Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 57
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PERAWAT SAAT PRAKTIK MELALUI METODE BED SITE TEACHING (BST) DAN METODE
SELF DIRECTED LEARNING (SDL)
Kadek Yudi Aryawan1, I Komang Gde Trisna Purwantara2
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG Abstrak
Latar Belakang : Peningkatan pengetahuan mahasiswa perawat sangat diperlukan baik disiapkan dari kurikulum dan metode pembelajaran yang tepat. Baik dengan metode bed site
teaching (BST) dan self directed learning (SDL).
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan metode pembelajaran dengan bed site teaching dan metode SDL.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-post test only dimana dibedakan kelompok yang metode bed site teaching dan metode SDL. Populasi dari penelitian ini adalah semua mahasiswa perawat. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik
cluster random sampling, dengan sampel sejumlah 60 responden. Analisis menggunakan paired t-test dan independent t-test melihat metode yang paling berpengaruh untuk
meningkatkan pengetahuan.
Hasil : Rata-rata umur responden adalah 21 tahun, rata-rata pre test dan post test dari kelompok SDL adalah 3,9 dan 5,2 sedangkan rata-rata pre test dan post test pada metode bed
site teaching dari 4,2 ke 7,1. Dilihat dari jenis kelamin responden paling banyak adalah jenis
kelamin perempuan sebanyak 39 orang (60%) sedangkan tempat praktik terbanyak pada RSU swasta sebanyak 40%. Hasil analisis paired t-test menemukan bahwa kelompok bed site
teaching dan SDL sama-sama efektif namun yang signifikan adalah kelompok bed site teaching. Metode bed site teaching ini merupakan yang paling signifikan berpengaruh untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa.
Kesimpulan dan Saran: Penerapan metode pembelajaran klinik bedside teaching penerapannya selama ini belum optimal sedangkan manfaat yang bisa didapatkan dari metode ini cukup banyak baik untuk mahasiswa bidan yang sedang praktik klinik di lapangan, pembimbing klinik dan pasien itu sendiri. Sehingga perlu peningkatan keterampilan dari pembimbing dan upaya dari mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuannya.
Keyword : Metode Bed Site Teaching, Metode SDL, Tingkat pengetahuan
PENDAHULUAN
Pendidikan profesional
keperawatan saat ini terdiri dari dua yaitu
program akademik dan profesi
keperawatan. Program akademik ditujukan untuk penguasaan ilmu kebidanan yang ditempuh selama 8 semester sedangkan
program profesi ditujukan untuk
kelanjutan dari program akademik yaitu
penerapan keahlian sebagai seorang
perawat melalui proses pembelajaran
klinik praktis, sehingga mahasiswa lulusan keperawatan memiliki cukup keterampilan
profesional (keterampilan intelektual,
keterampilan teknis praktis, keterampilan interpersonal), pengalaman, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan bersikap profesional (Asmadi, 2008). Sistem pendidikan profesi keperawatan selain sebagai care provider juga sebagai pengambil keputusan dalam masalah pelayanan keperawatan di masing-masing
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 58
Rumah Sakit, Klinik atau pelayanan kesehatan lainnya. Seluruh Perguruan tinggi di Indonesia sudah menyediakan proses pembelajaran yang komprehensif yaitu mulai dari pembelajaran teori di kelas, praktik di laboratorium klinik, serta praktik di lahan praktik klinik yang terangkum dalam kurikulum perguruan
tinggi dengan memperhatikan level
outcome berupa kurikulum kualifikasi nasional Indonesia (KKNI). Saat praktik di
lahan praktik klinik, mahasiswa
memerlukan bimbingan dari bidan/perawat pendidik di lapangan maupun institusi yang bertanggung jawab memastikan bahwa mahasiswa dapat belajar dengan
baik, mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan selama kuliah di kelas,
teknik-teknik dalam praktik serta
mengembangkan diri sebagai perawat yang dewasa (Ali, 2012).
Untuk mewujudkan semua aspek di atas, maka diperlukan juga dukungan metode bimbingan yang tepat, serta efektif dan dukungan lahan praktik klinik, sehingga tercipta suasana yang mendukung mahasiswa bersama pembimbing untuk belajar menjadi perawat yang profesional, tanpa mengurangi kualitas pelayanan
asuhan keparawatan yang diberikan
kepada pasien. Hal ini mengingat
terkadang kenyatan teori yang didapat mahasiswa, belum tentu sama dengan kondisi nyata di lahan praktik (Ali, 2012). Metode bimbingan klinik merupakan suatu
bantuan atau pengarahan yang
berkesinambungan dari pembimbing klinik kepada mahasiswa di area klinik. Metode ini meliputi bedside teaching, observasi,
metode kasus dan simulasi klinis
(Suwarto, 2016). Atau dengan metode self
directed learning (SDL). Bedside teaching
merupakan salah satu metode bimbingan
klinik mahasiswa yang terdiri dari
singkatan briefing, expectation,
demonstrations, specific feedback, inclusion microskill, debriefing and education (Solikhah & Elsanti, 2012).
Sedangkan SDL merupakan teknik
pembelajaran dengan proses problem
based learning dimana pembelajaran
dengan sebuah kasus dan menemukan sebuah hal yang baru serta membahas hal tersebut untuk menemukan solusi dari kasus yang ditemukan (Amir, 2009).
Menurut (Kianmehr, Mofidi,
Yazdanpanah, & Ahmadi, 2010) yang meneliti tentang persepsi peserta didik tentang pelaksanaan bedside teaching ditemukan bahwa banyak keuntungan yang
didapat peserta didik dari bedside
teaching. Walaupun memiliki banyak
keuntungan, tetapi pelaksanaan dari
metode ini dinilai mengalami penurunan. Berdasarkan hasil survey di beberapa rumah sakit di Kabupaten Buleleng yang
menerima mahasiswa praktik,
menyampaikan bahwa pelaksanaan metode
bedside teaching belum optimal, bahkan
masih banyak pembimbing yang belum menerapkannya (Solikhah & Elsanti,
2012). Penelitian yang dilakukan
(Wulandari, 2013) menemukan bahwa dari
hasil wawancara kepada mahasiswa
STIKES Buleleng, menyatakan bimbingan
bedside teaching yang dilakukan pembimbing klinik belum sesuai dengan prosedur. Selain itu di Buleleng ditemukan bahwa sebanyak 37 orang mahasiswa (45,1%) dari STIKES Buleleng dan
STIKES Surya Global menyatakan
pembimbing jarang melakukan bimbingan di dekat pasien (bedside teaching). Melihat dari fenomena di atas ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan metode bedside teaching antara lain kurang waktu saat praktik, kadang tidak bertemu dengan pembimbing klinik dan akademik karena berbeda shift dan karena
pembimbing yang sibuk, sehingga
bimbingan menjadi kurang (Rahmawati &
Satino, 2012). Sedangkan untuk
pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan SDL lebih mengutamakan pengalaman dari kasus.
Dalam melaksanakan bimbingan mahasiswa di lahan praktik, ada beberapa metode yang dapat digunakan seperti
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 59
eksperensial, konferensi, obeservasi, ronde keperawatan, preceptorship dan bedside
teaching (Nursalam & Efendy, 2008). Dari
beberapa metode yang digunakan
walaupun penerapannya belum optimal, metode bedside teaching masih menjadi metode bimbingan klinik yang dipakai pada institusi kesehatan di Indonesia baik tenaga kesehatan dokter, bidan dan perawat. Belum optimalnya pelaksanaan
dari metode bedside teaching ini
dikarenakan pembimbing belum
memahami manfaat dari metode ini. Sehingga dari hal ini penulis ingin menilai perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa praktik yang diberikan metode bedsite
teching dengan SDL walaupun semua
metode merupakan metode yang tepat dilakukan tetapi belum tentu pengetahuan mahasiswa bisa meningkat dengan teknik tersebut.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini di lakukan pada
mahasiswa perawat yang sedang
melakukan praktik di Rumah Sakit. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa perawat semester VII yang
sedang praktik. Pemilihan sampel
menggunakan probability sampling
dengan teknik cluster random sampling. Data yang di gunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer yang di ambil langsung dari kuisioner yang telah di bagikan ke mahasiswa. Data dianalisis dengan menggunakan uji beda compare
mean melihat perbedaan tingkat pengetahuan pre dan post diberikan metode bed site teaching dan diberikan metode SDL.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil analisis univariat terkait dengan responden ditemukan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
Variabel f (%)
Umur (Mean ± SD) 20,7 ± 0,7
Pre Test SDL (Mean ± SD) 3,9 ± 2,1
Post Test SDL (Mean ± SD) 5,2 ± 2,3
Pre Test Bed site teaching
(Mean ± SD)
4,2 ± 1,4
Post Test Bed site teaching
(Mean ± SD) 7,1 ± 0,9 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 21 (35,0) 39 (65,0) Tempat Praktik RSU Pemerintah RSU Swasta Puskesmas 19 (31,7) 24 (40,0) 17 (28,3) Dari tabel 1 ditemukan bahwa rata-rata umur responden adalah 21 tahun dengan standar deviasi 0,7. Rata-rata pre test dan post test dari kelompok SDL adalah 3,9 dan 5,2 sedangkan rata-rata pre test dan post test pada metode bed site teaching dari 4,2 ke 7,1. Dilihat dari jenis kelamin responden paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (60%) sedangkan tempat praktik terbanyak pada RSU swasta sebanyak 40%. Dilihat dari analisis bivarat untuk menilai pre dan post test pada masing-masing kelompok ditemukan sebagai berikut :
Tabel 2. Analisis Bivariat Pre dan Post Test pada Kelompok SDL dan Bed Site
Teaching Variabel (Mean ± SD) Nilai p Kelompok SDL Pre test Post 3,8 ± 2,2 5,2 ± 2,3 0,016 Kelompok Bed Site
Teaching Pre test Post test 4,2 ± 1,4 7,1 ± 0,9 < 0,0001 Berdasarkan analisis bivarat paired t-test ditemukan bahwa kedua metode mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa praktik namun peningkatan pengetahuan dilihat dari rata-rata ditemukan mengalami
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 60
peningkatan yang besar pada kelompok
bed site teaching.
Tabel 3. Perbedaan Pengetahuan
Mahasiswa dengan Metode SDL dan Bedsite teaching Tingkat Pengetahuan Rerata (SD) Nilai P CI Tingkat Pengetahuan BST 7,1 (0,9) <0.0 001 2,9 (4,7- 8,9) Tingkat Pengetahuan SDL 5,2 (2,3)
Berdasarkan hasil analisis
independent t-test ditemukan bahwa
metode yang paling efektif untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat saat praktik adalah bed site
teaching. Metode ini sangat efektif dan
berpengaruh dalam meningkatkan tingkat pengetahuan perawat. Dilihat dari hasilnya bahwa rata-rata peningkatan pengetahuan sebanyak 7,1 pada mahasiswa yang diberikan materi secara bed site teaching. Pembahasan
Metode bed site teaching masih menjadi metode yang paling populer di Bali. Hasil yang ditemukan bahwa sebagian besar responden adalah jenis kelamin perempuan dimana hasil ini juga
sejalan ditemukan pada penelitian
sebelumnya bahwa sebagian responden berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin secara tidak sengaja juga menimbulkan kemauan belajar dan kesempatan untuk
belajar yang sama dalam bidan
keperawatan (Solikhah and Elsanti, 2012).
Hasil penelitian ini juga
menemukan bahwa hasil paired t-test sebelum dan sesudah diberikan pemberian metode bed site teaching dan SDL terjadi peningkatan namun dengan hasil yang paling signifikan dan berpengaruh adalah pada metiode bed site teaching. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Purwokerto bahwa bed site teaching memiliki pengaruh yang signifikan dalam
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam proses pembelajaran praktikum. Walaupun sebenarnya pembelajaran bed
site teaching harus diterapkan secara
berkesinambungan (Solikhah and Elsanti, 2012).
Hasil yang sama juga ditemukan
pada penelitian yang berjudul
“Perbandingan Tingkat Kemampuan
Mekanisme Koping Sebelum dan Sesudah Pemberian Bimbingan Individu pada Mahasiswa Profesi di Rumah Sakit Jiwa Jakarta dan Bogor” menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan koping dari mahasiswa program profesi, dari perilaku menghindari interaksi dengan
pasien (sebelum diberikan bedside
teaching) menjadi dapat berinteraksi
dengan pasien gangguan jiwa (setelah diberikan bedside teaching). Hal ini terjadi karena stigma negatif masyarakat tentang rumah sakit jiwa, juga melekat dalam diri mahasiswa, sehingga setelah diberikan
bedside teaching mahasiswa memiliki
peningkatan mekanisme koping yang adaptif terhadap pasien dengan gangguan jiwa(Mustikasari, 2006).
Penelitian lain menyebutkan tidak hanya dari pihak mahasiswa, penelitian di
Hazrat Rasool Hospital di Tehran
menemukan kebanyakan dari mahasiswa
kesehatan mengemukakan bedside
teaching merupakan cara yang efektif
dalam prinsip belajar dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, evidence
based pengobatan dan interpretasi dari
penemuan beberapa manifestasi klinis. Sebanyak 40% mahasiswa berpendapat bahwa bedside teaching adalah cara yang paling efektif dalam belajar kemampuan klinik. Walaupun dengan metode ini, pasien merasa tidak nyaman dengan
bedside teaching akibat mahasiswa melihat
secara langsung pasien yang bersangkutan
namun 80% dari mereka
merekomendasikan presentasi kasus
ditampilkan di hadapan pasien untuk
menambah pengetahuan pasien
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 61
Pelaksanaan metode bedside
teaching adalah metode yang memungkinkan kepada seluruh mahasiswa untuk menggunakan semua panca indera
untuk mempelajari pasien dan
permasalahannya. Selain itu metode dari
bed site teaching ini akan dapat melatih
sikap mahasiswa baik fisik maupun psikologik serta dapat meningkatkan kemampuan teknik dalam melakukan keterampilan karena mahasiswa akan mendapat pengalaman mendemonstrasikan sebuah tindakan yang sudah dipahami. Pemahaman mahasiswa lebih jelas karena jumlah mahasiswa yang dibatasi 5-6 orang sehingga pelaksanaan bed site teaching sangat efektif dan muncul timbal balik yang baik antara mahasiswa dan dosen. Bila terdapat kekeliruan dapat langsung diberikan umpan balik, sehingga kesalahan tidak berulang serta sangat membantu
peningkatan kemampuan psikomotor
mahasiswa (Puji Lestari, 2010). Menurut
(Suwarto, 2016) bedside teaching
merupakan salah satu metode yang sangat baik dalam mengajarkan dan mendidik mahasiswa untuk menguasai keterampilan prosedur, menumbuhkan sikap profesional, dan mempelajari perkembangan biologis atau fisik.
Dilihat dari pembimbing klinik, teknik bimbingan bedside teaching akan memberikan beberapa manfaat antara lain, pengetahuan baru terkait kondisi nyata dari setiap kasus yang dihadapi, pengalaman mempelajari situasi pada setting klinis sebagai bidan yang langsung berada di sisi pasien, belajar mengenai interpersonal
relationship, mengevaluasi strategi yang
tepat pada beberapa kondisi yang berbeda,
serta mengamati secara langsung
karakteristik dari mahasiswa
bombingannya secara langsung baik
kelebihan maupun kekurangan yang
dimiliki (Berndt, 2013). Pada penelitian
yang berjudul “Clinical Teachers’
Opinions about Bedside-based Clinical Teaching”disebutkan bahwa ada beberapa
poin yang dibahas mengenai keefektifan
bedside clinical teaching diantaranya,
pembimbing akan belajar bagaimana bersikap tenang dalam memberikan contoh saat ditonton oleh perawat ruangan dan mahasiswa, melatih komunikasi yang baik dengan pasien, dan analisis pertimbangan etik dan profesionalisme dengan pasien. Tetapi ada juga sedikit tantangan yang harus dihadapi antara lain terkadang ada
pasien yang tidak mau kooperatif,
kebisingan ruangan, ataupun kekurangan alat praktik yang tersedia. Pada beberapa kondisi waktu bimbingan dilaksanakan pada waktu berkunjung atau saat terjadi kesibukan di bangsal perawatan (Shehab, 2013).
Metode pembelajaran bedside
teaching akan lebih efektif manfaatnya
dirasakan oleh mahasiswa di lahan praktik jika dipadukan dengan dengan metode
pembelajaran lain seperti penugasan
klinik. Metode pembejaran bedside
teaching akan saling melengkapi dengan
penugasan klinik, dimana penugasan klinik akan memberikan kesempatan mahasiswa lebih mandiri dalam melakukan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dan
bedside teaching akan memberikan
kesempatan mahasiswa dalam peningkatan keterampilan praktik klinik (Yusiana &
Damayanti, 2013). Setelah interaksi
bedside teaching pada 120 mahasiswa
Chungnam National University School of
Medicine Korea, didapatkan skor penampilam dalam pemeriksaan klinis
pada kasus paru-paru mengalami
peningkatan dari 48,9 menjadi 60,1 (p<0.001). Dalam penelitian ini terlihat
bedside teaching efektif dalam
meningkatkan penampilan klinik
mahasiswa kesehatan (Jung & Kim, 2011).Metode bed site teaching dimulai dengan tahap persiapan yang menjadi
sebuah kuncu demi kesuksesan
pembelajaran. Dosen mulai membuat
maping kemudian melaksanakan
pembelajaran dan mengevaluasi (Ramani, 2003).
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 62
SIMPULAN
Metode bed site teaching merupakan metode yang paling berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat saat praktik baik di Rumah Sakit Pemerintah, Swasta serta Puskesmas. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak Rumah Sakit dan puskesmas yang membantu penelitian ini. SARAN
Perlu peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kepada pembimbing klinik dalam menerapkan bed site teaching untuk memberikan tambahan keterampilan klinik bagi mahasiswa salah satu contohnya
dengan ikut serta dalam pelatihan
preceptorship serta lain sebagainya. Mahasiswa keperawatan juga dituntut untuk lebih pro aktif dalam pembelajaran klinik khususnya saat praktik berlangsung. DAFTAR PUSTAKA
Al-Mendalawi, Mahmood D. (2010).
Medical student and patient
perspectives on bedside teaching.
Saudi medical journal, 31(11),
1283-1283.
Amir, M. T. (2009) No TitleInovasi
Pendidikan melalui Problem-based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Ali, Wafaa G. (2012). Caring and Effective Teaching Behavior of Clinical Nursing Instructors in Clinical Area as Perceived by Their Students. Journal of Education and
Practice, 3(7).
Asmadi. (2008). Konsep Dasar
Keperawatan (Vol. 1). Jakarta:
EGC.
Berndt, Jodi L. (2013). Clinical Nursing
Instructor Perception of the
Influence of Engagement in
Bedside Nursing Practice on
Clinical Teaching. ProQuest LLC. Jung, Sung Soo, & Kim, Sun Young.
(2011). Experience of bedside
teaching during clerkship in
pulmonary medicine for improving
clinical performance. Korean
journal of medical education, 23(1), 41-47.
Kianmehr, Nahid, Mofidi, Mani,
Yazdanpanah, Reza, & Ahmadi, Marjan A. (2010). Medical student and patient perspectives on bedside teaching. Saudi medical journal,
31(5), 565-568.
Mustikasari, Mustikasari. (2006).
Perbandingan Tingkat Kemampuan Mekanisme Koping Sebelum Dan Sesudah Pemberian Bimbingan Individu Pada Mahasiswa Profesi Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 10(2),
48-53.
Nursalam, & Efendy, Ferry. (2008).
Pendidikan dalam Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Puji Lestari, Titik. (2010). Efektifitas
Metode Pembelajaran Bedside Teaching Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Kemampuan Psikomotor Mahasiswa Diii Di Lahan Praktek (Ruang Melati Rsud Dr Harjono S Ponorogo).
Universitas Sebelas Maret. Rahmawati, Rahmawati, & Satino, Satino.
(2012). Pencapaian Kompetensi
Tindakan Suction Dalam
Pembelajaran Praktek Klinik
Melalui Metoda Bedside Teaching.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 1(2).
Sari, Tery Pawitra. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Bed Site
Teaching Terhadap Psikomot
Leopold Mahasiswa D III
Kebidanan di Klinik Solo Peduli. UNS.
Shehab, Abdullah. (2013). Clinical
bedside-Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 63
based clinical teaching. Sultan
Qaboos University medical journal, 13(1), 121.
Solikhah, Umi, & Elsanti, Devita. (2012). Pengaruh bedside teaching model terhadap penguasaan kasus dan kemampuan keterampilan mahasiswa praktik klinik
keperawatan. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 7(3), 142-147.
Suwarto, Tri. (2016). Persepsi Mahasiswa D3 Keperawatan Mengenai
Pembimbingan Klinik Di Stikes Muhammadiyah Kudus. Universty
Research Colloquium, 3.
Wulandari, Riza. (2013). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Mengenai Metode Bedside Teaching (Bst) Dengan Implementasi Bst Oleh Pembimbing Lahan Mahasiswa Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yusiana, Maria Anita, & Damayanti,
Nyoman Anita. (2013). Evaluasi Penerapan Pembelajaran Klinik
Keperawatan Metode Bedside
Teaching dan Penugasan Klinik
Berdasarkan Evaluasi CIPP.
Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2, 80-83.