• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN CURUG KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN CURUG KOTA SERANG PROVINSI BANTEN"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh: Firmansyah NIM. 6661102698

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

rencana kebahagiaan”.

(6)
(7)
(8)

ii

Syukur alhamdulillah atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

yang telah memberikan jalan bagi peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul “Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di

Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten”. Skripsi ini dibuat dalam rangka untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, konsentrasi Kebijakan Publik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.

Peneliti menyadari bahwa sepenuhnya penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena hal ini tidak lepas dari keterbatasan, kemampuan dan ilmu pengetahuan yang peneliti miliki. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun peneliti harapkan dengan senang hati, sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini pada masa yang akan datang. Terwujudnya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, serta kerendahan hati. Untuk ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si, sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Adminitrasi Negara Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, Ph.D, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Bapak Drs. Oman Supriyadi, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta petunjuk sehingga terselesaikannya penelitian ini.

9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta petunjuk sehingga terselesaikannya penelitian ini.

(10)

11. Seluruh Dosen pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama masa perkuliahan.

12. Seluruh staf program studi Ilmu Administrasi Negara dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu dalam hal keperluan akademik dan adminstrasi. 13. Untuk Emak dan Bapak tercinta yang selalu memberikan motivasi dan

dukungannyaserta selalu mendo’akan peneliti setiap saat.

14. Untuk Ulumidin, S.Sos, yang selalu memberikanku semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

15. Untuk Dede Wahyudin, yang selalu memberkanku bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

16. Untuk sahabat-sahabatku Jefri, Muhamad Rafiudin, S.Sos, Syandi Negara, S.Sos., Agus Muizudin, S.Sos. yang telah memberikanku semangat, memotivasi dan mengisi hari-hariku dengan penuh canda tawa dan selalu membuatku rindu saat masa perkuliah.

17. Teman-teman angkatan tahun 2010 yang telah memberikan dukungan untukku, selalu kompak dalam setiap suasana.

(11)

penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi Peneliti dan umumnya bagi semua pihak.

Akhirnya peneliti berharap agar skripsi ini dapat membawa kemaslahatan bagi semua umat.Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Serang, 10 Juni 2017

(12)

vi

PERNYATAAN ORISINALITAS... i

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR DIAGRAM... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Batasan Masalah... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 14

(13)

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik... 15

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 17

2.1.3 Model Teori George C. Edwards III ... 18

2.1.4 Program Raskin... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian... 26

2.4 Hipotesis Penelitian... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 34

3.2 Ruang Lingkup Penelitian... 34

3.3 Lokasi Penelitian... 35

3.4 Variabel Penelitian ... 36

3.4.1 Definisi Konsep ... 36

3.4.2 Definisi Operasional Variabel... 37

3.5 Instrumen Penelitian... 37

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.6.1 Populasi... 39

3.6.2 Sampel... 39

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 47

3.7.1 Uji Validitas ... 47

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 49

3.7.3 Uji Normalitas Data ... 50

(14)

3.8 Jadual Penelitian... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN... 55

4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 55

4.1.1 Kondisi Umum Kecamatan Curug... 55

4.1.2 Geografi Kecamatan Curug ... 58

4.1.3 Pemerintahan Kecamatan Curug... 60

4.1.4 Visi dan Misi Kecamatan Curug tahun 2014-2018... 60

4.1.4.1 Visi ... 60

4.1.4.2 Misi... 60

4.1.5 Perangkat Kecamatan Curug... 61

4.1.6 Kependudukan ... 62

4.1.6.1 Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga ... 64

4.1.6.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 65

4.1.6.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Kepadatan Mata Pencaharian Penduduk... 68

4.1.6.4 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah... 70

4.1.6.5 Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera ... 72

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ... 74

4.2.1 Uji Validitas ... 74

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 76

4.2.3 Uji Frekuensi dan Uji Normalitas Data ... 77

4.3 Deskripsi Data ... 81

(15)

4.3.1.1 Jenis Kelamin ... 83

4.3.1.2 Usia... 84

4.3.1.3 Tingkat Pendidikan... 85

4.3.2 Analisis Data ... 86

4.3.2.1 Indikator Komunikasi ... 87

4.3.2.1.1 Dimensi Transmisi... 87

4.3.2.1.2 Dimensi Kejelasan ... 89

4.3.2.1.3 Dimensi Konsistensi ... 90

4.3.2.2 Indikator Sumber Daya... 91

4.3.2.2.1 Dimensi Staff ... 91

4.3.2.2.2 Dimensi Informasi ... 92

4.3.2.2.3 Dimensi Wewenang... 94

4.3.2.2.4 Dimensi Fasilitas ... 95

4.3.2.3 Indikator Disposisi... 97

4.3.2.3.1 Dimensi Pengangkatan Birokrat ... 97

4.3.2.3.2 Dimensi Insentif... 98

4.3.2.4 Indikator Struktur Birokrasi... 99

4.3.2.4.1 Dimensi Standar Operasional Prosedur ... 99

4.3.2.4.2 Dimensi Fragmentasi ... 100

4,4 Hipotesis Penelitian... 101

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ... 103

4.6 Pembahasan... 104

(16)

4.6.2 Indikator Sumber Daya ... 109

4.6.3 Indikator Disposisi ... 113

4.6.4 Indikator Struktur Birokrasi ... 116

BAB V PENUTUP... 118

5.1 Simpulan ... 118

5.2 Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

xi

Gambar 2.1 Model Pendekatan Direct and Indirect Impact on Implementation Goerg C. Edwards II dalam Agustino

(2012:150-153) ... 18

Gambar 2.2 Model Pendekatan Direct and Indirect Impact on Implementation Goerg C. Edwards II dalam Agustino (2012:150-153) ... 27

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitan ... 32

Gambar 3.1 Daerah Penerimaan Hipotesis... 53

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Curug ... 56

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kecamatan Curug ... 61

Gambar 4.3 Normalitas Data... 81

(18)

xii

Tabel 1.1 Pagu Alokasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) per-kecamatan di Kota Serang Provinsi Banten Periode Januari s/d Desember 2014 dan 2015 ... 4 Tabel 1.2 Persentase Rumah Tangga Miskin (RTM) per-kecamatan di

Kota Serang Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015... 5 Tabel 1.3 Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)

Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) tahun 2014 dan 2015 di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten.. 7 Tabel 1.4 Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)

Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) tahun 2012-2015 di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten ... 8 Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 37 Tabel 3.2 Keterangan Skor Tiap Indikator Menurut Skala Likert... 38 Tabel 3.3 Jumlah Sampel di Kecamatan Curug Berdasarkan Data

Populasi tahun 2015 ... 41 Tabel 3.4 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Curug Manis

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 42 Tabel 3.5 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Kemanisan

(19)

Tabel 3.6 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Cipete Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 43 Tabel 3.7 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Sukawana

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 44 Tabel 3.8 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Tinggar

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 44 Tabel 3.9 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Curug

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 45 Tabel 3.10 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Sukalaksana

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 45 Tabel 3.11 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Cilaku

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 46 Tabel 3.12 Jumlah Sampel setiap kampung di Kelurahan Pancalaksana

Berdasarkan Data Populasi tahun 2015... 46 Tabel 3.13 Jadual Penelitian... 54 Tabel 4.1 Pembagian RW/RT disepuluh kelurahan yang berada di

Kecamatan curug tahun 2014 dan 2015 ... 57 Tabel 4.2 Geografis kelurahan di Kecamatan Curug tahun 2014 dan

2015 ... 58 Tabel 4.3 Topografi kelurahan di Kecamatan Curug tahun 2014 dan

(20)

Tabel 4.6 Kepala Keluarga di Kecamatan Curug tahun 2014 dan 2015 .. 64

Tabel 4.7 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Curug tahun 2014 ... 66

Tabel 4.8 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Curug tahun 2015 ... 66

Tabel 4.9 Mata Pencaharian Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Curug tahun 2014 dan 2015 ... 69

Tabel 4.10 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah di Kecamatan Curug tahun 2014 dan 2015 ... 71

Tabel 4.11 Tingkat Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera di Kecamatan Curug tahun 2014 dan 2015 ... 73

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Instrumen (Uji Butir Pernyataan) ... 75

Tabel 4.13 Statistik Realibilitas... 77

Tabel 4.14 Standar Deviasi Implementasi Program (Raskin) di Kecamatan Curug ... 78

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Bantena... 79

Tabel 4.16 Hasil perhitungan uji-t ... 102

Tabel 4.17 Pengkategorian Interpretasi Hasil Penelitian... 104

Tabel 4.18 Pengkategorian Indikator Komunikasi ... 107

Tabel 4.19 Persentase Data Hasil Penelitian Indikator Komunikasi ... 108

(21)

Tabel 4.21 Persentase Data Hasil Penelitian Indikator Sumber Daya... 112

Tabel 4.22 Pengkategorian Indikator Disposisi... 114

Tabel 4.23 Persentase Data Hasil Penelitian Indikator Disposisi... 115

(22)

xvi

Diagram 4.1 Jenis Kelamin ... 83 Diagram 4.2 Usia... 84 Diagram 4.3 Tingkat Pendidikan... 85 Diagram 4.4 Implementator telah melakukan sosialisasi terhadap penerima

bantuan ... 87 Diagram 4.5 Implementator telah melakukan sosialisasi secara efektif

(cara dan fokus) ... 88 Diagram 4.6 Penyampaian sosialisasi yang dilakukan oleh implementator

secar jelas terkait program bantuan ... 89 Diagram 4.7 Sosialisasi yang diberikan oleh pihak implementator

berdasarkan perintah/sesuai pedoman yang telah ditentukan... 90 Diagram 4.8 Implementator telah mengerti tupoksi dan jumlah tim

implementator mencukupi ... 91 Diagram 4.9 Implementator mempunyai kemampuan yang baik dalam

mengimplementasikan program bantuan... 92 Diagram 4.10 Tim implementator telah melakukan evaluasi kinerja tim

implementator yang dilakukan oleh tim implementator sendiri ... 93 Diagram 4.11 Implementator telah mendistribusikan bantuan sesuai dengan

(23)

Diagram 4.12 Fasilitas fisik sepeda motor yang menjadi fasilitas fisik kelurahan membantu dalam proses pendistribusian bantuan ... 95 Diagram 4.13 Fasilitas fisik balai kelurahan yang menjadi fasilitas fisik

kelurahan membantu proses pendistribusian bantuan ... 96 Diagram 4.14 Implementator mempunyai responsibilitas yang

tinggi/bertanggung jawab atas tugasnya... 97 Diagram 4.15 Implementator memungut biaya dan mendistribusikan

bantuan berdasarkan pedoman ... 98 Diagram 4.16 Implementator melakukan koordinasi yang baik antar

stakeholder... 99 Diagram 4.17 Implementator melaksanakan tugas dengan baik berdasarkan

(24)

xviii

2. Rekomendasi Penelitian dari Pemerintah Kota Serang Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik.

3. Kuesioner Penelitian. 4. Kartu Daftar Hadir Sidang. 5. Daftar Hadir Bimbingan. 6. Uji Validitas

(25)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pangan merupakan hak azasi manusia, juga sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah Republik Indonesia memberikan prioritas yang sangat besar terhadap ketahanan pangan nasional. Hal tersebut dapat ditandai ketika Indonesia turut mentandatangani kesepakatan internasional tentang pangan. Seperti

Universal Declaration of Human Right 1948 (Deklarasi Hak Azasi Manusia se-Dunia 1948), Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996 (Deklarasi Roma tentang Ketahanan Pangan Dunia dan Konfrensi Tingkat Tinggi Dunia 1996), dan Millennium Development Goals (MDGs)/(Tujuan Pembangunan Melenium). Dalam kesepakatan MDG’s, dunia internasional telah mentargetkan bahwa pada tahun 2015 setiap negara termasuk Indonesia telah sepakat untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya.

(26)

menjadi komoditas nasional yang strategis. Instabilitas perberasan nasional juga dapat mengakibatkan gejolak dalam beberapa aspek kehidupan, baik sosial maupun politik dan ekonomi. Peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan sangat berpengaruh besar dibandingkan dengan komoditi bukan bahan makanan. Sumbangan makanan terhadap garis kemiskinan pada Bulan Maret 2013 menurut pedoman umum raskin tahun 2015 tercatat sebesar 73,52%. Dan kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi pada Bulan September 2012, yang tercatat sebesar 73,50%. Komoditi makanan yang salah satunya berpengaruh sangat besar terhadap nilai garis kemiskinan di Negara Republik Indonesia adalah beras.

Guna upaya menjaga ketahanan pangan dan mengurangi tingkat kemiskinan sesuai permasalahan di atas, maka Pemerintah Indonesia membuat program yang bergerak dalam memberikan subsidi beras untuk masyarakat miskin atau yang disebut dengan Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). Yang dalam tujuannya program subsidi beras tersebut diharapkan dapat meminimalisir angka kemiskinan dan menjaga ketahanan pangan masyarakat miskin di Indonesia.

(27)

Tangga Miskin (RTM). Sejak itu program tersebut menjadi populer dengan sebutan Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin), yaitu subsidi beras bagi masyarakat miskin. Pada tahun 2008 program tersebut berubah menjadi program subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah. Dengan demikian rumah tangga sasaran program tersebut tidak hanya rumah tangga miskin, akan tetapi meliputi rumah tangga rentan atau hampir miskin.

Berdasarkan pedoman umum raskin tahun 2014, Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) merupakan suatu tindak lanjut dari Intruksi Presiden nomor 3 tahun 2012 tentang kebijakan perberasan nasional. Yang dalam intruksinya Presiden mengintruksikan kepada Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah non Kementerian tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional yang secara khusus mengintruksikan kepada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan rawan pangan yang penyediannya mengutamakan gabah/beras dari petani dalam negeri.

(28)

dari segi manfaat, setidaknya Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) memiliki dua sisi manfaat. Pertama, membantu mengurangi sebagian beban pengeluaran rumah tangga rawan pangan dan berpenghasilan rendah. Dan yang kedua, untuk menyerap outlet beras petani, sehingga secara tidak langsung mendorong penurunan kemiskinan pada tingkat produsen.

Terkait Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin), Provinsi Banten ialah salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang melaksanakan Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). Salah satu penanggulangan kemiskinan di Provinsi Banten, ialah di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten. Berikut merupakan tabel Pagu Alokasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) untuk kecamatan se-Kota Serang Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Pagu Alokasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) per-kecamatan di Kota Serang Provinsi Banten

Periode Januari s/d Desember 2014 dan 2015

No Kecamatan Kelurahan RTM Alokasi/

Bulan (Kg)

Alokasi Jan. S/D Des. 2014 dan

2015 (Kg)

1 Serang 12 2.788 41.820 501.840

2 Cipocok Jaya 8 1.912 28.680 344.160

3 Kasemen 10 5.934 89.010 1.068.120

4 Taktakan 12 1.542 23.130 277.560

5 Curug 10 2.524 37.860 454.320

6 Walantaka 14 2.421 36.315 435.780

Jumlah 66 17.121 256.815 3.081.780

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dinas Sosial Kota Serang,2015.

(29)

(KP3B) atau wilayah administasi Provinsi Banten, akan tetapi tingkat kemiskinan di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten setelah dihitung antara jumlah penerima Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, tingkat kemiskinan di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten menduduki peringkat kedua dari enam kecamatan yang berada di Kota Serang Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2

Persentase Rumah Tangga Miskin (RTM)

per-kecamatan di Kota Serang Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015

N o

Kecamatan Kelurahan (R T M)

2014-2015

(KK) %RTM

dengan KK 2014 2015 2014 2015

1 Kasemen 10 5.934 21.404 21.325 28% 28%

2 Curug 10 2.524 11.814 11.814 21% 21%

3 Walantaka 14 2.421 20.673 20.673 12% 12%

4 Cipocok Jaya 8 1.912 18.975 18.975 10% 10%

5 Taktakan 12 1.542 20.897 20.897 7% 7%

6 Serang 12 2.788 45.211 45.211 6% 6%

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian,2016.

(30)

Hal tersebut dapat dilihat dengan susunan sebagai berikut posisi pertama, diduduki oleh Kecamatan Kasemen, kelurahan 10, Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014-2015 sebesar 5.934, Kepala Keluarga (KK) tahun 2014 sebesar 21.404 dan dengan persentase 27,72%, sedangkan tahun 2015 sebesar 21.325 dan dengan persentase 27,82%, posisi kedua diduduki oleh Kecamatan Curug, kelurahan 10, Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014-2015 sebesar 2.524, Kepala Keluarga (KK) tahun 2014 dan 2015 sebesar 11.814 dan dengan persentase 21,36%, posisi ketiga diduduki oleh Kecamatan Walantaka, kelurahan 14, Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014-2015 sebesar 2.421, Kepala Keluarga (KK) tahun 2014 dan 2015 sebesar 20.673 dan dengan persentase 11,71%, posisi keempat diduduki oleh Kecamatan Cipocok Jaya, kelurahan 8, Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014-2015 sebesar 1.912, Kepala Keluarga (KK) tahun 2014 dan 2015 sebesar 18.975 dan dengan persentase 10,07%, posisi kelima diduduki oleh Kecamatan Taktakan, kelurahan 12, Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014-2015 sebesar 1.542, Kepala Keluarga (KK) tahun 2014 dan 2015 sebesar 20.897 dan dengan persentase7,37%, posisi keenam diduduki oleh Kecamatan Serang, kelurahan 12, Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014-2015 sebesar 2.788, Kepala Keluarga (KK) tahun 2014 dan 2015 sebesar 45.211 dan dengan persentase 6,16%.

(31)

Tabel 1.3

Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)

Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) tahun 2014 dan 2015 di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten

No

9 Curug Manis 323 323

10 Sukajaya 106 106

Jumlah 2.524 2.524

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dinas Sosial Kota Serang,2015.

(32)

Kelurahan Sukawana 170, Kelurahan Sukalaksana 345, Kelurahan Curug Manis 323, Kelurahan Sukajaya 106.

Terkait jumlah yang tertera pada tabel di atas, bahwa jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015 tidak mengalami perubahan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.4

Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) tahun 2012-2015 di Kecamatan Curug Kota

Serang Provinsi Banten

Sumber: Hasil Pengolahan Data Dinas Sosial Kota Serang,2015.

(33)

Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten berkurang sebesar 166. Akan tetapi tahun selanjutnya yakni tahun 2014 dan 2015 jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten tetap berjumlah 2.524, tetap berjumlah seperti pada tahun 2013.

Setelah observasi awal selain permasalahan di atas terdapat permasalahan-permasalahan yang lain yang peneliti temukan ketika peneliti berada di lapangan, terkait implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, hal tersebut diantaranya seperti:

Adanya perbedaan keterangan antara pihak kecamatan, kelurahan, dan penerima. Berdasarkan wawancara dengan pihak kecamatan terkait implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, berjalan dengan baik dan tidak mengalami permasalahan apapun, baik dalam sasaran, jumlah, harga, waktu, kualitas maupun administrasi (Sumber: Wawancara Tasjani Kasi Kesos Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten 4 Mei 2015 09:30 WIB).

(34)

(RTS-PM), dikarenakan data rumah tangga penerima beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) kurang tepat sasaran. Permasalahan yang selanjutnya ialah, pada pendistribusian beras di titik bagai tidak didistribusikan setiap bulan. Hal tersebut disebabkan kemampuan daya beli penerima terbatas dan pengajuan beras terhadap pihak bulog dikolektif oleh pihak kecamatan (Sumber: Wawancara Babay Sukardi Plt. Lurah Kelurahan Sukalaksana Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten 11 Mei 2015 13:30 WIB).

Kemudian selain permasalahan-permasalahan tersebut terdapat permasalahan lain, berdasarkan informasi dari Ibu Sunariah, selaku penerima Proram Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) tahun 2014-2015, mengatakan bahwa beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) tahun 2014-2015 kurang layak untuk dikonsumsi, karena beras berkutu, berbau, kotor dan berwarna kuning (Sumber: Wawancara Sunariah warga Kelurahan Sukawana Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten 15 Mei 2015 15:00 WIB).

Melalui permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi

Banten”.

1.2 Identifikasi Masalah

(35)

Banten yang telah dipaparkan pada latar belakang maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Data rumah tangga penerima beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) kurang tepat sasaran, karena ada rumah tangga yang tidak miskin menerima beras Program Baras Rumah Tangga Miskin (Raskin) dan sebaliknya rumah tangga yang miskin yang tidak menerima beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). 2. Beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) kurang layak

untuk dikonsumsi, karena beras berkutu, berbau, kotor dan berwarna kuning.

3. Beras di titik bagi tidak didistribusikan setiap bulan selama satu tahun, hal tersebut disebabkan kemampuan daya beli penerima terbatas, pengajuan beras terhadap pihak bulog dikolektif oleh pihak kecamatan.

1.3 Batasan Masalah

(36)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang telah dijabarkan di atas tersebut mengenai permasalahan yang ada serta pembatasan masalah yang telah dibuat mengenai implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

Seberapa besar implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan ingin mengetahui seberapa besar implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten.

1.6 Manfaat Penelitian

Harapan yang diinginkan peneliti terkait penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, adalah sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

(37)

2. Manfaat secara praktis

(38)

14

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Menurut Dunn (2003:51), Kebijakan didefinisikan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu

polis(Negara-Kota) danpur(Kota).

Sedangkan Hogwood dan Gunn menyebutkan sepuluh penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya:

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of activity)

Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industri, atau kebijakan hukum dan ketertiban.

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs)

Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)

Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government)

Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)

Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebijakan lainnya.

f. Sebagai sebuah program (as a programe)

Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.

(39)

Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

h. Sebagai hasil (as outcome)

Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agrikultural dari program reformasi agraria.

i. Sebagai teori atau model (as a theory or model)

Contohnya: apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industri akan berkembang.

j. Sebagai sebuah proses (as a process)

Contohnya: Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan

issueslalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi. (Wicaksono, 2006:53). Berdasarkan penjelasan di atas maka kiranya peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebijakan merupakan konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan.

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Setelah memahami definisi kebijakan yang dikemukakan sebelumnya, maka selanjutnya akan dijelaskan pengertian kebijakan publik menurut Eulau dan Prewitt dalam Agustino (2008:6-7), dalam persepektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai: “keputusan tetap’ yang dicirikan dengan konsistensi dan

pengulangan (repitisi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut”.

Definisi lain dikemukakan Dye dalam Agustino (2008:7), bahwa “kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan” seperti ungkapannya dalam Subarsono (2005:2) public policy is

(40)

Sedangkan menurut Dunn dalam Wicaksono (2006:64), Kebijakan publik ialah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.

Rose berupaya mengemukakan definisi lain dalam Agustino (2008:7), yaitu kebijakan publik sebagai, ”sebuah rangkaian panjang dari banyak atau

sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan”.

Widodo (2007:12) mendefinisikan kebijakan publik adalah “serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah”. Kebijakan publik

merupakan suatu pilihan atau tindakan yang menghasilkan suatu keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal yang bertujuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk kepentingan masyarakat.

Selain definisi di atas Hogwood dan Gunn dalam Suharto (2007:4), menyatakan arti dari kebijakan publik sebagai seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu.

(41)

2.1.2 Implementasi Kebijakan Publik

Tahap selanjutnya deskripsi teori ini akan dikemukakan definisi implementasi kebijakan publik, setelah sebelumnya diuraikan tentang definisi kebijakan publik. Menurut Van Meter dan Van Horn mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (Agustino, 2008:139)”.

Sedangkan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan-keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur prosesimplementasinya (Agustino, 2008:139)”.

Berdasarkan kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan suatu tindakan yang dilakukan/pelaksanaan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat dalam kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan menghasilkan sesuatu dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

Sehingga dari uraian di atas bisa dikatakan implementasi dapat dilihat dari proses dan capaian tujuan berupa hasil akhir. Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lester dan Stewart, dimana mereka mengatakan bahwa “implementasi

(42)

Guna melihat hasil pencapaian sebuah kebijakan yang telah dibuat, maka harus ada suatu pengukuran. Pengukuran dari hasil kebijakan dapat diketahui dari berbagai model implementasi yang telah banyak disampaikan oleh para ahli. Maka untuk mendukung hal tersebut peneliti menambahkan model teori implementasi yang dikutip dari model teori implementasi Edwards III dalam Agustino (2012:150-153), hal tersebut dapat dilihat di bawah ini.

2.1.3 Model Teori George C. Edwards III

Model teori Agustino (2012:150-153), menjelaskan bahwa implementasi yang dikembangkan oleh Edwards III berspektif top down(Dari Atas ke Bawah).

Edwards III menamakan model implementasi kebijakan publiknya dengan Direct and Indirect Impact on Implementation (Implementasi Langsung dan Tidak Langsung). Pendekatan yang diterapkan oleh Edwards III, terdapat empat indikator yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu: (1) komunikasi; (2) sumber daya; (3) disposisi; dan (4) struktur birokrasi.

Gambar 2.1 Model Pendekatan Direct and Indirect Impact on Implementation George C. Edwards III dalam Agustino (2012:150-153)

STRUKTUR BIROKRASI KOMUNIKASI

IMPLEMENTASI SUMBERDAYA

(43)

Indikator pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, menurut George Edwards III, adalah komunikasi. Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan indikator komunikasi, yaitu:

1) Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi ditengah jalan.

2) Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan

(street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan. 3) Konsisitensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana dilapangan. Indikatorkedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan adalah sumber daya. Indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

1) Staf; sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.

2) Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan.

(44)

Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat didalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap hukum.

3) Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses implementasi kebijakan.

4) Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

Indikatorketiga yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah disposisi. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada indikator disposisi, menurut George Edward III, adalah:

1) Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijkan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi bagi kepentingan warga.

2) Insentif,Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest)

atau organisasi.

Indikatorkeempat, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi.

(45)

kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerja sama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebagiankan sumber daya-sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dalam mengimplementasikan kebijakan sangat dipengaruhi oleh adanya komunikasi yang jelas, baik antar individu maupun lembaga, sumber daya yang digunakan, serta perilaku dari para implementornya. Dan akhirnya akan menghasilkan struktur birokrasi yang tidak berbelit-belit.

2.1.4 Program Raskin

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat tahun 2013. Bahwa Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin), merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan kluster I, yaitu adalah program bantuan sosial berbasis keluarga.

(46)

6. Tepat administrasi.

Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) setidaknya memiliki dua sisi manfaat, yakni pertama, membantu mengurangi sebagian beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin (RTM), dan yang kedua, menyerap outlet beras petani, sehingga secara tidak langsung mendorong penurunan kemiskinan pada tingkat produsen.

Berdasarkan Pedoman umum raskin tahun 2014, dasar hukum peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 8 tahun 1985, tentang Organisasi Masyarakat. 2. Undang No. 18 tahun 1986, tentang pelaksanaan

Undang-Undang No. 8 tahun 1985.

3. Undang-Undang No. 19 tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

4. Undang-Undang 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. 5. Undang-Undang No. 18 tahun 2012, tentang Pangan.

6. Undang-Undang No. 23 tahun 2013, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

7. Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan. 8. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan

Umum (BULOG).

9. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Negara.

10. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

11. Praturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

12. Peraturan Presiden RI No. 15 tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

13. Peraturan Presiden RI tentang Rencana Kerja Pemerintah tahun 2014. 14. Inpres No. 3 tahun 2012, tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras

dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah.

(47)

16. Permenkeu tentang Penunjukan Kementerian Sosial sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Program Raskin.

17. Kepmenko Kesra No. 57 tahun 2012, tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat.

18. Intruksi Mendagri No. 541/3150/SJ tahun 2013, tentang Pelaksanaan Pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan Penanganan Pengaduan Masyarakat.

19. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2634/SJ tahun 2013, tentang Pengalokasian Biaya Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi ke Titik Bagi.

Berdasarkan pedoman umum raskin tahun 2015, bahwa beras yang disubsidi dan diberikan oleh Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) adalah beras yang mengutamakan beras dari hasil petani dalam negeri, dengan kualitas beras medium dan Harga Tembus Beras Rumah Tangga Miskin (HTR) 1.600/kg, dari Titik Distribusi (TD). Selain itu kemasan Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) juga mempunyai dua kemasan yang pertama, mulai dari kemasan 15 kg dan yang kedua, berukuran 50 kg dengan alokasi sebanyak 15 kg/RTS/bulan. Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) disalurkan setiap bulan selama 12 bulan, selain itu juga beras yang dibagikan oleh Rumah Tangga Sasarn (RTS) adalah beras yang berasal dari gudang Badan Urusan Logistik (Bulog).

(48)

dimuktahirkan berdasarkan Musyawarah Desa (Mudes) atau Musyawarah Kelurahan (Muskel).

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). salah satu langkah pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia untuk membantu masyarakan miskin di Indonesia agar masyarakat miskin Indonesia tercukupi kebutuhan pangannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pertama, kajian penelitian terdahulu sebelumnya pernah dilakukan oleh peneliti bernama Rt. Nina Maryana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, tahun 2010. Dengan judul “Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang tahun 2010”.

Pendekatan penelitian kualitatif. Teori implementasi kebijakan yang digunakan Merille S Grindle, teknik pengumpulan data melau observasi, studi dokumen dan wawancara.

Persamaan penelitian dengan penelitian ini sama-sama membahas tentang implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). Sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian ini adalah pada metode pendekatannya. Jika penelitian Rt. Nina Maryana menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

(49)

Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang tahun 2010, belum berjalan dengan baik. Karena pendistribusian beras di Kelurahan Kabayan tahun 2010 terhambat. Hal tersebut disebabkan karena pendistribusian tersedat. Tujuan penelitian guna mengetahui sejauhmana implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang Kabupaten Padeglang pada tahun 2010. Dan juga untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat. Keritik terhadap hasil penelitian Rt. Nina Maryana terkait karya tulis, bahwa penyusunan karya tulis masih belum konsisten dalam penulisan.

Kedua, kajian penelitian dilakukan oleh Mariam Musawa, Universitas Diponogoro, Program Pascasarjana, Program studi Magister Ilmu Administrasi tahun 2009. Dengan judul Studi Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) diwilayah Kelurahan Gajahmungkur Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2009. Metode pendekatan yang digunakan kualitatif. Teori implementasi kebijakan yang digunakan Merille S Grindle. Persamaan penelitian ialah sama-sama meneliti implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). Perbedaan dalam penlitan Mariam Musawa penelitian Mariam Musawa membahas bagaimana mempelajari implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). Sedangkan penelitian ini untuk mengukur seberapa basar implementasi Program.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang terbatas pada saat tahap perencanaan menyebabkan implementasi Program terkesan “dipaksakan”. Dan

(50)

dalam tingkat yang relatif rendah. Hal ini terindikasi dari adanya rumah tangga tidak miskin yang menjadi penerima Program (leakage)dan rumah tangga miskin tidak menjadi penerima(undercoverage).

Sedangkan tujuan penelitian guana mendeskripsikan distribusi implementasi Program di Kelurahan Gajahmungkur Kota Semarang, dan mempetakan kendala-kedala yang dialami. Dan menyarankan upaya pengelolaan implementasi Program diwilayah Kelurahan Gajahmungkur Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang ke depan yang lebih baik. Keritik bahwa dalam penyusunan karya tulis masih belum konsisten dalam penulisan, dan terlalu berbelit-belit tidak langsung mengerucut pada pokok permasalah yang akan diteliti.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Terkait penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten ini, bertujuan guna mengetahui seberapa besar implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, adapun permasalahan yang ada dalam implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten adalah:

(51)

(Raskin) dan sebaliknya rumah tangga yang miskin yang tidak menerima beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin). 2. Beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) kurang layak

untuk dikonsumsi, karena beras berkutu, berbau, kotor dan berwarna kuning.

3. Beras di titik bagi tidak didistribusikan setiap bulan selama satu tahun, hal tersebut disebabkan kemampuan daya beli penerima terbatas, pengajuan beras terhadap pihak bulog dikolektif oleh pihak kecamatan. Berdasarkan permasalahan tersebut guna menilai implementasi dari program tersebut, maka peneliti menerapkan teori yang dianjurkan oleh George C. Edwards III, bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat indikator, yakni: (1) komunikasi; (2) sumber daya; (3) disposisi; dan (4) struktur birokrasi.

Gambar 2.2 Model Pendekatan Direct and Indirect Impact on Implementation George C. Edwards III dalam Agustino (2012:150-153)

Indikator pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, menurut George Edwards III, adalah komunikasi. Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan indikator komunikasi, yaitu:

STRUKTUR BIROKRASI KOMUNIKASI

IMPLEMENTASI SUMBERDAYA

(52)

1) Transmisi,ialah sebuah langkah pasti yang harus dilakukan baik oleh pembuat kebijakan maupun oleh pelaksana kebijakan dalam hal ini aparatur pemerintah dalam tataran terendah, terkait dalam melakukan komunikasi terhadap sasaran kebijakan/masyarakat penerima Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug. Hal ini mengapa sangat penting dilakukan dikarenakan sering kali terjadi salah pengertian dalam penyaluran komunikasi atau (miskomunikasi), disebabkan komunikasi telah melalui beberapa tingkatan.

2) Kejelasan, dalam poin ini dapat diartikan bahwa setiap sosialisasi kebijakan yang dilakukan oleh pihak pembuat kebijakan kepada pihak pelaksana kebijakan/aparatur pemerintah pada tataran terendah dan terhadap sasaran kebijakan/masyarakat penerima Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug, haruslah tersampaikan dengan jelas dan logis. Hali ini mengapa sangat penting diperhatikan bertujuan agar dalam setiap pelaksanaan kebijakan dapat terimplementasi dengan baik dan benar.

(53)

Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug, tidak tersampaikan dengan konsisten dan jelas maka dapat menimbulkan kebingungan dan kekliruan bagi pelaksana kebijakan dan sasaran kebijakan hingga akhirnya akan menimbulkan sebuah proses implementasi yang tidak berjalan dengan baik.

Indikator kedua yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

1) Staf, terkait implementasi sebuah kebijakan ujung tombak dalam suatu implementasi kebijakan adalah sumber daya manusia atau staf pelaksana/aparatur pemerintah kelurahan sampai aparatur yang terendah. Dalam hal ini adalah jika suatu program kebijakan implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug yang diberikan terhadap pembuat kebijakan tidak mempunyai staf pelaksana yang memadai ataupun tidak kompeten dibidangnya maka dalam implementasi kebijakan program yang diberikan terhadap pembuat kebijakan tidak akan berjalan dengan baik dan tidak tercapai sesuai yang telah dinginkan.

2) Informasi, pengertian dari informasi dalam implementasi kebijakan yang dimaksud oleh Edwards III, ialah:

(54)

Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug, haruslah memahami strategi kerja yang harus mereka lakukan terkait menjalankan implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug.

2. Informasi tentang kepatuhan dari para pelaksana terhadap regulasi/peratuaran, maksudnya adalah bahwa aparatur kelurahan mengetahui bahwa staf pelaksana dan rukun tetangga dan rukun warga yang mereka perintahkan untuk mengimplementsikan dan mengawal proses berjalannya implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug tersebut menjalankan program tersebut dengan baik dan mematuhi peraturan yang sudah ditentukan sesuai apa yang telah disosialisasikan terhadap sasaran kebijakan/masyarakat penerima Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug.

3) Wewenang, maksud dari pada wewenang pada teori Edwards III ini ialah, bahwa implementator/staf pelaksana yang diperintahkan oleh aparatur kelurahan untuk menjalankan tugas pendistribusian bantuan terhadap sasaran kebijakan/masyarakat penerima Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug, sudah sesuai dengan peraturan terkait implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug yang telah ditentukan.

(55)

diperintahkan oleh pihak aparatur kelurahan yang menjalankan tugas implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug, memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh aparatur kelurahan, seperti sepeda motor dan balai kelurahan. Indikator ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah disposisi. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada indikator disposisi, menurut George Edward III, adalah:

1) Pengangkatan birokrat,maksud dari pengangkat birokrat ialah bahwa sumber daya manusia yang dipilih menjadi implementator implementasi kebijakan Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug yang ditentukan oleh aparatur kelurahan haruslah yang mempunyai responsibilitas/pertanggung jawaban yang tinggi terhadap tugasnya dalam menjalankan implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug.

2) Insentif, pengertian dari insentif ialah bahwa implementator haruslah mendapatkan keuntungan sebagai faktor pendorong atau motivasi agar pelaksana kebijakan melaksanankan tugas dengan baik terkait dengan implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug. Hingga akhirnya implementator bisa menjalankan tugasnya dengan baik berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.

(56)

terdiri dari teori Edwards III ialah, bahwa pihak pelaksana kebijakan/implementator yang berperan dalam mendukung sebuah kebijakan implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug harus melakukan koordinsai secara insentif melalui beberapa stakeholder/pihak terkait dengan baik agar terciptanya impelementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug dengan baik.

Maka selanjutnya dengan memperhatikan teori yang telah dikemukakan oleh George C. Edwards III tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan suatu implementasi program yang berkualitas sehingga akan menghasilkan implementasi program yang baik. Adapun untuk mempermudah pemahaman alur berpikir peneliti, maka peneliti menggambarkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian Implementasi Program Raskin di Kecamatan Curug

1. Data rumah tangga penerima beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) kurang tepat sasaran, karena ada rumah tangga yang tidak miskin menerima beras Program Baras Rumah Tangga Miskin (Raskin) dan sebaliknya rumah tangga yang miskin yang tidak menerima beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin).

2. Beras Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) kurang layak untuk dikonsumsi, karena beras berkutu, berbau, kotor dan berwarna kuning.

3. Beras di titik bagi tidak didistribusikan setiap bulan selama satu tahun, hal tersebut disebabkan kemampuan daya beli penerima terbatas, pengajuan beras terhadap pihak bulog dikolektif oleh pihak kecamatan.

1. Komunikasi,

Seberapa besar implementasi Program Raskin di Kecamatan Curug.

(57)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas maka dibuat hipotesis dari penelitian. Menurut Sugiyono (2013:64) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Sedangkan dalam hipotesis ini digunakan hipotesis deskriptif, masih dikemukakan oleh Sugiyono (2013:67), bahwa hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis, yaitu sebagai berikut:

Ho : Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten dikatakan baik apabila≥ 65%

Ha : Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten dikatakan kurang baik apabila < 65%

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian tersebut maka peneliti mentukan hipotesis sementara dalam penelitian ini, yaitu:

“Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di

(58)

34 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Mengenai penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi tepat (Najir, 2014:43) atau dengan kata lain menggambarkan secara detail tentang fenomena-fenomena atau fakta yang terjadi di lapangan.

Menurut Whitney (1960) dalam Najir (2014:43) metode deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu yang sedang berlangsung dari suatu fenomena.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

(59)

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) ini, dilakukan di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten. Alasan peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, dikarenakan Kecamatan Curug yang wilayahnya merupakan wilayah yang dipilih menjadi wilayah Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)/wilayah pusat administrasi Provinsi Banten, akan tetapi tingkat kemiskinan di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten setelah dihitung antara jumlah penerima Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) dengan jumlah Kepala Keluaraga (KK) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten, tingkat kemiskinan di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten menduduki peringkat kedua dari enam kecamatan yang berada di Kota Serang Provinsi Banten tahun 2014 dan 2015.

Selanjutnya mengapa peneliti memilih judul Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin), dikarenakan peneliti ingin mengetahui seberapa besar keseriusan pemerintah terhadap ketahanan pangan masyarakat, khususnya masyarakan miskin yang sebelumnya telah diinstruksikan oleh Presiden tentang Kebijakan Perberasan Nasional Nomor 3 Tahun 2012. Dan mempunyai misi memprioritaskan ketahanan pangan penduduk Indonesia yang sebelumnya pemerintah telah menjanjikan bersama dunia internasional yaitu, Universal Declaration of Human Right 1948(Deklarasi Hak Azasi Manusia se-Dunia 1948), Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996

(60)

Dunia 1996),danMillennium Development Goals(MDGs) (Tujuan Pembangunan Melenium) yang dalam isinya mentargetkan bahwa pada tahun 2015 setiap negara termasuk Indonesia telah sepakat untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Terkait definisi konsep penelitian, penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten ini. Model teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah, teori implementasi kebijakan dari George C. Edwards III, dalam pandangan Edwards III (Agustino, 2012:150-153), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat indikator, yakni:

1. Komunikasi, 2. Sumber daya, 3. Disposisi,

4. Struktur birokrasi.

(61)

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Terkait penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten ini, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah model teori implementasi kebijakan dari George C. Edwards III, berikut adalah rincian dari indikator dan dimensi yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Dimensi No Item

Im

en Komunikasi TransmisiKejelasan 1,23

Konsistensi 4

Kegiatan penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Penelitian adalah kegiatan mengukur fenomena yang terjadi, maka dalam penelitian perlu ada yang menjadi alat ukur, alat ukur dalam penelitian adalah instrument, instrument penelitian adalah alat ukur dalam penelitian (Sugiyono, 2011: 148).

(62)

Banten ini berbentuk kuesioner, sedangkan alat yang digunakan untuk pengukuran jawaban dari para responden peneliti menggunakan alat pengukuran skala likert. Dengan skala likert, maka variabel yang diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk penyusun item-item instrument dalam bentuk peryataan (Sugiyono, 2011:134). Jawaban setiap item instrument memiliki tingkatan nilai dari sangat positif sampai sangat negatif maupun sebaliknya dari sangat negatif samapai sangat positif. Dan untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari setiap item instrument diberi skor, sebagai berikut:

Selanjutnya dalam penelitian ini, selain menggunakan kuesioner, untuk memperoleh data, peneliti juga menggunakan cara yang lain untuk mengumpulkan data. Berikut cara-cara yang digunakan:

1. Library Research atau studi kepustakaan, yaitu dengan membaca, mempelajari, mengutip isi bacaan buku-buku dari para pemerintahan, jurnal maupun modul yang secara langsung berhubungan dengan topik permasalahan yang sedang diteliti.

(63)

3. Observasi ialah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ialah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dari Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten.

Berdasarkan data jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) tahun 2014 dan 2015 yang diperoleh dari Dinas Sosial Kota Serang, jumlah populasi dalam penelitian implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten ini berjumlah 2.524.

3.6.2 Sampel

(64)

Keterangan:

Apabila diketahui jumlah dari populasi Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dari Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten sebesar 2.524, maka kelayakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan rumus slovin dengan kelonggaran sampel 5% dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 345 sampel. Selanjutnya teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan teknik proportional area random sampling, yang mana sampel dalam penelitian dihitung dari ketentuan besaran sampel atas besaran populasi. Dalam hal ini mengapa dikatakan proportional area random sampling

dikarenakan populasi terdiri dari sub populasi yang tidak homogen, dan tiap-tiap n =

( )

n =

( , )

n = ,

n = 345

n = jumlah sampel yang dicari. N = jumlah populasi.

(65)

populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya. Pada dasarnya pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi, dengan menghitung besar kecil dari sub populasi. Sehingga jumlah sampel yang akan diambil akan menghasilkan sampel yang refresentatif. Berikut ini adalah tabel jumlah sampel yang terdiri dari sepuluh kelurahan yang berada diwilayah Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 3.3

Jumlah Sampel di Kecamatan Curug Berdasarkan Data Populasi Tahun 2015

No Kelurahan Populasi Perhitungan Hasil Hasil

akhir

1 Cipete 298 298/2.524 x 100% x 345 40,73 41 2 Tinggar 245 245/2.524 x 100% x 345 33,48 33 3 Kemanisan 273 273/2.524 x 100% x 345 37,31 37 4 Curug 169 169/2.524 x 100% x 345 23,10 23 5 Cilaku 269 269/2.524 x 100% x 345 36,76 37 6 Pancalaksana 326 326/2.524 x 100% x 345 44,56 45 7 Sukawana 170 170/2.524 x 100% x 345 23,23 23 8 Sukalaksana 345 345/2.524 x 100% x 345 47,15 47 9 Curug Manis 323 323/2.524 x 100% x 345 44,15 44 10 Sukajaya 106 106/2.524 x 100% x 345 14,58 15

Jumlah ∑ 2.524 ∑ 345

Sumber: Perhitungan teknikproportional area random sampling,2015.

Dikarenakan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

proportional area random sampling maka selanjutnya akan dipaparkan perhitungan jumlah sampel setiap kampung yang tersebar pada sepuluh kelurahan, hal tersebut agar mempermudah dalam mengetahui jumlah sampel setiap kampungnya. Dengan menggunakan teknik yang sama yaitu menggunakan teknik

(66)

sampel setiap kampung yang tersebar pada sepuluh kelurahan, dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3.4 Jumlah Sampel

setiap kampung di Kelurahan Curug Manis Berdasarkan Data Populasi Tahun 2015

No Kampung Populasi Perhitungan Hasil Hasil

akhir

1 Curug 24 24/323x100%x44 3,26 3

2 Cisangku 31 31/323x100%x44 4,22 4

3 Ciwatek 18 18/323x100%x44 2,45 2

4 Derangong 29 29/323x100%x44 3,95 4

5 Kerasikan Calung 13 13/323x100%x44 1,77 2

6 Kerasikan Masjid 19 19/323x100%x44 2,58 3

7 Kerasikan 19 19/323x100%x44 2,58 3

8 Kerasikan Tonjol 14 14/323x100%x44 1,90 2

9 Ketileng 1 1/323x100%x44 0,13 0

10 Kerasikan Sebrang 1 1/323x100%x44 0,13 0

11 Masigit 14 14/323x100%x44 1,90 2

12 Manding Jalu 8 8/323x100%x44 1,08 1

13 Nangka Bugang 11 11/323x100%x44 1,49 1

14 Pagedangan 18 18/323x100%x44 2,45 2

15 Sibuta 4 4/323x100%x44 0,54 1

16 Sikebon 12 12/323x100%x44 1,63 2

17 Sogata 19 19/323x100%x44 2,58 3

18 Tambulatan 32 32/323x100%x44 4,35 4

19 Bojong 13 13/323x100%x44 1,77 2

20 Ciwatek Pasir 16 16/323x100%x44 2.17 2

21 Mayangka 7 7/323x100%x44 0,95 1

Jumlah ∑ 323 ∑ 44

(67)

Tabel 3.5 Jumlah Sampel

setiap kampung di Kelurahan Kemanisan Berdasarkan Data Populasi Tahun 2015

No Kampung Populasi Perhitungan Hasil Hasil

akhir

1 Kalitanjung 22 22/273x100%x37 2,98 3

2 Cideheng Kidul 25 25/273x100%x37 3,38 3

3 Cideheng Lor 34 34/273x100%x37 4,60 5

4 Jagabaya 23 23/273x100%x37 3,11 3

5 Kedongkelan 13 13/273x100%x37 1,76 2

6 Kelampitan 9 9/273x100%x37 1,21 1

7 Kubang Kidul 14 14/273x100%x37 1,89 2

8 Kedayon 18 18/273x100%x37 2,43 2

9 Sarongge 54 54/273x100%x37 7,31 7

10 Waru Kidul 12 12/273x100%x37 1,62 2

11 Tonggoh 13 13/273x100%x37 1,76 2

12 Kubang Lor 15 15/273x100%x37 2,03 2

13 Cideheng Tengah 5 5/273x100%x37 0,67 1

14 Waru Lor 16 16/273x100%x37 2,16 2

Jumlah ∑ 273 ∑37

Sumber: Perhitungan teknikproportional area random sampling,2015. Tabel 3.6

Jumlah Sampel

setiap kampung di Kelurahan Cipete Berdasarkan Data Populasi Tahun 2015

No Kampung Populasi Perhitungan Hasil Hasil

akhir

1 Catih 32 32/298x100%x41 4,50 5

2 Babakan 11 11/298x100%x41 1,51 2

3 Buah 18 18/298x100%x41 2,47 2

4 Bunyuh 24 24/298x100%x41 3,30 3

5 Dahu Tanjak 23 23/298x100%x41 3,16 3

6 Dangdur 4 4/298x100%x41 0,55 1

7 Gandaraha 65 65/298x100%x41 8,94 9

8 Jeruk 15 15/298x100%x41 2,06 2

9 Kedaung 14 14/298x100%x41 1,92 2

10 Sandiang 38 38/298x100%x41 5,22 5

11 Dahu lebak 17 17/298x100%x41 2,33 2

12 Serdang 20 20/298x100%x41 2,75 3

13 Longsir 17 17/298x100%x41 2,33 2

Jumlah ∑ 298 ∑ 41

Gambar

Tabel 1.1Pagu Alokasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.6Jumlah Sampel
Tabel 3.7Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman negara dalam menangani pandemi Covid 19 merupakan contoh nyata kegagapan negara dalam menghadapi bahaya yang disebabkan oleh pandemi Covid 19 Peraturan Pemerintah

Masalah yang dikemukakan merupakan refleksi dari pengalaman nyata yang terjadi dalam pembelajaran mata kuliah yang diampu yang antara lain dapat ditandai dengan

Hasil yang penulis dapat dilapangan sudah menunjukkan bahwa dengan ada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya

REFRIGERATED DEHUMIDIFIER (DRYER) REFRIGERATED DEHUMIDIFIER (DRYER) Mesin penyedot lembab dengan teknik refrigerasi (memakai kompressor), juga sebagai pengering udara yang

Fokus penelitian pada penelitian ini yaitu pada sistem akuntansi pembelian dan pengeluaran kas yang meliputi fungsi terkait, dokumen dan catatan yang digunakan, prosedur yang

Kontrol positif yang digunakan adalah minyak atsiri murni dari hasil destilasi yaitu minyak atsiri dengan konsentrasi 100% karena minyak atsiri kulit batang kayu manis

 Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang Dengan Diagram Interaksi . ANALISIS KEKUATAN KOLOM