• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan khusus Bahasa Indonesia. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan khusus Bahasa Indonesia. docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan utama pengajaran bahasa adalah mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat bermakna bagi siswa, perlu didesain secara mendalam program pembelajaran bahasa Indonesia.

Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.1

Dalam proses pembelajaran pada umumnya dan dalam proses bahasa pada khususnya, ada empat istilah yang kadang dianggap sama dan kadang-kadang dianggap berbeda. Keempat istilah itu adalah pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran. Secara hierarkies dalam proses pembelajaran, pendekatan adalah tingkat tertinggi, yang kemudian dijabarkan kedalam metode-metode, dan metode ini diwujudkan dalam teknik. Teknik harus “tunduk” pada metode dan metode harus “tunduk” pada pendekatan. Model berada pada lingkup terluar dari ketiga istilah tadi yakni bahwa dalam sebuah model pembelajaran pastilah terkandung pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model merupakan wadah tempat beradanya pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.2 Lebih jelasnya, pada makalah ini

penulis telah menguraikan beberapa penjelasan tentang pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia beserta macam-macamnya.

B. Rumusan Masalah

1 Isah Cahyani, Kajian Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, artikel

(2)

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah pengertian dari pendekatan serta

macam-macamnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

C. Tujuan Makalah

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Para ahli memandang pendekatan (approach) dalam proses pembelajaran bahasa sebagai seperangkat asumsi yang paling berkaitan, yang bersangkutan dengan hakikat bahasa, hakikat mengajar, dan hakikat belajar bahasa. Lebih lanjut, pendekatan bisa diartikan sebagai cara pandang filosofis terhadap sebuah objek tertentu yang dipercayai dan diyakini keberadaannya tanpa harus dibuktikan lagi keberadaannya. Berdasarkan pengertian ini, pendekatan itu bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu dibuktikan lagi keberadaannya. Berdasarkan pengertian ini, pendekatan itu bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu dibuktikan lagi keberadaannya yang fungsi utamanya adalah mendeskripsikan hakikat apa yang akan diajarkan.3

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.4

Pada umumnya kata approach diartikan pendekatan. Dalam pengajaran, kata ini lebih tepat diartikan a way of beginning something. Jadi, kalau diterjemahkan, approach adalah cara memulai sesuatu. Dalam hal ini, yaitu cara memulai pengajaran bahasa. Lebih luas lagi, approach adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan proses belajar bahasa.

Berbagai asumsi yang terdapat dalam bahasa yang dikemukakan Ramelan (dalam Zuchdi 1996: 29) mengutip Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar

3 Yunus Abidin, Op.Cit., hlm 19-20

(4)

teoretis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.5

Sejalan dengan beberapa definisi, konsep, dan pandangan terhadap pendekatan berdasarkan beberapa ahli, dapat ditarik sebuah ciri khas tentang pendekatan pembelajaran. Ciri khas pendekatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan bersifat aksiomatis

b. Lahir dari sejumlah asumsi

c. Pendekatan akan melahirkan sejumlah metode pembelajaran

d. Memberikan pedoman terhadap metode pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran.

Bertemali dengan uraian di atas, jelaslah bahwa dalam suatu proses pembelajaran pendekatan itu sangat penting. Pendekatan berfungsi sebagai pedoman umum dan langsung bagi metode pembelajaran yang akan digunakan. Lebih lanjut, pendekatan akan menurunkan berbagai metode pembelajaran dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan proses pembelajaran tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, penguasaan atas berbagai pendekatan pembelajaran bahasa ini dianggap sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan mutu penampilan instruksional seorang guru.6

Penggunaan pendekatan secara arif dan bijaksana dalam suatu proses pembelajaran merupakan keharusan bagi setiap guru. Begitu pula guru bahasa Indonesia. Pandangan guru tentang bahasa, pembelajaran bahasa, dan proses belajar bahasa sangat menentukan sikap dan perbuatannya dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bahasa.7

B. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

5 Linda Puspita,Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, staff uny

6 Ibid.,

(5)

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahwa bahasa adalah seperangkat kaidah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini, pembelajaran lebih menekankan pada pengetahuan tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dengan demikian pengetahuan bidang kognitif bahasa lebih diutamakan. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan semakin cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidahnya.8

2. Pendekatan Komunikatif/Pragmatif

Pendekatan yang cukup popular dalam pengajaran bahasa adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan ini lahir akibat adanya ketidakpuasan para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh metode tatabahasa-terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir yang diharapkan dari belajar bahasa. Pendekatan ini baru dikenal di Indonesia pada era tahun 80-an, padahal perkembangannya di Negara lain relative lebih lama.

Di Indonesia, para ahli bahasa lebih banyak menghabiskan waktu pada perdebatan definisi dari pendekatan komunikatif itu sendiri, karena semua hal yang dianggap berhasil dalam pengajaran bahasa dikatakan menggunakan pendekatan komunikatif yang baik. Tentu saja hal tersebut masih memerlukan pemikiran yang lebih jauh.9

Program pembelajaran komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan kedalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dikhususkan kedalam tujuan-tujuan operasional yang merupakan produk akhir.10

8 Sri Muryati dan Dewi Kusumaningsih, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Univet Bantara Press 2011), Hlm 25

9 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2008)

(6)

Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pembelajaran bahasa untuk diarahkan pada pembentukan kompetensi komunikatif para siswanya yang terwujud melalui empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis). Ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi social.

Pendekatan ini dijiwai oleh pandangan bahwa pada prinsipnya bahasa sebagai proses komunikasi merupakan pengejawantahan dari fungsi-fungsi bahasa yang dijelaskan Halliday, yaitu:

1) Fungsi Interaksional

2) Fungsi Personal

3) Fungsi Regulatori

4) Fungsi Heuristik

5) Fungsi Imajinatif

6) Fungsi Representasional

7) Fungsi Instrumental

Sejalan dengan hal di atas, Subiakto-Nababan menyatakan bahwa ciri-ciri pendekatan komunikatif adalah sebagai berikut.11

1) Hanya aktivitas-aktivitas yang menunjukkan komunikasi yang sebenarnya yang mendorong untuk siswa belajar. Pada prinsipnya kegiatan berkomunikasi terjadi karena adanya kekosongan.

2) Aktivitas berbahasa yang bertujuan untuk mengerjakan tugas yang bermakna mendorong pelajar untuk belajar.

3) Materi dari silabus komunikatif dipersiapkan sesudah diadakan suatu analisis mengenai kebutuhan berbahasa.

(7)

4) Penekanan dalam pendekatan komunikatif ialah pada pelajar dan apa yang diharapkan dari belajar bahasa.

5) Peran guru ialah sebagai penyuluh, penganalisis kebutuhan belajar, dan manajer kelompok.

6) Peran materi instruksional dalam pendekatan komunikatif adalah untuk menunjang komunikasi pelajar secara aktif. Materi instruksional terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Materi yang berdasarkan teks

b. Materi yang berdasarkan tugas

c. Materi yang berdasarkan bahan otentik (realita)

Metode komunikatif penuh bercirikan masukan yang minimal. Peserta didik tidak terlalu diperhatikan. Yang diperhatikan adalah proses pembelajarannya. Desain atau rencana pembelajaran hanya bersifat kerangka, yang terpenting adalah komunikasinya.

Metode ini menitikberatkan pada terjadinya komunikasi selama proses belajar berlangsung dan factor pengajar memegang posisi penting selama proses belajar.12

3. Pendekatan Proses

Dalam proses belajar atau belajar bagaimana belajar, diperlukan keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Ketiga keterampilan inilah yang disebut keterampilan proses. Setiap keterampilan ini terdiri atas sejumlah keterampilan. Dengan perkataan lain keterampilan proses terdiri atas sejumlah subketerampilan proses.

Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses

(8)

belajar-mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti, teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama , rajin, dan sebagainya.

Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan-keterampilan. Penjabaran dari keterampilan proses yang sudah memenuhi karakter bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Mengamati

a) Menatap: memperhatikan.

b) Membaca: memahami suatu bacaan.

c) Menyimak: memahami sesuatu yang dibicarakan orang lain. 2) Menggolongkan

Mencari persamaan, perbedaan atau penggolongan (dapat berupa wacana, kalimat, dan kosa kata).

3) Menafsirkan

a) Menafsirkan: mencari atau menemukan arti, situasi, pola, kesimpulan dan mengelompokkan suatu wacana.

b) Mencari dasar penggolongan: mengelompokkan sesuatu berdasarkan suatu kaidah, dapat berupa kata dasar, kata bentukan, jenis kata, pola kalimat ataupun wacana.

c) Memberi arti: mencari arti kata-kata atau mencari pengertian sesuatu wacana kemudian mengutarakan kembali baik lisan maupun tertulis. d) Mencari hubungan situasi: mencari atau menebak waktu kejadian dari

suatu wacana puisi. Menghubungkan antarsituasi yang satu dengan yang lain dari beberapa wacana.

e) Menemukan pola: menentukan atau menebak suatu pola cerita yang berupa prosa maupun pola kalimat.

f) Menarik kesimpulan: mengambil suatu kesimpulan dari suatu wacana secara induktif maupun deduktif.

(9)

h) Mengalisis: menganalisis suatu wacana berdasarkan paragraf, kalimat, dan unsur-unsur.

4) Menerapkan

Menggunakan konsep: kaidah bahasa dalam menyusun dapat berupa penulisan wacana, karangan, surat-menyurat, kalimat-kalimat, kata bentukan dengan memperhatikan ejaan/kaidah bahasa.

5) Mengkomunikasikan

a) Berdiskusi: melakukan diskusi dan tanya jawab dengan memakai argumentasi/alasan-alasan dan bukti-bukti untuk memecahkan suatu masalah.

b) Mendeklamasikan: melakukan deklamasi suatu puisi dengan menjiwai sesuatu yang dideklamasikan (dapat dengan menggerakkan anggota badan, kepala, pandangan mata, atau perubahan air muka).

c) Dramatisasi: menirukan sesuatu perilaku dengan penjiwaan yang mendalam.

d) Bertanya: mengajukan berbagai jenis pertanyaan yang mengarah kepada: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, atau evaluasi.

e) Mengarang: menulis sesuatu dapat dengan melihat objeknya yang nyata dulu dengan bantuan gambar atau tanpa bantuan apa-apa.

f) Mendramakan/bermain drama: memainkan sesuatu teks cerita persis seperti apa yang tertera pada bacaan.

g) Mengungkapkan/melaporkan sesuatu dalam bentuk lisan dan tulisan: melaporkan darmawisata, pertandingan, peninjauan ke lapangan, dan sebagainya.

Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan atau inklusif dalam kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu. 13

4. Pendekatan Tematik Integratif/Terpadu

(10)

Pendekatan terpadu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti pendekatan yang pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa. Aspek-aspek bahasa tersebut di dalam praktik berbahasa selalu digunakan secara bersama dan terpadu, baik aspek-aspek kebahasaan maupun aspek-aspek keterampilan berbahasa. Bahkan dengan bidang-bidang lain, bahasa selalu menyatu didalam pemakaian.

Pembelajaran bahasa secara terpadu menaruh penghargaan terhadap bahasa, dan dengan seksama meningkatkan penguasaan bahasa siswa (Yeager, 1991). Hal-hal penting yang terjadi di dalam kelas dengan bahasa terpadu menurut Yeager adalah sebagai berikut.14

a. Siswa banyak bergaul dengan literatur (bacaan)

b. Siswa merasakan peningkatan dalam belajarnya dan memperlihatkan kesanggupan belajar yang tinggi.

c. Guru-guru berinteraksi dengan siswa, baik sebagai pembaca maupun sebagai penulis.

d. Guru memperlihatkan perhatiannya terhadap bacaan dan penulisan pada umumnya.

Dalam implentasi pendekatan integratif hendaknya perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) pembelajaran kosakata dan struktur harus selalu dikemas dalam konteks pemakaian yang sesungguhnya, (2) setiap aspek bahasa diajarkan dalam payung tema tertentu, (3) dengan mengacu pada tema, pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya dapat diintegrasikan dengan bidang studi (lintas bidang studi).15

5. Pendekatan Pengalaman Berbahasa

Menurut Abdurrahman, Pendekatan pengalaman bahasa adalah pendekatan pengajaran membaca bagi anak pada umumnya. Pendekatan ini memadukan perkembangan anak dalam keterampilan mendengarkan, bercakap-cakap, menulis dan membaca. Bahan bacaan didasarkan atas pengalaman

14 staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespendidikanDr....Materi%201-%208.pdf

(11)

anak. Pengalaman adalah suatu modal dasar dalam mendorong anak agar mau belajar menulis dan membaca. Dalam hal ini murid dan guru berdiskusi mengenai pengalaman anak sebelumnya. Maksud dari percakapan adalah untuk melatih kemampuan pengucapan kata-kata anak, dan melatih kemampuan menulis, sekaligus melatih kemampuan membaca. Menuliskan cerita berdasarkan pengalaman anak dan dibaca kembali oleh anak menjadikan pendekatan pengalaman bahasa ini menarik dan sempurna.

Dalam prakteknya, pendekatan ini dimulai dengan pertanyaan terbuka, misalnya, “Apa pengalamanmu kemarin yang belum diceritrakan?.” Hari ini kalian akan berceritra mengenai pengalaman itu, kita akan menuliskannya bersama-sama dan kemudian kita akan membacanya bersama-sama.” Guru menulis pengalaman anak tersebut dalam selembar kertas. Teks tulisan untuk dibacakan anak, dibuat bersama dengan anak, kalau perlu dibuat gambar yang mendukung peristiwa yang diceritrakan anak agar lebih menarik. Guru

menuliskannya dengan rapi, dan teliti. Tulisan dibuat sesuai dengan ejaan yang baku. Guru dapat mengadakan perubahan pada bahasa anak yang kurang sempurna dengan teliti dan hati-hati, agar anak tidak merasa bahwa bahasanya rendah dan tidak berbobot.

Guru meneruskan pendekatan ini, dengan selalu bertanya tentang

(12)

diantaranya; menambah wawasan dalam menulis, dapat membaca teks yang mereka tulis, membawa teks pulang ke rumah untuk dikoreksi di rumah, menambah koleksi teks sebagai bahan bacaan, dan memilih kata-kata yang menarik dalam teks, untuk dijadikan motivasi agar ia suka belajar membaca.

Dengan penggunaan pendekatan pengalaman bahasa ini guru

mengembangkan keterampilan anak untuk membaca, yaitu dengan menggunakan teks bacaan yang dibuat berdasarkan pengalaman nyata anak. Pada mulanya anak diminta untuk menceritakan pengalamannya kepada guru, kemudian guru

menuliskan pengalaman anak tersebut pada papan tulis atau kertas.16 6. Pendekatan Jolly Phonics

Metode mengajar membaca dan menulis permulaan yang digunakan oleh negara yang bahasa ibunya bahasa Inggris (Inggris, Amerika, Australia) salah satunya adalah metode Jolly Phonics. Metode ini adalah suatu cara mengajarkan baca tulis dengan mengajarkan bunyi huruf-huruf secara multisensori, kemudian menggunakan cara sintesa bunyi untuk membaca kata. Metode Jolly Phonics sudah terbukti melalui penelitian (Stuart, 1999), efektif untuk mengajarkan anak membaca (dengan pola ejaan atau lafal bahasa Inggris) secara aktif dan menyenangkan sehingga anak cepat menguasai. Bahkan terbukti pula metoda ini efektif bagi anak-anak yang belajar membaca bahasa Inggris meski bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.

Suatu penelitian di India telah dilakukan untuk melihat efektivitas pengajaran bahasa Inggris dengan menggunakan metoda Jolly Phonics pada anak sekolah tingkat dasar. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan metode sebelumnya yang dipakai di India.17

Dalam model pembelajaran Jolly Phonics selalu memperkenalkan kosakata dan mengajarkan kemampuan mengeja yang tepat sehingga kesalahan membaca ditekan dan kelancaran membaca tercapai. Dalam model pembelajaran

16 httpaissgreyz.blogspot.co.id201303pendekatan-pengalaman-bahasa.html

(13)

Jolly Phonics pengajaran bunyi huruf, kata selalu diiringi dengan latihan menulis sehingga anak diajarkan cara penulisan huruf yang tepat. Dengan latihan ini dapat diharapkan anak terampil menulis untuk mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.18

7. Pendekatan Whole Language

Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara.

Menurut Santosa bahwa ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language. Ketujuh ciri tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut cabinet dan sudut belajar.

2) Siswa belajar melalui model atau contoh.

3) Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4) Siswa berbagi tanggung tanggung jawab dalam pembelajaran.

5) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna.

6) Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen.

7) Siswa mendapat balikan (feedback) positif, baik dari guru maupun temannya. Dari ketujuh ciri tersebut dapat terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas menyampaikan materi.

(14)

Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa.19

Seperti pengertian whole language yang dikatakan Syafi’ie bahwa dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pendekatan whole language sehingga dalam implementasinya digunakan pendekatan integratif. Sehingga dalam pengertian yang luas, integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek kedalam satu kesatuan yang padu. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berasarkan konsep integratif mengacu pada pengembangan dan penyajian materi pembelajaran bahasa secara terpadu. Lingkungan proses belajar mengajar bahasa yang dilandasiketerpaduan mengacu pada pandangantentang hakikat bahasa yang terkaitdengan whole language.20

19 Yunus Abidin, Op.Cit., hal. 22

(15)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Para ahli memandang pendekatan (approach) dalam proses pembelajaran bahasa sebagai seperangkat asumsi yang paling berkaitan, yang bersangkutan dengan hakikat bahasa, hakikat mengajar, dan hakikat belajar bahasa.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahwa bahasa adalah seperangkat kaidah. Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pembelajaran bahasa untuk diarahkan pada pembentukan kompetensi komunikatif para siswanya yang terwujud melalui empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis). Pada keterampilan proses, pembelajaran diperlukan keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Pendekatan terpadu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti pendekatan yang pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa. Pendekatan pengalaman bahasa adalah pendekatan pengajaran membaca bagi anak pada umumnya. Metode mengajar membaca dan menulis permulaan yang digunakan oleh negara yang bahasa ibunya bahasa Inggris (Inggris, Amerika, Australia) salah satunya adalah metode Jolly Phonics. Pendekatan whole language adalah suatu

pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah.

(16)

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2008)

Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung:PT Refika Aditama, 2012)

Sri Muryati dan Dewi Kusumaningsih, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Univet Bantara Press 2011)

Tiara Kurnia, Penerapan Pendekatan Whole Language Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Penggunaan Permainan Bahasa, Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013, Prodi PGSD, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Lisnawati Ruhaena, Pengaruh Metode Pembelajaran Jolly Phonics Terhadap Kemampuan Baca-Tulis Permulaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Pada Anak Prasekolah, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 9, No. 2, Agustus 2008: 192-206, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ni Md, Pengaruh Model Pembelajaran Jolly Phonics Terhadap Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I Sd,Uiversitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Yeti Mulyati, Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Berorienatasikan Fungsi Komunikatif Bahasa Untuk Siswa Sekolah Dasar, Artikel Universitas Pendidikan Indonesia

Mastiah, Konsep Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia, artikel STKIP-MELAWI

Isah Cahyani, Kajian Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, artikel

(17)

Linda Puspita,Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, staff uny

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) motivasi jama‟ah mengikuti tarekat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk menjaga dan membersihkan hati,

Kondisi Objektif Kemampuan Membaca Dini Kelompok B di TK Nurhayati sebelum Penerapan Permainan Pohon Huruf ……….. Penerapan Permainan Pohon Huruf untuk Meningkatkan

[r]

Solusi Praktis & Mudah menguasai SPSS 20 untuk Pengolahan data .Cetakan Pertama.Semarang,Indonesia:Andi Publisher.. Buku Saku Analisis Statistik data

Cara pemakaian Pelicin Pakaian adalah sebagai berikut : Tuangkan pelicin pakaian pada botol sprayer, Semprotkan cairan pelicin pakaian kebagian yang akan disetrika dan

per unit dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan tertentu dengan jumlah satuan pesanan yang dihasilkan pada pesanan yang bersangkutan. Untuk mengetahui

Setelah melakukan analisi dan perancangan sistem terhadap Aplikasi Bengkel yang akan dibangun, tahapan selanjutnya adalah implementasi dan pengujian, pada tahapan

(1) Kalau tanggung-pajak dari suatu barang yang harus kena pajak, yang harga-verpondingnya ditetapkan menurut harga-sewa atau harga-pakai tahunan ataupun menurut uang-sewa