreatifitasnya dalam membuat film dan untuk pembaca dapat memahami makna ikon, indeks dan simbol dari film Mandela: Long Walk To Freedom.

D. Metode Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film Mandela: Long Walk To Freedom, sedangkan objek penelitiannya adalah potongan-potongan adegan visual atau narasi dialog dalam film Mandela: Long Walk To Freedom yang mengandung makna anti rasisme.

(23)

9

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, stsu berbagai fenomena realitas sosial di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi , situasi ataupun fenomena tertentu10.

Selain yang dikemukakan diatas penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak di permukaan. Dengan demikian, kualitatif untuk memahami sebuah fakta bukan menjelaskan fakta11. Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara secara mendalam dan pengamatan12.

10 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenaada

Media, 2008), h. 68.

11 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2001), h. 66.

12 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta:

(24)

3. Sumber Data 1) Data Primer

Data yang diperoleh dari sumber utama, yaitu berupa film Mandela: Long Walk To Freedom dengan terjemahan bahasa Indonesia.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dapat diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung penelitian. Seperti, buku-buku, majalah, koran, ataupun internet.

4. Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi

Observasi adalah cara yang ditempuh dalam penelitian dengan terjun langsung pada subjek yang akan diteliti dengan melakukan pengamatan dan pencatatan. Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku13. Hasil observasi berupa aktifitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu. Dalam penelitian ini penulis mengamati adegan-adegan dalam film Mandela: Long Walk To Freedom yang mengandung makna anti rasisme.

13 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT

(25)

11

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer. Dokumen bisa berupa artikel, arsip, foto, atau hal-hal yang sesuai dengan penelitian. Data jenis ini mempunyai sifat tak terbatas ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam14.

5. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dari data primer dan data sekunder kemudian di klasifikasi berdasarkan pertanyaan penelitian. Setelah data di klasifikasi, kemudian data dianalisis dengan menggunakan model analisis semiotik Charles sander Pierce untuk melihat makna anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom yang berupa makna: ikon, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan). Indeks, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya. Simbol, sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai

14 V. Wiratna Sujawerni, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Pustaka

(26)

penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat15.

E. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1) Skripsi yang diteliti oleh Tania Muhawasa, Mahasiswa jurusan ilmu komunikasi tahun 2017 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ini, permasalahan yang diambil adalah bagaimana representasi rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti film Mandela: Long Walk to Freedom dan menggunakan analisis semiotika. Skripsi dari Tania menggunakan semiotika model Roland Barthes. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian ini adalah dari makna dan teori yang digunakan. Skripsi ini meneliti makna anti rasisme dan menggunakan teori semiotika Charles S. Pierce16.

15 Alex Sobur, Analisis Isi Teks Media: Suatu Pengantar untuk

Analisis wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004), h. 98.

16 Tania Muhasawa, Representasi Rasisme dalam Film “Mandela:

Long Walk To Freedom”, (Riau, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

(27)

13

2) Skripsi yang diteliti oleh Rosyani Desi Kirana Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2015 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini permasalahan yang diteliti adalah bagaimana dinamika rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan film Mandela: Long Walk To Freedom. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam segi objek penelitiannya. Skripsi dari Rosyani menggunakan analisis naratif sedangkan penulis menggunakan analisis semiotik17.

3) Skripsi yang diteliti oleh Yulia Shinta K. Mahasiswa jurusan Sastra Inggris, Universitas Diponegoro tahun 2010 ini permasalahan yang diteliti adalah bagaimana tindakan yang mencerminkan sikap anti rasisme Erin Gruwel, latar belakang tokoh Erin Gruwel memiliki sikap anti rasisme, dan dampak lingkungan sosial Erin Gruwel atas sikap anti rasismenya. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti film dan makna anti rasisme. Perbedaan dengan penelitian ini adalah, dalam skripsi ini penelitiannya menggunakan aspek intrinsik dan ekstrinsik

17 Rosyani Desi Kirana, Dinamika Rasisme dalam Film Hollywood

(Analisis Naratif dalam Film Mandela: Long Walk To Freedom), (Yogyakarta,

(28)

sedangkan penulis meneliti menggunakan analisis semiotik18.

Dari beberapa skripsi diatas, maka penulis menyimpulkan belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotik Makna Anti Rasisme Dalam Film Mandela: Long Walk To Freedom. Oleh karena itu, penulis menggunakan judul Analisis Semiotik Makna Anti Rasisme Dalam Film Mandela: Long Walk To Freedom sebagai penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi dalam penelitian ini ditulis dengan menggunakan SK Rektor nomor: 507 tahun 2017 tentang Panduan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Oleh karena itu sistematika penulisannya adalah:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini akan dikemukakan Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan

18 Yulia Shinta K, Anti Rasisme Pada Tokoh Erin Gruwel dalam Film

Freedom Writers karya Richard Lagravenese, (Semarang, Universitas

(29)

15

BAB II Landasan Teori

Landasan teori yang meliputi, pengertian Analisis Semiotik, terdiri dari konsep analisis semiotik Charles Pierce. Tinjauan umum tentang film yang meliputi pengertian film, sejarah film, jenis-jenis film, unsur-unsur pembentukan film, struktur film, anti rasisme.

BAB III Gambaran Film Mandela: Long Walk To Freedom

Dalam Bab ini berisi gambaran Film Mandela: Long Walk To Freedom, yang meliputi sinopsis film Mandela: Long Walk To Freedom, Tim Produksi dan Pemain film Mandela: Long Walk To Freedom, Penghargaan yang didapat film Mandela: Long Walk To Freedom.

BAB IV Data dan Temuan Film Mandela: Long Walk To Freedom

Pada BAB IV ini menjabarkan temuan dan hasil analisis semiotik dari film Mandela: Long Walk To Freedom. Di dalamnya membahas tentang temuan makna anti rasisme dalam film Mandela: Long Walk To Freedom yang diperoleh penulis dari hasil pengamatan pada film.

BAB V PEMBAHASAN

Pada Bab ini berisi uraian yang berkaitan dengan latar belakang, teori, dan rumusan dari teori baru dalam penelitian,

(30)

BAB VI Penutup

Pada Bab ini berisi penutup mengenai kesimpulan dan saran.

(31)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep dan Teori

1) Anti Rasisme

Pada dasarnya anti rasisme merupakan anti tesa dari rasisme itu sendiri. Maka, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah pengertian dari rasisme. Rasisme secara umum diterima sebagai sebuah sikap atau cara pandang terhadap dunia sosial dan merupakan bagian dari aspek politik massa. Teori-teori rasis mengatakan bahwa ras manusia berbeda-beda, mempunyai bakat-bakat sosial dan intelektual yang tidak sama.

kaum rasialis sangat yakin bahwa pola berpikir suatu bangsa sangat ditentukan oleh bangsa tersebut. Implikasinya, muncul suatu sentiment dan prasangka rasial. Wujudnya adalah bentuk-bentuk tindakan yang “membedakan”, “membatasi”, atau “memilih”hanya didasarkan pada ras dan etnis. Bahkan lebih jauhnya lagi tindakannya dapat secara langsung berdampak pada kekerasan rasial1.

Dari sinilah muncul pandangan superioritas dan inferioritas satu ras atas ras yang lain. Pandangan superioritas merasa mempunyai

1 Ester Indahyani Jusuf, Jurnal Dinamika HAM Transitional Justice,

(32)

kemampuan memerintah bagi kepentingan setiap orang dan dengan demikian memajukan peradaban. Ras inferior tidak dapat melaksanakannya, namun tidak akan mengakui kerendahannya. Problematika lain yang disebabkan oleh rasisme pada suatu negara adalah munculnya paradigma orang dalam dan orang luar, penduduk asli (pribumi) dan pendatang (nonpribumi).

Bentuk penolakan terhadap rasisme adalah gerakan anti rasisme. Anti rasisme ini menolak semua anggapan dan argumen rasis dan memperjuangkan persamaan atau kesetaraan di antara semua ras yang ada. Kenyataan bahwa manusia memang terdiri dari beberapa ras merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri, tetapi tidak mengakui adanya pembedaan hak antara ras satu dengan ras yang lainnya. Tidak ada ras superior atas ras yang lain. Anti rasisme menolak bentuk-bentuk diskriminasi ras yang mengatasnamakan apa pun. Dalam teori psikoanalisis, anti rasisme menunjukkan bahwa sebenarnya ras rasis diam-diam iri dalam ras yang dia hinakan, kepada orang-orang yang hidup menurut prinsip-prinsip yang telah mereka tolak

(33)

19

sendiri dan secara tidak sadar menyesali apa yang telah diperbuatnya2.

Namun sampai saat ini, sentimen ras masih sering muncul dan menjadi masalah pada masyarakat dan negara-negara yang berpenduduk plural dan yang membuka diri bagi datangnya orang-orang pendatang (imigran), persoalan perselisihan atas sentimen ini kerap kali terjadi. Biasanya perselisihan dipicu oleh ketegangan karena kesenjangan-kesenjangan ekonomi dan sosial. Persoalan penduduk asli dan pendatang senantiasa menjadi “pekerjaan rumah” bagi para pengambil kebijakan politik.

Beberapa gerakan mencoba menghidupkan kembali ajaran rasisme, seperti yang terjadi di Jerman, dimana banyak anak muda yang

menghidupkan kembali rasisme Nazi.

Menghidupkan anggapan superioritas di kalangan mereka, yang semestinya anggapan superioritas itu sama sekali salah dan tidak rasional. Dengan demikian, seseorang tidak perlu mengganti rasnya atau mempersonifikasikan diri dengan ras yang dianggapnya superior. Penjiplakan, peniruan atribut-atribut ras lain kedalam dirinya justru menampilkan seakan benar-benar bahwa ia inferior.

2 Ubaed Abdilah S, Politik Identitas Etnis: Pergulatan Tanda Tanpa

(34)

Kesadaran akan keragaman ras perlu ditumbuhkan pada masyarakat yang multikultural dan multietnis.

Melihat urgensi anti rasisme ini maka setiap tanggal 21 Maret, masyarakat di seluruh dunia memperingati Hari Anti Rasis dan Anti Diskriminasi Internasional. Sebagai bagian dari bangsa dunia, Indonesia sudah sepatutnya memperingati hari anti diskriminasi dan anti rasi dengan baik, dengan harapan sikap dan perilaku rasis dan diskriminasi dapat hilang dari bumi Nusantara ini.

Pada dasarnya Indonesia sudah mempunyai undang-undang tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis yang terdapat dalam UU No. 40 tahun 2008. Inti dari UU ini terdapat pada pasal 4 yang berisi tindakan diskriminatif yang harus dihindari, yaitu:

1. Memperlakukan pembedaan,

pengecualian, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

(35)

21

2. Menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang karena perbedaan ras dan etnis dalam bentuk tulisan, gambar, pidato dan pengungkapan melalui kata sejenis lainnya, mengenakan sesuatu yang merupakan ungkapan diskriminasi ras dan etnis, serta berupa perampasan

nyawa orang, penganiayaan,

pemerkosaan, perbuatan cabul, pencurian dengan kekerasan, atau perampasan kemerdekaan.

Sanksi dari tindak pidana diskriminasi ras dan etnik adalah kurungan penjara maksimal lima tahun ditambah denda paling banyak Rp. 500 juta untuk tindak pidana ringan dan sedang. Sedangkan untuk tindak pidana berat, seperti penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan lain-lain yang dilakukan atas nama diskriminasi ras dan etnik, maka sanksinya adalah ketentuan yang ada dalam perundang-undangan yang berlaku ditambah sepertiga sanksi tambahan dari tuntutan maksimum yang ada dalam peraturan perundang-undangan itu3.

3 M. Bambang Pranowo. Multidimensi Ketahanan Nasional. (Jakarta:

(36)

2) Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat dua pengertian dari film. Pertama, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop), dan kedua film adalah lakon (cerita) gambar hidup4.

Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah Cinematographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera5.

Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermittent movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain,

4 Diakses melalui website, https://kbbi.web.id/film, pada tanggal 7

Maret 2018, pukul 19.10 wib.

5 Diakses melalui website,

http://e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217.pdf, pada tanggal 7 Maret 2018, pukul 19.10 wib.

(37)

23

karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Media visual juga dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua orang dengan mengabaikan tingkat pendidikan, usia, dan kecerdasan. Jadi, tanpa membedakan latar belakang sosal budaya. Alasannya media visual menyampaikan ide dengan cara langsung, yaitu memperlihatkan benda atau obyek konkritnya6. 3) Sejarah Film

Pada tanggal 28 Desember 1895, untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman, sebuah film cerita dipertunjukkan di depan umum. Film ini dibuat oleh Lumiere bersaudara, investor terkenal asal Prancis dan pelopor industri perfilman. Tempat pemutaran film itu adalah di Grand Cape di Boulevard des Capucines, Paris, sekitar 30 orang datang dengan dibayar untuk menonton film-film pendek yang mempertunjukkan kehidupan warga Prancis. Judul film karya mereka adalah “Workers Leaving the Lumiere Factory”.

6 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia

(38)

Pada tahun 1902 film karya Edwin S. Porter yang berjudul “The Great Train Robbery”, diputar di depan publik Amerika Serikat, yang mempunyai waktu tayang 11 menit. Film tersebut sebagai film pertama diputar yang mendapatkan pengakuan dari banyak orang.

Perkembangan film seiring dengan perkembangan teknologi, mulai dari film bisu hitam putih sampai film hitam putih bersuara pada akhir tahun 1920-an dan film warna pada tahun 1920-an. Pada awalnya, film hanya sebagai tiruan mekanisme dari realita atau sarana untuk memproduksi karya seni pertunjukkan lainnya seperti teater. Film dianggap sebagai karya seni setelah melalui pencapaian-pencapaian dalam sejarah perfilman dengan pembuat-pembuat film seperti George Melies (Prancis), Edwin S. Porter dan DW Griffith (Amerika). Dalam kurun waktu berikutnya, lahir gerakan-gerakan film seni secara mengglobal di Prancis, Jerman, dan Swedia.

Konsep pertunjukan film yang

diproyeksikan ke dalam ruang gelap mulai menyebar ke seluruh dunia. Hal ini diperkuat dengan lahirnya seniman-seniman film dari berbagai negara, diantaranya Akira Kurosawa dari Jepang, Jhon Frod dari Amerika Serikat, Usmar

(39)

25

Ismail dari Indonesia, dan seniman-seniman film lainnya dari berbagai dunia.

Lain halnya dengan perfilman di Indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada tahun 1927/1928, Kruger Corporation memproduksi film Eulis Atjih, dan sampai pada tahun 1930 masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Comat dan Pareh7.

4) Jenis-jenis Film

Perkembangan film sampai saat ini mempunyai beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut8:

1. Film Cerita

Film cerita adalah film yang di dalamnya terdapat atau dibangun dengan sebuah cerita. Film cerita mempunyai waktu penayangan yang berbeda-beda. Pertama, film cerita pendek, film cerita ini memiliki waktu penayangan di bawah 60 menit. Kedua, film cerita panjang, yaitu film yang berdurasi lebih dari 60 menit. Bahkan ada film yang berdurasi 120 menit. Film cerita

7 Khomsahrial Romli, Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo,

2016), h. 98.

(40)

ini bisa dari sebuah realita ataupun imajinasi.

2. Film Berita

Film berita adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Film berita sangat membantu publik untuk melihat peristiwa yang sedang terjadi.

3. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang menggambarkan kejadian nyata, kehidupan dari seseorang, suatu periode dalam kurun sejarah, atau mungkin sebuah rekaman dari suatu cara hidup makhluk, dokumenter

rangkuman perekaman fotografi

berdasarkan kejadian nyata dan akurat. Titik besar pada film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah film berita harus mengenai sesuatu yang mengandung nilai-nilai berita untuk disajikan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang tergesa-gesa. Karena itu, mutunya sering tidak memuaskan. Sedangkan untuk membuat dokumenter harus dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang.

(41)

27

4. Film Kartun

Film kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang sudah dilukis. Terdapat tokoh dalam film kartun. Dalam pembuatan film kartun yang terpenting adalah seni lukis. Pada tahun 1908 film kartun pertama kali diperkenalkan oleh Emile Cold dari Prancis. Saat ini film kartun didominasi oleh Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh kartun Disneynya.

5) Unsur-unsur Pembentukan Film

Unsur pembentuk film dapat dibagi menjadi dua, unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif merupakan materi atau bahan cerita yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mengolah materi cerita atau teknis pembentuk film9.

1. Unsur Naratif

Dalam pembentukan film, unsur naratif merupakan unsur dasar yang harus dibutuhkan. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Di dalam cerita pasti memiliki elemen-elemen

9 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian

(42)

seperti tokoh, masalah, konflik, waktu, lokasi ataupun lainnya. Elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas. Bersamaan dengan unsur ruang dan aspek, aspek kausalitas adalah elemen pokok pembentuk naratif.

2. Unsur Sinematik

Unsur ini merupakan unsur pembentuk film yang menentukan bagaimana materi akan diolah menjadi sebuah cerita. Dengan kata lain, nusr sinematik merupakan aspek-aspek teknis produksi dalam membuat sebuah film. Aspek teknis dalam produksi memiliki empat elemen pokok, pertama Mise-en-scene, elemen ini memuat segala hal yang berada di depan kamera, seperti latar (setting), tata cahaya, kostum, make up, serta pergerakan pemain. Elemen kedua adalah sinematografi, elemen ini merupakan bagaimana perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Ketiga adalah editing,

(43)

29

elemen ini adalah transisi sebuah gambar ke gambar lainnya. Dan elemen yang terakhir adalah suara, elemen ini memuat segala hal dalam film yang mampu kita tangkap dengan indera pendengaran. Sama seperti halnya dengan unsur naratif, seluruh elemen pokok dalam unsur sinematik ini saling berkaitan dan berkesinambungan untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan.

6) Ukuran Gambar10

1. Extreme Long Shot (ELS)

Jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak

tampak. Umumnya, teknik ini

menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh.

2. Long shot (LS)

Pada bentuk ini tubuh fisik manusia sudah tampak jelas namun latar belakang mash menjadi dominan. Long Shot sering digunakan sebagai establishing shot, yaitu gambar pembuka sebelum ditampilkannya shot-shot yang berjarak lebih dekat.

(44)

3. Medium long Shot (MLS)

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas kepala. Tubuh fisik manusia dengan lingkungan sekitar relatif seimbang

4. Medium Shot (MS)

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang hingga ke atas kepala. Gerak tubuh serta ekspresi wajah mulai terlihat. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

5. Medium Close Up (MCU)

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close up.

6. Close Up

Umumnya pada jarak ini memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gerak tubuh yang mendetail. Biasanya teknik close

(45)

31

up digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close up juga memperlihatkan detail sebuah objek atau benda.

7. Extreme Close Up (ECU)

Pada jarak ini gambar mampu

memperlihatkan lebih mendetail bagian-bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung lainnya atau bagian dari sebuah objek.

7) Struktur Film

Struktur film terbagi menjadi tiga bagian, yaitu11: 1. Shot

Shot memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan, sedangkan satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, beberapa menit bahkan jam.

2. Scene (adegan)

Scene adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan

(46)

satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang waktu, isi (cerita), tema, karakter atau motif. Unsurnya, satu adegan terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri dari 30-35 adegan.

3. Sequence (sekuen)

Sekuen adalah segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh atau sebuah rangkaian adegan. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.

8) Semiotik

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas

(47)

33

objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda12.

Semiotika atau semiologi dalam arti modern berangkat dari seorang ahli bahasa Swiss, Ferdinand de Saussure, yang mengemukakan pandangan bahwa linguistik hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang disebutnya semiologi. Orang yang sezaman dengannya adalah seorang filsuf Amerika bernama Charles Sander Peirce, secara mandiri telah mengerjakan sebuah tipologi tentang tanda-tanda yang maju dan sebuah meta bahasa untuk membicarakannya, tetapi semiotiknya dipahami sebagai perluasan logika dan karena sebagian kerjanya dalam semiotik memandang linguistik melebihi kecanggihan logika sebagai model. Saussure telah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh.

Tanda-tanda (sign) adalah basis atau dasar dari seluruh komunikasi. Menurut Umberto Eco,

“Kajian semiotika sampai sekarang membedakan dua jenis semiotika yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikansi”13.

12 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis

wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 95.

13 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi

Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana

(48)

Semiotika Komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu program, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan. Sementara, semiotika signifikansi tidak ‘mempersoalkan’ adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis yang kedua, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya14.

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat dalam media massa (seperti terdapat dalam berbagai tayangan televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara radio, dan berbagai bentuk iklan) maupun yang terdapat di luar media massa (seperti karya lukis, patung, monumen, candi, fashion show). Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkat dengan teks terhadap

14 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi

(49)

35

lambang-lambang. Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik15.

Setidaknya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang, yaitu:16

1. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.

2. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu sampai sekarang tetap saja seperti itu. 3. Semiotik faunal, yakni semiotik yang khusus

memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan

15 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Jakarta: LKis, 2007), h.

155-156.

16 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis

(50)

tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia.

4. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat adalah makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat di dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.

5. Semiotik naratif, semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan. Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada diantaranya memiliki nilai kultural tinggi. Itu sebabnya Greimas memulai pembahasannya tentang nilai-nilai kultural ketika ia membahas persoalan semiotik naratif. 6. Semiotik natural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan

(51)

37

tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

7. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.

8. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang yang berwujud kata ataupun lambang yang berwujud kalimat. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.

9. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

9) Semiotik Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Pierce dilahirkan di Cambridge, tahun 1839. ia menjalani pendidikan di Harvard University dan memberi kuliah mengenai logika dan filsafat di Universitas Jhon Hopkins dan Harvard17.

Pierce memandang tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda sebagai tiga titik dari sebuah

17 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta:

(52)

segitiga. Masing-masing terhubung secara dekat dengan dua yang lain, dan hanya dapat dipahami di dalam kaitan dengan yang lainnya.

Pierce mengidentifikasikan hubungan segitiga antara tanda, pengguna dan realitas eksternal sebagai sebuah model yang diperlukan untuk mempelajari makna. Pierce menjelaskan metode secara singkat, sebuah tanda adalah sesuai yang bagi seseorang mewakili sesuatu di dalam beberapa hal atau kapasitas tertentu. Tanda menuju pada seseorang, artinya menciptakan di dalam benak orang tersebut tanda yang sepadan, atau mungkin juga tanda yang tanda yang lebih sempurna. Tanda yang tercipta di benak tersebut saya namakan interpretant (hasil interpretasi) dari tanda yang pertama. Tanda mewakili sesuatu, objeknya.

Panah yang berada pada dua ujung garis menekankan bahwa masing-masing istilah hanya

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 1 - Charles Sanders Pierce Semiotic

Gambar 2.1 Semiotik Charless Pierce Sumber: google.com

(53)

39

dapat dipahami dengan keterkaitannya dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar diri objek, dan dipahami oleh seseorang, bahwa tanda memiliki efek di dalam benak- Interpretant (hasil interpretasi). Kita harus menyadari bahwa interpretant bukanlah pengguna dari tanda melainkan ‘efek yang cukup menentukan’, yaitu sebuah konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan juga oleh pengalaman yang dimiliki oleh pengguna terhadap objek18.

Bagi Pierce, sesuatu yang digunakan agar tanda berfungsi, disebut dengan ground. Sebagai konsekuensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadik., yakni ground, object, interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sinsign, legisign.

Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya keruh yang ada pada urutan kata dari air sungai keruh yang menandakan adanya hujan di hulu sungai. Legisign

18 John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT

(54)

adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh . dilakukan manusia.

Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol.

1. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta.

2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya, contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda adanya api.

3. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter atau semena. Hubungan berdasarkan konvensi masyarakat.

(55)

41

Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicentsign atau argumen. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicentsign adalah tanda sesuai kenyataan. Sedangkan argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu19.

B. Kerangka Berpikir

Film sebagai bentuk karya seni, memiliki banyak maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya. Hal ini dipengaruhi dari pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersebut. Film Mandela: Long Walk To Freedom ingin menyampaikan pesan bahwa dampak dari rasisme sangatlah berbahaya. Kesenjangan sangatlah

19 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 41-42.

Tabel 2.1 Ikon Indeks Simbol (Sumber: google.com)

(56)

terlihat, munculnya pandangan superioritas dan inferioritas. Dimana ras superioritas merasa dirinya paling berkuasa dan merasa mempunyai kemampuan untuk memerintah. Oleh karena itu, Nelson Mandela hadir untuk menghilangkan rasisme di Negara Afrika Selatan, gerakan-gerakan anti rasisme dilakukannya. Gerakan ini memiliki makna-makna yang akan digali melalui teori Charles S Pierce yang menggunakan tahapan ikon, indeks dan simbol. Gerakan anti rasisme Mandela ini memperjuangkan persamaan dan kesetaraan antara semua ras yang ada di Afrika Selatan.

(57)

43

(58)

44 BAB III

GAMBARAN UMUM FILM MANDELA: LONG WALK TO FREEDOM

A. Biografi Nelson Mandela

Nelson Mandela terlahir dengan nama Rolihlahla Mandela pada 18 Juli 1918 di desa kecil Mvezo di bantaran sungai Mbashse (Bahsee). Ayah Mandela bernama Nkosi Mphakanyiswa Gadla Mandela yang menjabat sebagai kepala suku dan ibunya bernama Nonqaphi Nosekeni. Ayah Mandela merupakan cucu dari Ngubengcuka raja agung rakyat Thembu bersuku Xhosa yang meninggal tahun 1832. Pada abad ke-19 suku tersebut dikenal sebagai suku Tambookie. Selain ibu kandungnya Nonqaphi Nosekeni, Mandela juga mempunyai tiga ibu tiri dikarenakan ayahnya yang berpoligami, walaupun

Gambar 3.1 Foto Nelson Mandela (sumber: google.com)

(59)

45

seperti itu Mandela dan saudara-saudaranya yang berbeda ibu sangatlah rukun.

Setahun setelah Putranya lahir, ayah Mandela dipanggil oleh hakim kulit putih setempat untuk menanggapi keluhan rekan sesuku mengenai seekor lembu. Namun, ayah Mandela menolak hadir dan serta merta divonis sebagai pembangkang. Alhasil, dicopot sebagai kepala suku dan kehilangan harta bendanya, berupa, sebagian ternak, tanah dan pendapatannya. Sehingga seluruh keluarga pindah dari Mvezo ke desa tetangga Qunu, di sanalah Mandela menghabiskan masa kanak-kanaknya 1.

Dari semua saudara-saudaranya Mandela satu-satunya yang berpendidikan baik. Saat usianya tujuh tahun Mandela dimasukkan ke sekolah methodist, disinilah Mandela mendapatkan nama baru yang akan dibubuhkan didepan Rolihlahla. “Mulai sekarang, namamu Nelson” kata gurunya. Sang ibu melafalkan namanya “Nelisile”, sedangkan yang lainnya memanggil “Delibunga”. Teman-temannya di kota memanggilnya “Nelson” atau “Nel”, hingga akhirnya Mandela lebih senang dipanggil dengan nama klannya “Madiba”, panggilan yang kelak akan digunakan oleh seluruh bangsanya2.

1Anthony Simpson, Nelson Mandela: The Authorized

Biography.(Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2015), h. 1-3.

2 Anthony Simpson, Nelson Mandela: The Authorized Biography.

(60)

Kemudian, saat Mandela berusia 9 tahun, ayahnya meninggal dunia karena penyakit paru-paru. Kematian ayahnya ini ternyata membuat kehidupan Mandela berubah drastis. Setelah kepergian ayahnya, ia diadopsi oleh Chief Jongintaba Dalindyebo. Jongintaba Dalindyebo adalah seorang bupati dari masyarakat Thembu.

Jongintaba mengadopsi Mandela sebagai bentuk terima kasih terhadap ayah Mandela. Sebab, berkat jasa ayah Mandela pula, Jongintaba dapat diangkat sebagai seorang pemimpin. Karena telah diadopsi, Mandela pun berpindah dari desa Qunu menuju Mqhekezweni, ibukota provinsi dari Thembuland. Di tempat itulah, tempat tinggal Jongintaba berada.

Di sana, Mandela mendapatkan status dan perlakukan yang setara dengan dua anak kandung dari Jongintaba yang lain, yakni Justice anak pertamanya, dan Numafu, anak keduanya. Mandela pun juga bisa menikmati pendidikan. Ia belajar bahasa Inggris, Xhosa, sejarah, dan geografi.

Dalam proses pembelajaran inilah, Mandela begitu antusias untuk mempelajari sejarah Afrika. Mandela mempelajari sejarah tentang bagaimana orang-orang Afrika pernah mengalami masa-masa yang damai. Namun, kedatangan para ras kulit putih ini merubah masa-masa damai ini3.

3 Diakses melalui website

https://www.portal-ilmu.com/2020/09/nelson-mandela.html, pada tanggal 27 Januari 2021, pukul 19.05.

(61)

47

Dia mendapatkan cerita bahwa, pada awalnya, orang-orang di Afrika Selatan hidup dengan damai dan bersahabat. Bahkan, mereka menyambut baik ras kulit putih yang datang ke Afrika Selatan. Sayangnya, ketika para kulit hitam membagi tanah air mereka dengan para kulit putih, para ras kulit putih ini justru mengambil segala yang ada.

Pada usia 16 tahun Mandela bersekolah di Clarkebury Boarding Institute. Setelah dua tahun bersekolah di Clarkebury Mandela dan Justice dikirim untuk bersekolah lebih jauh lagi, yaitu ke sekolah methodist yang lebih besar, Healdtown. Disinilah Mandela pertama kali mendengar mengenai African National Congress (ANC), yang didirikan pada tahun 1912, tetapi pada saat itu kesadaran Mandela tentang politik kulit hitam masih samar-samar.

Pada tahun 1938 Mandela lulus dari Healdtown dan pada tahun berikutnya kuliah di Fort Hare University untuk mengikuti program Bachelor Arts. Disini Mandela bertemu dengan Oliver Tambo yang kelak akan menjadi teman setianya dalam berjuang. Tetapi Mandela tidak menyelesaikan kuliahnya ia dikeluarkan kerena ikut serta dalam aksi protes mengenai persoalan makanan mahasiswa yang dikorupsi. Buntut dari aksi protes tersebut Mandela diminta keluar dari universitas tersebut4.

4 Anthony Simpson, Nelson Mandela: The Authorized Biography.

Gambar

Gambar   SEQ Gambar_ \* ARABIC 1 - Charles Sanders   Pierce Semiotic
Tabel 2.1 Ikon Indeks Simbol                   (Sumber: google.com)
Gambar  3.1 Foto Nelson Mandela   (sumber: google.com)
Gambar   SEQ Gambar_ \* ARABIC 2 -  Mandela: Long Walk To Freedom
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi, bagi penderita tuna daksa bagian atas, aktivitas makan sangat sulit dilakukan sehingga diperlukan alat bantu makan.Penelitian ini bertujuan untuk merancang

[r]

• Perguruan tinggi berada pada lahan yang berada dalam 1 (satu) hamparan dengan luas paling sedikit 10.000 m2 untuk Universitas, 8.000 m2 untuk Institut, dan 5.000 m2 untuk

Menanggulangi gangguan kesehatan pada hewan yang semakin berbahaya, maka sangat dibutuhkan fasilitas rumah sakit hewan yang baik dan sesuai dengan ketentuan syarat usaha rumah

Penelitian ini juga menentukan nilai konsentrasi hambat minimum dari senyawa antibakteri pada ekstrak buah kapulaga dalam menghambat Streptococcus pyogenesdan

Latar Belakang: Pemberian ASI merupakan cara terbaik menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Saat ini pemberian ASI belum optimal dan

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program Sarjana (S1) Kimia FMIPA USU Medan yang ditulis berdasarkan pengamatan dan analisa

Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling benar dengan cara menghitamkan salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban dari kalimat pernyataan dibawah ini.. Yang termasuk