PERAN POLITIK MILITER
DI INDONESIA
Materi Kuliah
Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani]
Alasan Intervensi Militer
dalam Politik
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL1. Nilai dan orientasi perwira militer (faktor pengalaman sejarah)
2. Kepentingan material: fasilitas persenjataan dan gaji (minimnya alokasi anggaran)
1. Kondisi ekonomi yang parah
2. Situasi darurat yang
membahayakan keamanan negara
3. Kepemimpinan sipil yang lemah
Model Intervensi Militer
1. Melalui saluran konstitusional yang resmi (UUD, UU, Peraturan Pemerintah, dll)
2. Kompetisi atau koalisi dengan otoritas sipil 3. Intimidasi terhadap otoritas sipil
4. Ancaman atau kekerasan terhadap otoritas sipil 5. Kegagalan mempertahankan otoritas sipil
menentang kekerasan
6. Penggunaan kekerasan terhadap otoritas sipil (Menurut S.E. Finer)
Bentuk Dominasi Militer
1. Langsung mengambil alih kontrol pemerintah dan memonopoli posisi kunci dalam pemerintahan. 2. Militer mendominasi dengan cara menduduki
posisi kunci – seperti menhankam, mendagri – dan menyerahkan posisi lainnya pada sipil karena militer tidak mampu mengelola ekonomi.
Apakah intervensi militer
bersifat permanen?
Intervensi militer dalam politik tidaklah permanen. Ada 3 pola keterlibatan militer dalam politik dan kapan mereka kembali berfungsi sebagai militer sejati.
1. ABDICATION
2. RECIVILIANIZATION
TIGA POLA INTERVENSI MILITER
• ABDICATION
Setelah militer intervensi dan situasi kembali normal,
maka militer kemudian menyerahkan pemerintahan pada sipil lalu mereka kembali ke barak.
• RECIVILIANIZATION
Memberi kesempatan pada sipil untuk menduduki posisi-posisi tertentu dengan dukungan militer.
• QUASI-CIVILIANIZATION
Militer menguatkan terlebih dahulu institusi sipil sebelum menyerahkan kekuasaan pada sipil.
Peran Politik Militer Indonesia
Faktor Internal ABRI
1. Perwira-perwira intervensionis terutama didorong oleh motivasi untuk membela atau memajukan kepentingan militer yang
berlawanan dengan norma konstitusional.
2. Intervensi militer didorong oleh kepentingan kelas untuk membela nilai-nilai dan aspirasi kelas menengah yang darinya mereka
berasal.
3. Kemahiran profesional di kalangan militer menyebabkan perwira-perwira percaya bahwa mereka lebih mampu dari segi
kepemimpinan nasional dibandingkan kelompok sipil.
4. Intervensi militer dalam politik sebagai sebab ambisi pribadi perwira-perwira yang haus wibawa dan kuasa.
Peran Politik Militer Indonesia
Faktor Eksternal ABRI
1. Sebagai akibat dari struktur politik masyarakat yang masih rendah dan rentan.
2. Kegagalan sistem politik dari kalangan sipil yang
memerintah (untuk kasus Indonesia terjadi pada masa Demokrasi Parlementer dan Terpimpin) atau kelompok sipil dipandang tidak mampu memberikan jaminan tertib politik dan stabilitas politik.
3. Kelompok sipil dianggap tidak mampu melakukan modernisasi ekonomi.
Mitos dan Justifikasinya
Tahun Justifikasi Keterlibatan1945-1950 Pendiri dan penjaga Republik, Tentara Rakyat 1948 Penyelamat bangsa dari komunisme
1952 Penyeimbang politik partai/sipil 1957 Penjaga intergrasi
1959 Penjaga UUD 1945
1962 “Ayah Kandung” Kelompok Kekaryaan 1965 Pembela Pancasila, penyelamat bangsa 1970an Manunggal dengan rakyat
Metamorfosis Politik Militer
•
1945 – 1950 : Revolusi
•
1950 – 1957 : Demokrasi Parlementer
•
1957 – 1959 : Transisi
•
1959 – 1966 : Demokrasi Terpimpin
•
1966 – 1998 : Orde Baru
•
1998 - …..
: Reformasi
Dwifungsi ABRI
1. Konsepsi “Jalan Tengah” dari Jendral A.H. Nasution pada November 1958.
2. Doktri Perjuangan “Tri Ubaya Cakti” dari seminar Angkatan Darat I pada April 1965.
3. Disempurnakan lagi dalam Seminar Angkatan Darat II pada Agustus 1966.
4. Dirumuskan dalam UU No.20/1982 tentang Pertahanan Keamanan Pasal 26 dan Pasal 28.
5. Dirumuskan dalam UU No.2/1988 Pasal 6.
PERAN POLITIK MILITER
MASA REVOLUSI 1945 - 1949
•
Pada saat proklamasi kemerdekaan, cikal
bakal militer Indonesia mulai terbentuk.
•
Ada tiga sumber perekrutan militer: (a)
bekas tentara KNIL, (b) bekas tentara PETA
yang memperoleh pendidikan kemiliteran
dari Jepang, (c) para pemuda, pelajar dan
mahasiswa yang tergabung laskar-laskar
perjuangan dan tentara pelajar
• Tahap pembentukan organisasi militer:
a. 22 Agustus 1945: terbentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
b. 5 Oktober 1945: didirikan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
c. 1 Januari 1946: kepanjangan TKR diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.
d. 26 Januari 1946: TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI)
e. 7 Juni 1947: TRI diubah menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia)
Bentuk peran militer di masa revolusi:
1. Mengimbangi diplomasi politisi sipil dengan
melakukan perjuangan (gerilya) bersenjata.
2. Melakukan otokritik terhadap
PERAN POLITIK MILITER
MASA DEMOKRASI PARLEMENTER
Ditandai terjadinya model distribusi kekuasaan
yang khas. Partai politik, parlemen dan
perdana menteri mendiami pusat kekuasaan
yang paling konkret, luas, dan riil.
Soekarno ditempatkan sebagai ‘kepala negara
simbolik’. Militer tidak memperoleh porsi
kekuasaan yang besar dan dibiarkan ‘tinggal di
barak’.
•
Dalam rentang 1949-1959, militer
mempertanyakan supremasi sipil dan akhirnya
menolak supremasi sipil. Sipil dianggap gagal
mengelola sistem politik, terutama dalam hal
memelihara stabilitas politik dan integrasi
nasional.
•
Terjadi beberapa gerakan regionalisme dan
separatisme. Misalnya Gerakan Darul Islam di
Sulsel (1950), Darul Islam di Aceh (1953), PRRI
(1958.
•
Terjadi pula ketegangan antara Soekarno (dan
militer) dan elit-elit partai politik
DEMOKRASI PARLEMENTER
PERAN POLITIK MILITER MEMBESAR:
1. Diperkenalkan Konsepsi Presiden Soekarno 21 Feb 1957 yang menawarkan pembentukan Dewan
Nasional (DN).
2. Pada Maret 1957 dikeluarkan UU Darurat oleh Soekarno untuk menghadapi krisis stabilitas dan integrasi. UU Darurat adalah penyerahan sebagian kekuasaan pemerintahan kepada militer.
3. Pada 6 Mei 1957, DN didirikan dan memasukkan kelompok2 fungsional di dalamnya. Para pejabat militer juga masuk dalam DN, terutama sejak 5 Juni 1957.
4. Dilakukannya nasionalisasi ekonomi oleh Soekarno pada 1958. Semua perusahaan asing diambil alih dan militer banyak memperoleh jatah limpahan
perusahaan itu.
5. Pada 11 Nov 1958, A.H. Nasution memperkenalkan konsep “Jalan Tengah” yang memberikan dasar
teoritis bagi keterlibatan militer dalam politik. 6. Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
mengakhiri Demokrasi Parlementer dan melahirkan Demokrasi Terpimpin.
PERAN POLITIK MILITER MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN
•
Dalam masa ini, distribusi kekuasaan berubah.
Parlemen dan partai politik dilemahkan.
Soekarno muncul sebagai pusat kekuasaan.
PKI dan militer (AD) muncul pula sebagai
pemilik kekuasaan yang konkret. Militer
melakukan pembendungan thd upaya
komunisme untuk mempengaruhi Soekarno
dan memperluas kekuasaannya.
Peran politik di masa ini makin membesar:
1. Militer menduduki posisi pemerintahan/
ikut serta secara berarti dalam kabinet
Soekarno.
2. Mulai tahun 1959, militer terwakili dalam
MPR, DPR, Dewan Nasional dan Front
Nasional.
3. Militer menguasai sejumlah aset ekonomi
nasional.
PERAN POLITIK MILITER
MASA ORDE BARU
Pembesaran peran politik militer di masa Orde Baru, terutama dibentuk oleh:
1. Sukses dalam menumpas G30S/PKI dan
memastikan efektivitas politik PKI dan gerakan komunisme.
2. Dikeluarkannya Supersemar 1966 yang menandai peralihan kekuasaan secara terbatas dari Soekarno kepada Soeharto.
3. Diformalkannya konsep “Jalan Tengah” dengan nama baru DWI FUNGSI ABRI.
4. Dilantiknya Soeharto sebagai Penjabat Presiden pada 12 Maret 1967.
Peran politik militer Orde Baru berkembang dan meluas hingga meliputi aspek-aspek:
1. Penguasaan birokrasi oleh militer
2. Korporatisme Golkar dan pemapanan kekuasaan Golkar
3. Penguasaan legislatif
4. Penguasaan praktek ekonomi dan bisnis
5. Praktek2 pengamanan pembangunan melalui optimalisasi badan intelejen dan penggunaan keamanan.
Politik Militer Orde Baru
1. Penetrasi dan penguasaan birokrasi
2. Korporatisme Golkar
3. Penguasaan Badan Legislatif
4. Praktik ekonomi dan bisnis
5. Militerisasi intelejen
6. Mitologisasi “Kemanunggalan ABRI dan
Rakyat”
MILITER DI ERA REFORMASI
•
Ada tuntutan perubahan mendasar peran
politik militer khususnya 1997-2000:
1. Krisis tak terkelola, reformasi tak terbendung
2. Persaingan dan konflik internal.
3. Sasaran kritik dan hujatan. Militer dipaksa
untuk “tiarap”.
Pergeseran Politik Militer
ORDE BARU
• Nasional • Formal • Institusi • Politik • Langsung• Struktur dan Kultur