• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PENAMPILAN DENGAN PENGGUNAAN PRODUK KOSMETIKA PEMUTIH KULIT PADA MAHASISWI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PENAMPILAN DENGAN PENGGUNAAN PRODUK KOSMETIKA PEMUTIH KULIT PADA MAHASISWI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Dwi Insiwi NIM : 999114068 NIRM : 990051121705120065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PENAMPILAN DENGAN PENGGUNAAN PRODUK KOSMETIKA PEMUTIH KULIT PADA MAHASISWI

Oleh: Dwi Insiwi NIM : 999114068 NIRM : 990051121705120065

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. Tanggal : 23 November 2006

(3)
(4)

Sekalipun

aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan

aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh

pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna

untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai

kasih aku sama sekali tidak berguna (I Korintus 13:2).

Hidup adalah serangkaian pelajaran yang harus dijalani

untuk dapat dipahami (Helen Keller)

(5)

I dedicate this thesis to:

My father (RIP) and My mother

My brother, My sister, and My sister in law

My big family

My friends

My alma mater

(6)

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2006 Penulis,

Dwi Insiwi

(7)

Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Subjek penelitian berjumlah 70 orang, semuanya adalah mahasiswi karena penelitian ini berhubungan dengan penggunaan produk kosmetika dan wanitalah yang biasanya lebih banyak menggunakan produk kosmetika daripada pria. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket penggunaan produk kosmetika pemutih kulit dan skala kepercayaan diri terhadap penampilan. Reliabilitas dari skala kepercayaan diri terhadap penampilan adalah sebesar 0,923. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan tehnik korelasi Spearman’s rho dari Spearman dengan menggunakan bantuan program

SPSS for windows versi 12.0.

Hasil analisis data menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi dengan koefisien korelasi -0,714 (taraf signifikansi 0,01). Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi.

(8)

Student: Faculty of Psychology, Psychology Major, Sanata Dharma University.

This research was aimed to know relationship between the self-confidence of physical appearance and use of skin whitening cosmetic product of female college student. The hypothesis of this research was negative relationship between self-confidence of physical appearance and use of skin whitening cosmetic product of female college student.

Type of this research was correlational research. The subject of the research were 70 students, all of them were female students because the research correlated with use of cosmetic product and female students usually use cosmetic products more than male students. The data collection method was held by using the list of use of skin whitening cosmetic product and scale of self-confidence of physical appearance. The reliability of self-confidence of physical appearance scale was 0.923. The validity that used in this research was content validity. This validity was estimated through making test to the content with rational analysis or through professional judgement. The data of the research analized using correlation technic of Spearman’s rho that use the aid of SPSS program for windows 12.0 version.

The result of the data analysis showed that there’s a significant correlation between self-confidence of physical appearance and use of skin whitening cosmetic product of female college student with coefficient correlation -0.714 (the significant level 0.01). Based on the analysis result of data it can be conclude that there’s a negative relationship between self-confidence of physical appearance and use of skin whitening cosmetic product of female college students.

(9)

berkat dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan dengan Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit Pada Mahasiswi” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Jesus Christ, my savior. I am grateful for all that I have in my life and His never ending bless and for being The One who always be with me time after time.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi sekaligus dosen pembimbing skripsi untuk kesabaran, arahan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. dan Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dosen-dosen pembimbing akademik atas saran dan bimbingan selama penulis kuliah.

4. Bapak Minto Istono, S.Psi., M.Si., Ibu Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi., M.Si dan Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi. untuk bantuan dan masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.

5. Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti, M.S dan Ibu Nimas Eky S, Psi., M.Si. selaku dosen penguji untuk saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini.

(10)

prayer, patience, attention and their spiritual and financial support. I would like to thank my beloved siblings (Mas Eko and Hary), also my sister in law (Mbak Tuti) for their care, support and sharing all the good times and bad times together.

8. Keluarga besar Hadi Suwito: mbah kakung (alm), mbah putri (almh), pakdhe, budhe, oom, tante serta sepupu-sepupuku (Mbak Lili, Mas Vektor “Babah”, Rahmat, Haris, Ima, Tika, Bayu, , Chandra “si Centil”, serta Maria Benedicta “Cik Din” untuk dukungan doa dan semangat kalian.

9. Keluarga Ibu Yovita D. S. Suprandjono (Mama, It’tax, Mbak Maya, Mas Diaz & Deo) serta Aloysius atas dukungan, perhatian dan telah menganggapku sebagai bagian dari keluarga. Sahabat-sahabatku Danoe, Kris, Lidyana, dan Dina beserta keluarga untuk dukungan doa dan semangat buatku. Saudara-saudaraku (Budhe Wito sekeluarga, Suky “Thole” dan Philip) juga sahabat dan kakakku, Kang Yohanes “Inez”, untuk doa, semangat dan sms-sms yang menguatkan di saat aku lemah dan menghibur di saat aku sedih dan putus asa. Semoga persahabatan dan persaudaraan kita untuk selamanya.

10. Teman-teman kost ”Catdog” : Ayoe (“Ayo, kerjakan skripsinya!”), Linda ”Borne”, Fina “Yosep” (“Thanks buat pinjaman komputernya”), Silla

(11)

asa, moga cepat dapat kerja!”), Linda “Butet”, Lia “Flores” , Nana, dan Eny untuk dorongan semangat yang kalian berikan.

12. Teman-teman Fakultas Psikologi, baik yang sudah lulus maupun yang belum: It’tax, Rani, Dian, Desy, Ayoe, Asti, Diah, Mei, Yun, Vivi, Dennis, Denny, Andre, Andy “Pak’e”, Ria, Netty, Ike, Yanti, Tear, Cicil, Mbak Erna, Tony, Guntur, Yoyok, Ode, Mbak Donna, Ita (Aluisia), Melly, Puspa, Yuni serta dik Ririn untuk kebersamaan kita selama kuliah serta semangat yang kalian berikan.

13. Teman-teman Gereja Utusan Pantekosta Kartasura: Gunawan, Yosia, Dina Karis, Mas Paulus, Yulisa dan Peter “Wiryo” untuk doa, dorongan semangat dan tak pernah bosan dengan pertanyaan “Skripsimu sampai mana, kapan kamu lulus?”. God bless you all.

14. Mas Muji, Mas Gandung, Pak Gi, Mbak Nanik dan Mas Doni untuk bantuan yang telah diberikan selama penulis kuliah.

15. Para responden penelitian untuk bantuannya mengisi skala, Oma untuk pinjaman komputernya, serta teman-teman Farmasi “99: Diah, Mita, dan Kristin “Toble” untuk informasi dan bahan seminar yang kalian berikan. 16. Bapak-Ibu Andreas Supriyadi serta Bapak-Ibu Simon Suharso untuk senyum

dan sapaan ramah serta pertanyaan “Sudah lulus?” .

(12)

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis

(13)

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ABSTRAK ...

ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ………... DAFTAR LAMPIRAN ……….. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ………... B. Perumusan Masalah ……… C. Tujuan Penelitian ……… D. Manfaat Penelitian ………..

(14)

2. Penggolongan Kosmetika Menurut Kegunaannya... 3. Produk Kosmetika Pemutih Kulit... 4. Jenis-jenis dan Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit... 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Produk... B. Kepercayaan Diri ...

1. Kepercayaan Diri... 2. Jenis-jenis Kepercayaan Diri………... 3. Ciri-ciri Kepercayaan Diri ……….. 4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri………... 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri…………... C. Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan……….……… 1. Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan………... 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Terhadap

Penampilan ………. 3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan ………….. D. Mahasiswi ………..

1. Batasan dan Kategori Mahasiswi……… 2. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal………….. E. Hubungan Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan Dengan Penggunaan

Produk Kosmetika Pemutih Kulit Pada Mahasiswi………...

(15)

B. Identifikasi Variabel……… C. Definisi Operasional……… D. Subjek Penelitian………. E. Metode Pengumpulan Data... 1. Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan... 2. Angket Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit ... F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………... 1. Uji Validitas………... 2. Uji Daya Beda Item……….. 3. Uji Reliabilitas……….. G. Uji Coba Alat Penelitian... 1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian……….. 2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian………. H. Metode Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Pelaksanaan Penelitian……… B. Deskripsi Data Penelitian……… C. Analisis Data Penelitian……….. 1. Uji Asumsi... a. Hasil Uji Normalitas...

(16)

BAB V PENUTUP ………..

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

DAFTAR PUSTAKA ………

63 63 63 65

(17)

1. Angket dan Skala Try Out 2. Angket dan Skala Penelitian Lampiran B : Data Try Out

1. Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan

2. Angket Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit Lampiran C : Uji Reliabilitas Skala Try Out

Uji Reliabilitas Item Sahih Lampiran D : Data Penelitian

1. Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan

2. Angket Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit Lampiran E : Uji Asumsi

1. Uji Normalitas 2. Uji Linearitas Lampiran F : Uji Hipotesis

Uji Korelasi

(18)

(19)

(20)

A. Latar Belakang Penelitian

Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang penting (Lauster, 1990). Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang dapat mendorong individu tersebut untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Angelis (2003) mengartikan kepercayaan diri sebagai tekad untuk melakukan segala yang diinginkan dan butuhkan dalam hidup. Kepercayaan diri memiliki peranan penting karena dengan mempunyai rasa percaya diri, orang akan optimis dan akan menghadapi persoalan-persoalan yang ada dengan hati tenang serta tidak gampang terpengaruh oleh tanggapan orang lain, tidak mudah putus asa bila menemui hambatan dalam pekerjaan, serta dapat melakukan komunikasi interpersonal.

Rasa percaya diri pada awalnya terbentuk melalui keluarga karena keluarga merupakan sebuah lingkungan primer, dimana hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seseorang mengenal lingkungan yang lebih luas, ia akan mengenal norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian kepribadiannya, kemudian masyarakat lalu diri individu itu sendiri yang mau menyadari dan menerima keadaan dirinya (Sarwono, 2002).

(21)
(22)

Penelitian yang dilakukan oleh Cunningham (1986) menunjukkan terdapat dua kategori wajah cantik pada wanita. Kategori pertama adalah wanita yang kekanak-kanakan, mata lebar, hidung kecil dan berdagu sempit. Kategori kedua adalah wanita yang tampak matang, tulang pipi tinggi, pipi seperti busur, pupil mata besar dan banyak tersenyum. Definisi cantik secara fisik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), cantik itu diartikan sebagai indah, elok, rupawan, atau bentuk, rupa dan lainnya tampak serasi.

(23)

punya kulit yang warnanya lebih putih (Bintarti dan Pambudy dalam Chia, 2003).

Para produsen kosmetika menjadikan wanita sebagai calon konsumen yang potensial, tidak hanya wanita bekerja dan wanita usia madya, namun juga termasuk wanita tidak bekerja dan usia dewasa awal, salah satunya mahasiswi. Para wanita sering mengartikan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan kepercayaan diri adalah dengan meningkatkan penampilan fisik. Salah satu cara untuk membuat kulit lebih putih atau terlihat cerah adalah dengan menggunakan produk kosmetika pemutih kulit.

(24)

produk ini adalah menekan atau menghambat pembentukan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih, bersih dan cerah. Proses menghambat pembentukan melanin ini membutuhkan waktu kira-kira empat minggu (Wasitaatmadja, dalam www.perdoski.or.id). Menurut dr. Listiyani DSKK, penggunaan pemutih di negara tropis sebetulnya kurang efektif karena pemutih sebagus apapun tidak akan mungkin melawan iklim yang obral sinar matahari (www.republika.co.id).

(25)

bisa dilihat dari kolom-kolom lowongan pekerjaan yang ada pada umumnya mensyaratkan “Penampilan Menarik” sebagai salah satu kualifikasi pelamar wanita (Femina, 1997). Penampilan fisik yang menarik juga dapat menambah kepercayaan diri, dengan tampil lebih cantik dan rapi, kebanyakan wanita akan merasa lebih percaya diri.

(26)

yang dimiliki sehingga mampu melakukan sesuatu dan menjadi sesuatu yang diharapkan.

Dari uraian diatas, penulis tertarik mengambil fokus penelitian yaitu mencari hubungan antara kepercayaan diri terhadap penampilan mahasiswi dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit. Semakin tinggi kepercayaan diri pada penampilan semakin rendah penggunaan produk kosmetika pemutih kulit dan sebaliknya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis mengemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini:

“Apakah ada hubungan antara kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(27)

produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi dan diharapkan dapat diperoleh masukan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit 1. Pengertian Kosmetika

Kosmetika berasal dari bahasa Yunani kosmetike yang berarti seni menyusun. Kosmetika adalah bahan-bahan yang digunakan untuk merawat kecantikan kulit atau menutupi kelainan-kelainan kulit yang mengganggu kecantikan, maupun untuk perawatan kulit atau perawatan tubuh pada umumnya. Bahan-bahan kosmetika meliputi berbagai krim kulit khusus, pasta bedak, ramuan cairan; cat bibir, kuku; segala bahan perawatan rambut, dan lain-lain. Secara luas, kosmetika juga meliputi bahan-bahan deodoran, anti keringat, wewangian serta berbagai jenis sabun. Kosmetika dapat berguna tetapi dapat juga berbahaya karena faktor kepekaan kulit pemakainya (Shadily, 1983).

(29)

mempunyai batas yang tegas. Kadang-kadang beberapa produk kosmetika ditambah dengan zat-zat pembunuh bakteri atau jasad renik lain, anti jerawat, anti gatal, anti produk keringat dan lain-lainnya. Beberapa penyelidik menyebutnya sebagai kosmedik.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan untuk digunakan pada bagian luar tubuh (kulit, rambut, kuku, bibir) untuk membersihkan, menambah daya tarik, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

2. Penggolongan Kosmetika Menurut Kegunaannya

Wasiaatmadja (Warta Konsumen, 1984) menerangkan pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/IX/1976, kosmetika telah digolongkan menjadi 13 golongan berdasarkan kegunaannya, yaitu:

a. Preparat untuk bayi: shampoo bayi, minyak bayi, bedak bayi dan lain-lainnya.

b. Preparat untuk mandi: minyak mandi, buble bath dan lain-lainnya. c. Preparat untuk mata: pinsil alis, mascara, eye shadow dan

lain-lainnya.

(30)

f. Preparat pewarna rambut: cat rambut, hairbleach dan lain-lainnya. g. Preparat make-up bukan untuk mata: lipstick, dasar make-up dan

lain-lainnya.

h. Preparat kuku: cat kuku, lotion kuku dan lain-lainnya.

i. Preparat untuk kebersihan badan: deodorant dan lain-lainnya. j. Preparat cukur: sabun cukur, aftershave lotion dan lain-lainnya. k. Preparat perawatan kulit: pembersih, pelembab, pelindung dan

lain-lainnya.

l. Preparat untuk suntan dan sunscreen dan lain-lainnya.

m. Kosmetika tradisional: yang dibuat dari bahan-bahan alamiah baik nabati, hewani maupun mineral.

Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggolongan kosmetika menurut kegunaannya terdiri dari: kosmetika perawatan kulit dan rambut dan kosmetika dekoratif (make-up). Kosmetika perawatan kulit dan rambut digunakan untuk perawatan kesehatan kulit dan rambut sedangkan kosmetika dekoratif (make-up) dilakukan untuk tata rias.

3. Produk Kosmetika Pemutih Kulit

(31)

2001). Salah satu produk yang dibutuhkan oleh konsumen wanita adalah kosmetika, karena wanita cenderung ingin tampil cantik dan menarik.

Terciptanya produk kosmetika pemutih kulit berkaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi farmakologi untuk meramu bahan-bahan kimia aktif seperti kojic acid, arbutin, derivat vitamin C, licorice extract, chamomile extract dan bearberry extract yang dapat memutihkan (Tranggono, 2001). Zat-zat kimia tersebut dapat dipakai dan dioleskan pada bagian kulit manusia untuk menghambat pembentukan melanosit sehingga kulit coklat atau sawo matang bisa berwarna lebih muda dari warna aslinya. Menurut definisi medis, proses pemutihan kulit terjadi karena zat dalam kosmetika mengeblok proses pembentukan melanin yaitu butir-butir pigmen di kulit yang menentukan warna kulit seseorang. Proses pembentukan melanin dipengaruhi oleh enzim, vitamin, mineral dan sebagainya.

(32)

Berbagai merek produk kosmetika pemutih pun semakin banyak beredar di pasaran dan mudah ditemui hampir di setiap toko swalayan, supermarket maupun counter-counter mall. Berbagai merk produk pemutih itu antara lain: REVLON Whitening, Caring Colours UV White, POND’S, Sariayu White, Plenitude White Perfect dari L’ Oreal, Cussons Hydro System Whitening, Citra Hazeline White, Nivea White, Oil of Olay White, Vaseline Whitening, Pucelle Whitening Lotion, Cempaka White Lotion dan Putri Skin Whitening Lotion dan Ovale Whitening.

4. Jenis-jenis dan Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit

Idaman perempuan Indonesia untuk memiliki kulit putih dimanfaatkan oleh produsen kosmetika. Produsen berusaha menarik konsumen dengan iklan-iklan yang menjanjikan membuat konsumen ingin mencoba berbagai macam produk pemutih. Jenis-jenis produk pemutih itu antara lain:

a. Pembersih wajah: suatu bahan berbentuk cairan atau juga lotion yang berfungsi untuk membersihkan wajah.

b. Pelembab: suatu bahan berfungsi untuk melembabkan kulit wajah, digunakan sebelum menggunakan bedak.

(33)

d. Hand & body lotion: digunakan untuk tangan dan bagian tubuh yang lain.

e. Sabun mandi: sabun padat digunakan untuk mandi.

f. Lulur: bahan berbentuk bubuk dicampur dengan air digunakan untuk luluran.

g. Cream malam: bahan berbentuk cream digunakan pada malam hari. (www.martha-tilaar.com)

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis-jenis produk kosmetika pemutih kulit yang biasa digunakan, antara lain: pembersih wajah,pelembab, bedak, hand & body lotion, sabun mandi, lulur dan cream malam.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Produk

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam menggunakan produk menurut Kotler dan Armstrong (2001) antara lain:

a. Faktor budaya

(34)

b. Kelas sosial

Merupakan susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, perhatian dan perilaku yang cenderung sama. Kelas sosial akan membentuk preferensi produk dan merek yang berbeda terutama untuk pakaian, rumah dan perabotannya, mobil serta aktivitas pengisi waktu luang. Kelas sosial berbeda dalam hal pakaian, pola bicara, pilihan untuk rekreasi dan banyak karakteristik lainnya. Kelas sosial tidak ditentukan berdasarkan satu faktor saja seperti besarnya pendapatan, tetapi merupakan kombinasi dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal dan lain sebagainya.

c. Kelompok referensi

(35)

kekurangan kondisi fisik disamping juga sebagai penolong dalam penerimaan sosial dari kelompok (Jersild, 1979).

d. Usia

Seseorang mengkonsumsi barang dan jasa berubah-ubah selama hidupnya. Seorang anak tidak membutuhkan produk pemutih kulit, tetapi seorang remaja atau dewasa awal mungkin akan lebih membutuhkan.

e. Gaya hidup

Gaya hidup menunjukkan pola kehidupan individu yang tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam interaksi dengan lingkungannya.

f. Persepsi

Persepsi yaitu proses dimana individu memilih, memutuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti mengenai dunia. Persepsi akan menentukan tanggapan individu terhadap promosi produk.

(36)

B. Kepercayaan Diri 1. Kepercayaan Diri

Sebelum memberi batasan mengenai kepercayaan diri (self confidence), terlebih dahulu akan dikemukakan definisi tentang diri (self). Self merupakan perangkat persepsi dan kepercayaan diri yang konsisten dan teratur. Perangkat sentral persepsi yang paling menentukan perilaku adalah persepsi self concept (Roger dalam Kumara, 1988). The self terdiri dari semua ide, persepsi dan nilai-nilai yang memberi ciri I atau me yang meliputi kesadaran tentang what I am dan

what I can do. Self berisi tentang pengalaman individu dan identitas pribadi. Seorang individu dengan self concept yang kuat dan positif memandang dunia sama sekali berbeda dengan seorang yang self conceptnya lemah. Roger (Kumara, 1988) mengemukakan dalil-dalil dari sebuah self yaitu:

a. Self berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya. b. Self mungkin menerima nilai-nilai orang lain dan memahaminya

dengan suatu cara pengubahan sesuai dengan dirinya. c. Self selalu berusaha untuk konsisten.

d. Organisme berperilaku dengan cara yang konsisten dengan self. e. Pengalaman-pengalaman yang tidak konsisten di self structure

(37)

Beberapa proses yang terjadi dalam self adalah:

1) Self image, mulai muncul pada saat anak mulai tumbuh kesadaran dirinya dan mampu membedakan dirinya dengan orang lain.

2) Self concept (konsep diri), meliputi persepsi utuh mengenai keadaan dirinya yang dipelihara dan diorganisir sedemikian rupa. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi individu juga mampu melakukan penilaian dan evaluasi tentang dirinya sendiri (Kumara, 1988).

3) Self acceptance (penerimaan diri), yaitu penerimaan diri yang tumbuh karena adanya konsep diri positif. Individu akan menumbuhkan suatu penghargaan terhadap diri sendiri dengan beberapa alasan yang realistik (Kumara, 1988).

4) Self esteem (harga diri), yaitu aktivitas individu dengan mengamati dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan orang lain (Kumara, 1988). Harga diri yang sehat ialah kemampuan untuk melihat diri sendiri berharga, berkemampuan penuh kasih sayang dan menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam hubungannya dengan orang lain (Berne & Savary, 1988).

(38)

Para ahli psikologi tidak membedakan definisi percaya diri dan kepercayaan diri. Lindenfield (1997) mengemukakan bahwa orang yang percaya diri adalah orang yang merasa puas dengan dirinya. Begitu pula sebaliknya, orang yang kurang percaya diri adalah orang yang tidak puas terhadap dirinya sendiri. Angelis (2003) mengemukakan, kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segala yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup. Lauster (1990) berpendapat bahwa rasa percaya diri mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi sifat kepribadian lain seperti sikap hati-hati, ketergantungan, ketidakserakahan, toleransi dan cita-cita. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri tidak akan berhati-hati secara berlebihan, yakin akan ketergantungan dirinya karena rasa percaya diri tidak menjadi terlalu egois, lebih toleran, karena seseorang tidak langsung melihat dirinya sedang dipersoalkan dan cita-citanya normal karena tidak perlu baginya untuk menutupi kekurangpercayaan pada diri sendiri dengan cita-cita yang berlebihan.

(39)

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya dimana ia merasa memiliki kompetensi, yaitu mampu dan percaya bahwa ia bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Jenis Percaya Diri

Lindenfield (1997) mengemukakan, kepercayaan diri terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Percaya Diri Batin

Rasa percaya diri batin yaitu rasa percaya diri yang memberikan kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam kondisi yang baik. Rasa percaya diri batin antara lain:

1) Cinta diri: menunjukkan kepeduliannya pada diri sendiri tetapi terbuka terhadap orang lain dengan perilakunya yang nampak. 2) Pemahaman diri: orang yang tidak terus merenungi diri sendiri

tetapi terbuka terhadap orang lain baik tentang pendapatnya maupun perilakunya.

3) Tujuan yang jelas: selalu mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dilakukan.

(40)

b. Percaya Diri Lahir

Rasa percaya diri lahir yaitu rasa percaya diri yang memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan pada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. Dalam percaya diri lahir ini, seseorang perlu mengembangkan ketrampilan:

1) Komunikasi: untuk meningkatkan rasa percaya diri, seseorang harus mempunyai ketrampilan dalam berkomunikasi.

2) Ketegasan: orang perlu bersikap tegas untuk memperoleh hasil yang baik.

3) Penampilan diri: orang akan berusaha tampil dengan berbagai materi yang dapat menunjang dan meningkatkan rasa percaya diri.

4) Pengendalian perasaan: orang harus berusaha mengontrol pikiran dan perasaan dengan pengendalian diri.

(41)

3. Ciri-ciri Kepercayaan Diri

Rini dalam www.e-psikologi.com (2002) menyusun karakteristik individu-individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah: percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain; tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok; berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain (berani menjadi diri sendiri); punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil); memiliki

internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung atau mengharapkan bantuan orang lain); mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya; memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

(42)

kemampuannya, optimis, mandiri, serta tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Selanjutnya Lauster (1990) menguraikan tentang bagaimana orang yang rendah diri menutupi perasaannya dalam dua cara yaitu menyerah dan kompensasi. Menyerah berarti bahwa rasa rendah diri dianggap sebagai perbaikan terhadap kepercayaan pada diri sendiri yang dapat dicapai dan kompensasi berarti berusaha menutupi perasaan rendah diri dalam kekurangannya. Dalam hubungan dengan orang lain, rasa rendah diri terlihat sebagai rasa malu, kebingungan, rendah hati yang berlebihan untuk pamer dan keinginan yang berlebih-lebihan untuk dipuji.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri adalah: memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya, bekerja secara efektif, memiliki kestabilan emosi, serta memiliki harapan yang realistik terhadap diri dan masa depannya.

4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Surfini (1995) memodifikasi aspek-aspek kepercayaan diri dari teori Lauster (1990), yaitu:

a. Keyakinan pada kemampuan sendiri

(43)

tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Orang tersebut sadar akan kelebihan dan kekurangannya.

b. Optimis

Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa depannya. Orang yang optimis memiliki sikap positif dan terbuka, sedangkan orang yang pesimis enggan, penuh keraguan dan tak dapat menggunakan kemampuannya dengan berani dan bebas sehingga menyebabkan kegagalan itu sendiri.

c. Toleran

Seseorang dikatakan toleran oleh Lauster (1990) bila mereka dapat menerima perbedaan orang lain (pendapat, tingkah laku, warna kulit, gaya hidup dan lain sebagainya). Contoh dari adanya sikap toleran adalah memberikan kebebasan orang lain menyatakan pendapatnya sendiri, berusaha mendengarkan dan mencoba memahami pendapat orang lain.

Orang yang toleran menyadari perbedaan pendapat bukanlah hal yang menakutkan, tapi merupakan gejala yang biasa.

d. Memiliki rasa aman

(44)

e. Memiliki ambisi yang normal

Memiliki ambisi yang normal berarti ambisi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan individu tersebut, sehingga ia mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.

f. Mandiri

Mandiri adalah kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek yang terdapat pada kepercayaan diri yaitu: keyakinan pada kemampuan sendiri, optimis, toleran, memiliki rasa aman, memiliki ambisi normal serta mandiri.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Berbagai penelitian yang telah dilakukan menemukan banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain:

a. Lingkungan keluarga

(45)

diri pada awalnya terbentuk melalui keluarga karena keluarga merupakan sebuah lingkungan primer, dimana hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga.

Sikap orangtua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut (Rini dalam www.psikologi.com, 2002). Orangtua yang terlalu memperhatikan, yang gampang cemas, yang merasa harus dekat dengan anak terus-menerus, mudah menghasilkan anak yang takut-takut dan tidak aman. Orangtua yang terlalu menuntut, yang nampak tidak pernah puas dengan apapun yang dilakukan anak akan gagal menumbuhkan rasa percaya diri atau pandangan terhadap diri yang positif dalam diri anak (Centi, 1993).

b. Konsep diri

(46)

c. Harga diri

Harga diri merupakan dasar dari rasa percaya diri. Orang yang memiliki rasa harga diri biasanya juga memiliki rasa percaya diri dan dapat membina hubungan yang sehat dengan orang lain, melihat diri mereka sebagai orang yang berhasil dan memperlakukan orang lain tanpa kekerasan (Berne & Savary, 1988). Seseorang yang memiliki harga diri cukup akan lebih percaya diri serta lebih mampu, maka ia tidak akan diliputi rasa rendah diri serta rasa tidak berdaya dan juga tidak menimbulkan putus asa (Maslow dalam Goble, 1984).

d. Prestasi

Bednar, Wells, dan Peterson (Santrock, 2003) mengemukakan bahwa prestasi dapat mempengaruhi dan memperbaiki tingkat kepercayaan diri remaja. Penekanan dari pentingnya prestasi dalam meningkatkan kepercayaan diri remaja memiliki kesamaan dengan teori belajar sosial kognitif Bandura mengenai kualitas diri ( self-efficacy) yang merupakan keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif.

(47)

sebaliknya orang yang memiliki prestasi belajar rendah menunjukkan kepercayaan diri yang rendah pula.

e. Pengalaman

Pengalaman, keberhasilan dan kegagalan dapat mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri. Centi (1993) mengatakan bahwa kegagalan yang terus menimpa seseorang dapat menghancurkan gambaran dirinya, dan ini berpengaruh pada rasa percaya diri yang dimilikinya. Lazarus (Santrock, 2003) mengatakan bahwa kepercayaan diri dapat meningkat ketika remaja menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan menghindarinya. Ketika remaja memilih mengatasi masalah dan bukan menghindarinya, remaja menjadi lebih mampu menghadapi masalah secara nyata, jujur dan tidak menjauhinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri yang menyenangkan dan dapat mendorong terjadinya persetujuan terhadap diri sendiri yang bisa meningkatkan kepercayaan diri.

Mangunhardjana (1981) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri. Faktor-faktor itu antara lain: a. Faktor fisik: orang percaya diri karena memiliki fisik yang tidak

(48)

b. Faktor mental: seseorang akan lebih percaya diri bila memiliki kemampuan atau keahlian yang diakui tinggi.

c. Faktor sosial: seseorang akan lebih merasa percaya diri bila mampu berinteraksi dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terbentuknya kepercayaan diri berawal dari penanaman sosialisasi dalam lingkungan keluarga dilanjutkan ke dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Di dalam berinteraksi sosial, individu tidak hanya menilai orang lain tetapi juga mempersepsikan dirinya sendiri, kemudian muncul konsep diri. Konsep diri yang positif disertai prestasi yang baik membentuk harga diri yang kuat dapat menumbuhkan kepercayaan diri.

C. Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan 1. Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan

(49)

potongannya, (c) kesehatan dan daya tahan tubuh. Daya tarik fisik adalah kombinasi dari gambaran wajah, fisik dan penampilan yang dipandang sebagai suatu keindahan (Baron & Byrne, 1997).

Kondisi fisik juga merupakan salah satu faktor penunjang penampilan diri seseorang. Penampilan tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi penerimaan diri. Jersild (1979) mendefinisikan penerimaan diri sebagai tingkat kemampuan seseorang memahami karakteristik dirinya dan mampu menerima kondisi yang ada dengan kesungguhan: menyadari potensi-potensi yang dimiliki sehingga mereka mampu melakukan sesuatu dan menjadi sesuatu yang diharapkan. P. Esti dan Srisiuni (1998) mengemukakan bahwa penerimaan diri mempunyai hubungan realistik antara keadaan dirinya dengan keinginannya, tanpa merasa terbebani oleh pandangan masyarakat sekitar serta menerima keterbatasan diri secara realistik tanpa merasa diri tercela dan dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.

(50)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan

a. Keadaan fisik

Mathes dan Kahn (Hurlock, 1994) mengatakan bahwa dalam interaksi sosial, fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Salah satu keuntungan yang sering diperoleh ialah bahwa ia mudah berteman. Orang-orang yang menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif dibandingkan teman-teman lainnya yang kurang menarik. Banyak hal-hal positif yang diperoleh karena fisik yang menarik ini maka mereka mungkin lebih berbahagia dan lebih mudah menyesuaikan diri daripada mereka yang kurang menarik. Lauster (1990) mengemukakan bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang mencolok.

b. Persepsi

(51)

dan merasa tidak memiliki masalah dalam penampilan sehingga tidak memiliki rasa rendah diri terhadap penampilan.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri terhadap penampilan adalah keadaan fisik yang menarik dan persepsiyang baik terhadap diri dan penampilannya.

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan a. Keyakinan pada kemampuan sendiri

Keyakinan pada kemampuan sendiri merupakan suatu perasaan yang tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Orang tersebut sadar akan kelebihan dan kekurangannya.

Dalam aspek ini kaitannya dengan penampilan diri meliputi keyakinan pada dandanan dan perawatan tubuh, terbebas dari penilaian orang lain, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan fisiknya.

b. Optimis

(52)

dalam kaitannya dengan penampilan diri memiliki harapan positif pada diri dan penampilannya (dandanan dan perawatan tubuhnya).

c. Toleran

Seseorang dikatakan toleran oleh Lauster (1990) bila mereka dapat menerima perbedaan orang lain (pendapat, tingkah laku, warna kulit, gaya hidup dan lain sebagainya). Contoh dari adanya sikap toleran adalah memberikan kebebasan orang lain menyatakan pendapatnya sendiri, berusaha mendengarkan dan mencoba memahami pendapat orang lain.

Orang yang toleran menyadari perbedaan pendapat bukanlah hal yang menakutkan, tapi merupakan gejala yang biasa. Aspek ini dalam kaitannya dengan penampilan diri meliputi memberikan kebebasan orang lain untuk berpendapat tentang penampilan diri subjek dan subjek memiliki ide baru untuk memperbaiki penampilan diri yang kurang menarik.

d. Memiliki rasa aman

(53)

e. Memiliki ambisi yang normal

Memiliki ambisi yang normal berarti ambisi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan individu tersebut, sehingga ia mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Aspek ini dalam kaitannya dengan penampilan diri meliputi ambisi yang wajar sesuai dengan kemampuan untuk memperbaiki penampilan diri serta tidak merasa tersaingi oleh orang lain yang penampilannya lebih menarik.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek yang terdapat pada kepercayaan diri terhadap penampilan yaitu: keyakinan pada kemampuan sendiri, optimis, toleran, memiliki rasa aman serta memiliki ambisi normal yang berkaitan dengan berpakaian, dandanan, kerapian, perawatan tubuh dan kesehatan.

D. Mahasiswi

1. Batasan dan Kategori Mahasiswi

(54)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswi adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Universitas untuk mencapai gelar sarjana, magister atau doktor.

2. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal

Sebagai orang-orang yang diterima di perguruan tinggi, mahasiswi dipandang memiliki kemampuan cukup baik, paling tidak memiliki inteligensi yang normal, memiliki sikap kritis dan cara berpikir yang ilmiah. Individu yang berperan sebagai mahasiswi akan mengalami perkembangan masa dewasa awal yang merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru. Secara tidak langsung mahasiswi harus mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari lingkungan yaitu bersikap mandiri, dewasa, berprestasi dan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

(55)

tentu tidak mengalami hambatan dalam pergaulan karena merasa percaya diri pada penampilan mereka.

E. Hubungan Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan Dengan Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit Pada Mahasiswi

Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan di pasar untuk diperhatikan, dikonsumsi, atau dimiliki sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (Kotler dan Armstrong, 2001). Produk kosmetika pemutih kulit adalah produk kecantikan kulit yang mengandung zat-zat aktif berkhasiat untuk memudakan dan mencerahkan warna kulit. Produk kecantikan yang mengandung bahan farmakologi aktif ini dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih, bersih, cemerlang, cerah dan bercahaya (Tranggono, 2001).

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan di pasar untuk diperhatikan, dikonsumsi, atau dimiliki sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk pemutih juga bertujuan untuk memuaskan konsumen yaitu membuat warna kulit menjadi lebih putih, maka berarti konsumen pengguna produk pemutih tersebut menginginkan warna kulit yang lebih putih. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut tidak puas dengan penampilannya.

(56)

kerapian perawatan tubuh dan kesehatan (Collier dalam Wardoyo, 2002). Penampilan adalah sesuatu yang penting karena penampilan yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan, salah satunya adalah individu akan mudah berteman. Orang-orang yang menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibandingkan orang-orang lainnya yang kurang menarik.

Sejak masa remaja, individu selalu memandang dirinya dari segi fisik (Jersild, 1979) dan ingin mencapai penampilan fisik yang baik. Hal ini pula yang dirasakan oleh para mahasiswi. Dengan penampilan fisik yang baik, seseorang akan mendapat perhatian dari orang lain dan diterima dalam pergaulan (Hurlock, 1994). Dengan demikian penampilan fisik menjadi sesuatu yang penting bagi mahasiswi.

Ketika mahasiswi menganggap penampilan tubuhnya tidak ideal atau tidak sempurna, berarti ia tidak mempunyai penilaian yang cukup baik terhadap penampilannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap penampilannya.

(57)

penampilannya, hal ini menunjukkan adanya kepercayaan diri yang rendah terhadap penampilannya. Sebaliknya mahasiswi dengan kepercayaan diri tinggi merasa puas dengan penampilannya dan memilih untuk tidak menggunakan produk kosmetika pemutih kulit.

F. HIPOTESIS

(58)

Mahasiswi

Pandangan terhadap kondisi fisik baik

Pandangan terhadap kondisi fisik kurang baik

Penerimaan terhadap kondisi fisik baik

Penerimaan terhadap kondisi fisik kurang baik

Kepercayaan diri terhadap penampilan

tinggi

Kepercayaan diri terhadap penampilan

rendah

Penggunaan kosmetika pemutih rendah

Penggunaan kosmetika pemutih tinggi

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu tipe penelitian dengan karakteristik berupa hubungan antara dua variabel atau lebih (Supratiknya, 1998). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ada tidaknya korelasi antara dua variabel, yaitu kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas: kepercayaan diri terhadap penampilan.

2. Variabel tergantung: penggunaan produk kosmetika pemutih kulit.

C. Definisi Operasional

(60)

penampilan. Semakin tinggi skor total subjek maka semakin tinggi kepercayaan diri terhadap penampilan, sebaliknya semakin rendah skor total subjek maka semakin rendah pula kepercayaan diri terhadap penampilan.

2. Penggunaan produk kosmetika pemutih kulit adalah banyaknya produk pemutih yang digunakan subjek, diketahui dengan angket penggunaan produk. Semakin banyak jenis produk yang digunakan, maka semakin tinggi penggunaan produk, sebaliknya semakin sedikit jenis produk yang digunakan maka semakin rendah penggunaan produk.

D. Subjek Penelitian

Kriteria yang digunakan sebagai pemilihan subjek untuk penelitian ini adalah:

1. Jenis kelamin wanita karena penelitian ini dibatasi pada penelitian penggunaan produk kosmetika dan wanitalah yang biasanya lebih banyak menggunakan kosmetika daripada pria.

2. Mahasiswi Universitas Sanata Dharma kampus III karena lokasi penelitian merupakan tempat studi peneliti sehingga penelitian lebih efisien.

(61)

4. Subjek sudah menggunakan produk minimal 4 minggu karena cara kerja produk pemutih menghambat pembentukan melanin dalam waktu kira-kira 4 minggu (Wasitaatmadja, dalam www.perdoski.or.id).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dan angket.

1. Skala Kepercayaan Diri

Alasan penggunaan skala dalam penelitian ini, yaitu: a. Subjek adalah orang yang paling mengerti tentang dirinya.

b. Apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti (Hadi, 2004). Skala ini disusun oleh penulis dengan mengembangkan model penskalaan Likert dan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings) yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2000). Penilaian item pada Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan ini dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu:

1. Item-item Favorabel:

(62)

b. Setuju (S) skor 3 c. Tidak Setuju (TS) skor 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1 2. Item-item Unfavorabel:

a. Sangat Setuju (SS) skor 1 b. Setuju (S) skor 2 c. Tidak Setuju (TS) skor 3 d. Sangat Tidak Setuju (STS) skor 4

Dalam kategori jawaban ini ditiadakan jawaban ditengah. Hal ini menurut Hadi (1991) didasarkan pada tiga alasan, yaitu:

1. Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda-arti (multi interpretable), ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

2. Tersedianya jawaban ditengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, kearah setuju ataukah kearah tidak setuju.

(63)

menghilangkan data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari responden.

Skala ini disusun berdasarkan teori Lauster (1990) dan aspeknya dimodifikasi oleh Surfini (1995). Penulis mengadaptasi aspek-aspek yang digunakan Surfini (1995) namun tidak semua aspek-aspek tersebut digunakan. Aspek mandiri tidak digunakan dalam skala ini karena penulis hanya menggunakan aspek-aspek yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yang berkaitan dengan kepercayaan diri subjek terhadap penampilan, dalam hal ini dandanan dan perawatan tubuh. Adapun aspek-aspek yang terdapat dalam kepercayaan diri terhadap penampilan yaitu: a. Keyakinan pada kemampuan sendiri

Kepercayaan mahasiswi pada kemampuan dirinya sendiri, dalam hal ini keyakinan pada dandanan dan perawatan tubuh, terbebas dari penilaian orang lain, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan fisiknya.

b. Optimis

Perasaan tidak mudah menyerah dalam mensikapi setiap kegagalan, memiliki harapan positif pada perbaikan dandanan dan perawatan tubuhnya.

c. Toleran

(64)

d. Rasa aman

Terbebas dari perasaan takut atau ragu-ragu terhadap situasi atau penilaian orang-orang disekitarnya tentang dandanan dan perawatan tubuhnya.

e. Memiliki ambisi normal

Ambisi yang dimiliki sesuai dengan keadaan dirinya untuk memperbaiki dandanan yang kurang menarik, perawatan tubuh yang tidak berlebihan dan tidak merasa tersaingi oleh orang lain yang lebih menarik.

Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan ini terdiri dari 40 butir pernyataan, dibagi dalam 20 item favorabel dan 20 item unfavorabel. Distribusi butir Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1

Distribusi Butir-butir Pernyataan

Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan Mahasiswi Sebelum Uji Coba

Aspek Nomor item

Favorabel

Nomor item

Unfavorabel Jumlah Bobot

a. Keyakinan pada

(65)

2. Angket Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit

Angket adalah metode pengumpul data yang mengungkap data faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek. Pertanyaan dalam angket merupakan pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap, berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Hal tersebut berkaitan dengan asumsi dasar penggunaan angket yaitu bahwa responden merupakan orang yang paling mengetahui tentang dirinya (Azwar, 2000). Angket ini digunakan untuk mengetahui jenis produk kosmetika pemutih kulit apa saja yang digunakan subjek. Angket penggunaan produk kosmetika pemutih kulit ini terdiri dari 8 pertanyaan. Subjek diminta memilih jawaban “Ya” dan diberi skor 1 bila subjek menggunakan jenis produk yang disebutkan, tetapi bila subjek tidak menggunakan jenis produk yang disebutkan maka subjek diminta memilih jawaban “Tidak” dan diberi skor 0.

Skor yang terdapat dalam angket ini bukan berarti harga atau nilai melainkan sebagai coding Ya dan Tidak. Makin banyak jawaban “Ya” dari subjek maka semakin tinggi penggunaan produk, semakin sedikit jawaban “Ya” dari subjek maka semakin rendah penggunaan produk. Pertanyaan yang terdapat dalam angket ini, yaitu:

(66)

2) Saya menggunakan pelembab yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

3) Saya menggunakan bedak yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

4) Saya menggunakan body lotion yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

5) Saya menggunakan sabun mandi yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

6) Saya menggunakan masker wajah yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

7) Saya menggunakan lulur yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

8) Saya menggunakan cream malam yang mengandung pemutih. ( ) Ya ( ) Tidak

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data 1. Uji Validitas

(67)

bahwa tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Estimasi validitas jenis ini banyak tergantung pada penilaian subjektif individu karena tidak melibatkan penghitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional (Azwar, 2000).

2. Uji Daya Beda Item

Uji daya beda dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total keseluruhan item. Untuk menentukan daya beda item dalam skala ini mengacu kepada kriteria korelasi item total yaitu item sahih yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan (Azwar, 2000). Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor item dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Reliabilitas (rxx) dinyatakan dengan angka

(68)

Pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam satu variabel melalui satu kali penyajian dalam sekelompok individu (single trial administration). Pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi tinggi serta dapat menghindari masalah yang mungkin timbul dari pendekatan reliabilitas ulang (Azwar, 2000).

G. Uji Coba Alat Penelitian

1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian

Peneliti mengadakan uji coba alat penelitian untuk melihat kesahihan butir skala dan reliabilitas skala yang akan digunakan sebagai alat ukur. Uji coba alat penelitian dilaksanakan mulai tanggal 2 sampai 7 Oktober 2006 di kampus I Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta. Peneliti dibantu beberapa teman untuk mendapatkan subjek sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan sekaligus membagikan alat penelitian yang akan diuji cobakan tersebut.

(69)

2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian

a. Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan 1. Uji kesahihan butir

Uji kesahihan butir skala ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12.0 dengan mengukur korelasi antara skor item dengan skor total responden uji coba. Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total menggunakan batasan ≥ 0,30. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi item total berkisar antara 0.080 sampai dengan 0.734. Dari hasil pengujian ini didapatkan 7 item dari 40 item dinyatakan gugur karena mempunyai korelasi terhadap skor total yang rendah (< 0,30). Berikut disajikan tabel hasil uji kesahihan item skala kepercayaan diri terhadap penampilan.

Tabel 2

Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan Setelah Uji Coba

Nomor item sahih Nomor item gugur No Aspek

(70)

Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan yang terdiri dari 33 item sahih itu kemudian disusun ulang oleh peneliti dan akan digunakan dalam penelitian. Persebaran butir skala dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri Pada Penampilan Untuk Penelitian

ambisi normal

5 (5), 19 (25), 29 (35)

10 (10), 24

(30), 33 (40) 6

Jumlah 15 18 33

Nomor dalam kurung ( ) = nomor item sebelum uji coba. 2. Uji Reliabilitas

(71)

b. Angket Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit 1. Uji kesahihan butir

Uji kesahihan butir angket ini dilakukan dengan validitas isi yaitu dengan melihat isi pernyataan item apakah telah mencakup seluruh kawasan isi dari objek yang hendak diukur dengan analisis rasional.

2. Reliabilitas angket

Reliabilitas angket tidak perlu diuji lagi secara psikometris karena reliabilitas angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya (Azwar, 2000).

H. Metode Analisis Data

Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi: 1. Uji Normalitas

(72)

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel merupakan garis lurus atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 12.0.

3. Uji Korelasi

(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dengan tujuan mencari hubungan antara kepercayaan diri terhadap dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi ini dilakukan pada tanggal 16 sampai 20 Oktober 2006. Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan. Pengambilan data penelitian dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh teman-teman dengan menitipkan alat tes untuk dibagikan kepada subjek.

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang masih tercatat sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan. Alat tes yang disebar sebanyak 83 namun yang kembali 75 eksemplar. Alat tes yang memenuhi syarat dan semua item dijawab sebanyak 70 eksemplar, sedangkan yang 5 eksemplar datanya tidak lengkap serta subjeknya tidak memenuhi kriteria penelitian.

B. Deskripsi Data Penelitian

(74)

rata-rata skor hasil penelitian. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Deskripsi Data Penelitian Kepercayaan Diri

Terhadap Penampilan

Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit Statistik

Teoretik Empirik Teoretik Empirik

N 70 70

Skor maksimum 132 115 8 7

Skor minimum 33 62 0 1

Mean 82,5 96,69 4 2,87 Standar Deviasi 16,5 13,63 1,33 1,85

Mean empiris yang diperoleh untuk skala kepercayaan diri terhadap penampilan sebesar 96,69 sedangkan nilai mean teoretisnya 82,5. Nilai mean empiris kepercayaan diri terhadap penampilan lebih besar dari

mean teoretisnya, ini berarti bahwa tingkat kepercayaan diri terhadap penampilan subjek tinggi. Mean empiris yang diperoleh untuk angket penggunaan produk kosmetika pemutih kulit sebesar 2,87 sedangkan nilai

(75)

tinggi dan sangat tinggi (Azwar, 2000). Norma kategori skor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Norma Kategori Skor Skala

Skor Kategorisasi

Berdasarkan norma diatas, maka diperoleh kategori respon subjek sebagai berikut:

Tabel 6

Kategori Skor Subjek Pada Skala Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan

Skor Jumlah Subjek Prosentase Kategori X ≤ 57,75

(76)

Tabel 7

Kategori Skor Subjek Pada Angket Penggunaan Kosmetika Pemutih Kulit

Skor Jumlah Subjek Prosentase Kategori X ≤ 2

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 37 orang subjek (52,86%) memiliki tingkat penggunaan produk kosmetika dalam kategori sangat rendah, 6 orang subjek (8,57%) dalam kategori rendah, 9 orang subjek (12,86%) dalam kategori sedang, dan 12 orang subjek (17,14%) dalam kategori tinggi dan 6 orang subjek (8,57%) dalam kategori sangat tinggi.

C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program

SPSS for Windowsversi 12.0.

(77)

(p = 0,134 , p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran variabel kepercayaan diri terhadap penampilan adalah normal. Variabel penggunaan produk kosmetika pemutih kulit diperoleh K-S sebesar 1,756 (p = 0,004 , p < 0,05). Ini berarti sebaran variabel penggunaan produk kosmetika pemutih kulit tidak normal. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat menggunakan tehnik product moment dari Pearson untuk pengujian hipotesisnya. Pengujian hipotesis diganti dengan tehnik

Spearman’s rho. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 8

Tabel Uji Normalitas Keperc. Diri Thd

Penamp

Pengg. Kosm Pmth Kulit

K-S Z 1,162 1,756

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,134 0,004

b. Hasil Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antar variabel penelitian bersifat linear atau tidak. Jika bersifat linear maka korelasi yang dihasilkan akan tinggi, jika tidak maka korelasi yang dihasilkan menjadi rendah. Pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 12.0. Hasil perhitungan uji linearitas kedua variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 9 Uji Linearitas

F Sign.

Pengg. Produk Kosm. Pmth. Kulit * Keperc. Diri Thd. Penamp.

(combined) Linearity

Deviation from Linearity

(78)

Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa nilai F = 88,549 dengan p = 0,000 ( p < 0,05), ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut, yaitu variabel kepercayaan diri terhadap penampilan dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit adalah linear.

2. Uji Hipotesis

Setelah uji normalitas dan uji linearitas dilakukan, maka dapat dilakukan uji hipotesa. Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik korelasi Spearman’s rho dari Spearman dengan menggunakan taraf signifikansi 1% artinya bahwa kemungkinan penolakan hipotesis yang benar adalah satu diantara seratus dengan kata lain adanya kepercayaan terhadap kebenaran hipotesis adalah 99% (Hadi, 2000). Rangkuman hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut:

Tabel 10 Uji Hipotesis

Variabel N r Sign

Keperc. Diri Thd. Penamp. 70

Pengg. Produk Kosm. Pmth. Kulit 70 -0,714 0,00 (p < 0,01)

(79)

tinggi kepercayaan diri terhadap penampilan maka semakin rendah penggunaan produk kosmetika pemutih kulit, sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri terhadap penampilan maka semakin tinggi penggunaan produk kosmetika pemutih kulit.

D. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepercayaan diri terhadap penampilan dan variabel penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi menunjukkan korelasi sebesar -0,714 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap penampilan dan variabel penggunaan produk kosmetika pemutih kulit pada mahasiswi. Hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri terhadap penampilan maka semakin rendah penggunaan produk kosmetika pemutih kulit. Para mahasiswi memiliki kepercayaan diri terhadap penampilan yang tinggi karena memiliki gambaran yang baik terhadap diri mereka, sehingga merasa diri berharga, mampu menggunakan potensi yang dimiliki sehingga tidak terlalu merisaukan penampilan yang kurang menarik dengan berusaha memperbaiki penampilan dengan menggunakan produk kosmetika pemutih kulit.

(80)

kepercayaan diri terhadap penampilan sedang sebanyak 16 orang (22,86%), subjek yang berada pada kategori kepercayaan diri terhadap penampilan sangat tinggi 12 orang (17,14%), dan subjek yang berada pada kategori kepercayaan diri terhadap penampilan rendah 5 orang (7,14%). Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan mean empiris lebih besar daripada

mean teoretik, ini berarti rata-rata subjek memiliki kepercayaan diri terhadap penampilan tinggi.

Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan bahwa 37 orang subjek (52,86%) memiliki tingkat penggunaan produk kosmetika pemutih dalam kategori sangat rendah, 6 orang subjek (8,57%) dalam kategori rendah, 9 orang subjek (12,86%) dalam kategori sedang, dan 12 orang subjek (17,14%) dalam kategori tinggi dan 6 orang subjek (8,57%) dalam kategori sangat tinggi. Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan mean empiris lebih kecil daripada mean teoretik, ini berarti rata-rata subjek memiliki tingkat penggunaan produk kosmetika pemutih kulit rendah.

(81)

menggunakan jenis produk kosmetika pemutih kulit. Faktor persepsi juga berpengaruh terhadap penggunaan produk. Para mahasiswi memiliki persepsi bahwa pencitraan putih itu cantik hanya merupakan konsep ideal yang dibuat oleh industri-industri kosmetika, yang gencar mengiklankan bahwa pemakaian produk kosmetika pemutih kulit membuat pemakainya menjadi lebih cantik karena kulitnya menjadi putih. Penulis menduga informasi yang diperoleh dari media cetak dan televisi tentang banyak produk kosmetika pemutih kulit belum tentu terbukti dapat memutihkan kulit, juga turut membentuk persepsi para mahasiswa tentang produk kosmetika pemutih kulit sehingga pemakaian produk tersebut rendah. Menurut dr. Listiyani DSKK, penggunaan pemutih di negara tropis sebetulnya kurang efektif karena pemutih sebagus apapun tidak akan mungkin melawan iklim yang obral sinar matahari (www.republika.co.id).

(82)

BAB V PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, peneliti mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari data penelitian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Peneliti membuat kesimpulan bahwa kepercayaan diri terhadap penampilan berkorelasi negatif dengan penggunaan produk kosmetika pemutih kulit. (r = -0,714 dengan taraf signifikansi 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri terhadap penampilan yang dimiliki mahasiswi, maka semakin sedikit penggunaan produk kosmetika pemutih kulit. Semakin rendah kepercayaan diri terhadap penampilan yang dimiliki mahasiswi, maka semakin banyak penggunaan produk kosmetika pemutih kulit.

B. Saran

1. Bagi mahasiswi

(83)

2. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain diharapkan menggunakan subjek dari lain universitas atau menggunakan kelompok subjek lain, misalnya karyawati.

(84)

DAFTAR PUSTAKA

Angelis, D. B. 2001. Confidence. Percaya Diri: Sumber Sukses dan Kemandirian.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Atkinson, R. L & Hilgard, E. R. 1987. Pengantar Psikologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. 2000. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R.A. & Byrne, D. 1997. Social Psychology (8th ed). Boston: Allyn & Bacon.

Berne, P. & Savary, L. 1988. Membangun Harga Diri Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Capuzzi, D. & Gross, D. R. 1991. Introduction to Counseling: Perspectives for the 1990s. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Centi, P. J. 1993. Mengapa Rendah Diri?. Yogyakarta: Kanisius.

Chia, F. 2003. Hubungan Antara Citra Raga Dengan Minat Membeli Produk Kosmetika Pemutih Kulit Pada Remaja Putri Etnis Cina. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Cunningham, M. R. 1986. Measuring the Physical in Physical Attractiveness: Quasi- Experiments on the Sociobiology of Female Facial Beauty. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.50, No.5. 925-935.

Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Gambar

Gambar 1. Skema Hubungan antara Kepercayaan Diri Terhadap Penampilan dengan Penggunaan Produk Kosmetika Pemutih Kulit
Tabel 1 Distribusi Butir-butir Pernyataan
Tabel 2
Tabel 3 Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri Pada Penampilan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Gorontalo pada Triwulan I-2015 sebesar 95,18, yang berarti kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan I-2015 menurun dari triwulan

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Arah kebijakan dan strategi Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Tahun 2015-2019 mengacu pada Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010- 2035 yang dapat disimpulkan dalam

Dari pengamatan karakter morfologi tanaman hasil silangan antara salak pondoh dengan salak jantan indegenous Sumatera yang terdiri dari pan- jang pelepah daun, jumlah anak daun,

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

RANO

A adalah kondisi awal anak yang memiliki kesulitan dalam melakukan gerakan melompat sederhana yang diberikan dan tanpa perlakuan pada kemampuan akademiknya, B