• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PERAWAT SAAT PRAKTIK MELALUI METODE BED SITE TEACHING (BST) DAN METODE SELF DIRECTED LEARNING (SDL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PERAWAT SAAT PRAKTIK MELALUI METODE BED SITE TEACHING (BST) DAN METODE SELF DIRECTED LEARNING (SDL)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 57

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PERAWAT SAAT PRAKTIK MELALUI METODE BED SITE TEACHING (BST) DAN METODE

SELF DIRECTED LEARNING (SDL)

Kadek Yudi Aryawan1, I Komang Gde Trisna Purwantara2

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG Abstrak

Latar Belakang : Peningkatan pengetahuan mahasiswa perawat sangat diperlukan baik disiapkan dari kurikulum dan metode pembelajaran yang tepat. Baik dengan metode bed site

teaching (BST) dan self directed learning (SDL).

Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan metode pembelajaran dengan bed site teaching dan metode SDL.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-post test only dimana dibedakan kelompok yang metode bed site teaching dan metode SDL. Populasi dari penelitian ini adalah semua mahasiswa perawat. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik

cluster random sampling, dengan sampel sejumlah 60 responden. Analisis menggunakan paired t-test dan independent t-test melihat metode yang paling berpengaruh untuk

meningkatkan pengetahuan.

Hasil : Rata-rata umur responden adalah 21 tahun, rata-rata pre test dan post test dari kelompok SDL adalah 3,9 dan 5,2 sedangkan rata-rata pre test dan post test pada metode bed

site teaching dari 4,2 ke 7,1. Dilihat dari jenis kelamin responden paling banyak adalah jenis

kelamin perempuan sebanyak 39 orang (60%) sedangkan tempat praktik terbanyak pada RSU swasta sebanyak 40%. Hasil analisis paired t-test menemukan bahwa kelompok bed site

teaching dan SDL sama-sama efektif namun yang signifikan adalah kelompok bed site teaching. Metode bed site teaching ini merupakan yang paling signifikan berpengaruh untuk

meningkatkan pengetahuan mahasiswa.

Kesimpulan dan Saran: Penerapan metode pembelajaran klinik bedside teaching penerapannya selama ini belum optimal sedangkan manfaat yang bisa didapatkan dari metode ini cukup banyak baik untuk mahasiswa bidan yang sedang praktik klinik di lapangan, pembimbing klinik dan pasien itu sendiri. Sehingga perlu peningkatan keterampilan dari pembimbing dan upaya dari mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuannya.

Keyword : Metode Bed Site Teaching, Metode SDL, Tingkat pengetahuan

PENDAHULUAN

Pendidikan profesional

keperawatan saat ini terdiri dari dua yaitu

program akademik dan profesi

keperawatan. Program akademik ditujukan untuk penguasaan ilmu kebidanan yang ditempuh selama 8 semester sedangkan

program profesi ditujukan untuk

kelanjutan dari program akademik yaitu

penerapan keahlian sebagai seorang

perawat melalui proses pembelajaran

klinik praktis, sehingga mahasiswa lulusan keperawatan memiliki cukup keterampilan

profesional (keterampilan intelektual,

keterampilan teknis praktis, keterampilan interpersonal), pengalaman, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan bersikap profesional (Asmadi, 2008). Sistem pendidikan profesi keperawatan selain sebagai care provider juga sebagai pengambil keputusan dalam masalah pelayanan keperawatan di masing-masing

(2)

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 58

Rumah Sakit, Klinik atau pelayanan kesehatan lainnya. Seluruh Perguruan tinggi di Indonesia sudah menyediakan proses pembelajaran yang komprehensif yaitu mulai dari pembelajaran teori di kelas, praktik di laboratorium klinik, serta praktik di lahan praktik klinik yang terangkum dalam kurikulum perguruan

tinggi dengan memperhatikan level

outcome berupa kurikulum kualifikasi nasional Indonesia (KKNI). Saat praktik di

lahan praktik klinik, mahasiswa

memerlukan bimbingan dari bidan/perawat pendidik di lapangan maupun institusi yang bertanggung jawab memastikan bahwa mahasiswa dapat belajar dengan

baik, mengaplikasikan ilmu yang

didapatkan selama kuliah di kelas,

teknik-teknik dalam praktik serta

mengembangkan diri sebagai perawat yang dewasa (Ali, 2012).

Untuk mewujudkan semua aspek di atas, maka diperlukan juga dukungan metode bimbingan yang tepat, serta efektif dan dukungan lahan praktik klinik, sehingga tercipta suasana yang mendukung mahasiswa bersama pembimbing untuk belajar menjadi perawat yang profesional, tanpa mengurangi kualitas pelayanan

asuhan keparawatan yang diberikan

kepada pasien. Hal ini mengingat

terkadang kenyatan teori yang didapat mahasiswa, belum tentu sama dengan kondisi nyata di lahan praktik (Ali, 2012). Metode bimbingan klinik merupakan suatu

bantuan atau pengarahan yang

berkesinambungan dari pembimbing klinik kepada mahasiswa di area klinik. Metode ini meliputi bedside teaching, observasi,

metode kasus dan simulasi klinis

(Suwarto, 2016). Atau dengan metode self

directed learning (SDL). Bedside teaching

merupakan salah satu metode bimbingan

klinik mahasiswa yang terdiri dari

singkatan briefing, expectation,

demonstrations, specific feedback, inclusion microskill, debriefing and education (Solikhah & Elsanti, 2012).

Sedangkan SDL merupakan teknik

pembelajaran dengan proses problem

based learning dimana pembelajaran

dengan sebuah kasus dan menemukan sebuah hal yang baru serta membahas hal tersebut untuk menemukan solusi dari kasus yang ditemukan (Amir, 2009).

Menurut (Kianmehr, Mofidi,

Yazdanpanah, & Ahmadi, 2010) yang meneliti tentang persepsi peserta didik tentang pelaksanaan bedside teaching ditemukan bahwa banyak keuntungan yang

didapat peserta didik dari bedside

teaching. Walaupun memiliki banyak

keuntungan, tetapi pelaksanaan dari

metode ini dinilai mengalami penurunan. Berdasarkan hasil survey di beberapa rumah sakit di Kabupaten Buleleng yang

menerima mahasiswa praktik,

menyampaikan bahwa pelaksanaan metode

bedside teaching belum optimal, bahkan

masih banyak pembimbing yang belum menerapkannya (Solikhah & Elsanti,

2012). Penelitian yang dilakukan

(Wulandari, 2013) menemukan bahwa dari

hasil wawancara kepada mahasiswa

STIKES Buleleng, menyatakan bimbingan

bedside teaching yang dilakukan pembimbing klinik belum sesuai dengan prosedur. Selain itu di Buleleng ditemukan bahwa sebanyak 37 orang mahasiswa (45,1%) dari STIKES Buleleng dan

STIKES Surya Global menyatakan

pembimbing jarang melakukan bimbingan di dekat pasien (bedside teaching). Melihat dari fenomena di atas ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan metode bedside teaching antara lain kurang waktu saat praktik, kadang tidak bertemu dengan pembimbing klinik dan akademik karena berbeda shift dan karena

pembimbing yang sibuk, sehingga

bimbingan menjadi kurang (Rahmawati &

Satino, 2012). Sedangkan untuk

pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan SDL lebih mengutamakan pengalaman dari kasus.

Dalam melaksanakan bimbingan mahasiswa di lahan praktik, ada beberapa metode yang dapat digunakan seperti

(3)

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 59

eksperensial, konferensi, obeservasi, ronde keperawatan, preceptorship dan bedside

teaching (Nursalam & Efendy, 2008). Dari

beberapa metode yang digunakan

walaupun penerapannya belum optimal, metode bedside teaching masih menjadi metode bimbingan klinik yang dipakai pada institusi kesehatan di Indonesia baik tenaga kesehatan dokter, bidan dan perawat. Belum optimalnya pelaksanaan

dari metode bedside teaching ini

dikarenakan pembimbing belum

memahami manfaat dari metode ini. Sehingga dari hal ini penulis ingin menilai perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa praktik yang diberikan metode bedsite

teching dengan SDL walaupun semua

metode merupakan metode yang tepat dilakukan tetapi belum tentu pengetahuan mahasiswa bisa meningkat dengan teknik tersebut.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

analitik dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini di lakukan pada

mahasiswa perawat yang sedang

melakukan praktik di Rumah Sakit. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa perawat semester VII yang

sedang praktik. Pemilihan sampel

menggunakan probability sampling

dengan teknik cluster random sampling. Data yang di gunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer yang di ambil langsung dari kuisioner yang telah di bagikan ke mahasiswa. Data dianalisis dengan menggunakan uji beda compare

mean melihat perbedaan tingkat pengetahuan pre dan post diberikan metode bed site teaching dan diberikan metode SDL.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil analisis univariat terkait dengan responden ditemukan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Variabel f (%)

Umur (Mean ± SD) 20,7 ± 0,7

Pre Test SDL (Mean ± SD) 3,9 ± 2,1

Post Test SDL (Mean ± SD) 5,2 ± 2,3

Pre Test Bed site teaching

(Mean ± SD)

4,2 ± 1,4

Post Test Bed site teaching

(Mean ± SD) 7,1 ± 0,9 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 21 (35,0) 39 (65,0) Tempat Praktik RSU Pemerintah RSU Swasta Puskesmas 19 (31,7) 24 (40,0) 17 (28,3) Dari tabel 1 ditemukan bahwa rata-rata umur responden adalah 21 tahun dengan standar deviasi 0,7. Rata-rata pre test dan post test dari kelompok SDL adalah 3,9 dan 5,2 sedangkan rata-rata pre test dan post test pada metode bed site teaching dari 4,2 ke 7,1. Dilihat dari jenis kelamin responden paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (60%) sedangkan tempat praktik terbanyak pada RSU swasta sebanyak 40%. Dilihat dari analisis bivarat untuk menilai pre dan post test pada masing-masing kelompok ditemukan sebagai berikut :

Tabel 2. Analisis Bivariat Pre dan Post Test pada Kelompok SDL dan Bed Site

Teaching Variabel (Mean ± SD) Nilai p Kelompok SDL Pre test Post 3,8 ± 2,2 5,2 ± 2,3 0,016 Kelompok Bed Site

Teaching Pre test Post test 4,2 ± 1,4 7,1 ± 0,9 < 0,0001 Berdasarkan analisis bivarat paired t-test ditemukan bahwa kedua metode mampu meningkatkan pengetahuan mahasiswa praktik namun peningkatan pengetahuan dilihat dari rata-rata ditemukan mengalami

(4)

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 60

peningkatan yang besar pada kelompok

bed site teaching.

Tabel 3. Perbedaan Pengetahuan

Mahasiswa dengan Metode SDL dan Bedsite teaching Tingkat Pengetahuan Rerata (SD) Nilai P CI Tingkat Pengetahuan BST 7,1 (0,9) <0.0 001 2,9 (4,7- 8,9) Tingkat Pengetahuan SDL 5,2 (2,3)

Berdasarkan hasil analisis

independent t-test ditemukan bahwa

metode yang paling efektif untuk

meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat saat praktik adalah bed site

teaching. Metode ini sangat efektif dan

berpengaruh dalam meningkatkan tingkat pengetahuan perawat. Dilihat dari hasilnya bahwa rata-rata peningkatan pengetahuan sebanyak 7,1 pada mahasiswa yang diberikan materi secara bed site teaching. Pembahasan

Metode bed site teaching masih menjadi metode yang paling populer di Bali. Hasil yang ditemukan bahwa sebagian besar responden adalah jenis kelamin perempuan dimana hasil ini juga

sejalan ditemukan pada penelitian

sebelumnya bahwa sebagian responden berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin secara tidak sengaja juga menimbulkan kemauan belajar dan kesempatan untuk

belajar yang sama dalam bidan

keperawatan (Solikhah and Elsanti, 2012).

Hasil penelitian ini juga

menemukan bahwa hasil paired t-test sebelum dan sesudah diberikan pemberian metode bed site teaching dan SDL terjadi peningkatan namun dengan hasil yang paling signifikan dan berpengaruh adalah pada metiode bed site teaching. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Purwokerto bahwa bed site teaching memiliki pengaruh yang signifikan dalam

meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam proses pembelajaran praktikum. Walaupun sebenarnya pembelajaran bed

site teaching harus diterapkan secara

berkesinambungan (Solikhah and Elsanti, 2012).

Hasil yang sama juga ditemukan

pada penelitian yang berjudul

“Perbandingan Tingkat Kemampuan

Mekanisme Koping Sebelum dan Sesudah Pemberian Bimbingan Individu pada Mahasiswa Profesi di Rumah Sakit Jiwa Jakarta dan Bogor” menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan koping dari mahasiswa program profesi, dari perilaku menghindari interaksi dengan

pasien (sebelum diberikan bedside

teaching) menjadi dapat berinteraksi

dengan pasien gangguan jiwa (setelah diberikan bedside teaching). Hal ini terjadi karena stigma negatif masyarakat tentang rumah sakit jiwa, juga melekat dalam diri mahasiswa, sehingga setelah diberikan

bedside teaching mahasiswa memiliki

peningkatan mekanisme koping yang adaptif terhadap pasien dengan gangguan jiwa(Mustikasari, 2006).

Penelitian lain menyebutkan tidak hanya dari pihak mahasiswa, penelitian di

Hazrat Rasool Hospital di Tehran

menemukan kebanyakan dari mahasiswa

kesehatan mengemukakan bedside

teaching merupakan cara yang efektif

dalam prinsip belajar dari riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, evidence

based pengobatan dan interpretasi dari

penemuan beberapa manifestasi klinis. Sebanyak 40% mahasiswa berpendapat bahwa bedside teaching adalah cara yang paling efektif dalam belajar kemampuan klinik. Walaupun dengan metode ini, pasien merasa tidak nyaman dengan

bedside teaching akibat mahasiswa melihat

secara langsung pasien yang bersangkutan

namun 80% dari mereka

merekomendasikan presentasi kasus

ditampilkan di hadapan pasien untuk

menambah pengetahuan pasien

(5)

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 61

Pelaksanaan metode bedside

teaching adalah metode yang memungkinkan kepada seluruh mahasiswa untuk menggunakan semua panca indera

untuk mempelajari pasien dan

permasalahannya. Selain itu metode dari

bed site teaching ini akan dapat melatih

sikap mahasiswa baik fisik maupun psikologik serta dapat meningkatkan kemampuan teknik dalam melakukan keterampilan karena mahasiswa akan mendapat pengalaman mendemonstrasikan sebuah tindakan yang sudah dipahami. Pemahaman mahasiswa lebih jelas karena jumlah mahasiswa yang dibatasi 5-6 orang sehingga pelaksanaan bed site teaching sangat efektif dan muncul timbal balik yang baik antara mahasiswa dan dosen. Bila terdapat kekeliruan dapat langsung diberikan umpan balik, sehingga kesalahan tidak berulang serta sangat membantu

peningkatan kemampuan psikomotor

mahasiswa (Puji Lestari, 2010). Menurut

(Suwarto, 2016) bedside teaching

merupakan salah satu metode yang sangat baik dalam mengajarkan dan mendidik mahasiswa untuk menguasai keterampilan prosedur, menumbuhkan sikap profesional, dan mempelajari perkembangan biologis atau fisik.

Dilihat dari pembimbing klinik, teknik bimbingan bedside teaching akan memberikan beberapa manfaat antara lain, pengetahuan baru terkait kondisi nyata dari setiap kasus yang dihadapi, pengalaman mempelajari situasi pada setting klinis sebagai bidan yang langsung berada di sisi pasien, belajar mengenai interpersonal

relationship, mengevaluasi strategi yang

tepat pada beberapa kondisi yang berbeda,

serta mengamati secara langsung

karakteristik dari mahasiswa

bombingannya secara langsung baik

kelebihan maupun kekurangan yang

dimiliki (Berndt, 2013). Pada penelitian

yang berjudul “Clinical Teachers’

Opinions about Bedside-based Clinical Teaching”disebutkan bahwa ada beberapa

poin yang dibahas mengenai keefektifan

bedside clinical teaching diantaranya,

pembimbing akan belajar bagaimana bersikap tenang dalam memberikan contoh saat ditonton oleh perawat ruangan dan mahasiswa, melatih komunikasi yang baik dengan pasien, dan analisis pertimbangan etik dan profesionalisme dengan pasien. Tetapi ada juga sedikit tantangan yang harus dihadapi antara lain terkadang ada

pasien yang tidak mau kooperatif,

kebisingan ruangan, ataupun kekurangan alat praktik yang tersedia. Pada beberapa kondisi waktu bimbingan dilaksanakan pada waktu berkunjung atau saat terjadi kesibukan di bangsal perawatan (Shehab, 2013).

Metode pembelajaran bedside

teaching akan lebih efektif manfaatnya

dirasakan oleh mahasiswa di lahan praktik jika dipadukan dengan dengan metode

pembelajaran lain seperti penugasan

klinik. Metode pembejaran bedside

teaching akan saling melengkapi dengan

penugasan klinik, dimana penugasan klinik akan memberikan kesempatan mahasiswa lebih mandiri dalam melakukan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dan

bedside teaching akan memberikan

kesempatan mahasiswa dalam peningkatan keterampilan praktik klinik (Yusiana &

Damayanti, 2013). Setelah interaksi

bedside teaching pada 120 mahasiswa

Chungnam National University School of

Medicine Korea, didapatkan skor penampilam dalam pemeriksaan klinis

pada kasus paru-paru mengalami

peningkatan dari 48,9 menjadi 60,1 (p<0.001). Dalam penelitian ini terlihat

bedside teaching efektif dalam

meningkatkan penampilan klinik

mahasiswa kesehatan (Jung & Kim, 2011).Metode bed site teaching dimulai dengan tahap persiapan yang menjadi

sebuah kuncu demi kesuksesan

pembelajaran. Dosen mulai membuat

maping kemudian melaksanakan

pembelajaran dan mengevaluasi (Ramani, 2003).

(6)

Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 62

SIMPULAN

Metode bed site teaching merupakan metode yang paling berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat saat praktik baik di Rumah Sakit Pemerintah, Swasta serta Puskesmas. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak Rumah Sakit dan puskesmas yang membantu penelitian ini. SARAN

Perlu peningkatan pengetahuan dan

keterampilan kepada pembimbing klinik dalam menerapkan bed site teaching untuk memberikan tambahan keterampilan klinik bagi mahasiswa salah satu contohnya

dengan ikut serta dalam pelatihan

preceptorship serta lain sebagainya. Mahasiswa keperawatan juga dituntut untuk lebih pro aktif dalam pembelajaran klinik khususnya saat praktik berlangsung. DAFTAR PUSTAKA

Al-Mendalawi, Mahmood D. (2010).

Medical student and patient

perspectives on bedside teaching.

Saudi medical journal, 31(11),

1283-1283.

Amir, M. T. (2009) No TitleInovasi

Pendidikan melalui Problem-based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: PT Fajar

Interpratama Mandiri.

Ali, Wafaa G. (2012). Caring and Effective Teaching Behavior of Clinical Nursing Instructors in Clinical Area as Perceived by Their Students. Journal of Education and

Practice, 3(7).

Asmadi. (2008). Konsep Dasar

Keperawatan (Vol. 1). Jakarta:

EGC.

Berndt, Jodi L. (2013). Clinical Nursing

Instructor Perception of the

Influence of Engagement in

Bedside Nursing Practice on

Clinical Teaching. ProQuest LLC. Jung, Sung Soo, & Kim, Sun Young.

(2011). Experience of bedside

teaching during clerkship in

pulmonary medicine for improving

clinical performance. Korean

journal of medical education, 23(1), 41-47.

Kianmehr, Nahid, Mofidi, Mani,

Yazdanpanah, Reza, & Ahmadi, Marjan A. (2010). Medical student and patient perspectives on bedside teaching. Saudi medical journal,

31(5), 565-568.

Mustikasari, Mustikasari. (2006).

Perbandingan Tingkat Kemampuan Mekanisme Koping Sebelum Dan Sesudah Pemberian Bimbingan Individu Pada Mahasiswa Profesi Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 10(2),

48-53.

Nursalam, & Efendy, Ferry. (2008).

Pendidikan dalam Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Puji Lestari, Titik. (2010). Efektifitas

Metode Pembelajaran Bedside Teaching Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Kemampuan Psikomotor Mahasiswa Diii Di Lahan Praktek (Ruang Melati Rsud Dr Harjono S Ponorogo).

Universitas Sebelas Maret. Rahmawati, Rahmawati, & Satino, Satino.

(2012). Pencapaian Kompetensi

Tindakan Suction Dalam

Pembelajaran Praktek Klinik

Melalui Metoda Bedside Teaching.

Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 1(2).

Sari, Tery Pawitra. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Bed Site

Teaching Terhadap Psikomot

Leopold Mahasiswa D III

Kebidanan di Klinik Solo Peduli. UNS.

Shehab, Abdullah. (2013). Clinical

(7)

bedside-Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 1, Maret 2018

http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion | 63

based clinical teaching. Sultan

Qaboos University medical journal, 13(1), 121.

Solikhah, Umi, & Elsanti, Devita. (2012). Pengaruh bedside teaching model terhadap penguasaan kasus dan kemampuan keterampilan mahasiswa praktik klinik

keperawatan. Jurnal Keperawatan

Soedirman, 7(3), 142-147.

Suwarto, Tri. (2016). Persepsi Mahasiswa D3 Keperawatan Mengenai

Pembimbingan Klinik Di Stikes Muhammadiyah Kudus. Universty

Research Colloquium, 3.

Wulandari, Riza. (2013). Hubungan

Tingkat Pengetahuan Mengenai Metode Bedside Teaching (Bst) Dengan Implementasi Bst Oleh Pembimbing Lahan Mahasiswa Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yusiana, Maria Anita, & Damayanti,

Nyoman Anita. (2013). Evaluasi Penerapan Pembelajaran Klinik

Keperawatan Metode Bedside

Teaching dan Penugasan Klinik

Berdasarkan Evaluasi CIPP.

Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2, 80-83.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana menurut anda dengan semboyan leluhur terdahulu yang menyatakan &#34;Banyak anak banyak rejeki&#34;, apakah semboyan itu masih berlaku di budaya (kepercayaan) di

Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. Oleh karena itu,

Selanjutnya menggunakan mulsa plastik untuk menutupi akar untuk mengurangi penyerapan air pada musim hujan, Cekaman air dilakukan 1-2 bln sehingga tanaman mununjukkan

tingkat suku bunga terhadap profit pada Bank Umum dan Bank Sya ri’ah serta.. menguji perbedaan antara penyaluran kredit pada Bank Umum dan

Baik konsumen yang melakukan keluhan atau tidak harus ditangani agar. konsumen tidak merasa ditipu oleh penrsalraan Penanganannya pun

Biji kopi yang tidak masuk dalam grade tersebut (mutu I kebawah, atau nilai cacat lebih dari nilai 11) tidak memenuhi syarat untuk dibeli eksportir. Pada Tabel 8 dan Gambar 2

sarana khususnya SUTET sangat diperlukan untuk mencapai suplai listrik yang andal, berkualitas, dan