• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pembibitan Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.)

Sistem pembibitan yang banyak dipakai sekarang adalah pembibitan satu tahap (Single Stage Nursery) atau dua tahap (Double Stage Nursery). Pada sistem 1 tahap kecambah langsung ditanam di kantong plastik besar. Sedangkan pada pembibitan 2 kecambah ditanam dan dipelihara dahulu dalam plastik kecil selama 3 bulan, yang disebut juga tahap pembibitan pendahuluan (Pre nursery) selanjutnya dipindah ke kantong plastik besar selama 9 bulan. Tahap ini disebut juga sebagai pembibitan utama (Main

Nursery). ( Jefry, 2016 )

Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan naungan. Naungan dibuat dengan memasang tiang – tiang pancang yang biasanya terbuat dari bilah bambu setinggi 2 m, kemudian dibagian atas dibuat kerangka atap yang lalu ditutup dengan daun kelapa atau pelepah sawit, semikian sehingga intensitas cahaya yang diterima sekitar 40% dari kondisi normal. ( Jefry, 2016 )

2.1.1.Lokasi Pembibitan

Pemilihan lokasi pembibitan merupakan salah satu hal penting untuk kemudahan pelaksanaan pembibitan dan keberhasilan perawatan bibit serta menekan biaya transportasi pindah bibit ke lapangan. Lokasi pembibitan akan berkaitan dengan kemudahan penggunaan air, pengawasan, dan kemudahan untuk memperoleh tanah isian polibag. Beberapa syarat penentuan lokasi pembibitan sebagai berikut:

-Tanah/arealnya rata/datar

(2)

2

-Dekat dengan areal yang akan ditanami. Hal ini berguna untuk meminimumkan biaya angkutan bibit dan sekaligus menghindari kerusakan selama transportasi.

-Drainasenya baik, areal tidak tergenang. -Aman dari gangguan hama.

2.1.2. Penyiraman

Bibit tanaman kelapa sawit membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Penyiraman bibit sebaiknya dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7-8 mm pada hari itu. Air yang digunakan menyiram bibit harus menggunakan air yang bersih. Cara penyiraman dilakukan dengandengan semprotan halus supaya bibit tanaman dalam polibag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak menjadi padat, kebutuhan air siraman ± 2 liter/polibag/hari atau disesuaikan dengan umur bibit tanaman. Jika penyiraman tidak dilakukan dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. (Adi, 2012)

2.1.3. Penyiangan/Pengendalian Gulma

Gulma yang tumbuh di kantong polibag perlu disiangi secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali. Pelaksanaan penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada kantong polybag. Penyiangan juga ditujukan untuk mencegah pengerasan permukaan tanah (Sulistyo, 2010).

2.1.4. Pemupukan

Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan namun jika pemberian berlebihan kan berpengaruh menekan pertumbuhan. Interaksi antara unsur N, P, K, sangat nyata berbeda dan bibit sangat peka terhadap perubahan perimbangan antara unsur – unsur hara. Buku pintar mandor, (2010)

(3)

3

Tabel 2.1. Dosis pemupukan pembibitan utama Umur

Bibit (minggu)

Dosis pupuk (gram/pohon)

R I R II K atau D 2 2,5 - - - 4 2,5 - - - 6 5,0 - - - 8 5,0 - - - 10 7,5 - - - 12 7,5 - - - 14 10,0 10 7,5 7,5 16 10,0 10 - - 18 - 10 7,5 7,5 20 - 10 - - 22 - 15 10 10 24 - 15 - - 26 - 15 10 10 28 - 15 - - 30 - 20 15 15 32 - 20 - - 34 - 20 15 15 36 - 20 - - 38 - 25 15 15 40 - 25 - - Jumlah 50 230 80 117,5

Sumber: Buku Pintar Mandor( 2010)

2.2.Pertumbuhan Vegetatif Kelapa Sawit 2.2.1. Akar

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karna tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal serta menghujam tumbuh ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer (diameter 6-10 mm) bercabang membentuk akar sekunder (diameter 2-4 mm) akar primer membentuk akar tersier (diameter 0,7-1.2 mm), dan akar tersier membentuk akar kuarter (diameter 0,1-0,3mm). (Fauzi,2014).

(4)

4

Tabel 2.2. Pengelompokkan akar berdasarkan diameter.

Nama Akar Diameter

Primer 6-10

Sekunder 2 – 4

Tersier 0,7 – 1,2

Kuarter 0,1 – 0,3

Sumber: (Fauzi, 2014)

Akar tersier dan kuarter merupakan bagian perakaran paling dekat dengan permukaan tanah, kedua akar ini banyak ditumbuhi bulu bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Bulu bulu tersebut paling efektif dalam menyerap air, udara dan unsur hara didalam tanah. Pertumbuhan akar terangsang bila konsentrasi akar hara cukup besar ( terutama unsur Nitrogen dan Fosfor. Kerapatan akar yang tinggi akan terjadi di daerah gawangan, yaitu tempat daun hasil tunasan ditumpuk dan terdekomposisi. (Fauzi, 2014).

2.2.2 Batang

Pada kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang pada petumbuhan awal setelah setelah fase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia, batang berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk. Berfungsi juga sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan dibungkus oleh pelepah daun, setiap tahun tinggi kelapa sawit bertambah pada kisaran 45 cmtergantung umur tanaman, ketersediaan hara, keadaan tanah, iklim, dan genetik tanaman. Tinggi tanaman kelapa sawit yang dibudayakan maksimum mencapai 15 – 18 m, sedangkan kelapa sawit liar tingginya dapat mencapai 30 m ( Sunarko, 2014 )

(5)

5 2.2.3 Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Dibagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras dikedua sisinya. Anak – anak daun tersusun berbaris.. sebagai pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruh terhadap tanaman sinar matahari, jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250 - 350 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit, daun muda yang masih muda dan yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spira. Biasanya pelepah normal memiliki 40 – 50 pelepah daun ( Vidanarko, 2011) Adapun standard umum pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3. Standar Umum Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit Umur ( Bulan ) Jumlah Pelepah Tinggi Bibit

(cm) Diameter Batang (cm) 3 3,5 20,0 1,3 4 4,5 25,0 1,5 5 5,5 32,0 1,7 6 8,5 35,9 1,8 7 10,5 52,2 2,7 8 11,5 64,3 3,6 9 13.5 88,3 4,5 10 15,5 101,9 5,5 11 16,5 114,1 5,8 12 18,5 126,1 6,0 Sumber: PPKS (2008)

(6)

6 2.3. Pupuk Kompos

Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifa-sifat tanah. Komposmengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman.Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organic hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Penggunaan bioaktivaktor dalam pembuatan kompos berpengaruh dalam penyediaan unsur hara didalamnya. Jenis mikrorganisme yang ada didalam bioaktivaktor dapat mempengaruhi zat kimia dalam pupuk kompos yang dihasilkan, proses kecepatan pengomposan tidak hanya ditentukan oleh kelimpahan mikrorganisme tapi juga ditentukan oleh jumlah bahan yang dikomposkan (triwibowo, 2015).

2.4. Pengaruh Kompos Kulit Kakao Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kulit buah kakao merupakan limbah perkebunan kakao yang sangat potensial, mempunyai nilai produktif yang bisa dikembangkan para petani dan banyak mengandung hara mineral khususnya N juga serat, lemak dan sejumlah asam organik (Ermansyah, 2012). Limbah kulit buah kakao dapat diolah untuk menambah bahan organik tanah dimana dapat memberikan pengaruh yang baik bagi tanaman. Menambahkan pupuk organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah, terutama meningkatkan bahan organik tanah dan kapasitas tukar kation tanah sehingga lingkungan pertumbuhan tanaman semakin membaik dan ketersediaan unsur hara dapat meningkat (Ermansyah, 2012). Hal ini sejalan dengan Penelitiaan Mariana. (2012) bahwa pemberian kompos kulit buah kakao pada bibit kakao berpengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan tinggi bibit, jumlah daun, lilit batang, luas daun dan rasio tajuk akar

(7)

7

Tabel 2.4. Kandungan Kompos Kulit Buah Kakao

Sifat Kimia Kompos Kulit Buah Kakao

N 1,81 % K2O CAO 6,08 % 1,22 % C-organik 10,02 N- total (%) 0,61 C/N 16,61 P2O5 (%) 1,25

Sumber: Mensah et al.(2012)

Sifat fisik yang dapat diperbaiki oleh kompos kulit buah kakao yaitu struktur media tanam yang digunakan akan menjadi lebih gembur. Sifat biologi yang dapat diperbaiki dengan adanya kompos kulit buah kakao yaitu menambah pasokan energi yang diperlukan mikroorganisme tanah, sehingga dapat mempercepat pelepasan unsur hara yang belum terurai di media tanam. Sifat kimia yang dapat diperbaiki dengan adanya kompos kulit buah kakao yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan C-organik serta mampu memperbaiki pH media tanam. Menurut Mensah et al. (2012), kekurangan kulit buah kakao adalah memiliki sifat anti nutrisi akibat kandungan senyawa tanin yang dapat mengikat berbagai macam enzim digestif sehingga enzim tersebut menjadi tidak efektif. kulit buah kakao yang sudah matang adalah sebagai berikut: K2O 6,08% ; N-total 0,61%; P-total 3,0%; C-organik 10,02 dan C/N rasio 16,61%.

Pupuk kompos merupakan hasil penguraian atau pelapukan dari bahan organik seperti limbah industri pertanian, kotoran ternak dan lain-lain. Salah satu limbah industri pertanian yang dapat dijadikan kompos yaitu limbah kulit buah kakao. Limbah kulit buah kakao yang dihasilkan dalam jumlah banyak akan menjadi masalah jika tidak ditangani dengan baik. Limbah kulit buah kakao memiliki berbagai potensi yakni sebagai bahan mulsa atau sumber bahan organik yang berperan penting dalam memperbaiki, meningkatkan dan

(8)

8

mempertahankan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Tabel kandungan hara N,P,K kakao dalam kompos kakao dapat dilihat pada tabel 2.5. sebagai berikut.

Tabel 2.5. kandungan Unsur Hara N, P, K Dalam Kompos Kakao Pada Berbagai Dosis.

Dosis kompos

(gr) Jumlah N (gr) Jumlah P (gr) Jumlah K (gr)

300 10,71 3,75 2,31 350 12,495 4,375 2,695 400 14,28 5 3,08 450 16,065 5,625 3,465 500 17,85 6,25 3,85 550 19,635 6,875 4,235 600 21,42 7,5 4,62 650 23,205 8,125 5,005 700 24,99 8,75 5,39

Sumber: Mensah et al.(2012)

2.5. Pengaruh Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Azolla merupakan sumber nitrogen, karna azolla mampu bersimbiosis dengan

Annabaena sp. Annabaena sp adalah salah satu jenis Blue-Green Algae yang

mampu berasosiasi didalam ruangan daun paku air azolla, dan salah satu yang menarik adalah kemampuannya memfikasasi kandungan N dalam udara.(Budiyanto,2014). Sejalan dengan penelitian (Putra, 2013) ketersediaan hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pertanian. Alaternatif yang dapat di usulkan pada permasalahan penyediaan pupuk untuk tanaman yaitu menggunakan bahan organik salah satunya tumbuhan azolla. Azolla yang bersimbiosis dengan anabaena azollae dapat memfiksasi nitrogen di udara sebanyak (70-90)%, kandungan N yang tinggi pada azolla dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan vegetatifnya seperti tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang (Anonim, 2011) dan hasil penelitian (Suryati&Anom, 2014) hasil analisis varian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk cair azolla berpengaruh nyata

(9)

9

terhadap diameter batang bibit kelapa sawit pada umur 90 HSS. Kandungan hara kompos kakao dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6. Kandungan Hara Kompos Azolla.

Unsur Hara Persentase (%)

N 4,5 P 0,5- 0,9 Ca 0,4- 1 Mg 0,5 - 0,6 Mn 0,11 – 0,16 Fe 0,06 – 0,26 K 2 – 4,5 Sumber (Suryati,2015)

Azolla dapat digunakan dengan membenamkan nya secara langsung kedalam

tanah pada musim tanam padi. Hal ini disebabkan karna Azolla mudah terurai atau terkomposisi, bahkan dapat digunakan sesudah masa tanam. Pembenaman Azolla akan meningkatkan bahan organik tanah, 5 ton Azolla setara dengan nitrogen seberat 30 kg karenanya kebutuhan nitrogen untuk tanaman padi dapat digantikan dengan pemanfaatan Azolla.

Tabel 2.7. kandungan hara N, P, K Azolla Dosis Kompos

(gr) Jumlah N (gr) Jumlah P (gr) Jumlah K (gr)

100 4,5 0,9 4,5 150 6,75 1,35 6,75 200 9 1,8 9 250 11,25 2,25 11,25 300 13,5 2,7 13,5 350 15,75 3,15 15,75 400 18 3,6 18 450 20,25 4,05 20,25 500 22,5 4,5 22,5 Sumber:(Suryati, 2015)

2.6. Kriteria Kompos Matang

Kompos dipanen apabila telah memenuhi kriteria-kriteria kematangan. Ciri khas kompos yang telah matang dapat dilihat dari suhu, bau, warna, bentuk fisik, penurunan volume, dan rasio C/N-nya (Wahyuni, 2011).

(10)

10 2.6.1. Suhu

Tingkat kematangan kompos dapat dirasakan dari panas yang dikandungnya. Jika tumpukan kompos masih panas saat disentuh, bisa dikatakan kompos tersebut belum matang sempurna. Suhu kompos yang telah matang lebih rendah dari suhu udara luar ditambah 20oC.

2.6.2. Bau

Bau kompos matang menyerupai bau tanah. Apabila masih tercium bau sampah atau bau busuk berarti kompos tersebut masih memerlukan waktu untuk proses pematangan. Bau tanah pada kompos matang terjadi karena materi yang dikandungnya sudah menyerupai materi tanah.

2.6.3. Warna

Sebelum mengaplikasikan kompos pada tanaman kita harus mengetahui kriteria kompos matang dengan cara melihat warna kompos tersebut dengan cirri Kompos yang telah matang biasanya berwarna cokelat tua kehitaman. Warnanya menyerupai tanah hutan atau tanah pertanian yang subur dan gembur.

2.6.4. Bentuk Fisik

Kompos yang telah matang memiliki tekstur yang halus dan tidak menyerupai bentuk asli. Hancurnya disebabkan oleh penguraian alami yang dilakukan oleh mikroorganisme yang hidup dalam kompos. Apabila kompos sudah terdekomposisi dan berubah bentuk dari bentuk awal maka kompos tersebut sudah bisa diaplikasikan untuk tanaman.

2.6.5. Volume

Kompos matang biasanya mengalami penurunan volume dan berat. Penurunan ini berkisar antara 50-75% dari volume atau berat bahan awal

(11)

11

yang dikomposkan. Penurunan terjadi akibat proses alami, yaitu menguapnya beberapa senyawa kimia menjadi gas dan air pada saat pengomposan.

2.6.6. Rasio C/N

Nilai rasio C/N kompos matang mendekati rasio C/N tanah. Biasanya nilainya lebih kecil dari 20. Jika nilainya berbeda jauh diatas rasio C/N tersebut, biasanya proses pengomposannya masih berlangsung (Wahyuni, 2011).

Tabel 2.8. Karakteristik kompos hasil penelitian Sularno, (2014) dan standar SNI.

Parameter SNI 19-1730-2004

Kompos Kulit Kakao + Kotoran Sapi + sekam padi

Suhu Suhu air tanah 33,70 oC

Kadar air (%) Max 50% 57,6

Ph 6,8 -7,49 6,93 C- Organik (%) Min 9,80 16,45 Total –N (%) Min 0,40 1,27 C/N rasio 10 – 20 12,95 P – total (%) Min 0,10 1,12 K – total (%) Min 0, 20 3, 25

Warna Kehitaman Coklat Kehitaman

Bau Berbau tanah Berbau Tanah

Tekstur Remah Remah

Gambar

Tabel 2.2. Pengelompokkan akar berdasarkan diameter.
Tabel 2.3. Standar Umum Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit   Umur ( Bulan )  Jumlah Pelepah  Tinggi Bibit
Tabel 2.4. Kandungan Kompos Kulit Buah Kakao
Tabel  2.5.  kandungan  Unsur  Hara  N,  P,  K  Dalam  Kompos  Kakao  Pada  Berbagai Dosis
+3

Referensi

Dokumen terkait

digester dapat menghambat produksi biogás. Penggunaan digester dua tahap memisahkan beberapa tahap reaksi. Tahap hidrolisis, asidogenesis , dan asetogenesis terjadi

Terdapat 5 subjek yang mengalami peningkatan dan 11 subjek yang mengalami penurunan kadar kolesterol LDL pada kelompok kontrol.Kepatuhan subjek pada kelompok perlakuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui keanekaragaman jenis semut (Hymenoptera: Formicidae ) di kawasan air terjun Desa Dalil, Kecamatan

H al ini disebabkan karena w arna yang diperoleh dengan penam bahan konsentrasi tepung kacang tunggak yang tinggi m enyebabkan kadar protein dalam tepung sem akin tinggi,

Hasil tes prestasi belajar siswa pada siklus I diperoleh rata-rata 74 dengan presentase ketuntasan 71,43% dengan kriteria baik dan siklus II diperoleh rata-rata 85,71

Dalam penelitian ini, bentuk komitmen sumber daya manusia dalam meningkatkan mutu pendidikan di pesantren dapat dilihat dari pendekatan sikap (attitudinal

Laporan keuangan yang tepat waktu Pengendalian Internal penerimaan kas Paroki Santo Petrus dan Paulus terdiri dari adanya pembagian tugas dalam pengelolaan keuangan, prosedur

Jawab: pembentukan PPS dilakukan melalui Keputusan KPU Kabupaten Sintang Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sintang Nomor 06/BA/III/2013 tanggal 13 Maret