• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Multilokasi Galur Harapan Padi Gogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Multilokasi Galur Harapan Padi Gogo"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Provinsi Riau merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat/ laju pertumbuhan penduduk sekitar 5%/ tahun yang disebabkan oleh tingginya migrasi penduduk khususnya dari Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan daerah lainnya. Dengan laju pertumbuhan penduduk seperti tersebut di atas, menuntut harus tersedianya pangan khususnya beras untuk kebutuhan lokal yang sampai saat ini sekitar 50% kebutuhan beras untuk penduduk Provinsi Riau masih didatangkan dari luar Provinsi. Di sisi lain, luas lahan pertanian maupun tingkat produktivitas lahan sawah di Provinsi Riau masih tergolong rendah yaitu sekitar 3,3 t/ha dengan luas baku sawah irigasi sekitar 276.533 ha lebih kecil bila dibandingkan dengan luas lahan sawah tadah hujan (7.859.364 ha) maupun lahan rawa pasang surut sekitar 900.000 ha yang tersebar di

Kabupaten Indragiri Hilir, Siak, dan Rokan Hilir (BPS Riau, 2007). Selain dari pada itu, rendahnya intensitas pertanaman padi di Provinsi Riau yang hingga saat ini masih pada rata-rata indek pertanaman (IP) 100 (1 x bertanam dalam setahun) merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi beras di daerah ini. Sehingga sejak tahun 2007, Peme-rintah Provinsi Riau telah mencanangkan satu program besar untuk mendukung pro-gram ketahanan pangan khususnya keterse-diaan beras dalam rangka swasembada beras tahun 2013 di Provinsi Riau yang disebut de-ngan Operasi Pade-ngan Riau Makmur (OPRM).

Selain padi sawah irigasi, di Provinsi Riau juga dibudidayakan padi gogo yang ter-sebar hampir di seluruh Kabupaten dengan persentase terluas terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Indragiri Hulu ini memiliki luas wilayah seluas 19.760 ha yang didominasi oleh usahatani tanaman pangan,

Uji Multilokasi Galur Harapan Padi Gogo

Anis Fahri, Yunizar dan Ali Jamil

Balai Pengkajian Teknlogi Pertanian Riau

Jl. Kaharuddin Nasution 346, km 10. Pekanbaru. Telp. 0761-674206 Email : bptp_riau@yahoo.com.au

Abstrak

Uji multilokasi galur harapan padi gogo dilaksanakan pada lahan kering di Kecamatan Pranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, pada bulan November 2009 sampai Maret 2010. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan galur harapan padi gogo yang berdaya hasil tinggi dan mempunyai daya adaptasi yang baik. Rancangan penelitian menggunakan Acak Kelompok dengan sepuluh galur harapan dengan empat ulangan dan luas plot adalah 20 m2 (4m x 5m). Galur harapan padi gogo yang diuji adalah : 1). B11577E – MR – B-12-1. 2) B10580E-KN-28-1-1. 3) B11580E-KN-TB-17-1-1. 4) TB368B-25-MR-2. 5) B11576F-MR-18-2. 6) B11592E-MR-12-4-3-1. 7) B12644F-MR-1. 8) B113F-TB-26. 9) Situ Patenggang. 10) Limboto. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil padi serta data agro-klimat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata antara galur diuji pada parameter umur tanaman berbunga, umur panen, bobot 1000 butir dan hasil gabah kering panen. Hasil gabah kering panen tertinggi pada galur 8) B113F-TB-26 sebanyak 4,5 ton.

(2)

hortikultura, maupun perkebunan berada pa-da lahan kering. Sebagian besar pa-daerah ter-sebut mempunyai kondisi tanah yang subur, karena berada pada wilayah/daerah penga-liran sungai Indragiri. Potensi lahan untuk pengembangan padi gogo khususnya di Kabu-paten Indragiri Hulu ini terdapat di Kecama-tan Rengat.

Bagi petani yang tidak memiliki lahan sawah atau lahan sawahnya terbatas maka lahan kering yang dimilikinya akan diusaha-kan padi gogo. Lahan yang banyak ditanamai padi gogo adalah lahan datar dibantaran pinggir sungai. Areal ini biasanya lebih subur dan bila terjadi kekeringan masih mungkin menyedot air dari sungai untuk pengairan. Areal dengan kemiringan diatas 15 % sebaik-nya diutamakan untuk vegetasi yang bersifat permanen (Sukmana et al., 1990).

Hasil padi gogo dari satu kesatuan po-la tanam berbasis padi gogo (tumpang sari) dapat mencapai 3,8 tha-1 GKG (Toha dan Hawkins, 1990), sedangkan dari pertanaman padi gogo monokultur dapat dihasilkan 5,0 tha-1 GKG (Toha dkk., 2005). Namun, di sisi lain bahwa kendala utama yang dihadapi da-lam pengembangan padi gogo adalah belum tersedianya varietas unggul baru yang tahan terhadap blas dan keracunan Al untuk dikem-bangkan ke masyarakat terutama untuk men-dukung program P2BN dan OPRM di Provinsi Riau ini.

Salah satu upaya peningkatan pro-duksi padi baik padi sawah irigasi maupun padi gogo dapat dilakukan dengan menggu-nakan varietas unggul. Masih terbatasnya in-formasi varietas unggul baru padi sawah iri-gasi dan padi gogo spesifik lokasi yang adaptif di Provinsi Riau ini juga menjadi salah satu kendala dalam peningkatan produksi padi di

daerah ini yang akhirnya akan bermuara ke-pada sumbangan produksi beras dalam skala nasional. Oleh karena itu, dalam rangka men-dukung program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) dan juga OPRM khususnya di Provinsi Riau dan atas dasar kondisi di atas, maka perlu dilakukan pengkajian ataupun uji multilokasi maupun adaptasi berbagai varie-tas unggul baru padi gogo yang adaptif dan spesifik lokasi. Penelitian ini bertujuan men-dapatkan informasi keragaan berbagai galur harapan padi gogo yang berdaya hasil tinggi spesifik lokasi di Provinsi Riau.

Bahan dan Metode

Uji multi lokasi galur harapan padi gogo dilaksanakan pada sentra produksi tanaman pangan lahan kering di Kecamatan Pranap Kabupaten Indragiri Hulu pada bulan November 2009 – Maret 2010. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 10 perlakuan (8 galur dengan 2 varietas pembanding) diulang seba-nyak 4 kali. Luas plot adalah 20 m2 (4m x 5m). Tanah diolah/digemburkan ada kondisi kering sedalam 15 - 20 cm untuk mencegah terjadinya aliran permukaan yang berpotensi menimbulkan erosi. Pembenaman bahan ame -liorasi ketanah, seperti kapur, batuan fosfat atau bahan organik, bila diperlukan sewaktu pengolahan tanah. Pembuatan saluran drai-nase antar petak percobaan selebar 40 cm, dan antar ulangan selebar 60 cm dengan kedalaman yang cukup agar kelebihan air hujan cepat terbuang. Penanaman dilakukan secara tugal 3 - 5 benih sehat perlubang, di-tugal pada jarak tanaman antar baris 30 cm, dan jarak di dalam barisan/larian 15 cm. Jarak antar petak percobaan 40 cm, dan arak antar ulangan 60 cm. Pupuk N sebanyak 225

(3)

kg urea/ha atau berdasar bagan warna daun (BWD) diberikan diberi 3 tahap, 50 kg/ha urea diberikan pada saat tanaman berumur 10 hari setelah tumbuh, sedangkan sisanya pada saat primordia (± 40 hari setelah tum-buh). Penggunaan pupuk berimbang. Pupuk P diberikan dengan dosis 100–150 kg SP-36/ ha. Pupuk K diberikan pada dosis 100 kg KCl/ ha, tergantung ketersediaan hara K di tanah (Widjaya Adhi, et al. 1992). Gulma yang tum-buh diareal pertanaman padi gogo umumnya dari jenis rumput , teki dan berdun lebar. Pe-ngendaliannya dilakukan intensif secara me-kanis, kimiawi (aplikasi herbisida). Pengen-dalian hama dan penyakit dilakukan intensif berpedoman pada Pengendalian Hama Ter-padu. Penyakit blas (Pyricularia oryzae) me-rupakan penyakit utama padi gogo. Patogen blas banyak mempunyai ras yang penye-barannya bereda antarlokasi dan musim ta-nam. Ketahanan suatu varietas terhadap ras blas berbeda. Infeksi patogen dan perkem-bangan blas dipengaruhi oleh lingkungan, ter-utama kelembaban dan kesuburan tanah. Pe-nanaman varietas tahan merupakan cara pe-ngendalian yang praktis dan efisien. Penana-man di awal musi hujan dapat menekan per-kembangan penyakit blas, terutama blas da-un. Hama lalat bibit (Atherigona exiqua stein) dapat dikendalikan dengan cara perlakuan benih (seed treatment), yaitu mencampur be-nih dengan insektisida Karbosulfan atau kar-bofuran sebelum tanam. Pengendalian hama tikus, walang sangit dan belalang dilakukan secara serempak. Data yang diamati adalah Agroklimat (curah hujan, jumlah hari hujan, suhu maksimum, suhu minimum), pertum-buhan vegetatif dan komponen hasil (tinggi tanaman; jumlah anakan produktif; jumlah malai per m2; umur berbunga 50%; umur

panen (masak 80%); jumlah gabah per malai; bobot 1000 butir pada kadar air 14%; hasil gabah kering per plot). Data yang telah di-kumpulkan dianalisis secara statistik meng-gunakan SAS program atau program lainnya yang sesuai dan ANOVA digunakan untuk menguji pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan uji jarak berganda menurut Duncan (DNMRT) (Steel dan Torrie, 1980) dan Gomez dan Gomez (1983).

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan terhadap rata - rata tinggi tanaman dan jumlah anakan dapat dili-hat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, bahwa tinggi ta-naman tertinggi didapatkan pada galur 5 (B11576F-MR-18-2) yaitu 150,10 cm bila di-bandingkan dengan varietas pembanding Situ Patenggang (128,15 cm) dan Limboto (121,95 cm), namun berdasar analisa statistik tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tinggi tanaman yang paling rendah adalah galur 7) B12644F-MR-1 ( 113,90 cm) dan galur 2) B10580E-KN-28-1-1 (118,93 cm). Jumlah a-nakan produktif terbanyak adalah pada galur 4 (TB368B-25-MR-2) yaitu 11,35 namun ber-dasar analisa statistik tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding situ Pateng-gang dan Limboto.

Hasil pengamatan rata-rata umur ber-bunga, jumlah gabah permalai dan panjang malai dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat rata-an umur trata-anamrata-an berbunga menunjukkrata-an perbedaan tidak nyata antara galur yang di-uji. Galur 6) B11592E-MR-12-4-3-1 memiliki umur berbunga paling rendah yakni 77,50 hari setelah tanam.

(4)

Pada Tabel 2. Juga dapat dilihat bahwa hasil analisa sidik ragam terhadap peubah jumlah gabah permalai menunjukkan berbe-da nyata. Jumlah gabah/malai terbanyak di-peroleh pada Galur 6

(B11592E-MR-12-4-3-1) yaitu 217,63 butir bila dibandingkan de-ngan varietas 9) Situ Patenggang yakni 149,15 butir dan Limboto sebanyak 183,35 butir.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) dan jumlah anakan. Uji MultiLokasi Galur Harapan Padi Gogo, Pranap MH 2009

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5 %.

Galur/Varietas Tinggi Tanaman (cm) Jumlah anakan 1. B11577E – MR – B-12-1 2. B10580E-KN-28-1-1 3. B11580E-KN-TB-17-1-1 4. TB368B-25-MR-2 5. B11576F-MR-18-2 6. B11592E-MR-12-4-3-1 7. B12644F-MR-1 8. B113F-TB-26 9. Situ Patenggang 10. Limboto 123,75 bc 118,93 c 142,35 ab 127,40 bc 150,10 a 135,65 abc 113,90 c 138,15 abc 128,15 abc 121,95 bc 11,5 a 9,50 a 6,75 b 11,35 a 9,80 a 8,85 a 10,35 a 9,80 a 9,50 a 9,10 a

Tabel 2. Rataan umur tanaman berbunga, jumlah gabah permalai dan panjang malai. Uji MultiLokasi Galur Harapan Padi Gogo, Pranap MH 2009

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata Galur/Varietas Umur berbunga (hari) Jumlah gabah / malai (butir) Panjang malai (cm) 1. B11577E – MR – B-12-1 2. B10580E-KN-28-1-1 3. B11580E-KN-TB-17-1-1 4. TB368B-25-MR-2 5. B11576F-MR-18-2 6. B11592E-MR-12-4-3-1 7. B12644F-MR-1 8. B113F-TB-26 9. Situ Patenggang 10. Limboto 81,75 a 81,50 a 82,25 a 81,00 a 80,25 a 77,50 a 79,75 a 79,50 a 80,25 a 82,50 a 121,96 c 172,70 b 151,83 b 132,10 c 119,53 c 217,63 a 155,23 b 148,25 bc 149,15 b 183,35 b 23,40 b 26,76 b 25,68 b 27,25 b 26,70 b 30,52 a 25,96 b 26,52 b 26,12 b 29,65 b

(5)

Pada Tabel 2 juga terlihat bahwa pe-ubah panjang malai menunjukkan perbedaan nyata pada galur yang di uji. Galur 6 (B11592E-MR-12-4-3-1) menghasilkan per-tum-buhan pajang malai tertinggi yakni 30,52 cm.

Hasil pengamatan rata-rata bobot 1000 butir dan hasil gabah kering panen da-pat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa peubah bobot 1000 butir dan hasil gabah kering panen menunjukkan tidak berbeda

nyata antara galur yang diuji. Bobot 1000 butir terberat didapatkan pada galur 8) B113F-TB-26 seberat 32,16 g. Hasil gabah kering terbanyak diperoleh pada galur 8) B113F-TB-26 yakni sebesar 4,5 t/ha GKP . Potensi hasil Hasil ini juga menunjukkan korelasi positif antara bobot 1000 butir gabah terhadap hasil gabah kering panen. Dari diskripsi varietas diketahui rata – rata produksi varietas Limboto yakni 4,5 ton/ha dan Situ Patengang 4,6 ton/ha (Bambang et

al., 2007).

Tabel 3. Rataan bobot 1000 butir dan hasil gabah kering panen. Uji MultiLokasi Galur Harapan Padi Gogo, Seberida. MH. 2009

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5 %.

Galur/Varietas Bobot 1000 butir (g) Hasil GKP (t/ha) 1. B11577E – MR – B-12-1 2. B10580E-KN-28-1-1 3. B11580E-KN-TB-17-1-1 4. TB368B-25-MR-2 5. B11576F-MR-18-2 6. B11592E-MR-12-4-3-1 7. B12644F-MR-1 8. B113F-TB-26 9. Situ Patenggang 29,05 a 23,30 a 31,82 a 21,14 a 22,58 a 25,25 a 28,76 a 32,16 a 25,61 a 3,70 a 3,60 a 4,30 a 3,20 a 3,50 a 2,60 a 4,10 a 4,50 a 3,50 a

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di-lakukan, dapat disimpulkan bahwa Galur Ha-rapan Padi Gogo yang lebih sesuai dan ber-daya adaptasi luas di Kecamatan Pranap Ka-bupaten Indragiri Hulu adalah berdasarkan produksi gabah kering giling/ha adalah ber-turut-turut galur 8) B113F-TB-26 sebanyak

4,50 ton/ha dan galur 3) B11580E-KN-TB-17-1-1 sebanyak 4,30 ton/ha.

Daftar Pustaka

BADAN PUSAT STATISTIK (BPS). 2007. Provinsi Riau Dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik. Provinsi Riau.

(6)

Sukmana, S., H. Suwardjo, U. Kusnadi dan

A. Syam, 1990. Usahatani

Konser-vasi di daerah Aliran Sungai Bagian

Hulu. (Syam M Eds). Risalah

Loka-karya sistem Usahatani, sistem

Usa-hatani di Lima Agrekosistem.

Puslit-bangtan. Badan Litbang Pertanian.

Hal 199 – 222

Toha, H.M. dan R. Hawkins. 1990. Potensi peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui perbaikan varitas dan pemupukan di DAS Jratunseluma bagian hulu. Proyek Penelitian Penye-lamatan Hutan, Tanah dan air. Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian. 103 p

Toha, H.M. 2005. Padi gogo dan Pola Penge-mbangannya. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian, Departemen Per-tanian. 48 hal.

Widjaja Adhi, I.P.G., K. Nugroho, D. Ardi dan S. Karama. 1992. Sumber daya lahan pasang surut, rawa dan pantai. Makalah disajikan pada pertemuan Nasional Pengembangan Pertanian lahan Pasang Surut di Cisarua, 3 – 4 Maret 1992.

Referensi

Dokumen terkait

talam tergantung kepada jenis lagu yang dibawakan atau diJajikan. pada lagu imbauan dulang atau talam belum dimainkan berarti belum ada pengiring dari lagu imbauan

beberapa kelompok petani tambak yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dari panen tersebut, salah satu programnya adalah memberi pelatihan yaitu cara membuat makanan

Lintasan glikolisis dapat terjadi dalam keadaan anaerob dengan menghasilkan asam laktat atau dalam keadaan aerob akan menghasilkan asam piruvat yang kemudian memasuki mitokondria

Pengamatan untuk ekstrak metanolik menghambat perkembangan embrio pada perlakuan setelah fertilisasi hanya memperlambat perkembangan embrio bulu babi sedangkan untuk

4.1 Pengujian Jumlah Total Bakteri/ Total Plate Count (TPC) Hasil uji laboratorium terhadap daging ayam dengan pengambilan sampel sebanyak satu kali di enam

Menanggapi pandangan-pandangan tersebut, penulis dalam hal ini memiliki asumsi yang sama dengan Meyers, bahwa terdapat sistem patriark tersebut dalam Israel, namun sistem tersebut

Hal itu bisa dilakukan dengan cara membuat kontrak, membuat perjanjian, atau bahkan lisensi dengan pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan rahasia

.HWHUJDQWXQJDQ PHODNXNDQ FKDWWLQJ GL LQWHUQHW EHUSHQJDUXK WHUKDGDS SHUVDKDEDWDQ PDK DVLVZD GL GXQ LD PD\D 8PXPQ\D PDKDVLVZD \DQJ PHQMDGL UHVSRQGHQ PHPLOLNL WLQJNDW NHWHUJDQWXQJDQ