• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PERILAKU MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis) DI PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PERILAKU MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis) DI PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

POLA PERILAKU MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis) DI PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

LONG-TAILED MACAQUE BEHAVIOR PATTERNS IN THE HARBOR DISTRICT BADAS SUMBAWA

Redaksi Jurnal Kehutanan

Yandi Yanuar¹

Program Studi Kehutanan Universitas Mataram

2

Jln. Pendidikan No.37 Telp 648294 Mataram 83125

3

Ringkasan

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tergolong famili Cerchopithecidae, Sub famili Cercopthecinae. Di Indonesia monyet ekor panjang ini dapat dijumpai di Pulau Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Jawa, Kalimantan dan seterusnya. Termasuk jenis primata sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari interaksi sosial atau hidup bersama dengan yang lain. Interaksi sosial yang dilakukan oleh monyet ekor panjang menimbulkan munculnya berbagai aktivitas yang berbeda antar individu dalam populasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Badas, Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan metode Ad libitum sampling untuk mengamati seluruh tingkah laku setiap individu monyet ekor panjang. Pengamatan dilakukan selama 480 menit ini dimulai dari jam 06.00 hingga 18.00 WIB dengan interval waktu 30 menit, setelah mengamati satu individu dilanjutkan dengan mengamati individu berikutnya. Aktivitas yang diamati adalah makan, bergerak, bermain, inaktif, agonistik, grooming. Pengamatan ini dilakukan selama 30 hari pada individu berbeda. Hasil penelitian dari enam aktivitas harian monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas yang diamati yaitu aktivitas makan 11% aktivitas bergerak 39%, aktivitas bermain 16%, aktivitas agonistik 12%, aktivitas inaktif 20% dan aktivitas grooming 2%.

Kata kunci : Perilaku Harian, Monyet Ekor Panjang

ABSTRACT

Long Tail monkey ( Fascicularis Macaca) pertained set of relatives of Cerchopithecidae, Sub set of relatives of Cercopthecinae. In Indonesia this long tail monkey can meet [by] [in] Island Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Java, Kalimantan and so on. Including type of primata social which in its life have never is quit of [of] social interaction or coexist with is other. Social interaction which [done/conducted] by long tail monkey generate appearance various different activity between individual in population. This research aim to to know behavioral pattern [of] long tail monkey [in] Port of Badas. Research [done/conducted] [by] [in] Port Of Badas, District Of Labuhan Badas Sub-Province of Sumbawa, Provinsi West Nusa Tenggara by using method Ad sampling libitum to perceive entire/all behaviour each;every long tail monkey individual. Perception [done/conducted] [by] during this 480 minute [is] started from [hour/clock] 06.00 till 18.00 WIB with time interval 30 minute, after perceiving one individual continued by perceiving next individual. Activity perceived [by] [is] eating, moving, playing at, inaktif, agonistik, grooming. This perception [is] [done/conducted] [by] during 30 day [at] individual differ. Result of research from six daily activity [of] long tail monkey [in] Port of Badas perceived [by] that is activity eat 11% peripatetic activity 39%, activity play at 16%, activity of agonistik 12%, activity of inaktif 20% and activity of grooming 2%.

(2)

2

1. PENDAHULUAN

Setiap mahluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap mahluk hidup harus mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer. Kajian perilaku hewan pada dasarnya mempelajari bagaimana hewan-hewan berperilaku di lingkungannya dan setelah para ahli melakukan interpensi, diketahui bahwa perilaku merupakan

hasil dari suatu penyebab atau suatu “proximate cause” (Fachrul 2007).

. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu jenis monyet yang memiliki panjang ekor kurang lebih sama dengan panjang tubuh. Panjang tubuh monyet ekor panjang berkisar antara 385-648 mm. Berat tubuh jantan dewasa sekitar 3,5-8 kg sedangkan berat tubuh rata-rata betina dewasa sekitar 3 kg. Warna tubuh bervariasi mulai dari abu-abu hingga kecoklatan,dengan bagian ventral berwarna putih (Supriyatna, 2000).

Monyet ekor panjang termasuk jenis primata sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari interaksi sosial atau hidup bersama dengan yang lain (Suwarno, 2014). Interaksi sosial yang dilakukan oleh monyet ekor panjang menimbulkan munculnya berbagai aktifitas yang berbeda antar individu dalam populasi. Lee (2012) menyatakan bahwa aktifitas sosial yang terjadi pada monyet ekor panjang di antaranya social affiliation, social agonism, dan non-social activities termasuk bergerak, makan, dan inaktif. Aktifitas yang terjadi dapat menunjukkan penggunaan habitat dan persebaran oleh masing-masing individu dalam populasi.

Menurut alikodra (1990) perilaku adalah kebiasaan-kebiasaan aktivitas hariannya, seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara kawin dan melahirkan anak.Perilaku monyet ekor panjang secara alami menurut Djuwantoko, dkk. (2008) tidak meresahkan masyarakat, jika populasi monyet ekor panjang hidup pada habitat aslinya dan relatif tidak berdampingan dengan kehidupan masyarakat. Perilaku monyet ekor panjang mungkin mengalami perubahan ketika kehidupan monyet ekor panjang pindah pada kawasan lain atau berdampingan dengan kehidupan masyarakat, termasuk pada kawasan Wisata Alam.

Perilaku populasi monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas menjadi salah satu kajian yang menarik untuk dipelajari dalam lingkup ilmu tentang perilaku hewan. Pemahaman tentang perilaku

populasi monyet ekor panjang yang terbiasa hidup berkelompok dengan aktivitas-aktivitas yang spesifik sangat penting sebagai dasar dalam mengambil tindakan konservasi monyet ekor panjang pada habitat alaminya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pola perilaku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang ada di Pelabuhan Badas, Kecamatan Labuhan Badas secara langsung dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang di lakukannya.

II. METODELOGI PENELITIAN

2.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – September 2015 di Pelabuhan Badas, Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat,. Penelitian dilakukan pada musim kemarau.Peabuhan badas merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Kecamatan Labuhan Badas, yang terletak dibagian utara pulau Sumbawa dengan ketinggian rata-rata 10 meter diatas permukaan laut. Dari seluruh daratan yang ada di Labuhan badas mempunyai kemiringan antara 0-15 meter. Sebelah utara berbatasan dengan laut flores, sebelah barat berbatasan dengan Daerah Wisata Batu Gong, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Batulanteh dan sebelah timur berbatasan dengan Daerah Wisata Kencana.

2.2 Alat dan Bahan a. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: Teropong binokuler, GPS (Global Positioning System), kompas, peta kawasan Labuhan Badas, kamera, jam tangan dan alat tulis, dan laptop

b. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu primata monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

2.3 Metode

2.3.1 Metode Pengumpulan Data

(3)

3

individu lainnya dengan kurun waktu yang sama. Metode ini dilakukan selama 30 hari pada individu yang berbeda , sehingga seluruh individu dapat teramati.

2.3.1.1 Pengumpulan Data Perilaku 1. aktivitas makan

Aktivitas makan adalah aktivitas yang dilakukan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) untuk menjangkau, mengambil, memasukkan makanan ke dalam mulut.

2. Aktivitas Bergerak

Aktivitas bergerak adalah kegiatan berjalan, memanjat, melompat, dan berpindah tempat. 3. Aktivitas Bermain

Aktivitas bermain adalah aktivitas monyet ekor panjang untuk berinteraksi dengan individu lain dalam populasi monyet.

4. Aktivitas Inaktif

Aktivitas inaktif adalah aktivitas monyet ekor panjang ketika istirahat.

5. Aktivitas agonistik

Aktivitas agonistik adalah aktivitas monyet ekor panjang meliputi menerjang, memukul, meringis, mengancam dengan membuka mulut, mengejar, mendekam dan memekik

6. Aktivitas Grooming

Aktivitas grooming adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam populasi monyet dengan mengambil, membelai dan menjilati bulu pasangannya yang bertujuan untuk mencari kutu di semua bulunya.

7. Aktivitas Kawin

Aktivitas kawin adalah akitivitas sexsual yang dilakukan oleh 2 pasang individu dalam populasi monyet ekor panjang untuk menghasilkan keturunan.

2.3.1.2 Daerah Jelajah Harian

Untuk mengukur daerah jelajah monyet ekor panjang dapat diukur berdasarkan jelajah harian yaitu mengikuti, mengukur dan memetakan titik koordinat setiap tempat monyet ekor panjang beraktivitas dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) mulai dari monyet ekor panjang

meninggalkan lokasi tempat tidur pada pukul 06.00 WIB sampai akhir pengamatan pada pukul 18.00 WIB. Daerah jelajah ditentukan dengan metode Minimum Convex Polygon yang terdapat dalam software ArcGis.Metode ini menghubungkan titik-titik koordinat terluat tempat

monyet ekor panjang

beraktivitas.Penentuan titik koordinat yaitu pada pohon tempat monyet ekor panjang melakukan aktivitas.

2.3.1.3 Analisis Vegetasi Habitat Monyet Ekor Panjang

Analisis vegetasi untuk habitat monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas menggunakan metode garis berpetak yaitu . Metode ini dimulai dengan membuat petak contoh seluas 20m x 20 m, yang diletakkan secara random pada lokasi pengamatan. Petak contoh yang telah dibuat dibagi menjadi petak ukur sesuai pertumbuhan tiap vegetasinya

Gambar 1 Desain gambar analisis vegetasi

Keterangan

1. Petak ukur semai (2 m x 2 m), yaitu anakan dengan tinggi < 1.5 m dan tumbuhan bawah/ semak/ herba, termasuk di dalamnya liana, epifit, pandan dan palem.

(4)

4

4. Petak ukur pohon (20m x 20m),

yaitu pohon berdiameter batang diatas 20 cm.

2.3.1.4 Identifikasi Tanaman

a. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat jenis tumbuhan yang dikonsumsi monyet ekor panjang pada saat melakukan aktivitas makan.

b. Wawancara dengan pegawai yang bekerja di Pelabuhan Badas yang telah mengetahui nama lokal dari tumbuhan yang menjadi sumber makanan monyet ekor panjang. c. Pengambilan specimen tumbuhan.

Bagian tumbuhan yang diambil adalah bagian tumbuhan yang ditemukan di lapangan yaitu berupa buah, daun, batang, dan bunga, kemudian dicatat nama lokal dari tumbuhan tersebut. d. Identifikasi jenis tumbuhan,

dengan cara mencocokkan spesimen yang di ambil dengan menggunakan kunci identifikasi yang menace pada buku-buku flora atau spesimen yang sudah ada.

2.3.2 Metode penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasi .

2.4 Analisis Data

2.4.1 Analisis Perilaku

Hasil yang diperoleh dari pengamatan berupa frekuensi aktivitas harian yang muncul selama pengamatan. Setiap perilaku yang dicatat, akan dihitung nilai rata-rata dan persentasenya agar terlihat aktivitas harian yang sering dilakukan oleh monyet ekor panjang.Selanjutnya, data hasil pengamatan akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan dianalisis secara deskriptif.

2.4.2 Analisis Wilayah Jelajah

Perhitungan luas wilayah jelajah dilakukan dengan menggunakan analisis Minimum

Convex Polygon (MCP).MCP merupakan metode yang paling popular dan banyak digunakan untuk menduga luasan wilayah jelajah.Pergerakan kelompok tergambar pada titik koordinat pohon pakan dan tidur. Titik koordinat tersebut diananlisis dengan software ArcGis 10.1 dan titik terluar koordinat tersebut

akan terhubung hingga

membentuk polygon. Luas areal polygon ini merupakan luas jelajah harian monyet ekor panjang. Ini merupakan metode Minimum Convex Polygon (Burgman dan fox, 2003 dalam Ayunin et al, 2014) sehingga menghasilkan gambaran titik sebaran satwa berupa peta.

2.4.3 Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas pada lokasi yang dijadikan habitat oleh monyet ekor panjang.Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan pentingnya jenis tumbuhan pada kawasan tersebut. Persamaan yang digunakan menururt soegianto (1994) yaitu :

INP = KR+FR+DR

Keterangan :

KR = kerapatan relatif ( relative density)

DR = dominasi relatif (relative dominancy)

FR = frekuensi relatif (relative frequency )

2.4.4 Potensi Pakan

Data potensi pakan

(5)

5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Aktivitas Harian

Hasil Penelitian monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas yang meliputi Aktivitas makan, bergerak, bermain, inaktif, agonistikdan grooming yang teramati disajikan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.1

Tabel 1 Total kali Aktivitas Monyet Ekor Panjang

Aktivitas

Waktu dan Kali

06.00 08.00

08.00-10.00

10.00-12.00

12.00-14.00

14.00-16.00

16.00-18.00

Total (Kali)

Persentase (%)

Makan 27 31 26 25 23 33 165 11

Begerak 104 105 92 98 105 105 609 39

Bermain 53 36 31 45 39 39 243 16

Inaktif 33 44 65 55 60 57 314 20

Agonistik 33 38 26 35 31 31 194 12

Grooming

Jumlah

3 6 8 12 3 5 37 2

100

Gambar 2 Persentase Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45

Makan Bergerak Bermain Inaktif Agonistik Grooming Aktivitas Harian

(6)

6

Berdasarkan pengamatan perilaku harian monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas dengan metode ad libitum sampling pada tabel 1 dan gambar 2 menunjukkan bahwa kecenderungan aktivitas yang teramati pada populasi monyet ekor panjang adalah makan (11%), bergerak (39%), bermain (16%), inaktif (20%), agonistik (12%) dan grooming (2%) dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alanindra (2014), di TWA Grojogan Sewu Tawangmangu Karangayar dimana aktivitas yang teramati adalah bergerak(35%), grooming (25%), bermain (15%), inaktif (10%), makan (6.8%), agonistic (3.6%), tidur (2.3%), kawin (0.9%), dan bersuara (0.8%) dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan. Selanjutnya penelitian (Purbatrapsila et al, 2011) di Pulau Tinjil, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten didapatkan hasil perilaku harian monyet ekor panjang adalah makan (27.87%), istirahat (21.19), bergerak (36.01%), grooming (8.97%), bermain (3.40%), dan agonistik (2.56%). Selanjutnya penelitian Sari et al 2014 di TWA Grojogan Sewu menunjukkan aktivitas harian monyet ekor panjang yang teramati meliputi Tidur (2.27), inaktif (20.76%), grooming (16.78%), kawin (1.99%), bergerak (32.85%), makan (13.37%), mengasuh anak (4.97%), bermain (5.26%), Eksresi (0.71%),

bersuara( 0.42%), dan agonistic

(0.56%).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suwarno (2013) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten hasilnya sangat jauh berbeda dari penelitian ini dimana di dalam penelitiannya aktivitas harian yang paling tinggi adalah mencari makan (43.45%), bergerak (22.96%, diam (12.59%), grooming (10%), bermain (5.92%), agonistic (3.70%), dan tidur 1.38 %. Selanjutnya penelitian Muhammad Sukri (2014) di Kawasan Cagar Alam Dungus Iwul, Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa barat diperoleh aktivitas harian monyet ekor panjang dengan persentase makan (29.50%), bergerak (27.80%), istirahat (22.60%), dan aktivitas social (26.20%).

Dari beberapa penelitian sebelumnya diatas dapat diketahui bahwa aktivitas bergerak selalu memiliki persentase yang tinggi dalam setiap aktivitas harian monyet ekor panjang. Pada

penelitianini aktivitas bergerak memiliki persentasetertinggi dikarenakan habitat monyet ekor panjang di Pelabuhan Badas yang berbatasan dengan jalan mobil perkebunan menyebabkan lalu-lalang mobil dan manusia menjadi gangguan bagi keberadaan monyet ekor panjang yang sensitif tehadap keberadaan manusia.akan tetapi sifat monyet ekor panjang yang berada di di Pelabuhan Badas tidak seperti primata lainnya yang langsung kabur dan tidak kembali lagi. Hal ini di dukung oleh kemampuan monyet ekor panjang untuk tetap bertahan hidup pada habitatnya yang terganggu (Cowlishaw dan Dunbar 200).

3.2 Analisis Vegetasi

Tingkat keanekargaman jenis vegetasi juga dapat dilihat dari jumlah individu dalam setiap jenis. Semakin kecil jumlah individu dalam setiap jenis, maka semakin tinggi keanekaragaman jenisnya, vegetasi yang terdapat pada suatu tempat merupakan salah satu faktor yang penting karena merupakan komponen dari habitat primata.Vegetasi bukan hanya asosiasi dari individu tumbuhan akan tetapi merupakan satu kesatuan individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain yang dikenal sebagai suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dengan faktor lingkungan, maka hal ini di sebut Ekosistem (Susanto, 2012)

(7)

7

3.2.1 Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pohon

Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian untuk tingkat pohon terdapat 27 individu dari 8 famili. Dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2. Struktur Vegetasi Tingkat Pohon

No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family Jumlah K F D

1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae 6 37.5 0.5 6.91

2 Goak Ficus variegate Artocarpus Moraceae 6 37.5 0.75 9.58

3 Jati Tectona grandis 7 43.75 0.25 7.18

4. Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 3 18.75 0.25 1.01

5 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae 3 18.75 0.5 0.78

6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiaceae 3 8.75 0.25 0.75

7 Ketimus Protium javanicum Burseaceae 1 6.25 0.25 0.33

8 Beringin

Jumlah

Ficus benjamina Moraceae 1

30

6.25

177.5

0.25

3

6.03

31.82

No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family KR (%) FR(%) DR(%) INP (%)

1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae 20 16.66 21.22 57.88

2 Goak Ficus variegate Moraceae 20 25 29.41 74.41

3 Jati Tectona grandis Lamiaceae 23.33 8.33 22.04 53.7

4 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 10 8.33 3.10 21.43

5 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae 10 16.66 2.39 29.05

6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiaceae 10 8.33 2.30 20.63

7 Ketimus Protium javanicum Burseaceae 3.33 8.33 1.01 12.67

8 Beringin Ficus benjamina Moraceae 3.33 8.33 18.51 30.17

(8)

8

Tabel 2 menunjukkan bahwa INP pohon tertinggi adalah Goak (Ficus variegate) dengan jumlah 74.41% dan Sanokeling (Dalbergia latifolia) dengan nilai 57.88%. Sedangkan Jati (Tectona grandis), Beringin (Ficus benjamina) dan Jambu hutan (Syzigium malacenes) memiliki persentase beturut-beturut 53,7%; 30.17%; dan 29.75% INP terendah adalah Nangka (Artocarpus heterophyllus), Mangga hutan (Mangifera longipetiolata) dan Ketimus (Protium javanicum) dengan persentase beturut-turut 21.43%; 20.63%; dan 12.67%.

3.2.2. Analisis Vegetasi Pada Tingkat Tiang

Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian untuk tingkat pohon terdapat 11 individu dari 7 famili. Dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3 Struktur Vegetasi Tingkat Tiang

No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family Jumlah K F D

1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae 2 2.5 0.25 0.125

2 Goak Ficus variegate Artocarpus Moraceae 1 1.25 0.25 0.022

3 Srikaya Annona squamosa L Annona squamosa L Annonaceae 2 2.5 0.5 0.068

4 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae 3 3.75 0.25 0.098

5 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 1 1.25 0.25 0.035

6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiacea e

1 1.25 0.25 0.023

7 Jati Tectona grandis Lamiaceae 1 1.25 0.25 0.035

No Jenis Pohon Nama Ilmiah Family KR (%) FR(%) DR(%) INP (%)

1 Sanokeling Dalbegria latifolia Fabaceae 18.18 12.5 30.79 61.47

2 Goak Ficus variegate Moraceae 9.09 12.5 5.41 27

3 Srikaya Annona squamosa L Annona squamosa L Annonaceae 18.18 25 16.74 59.92

4 Jambu Hutan Syzigium malacenes Myrtaceae 27.27 12.5 24.13 63.9

5 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 9.09 12.5 8.62 30.21

6 Mangga Hutan Mangifera longipetiolata Anacardiacea e

9.09 12.5 5.67 27.26

7 Jati Tectona grandis Lamiaceae 9.09 12.5 8.62 30.21

(9)

9

Pada tabel 3 hasil analisis vegetasi yang dilakukan pada petak contoh pengamatan habitat monyet ekor panjang, di Pelabuhan Badas menunjukkan jenis tumbuhan untuk tingkat tiang di dominasi oleh Jambu hutan (Syzigium malacenes), Sanokeling (Dalbegria latifolia), dan Srikaya dengan proporsi INP beturut-turut 63.9%; 61.47%; dan 59.92%, kemudian Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Jati memiliki INP yang sama yaitu sebesar 30.21% sedangkan Mangga hutan (Mangifera longipetiolata) dan Goak (Ficus variegate) memiliki INP terendah dengan proporsi masing-masing 27.26% dan 27%. Indeks Nilai Penting(INP) menunjukkan suatu jenis tumbuhan serta peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting pada vegetasi tingkat pohon dan tiang didapat dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR)-

3.3 Potensi Pakan

Pakan merupakan komponen habitat yang nyata merupakan sumber nutrisi dan energi. Energi dari makanan digunakan untuk bahan bakar proses metabolisme sedangkan nutrisi digunakan sebagai pendukung pertumbuhan dan perbaikan tubuh (Bolen dan Robinson, 2003). Pemilihan pakan monyet ekor panjang yang berada diidentifaksi berdasarkan pengamatan langsung, ketika mengamati aktivitas harian.Data pakan diperoleh dari hasil analisis vegetasi.Berdasarkan peneltian diketahui terdapat 10 jenis tumbuhan yang menjadi pakan monyet ekor panjang.

Tabel 4 Pohon Pakan Monyet Ekor Panjang di Pelabuhan Badas (Hasil Analisis Vegetasi)

No Jenis pohon Nama Spesies Jumlah pohon Bagian yang dimakan

Buah Daun Pucuk/Bunga

1 Goak Ficus variegata 26 39 14 0

2 Sanokeling Dalbergia latiiifolia 23 0 13 12

3 Nangka Artocarpus hetorophyllus 14 17 0 0

4 Jambu Hutan Syzigium malacenes 11 0 6 7

5 Mangga Hutan Arthocarpus elasticus 8 0 6 0

6 Juwet Syzigium heterophyllus 3 6 3 0

7 Srikaya Annona squamosa 4 0 18 0

8 Beringin Ficus benjamina 1 0 4 0

9 Jati Tectona grandis 21 0 6 0

10 Ketimus Protium javanicum 1 0 0 4

(10)

10

pohon goak menjadi sumber pakan utama bagi populasi monyet ekor panjang di habitanya. Pada Tabel 4.3 Daun yang dimakan oleh monyet ekor panjang adalah daun muda. Intensiitas makan daun termasuk lumayan sering, diantaranya daun Goak (Ficus variegate), Sanokeling (Dalbergia latifolia), Srikaya (Annona squamosa), Jambu hutan (Syzigium malacenes), Mangga hutan (Arthocarpus elasticus), Jati (Tectona grandis), dan Beringin (Ficus benjamina) dan sedangkan intensitas makan pucuk/bunga termasuk jarang, karena hanya beberapa monyet ekor panjang saja yang memakan pucuck/bunga diantaranya pucuk Sanokeling (Dalbergia latifolia), Jambu hutan (Syzigium malacenes), dan Ketimus (Protium javanicum). Jumlah jenis tumbuhan yang dikonsumsi oleh primata ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian lainnya. Santoso (1996) menemukan bahwa jenis hewan ini mengkonsumsi makanan dari 23 jenis tumbuhan di Pulau Tinjil, serta Hasanbahri, et al. (1996) menemukan 33 jenis tumbuhan dikawasan Hutan Jati BKPH Pasar sore KPH Cepu, sedangkan Yusuf (2010) menemukan 25 jenis tumbuhan yang dikonsumsi primata tersebut.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Labuhan Badas menunjukkan bahwa aktivitas monyet ekor panjang yang teramati yaitu makan, bergerak, inaktif, bermain, agonistik, dan grooming, pada pengamatan yang dilakukan selama 480 menit ini dimulai dari jam 06.00 hingga 18.00 WIB dengan interval waktu 30 menit pada 30 individu berbeda selama 30 hari. Dari keenam aktivitas tersebut bergerak merupakan aktivitas yang paling sering di lakukan oleh monyet ekor panjang dengan persentase sebesar 39% dan aktivitas yang terhitung jarang dilakukan yaitu grooming dengan persentase sebesar 2%.

4.2 Saran

Perlunya penelitian lanjutan untuk membedakan aktivitas harian monyet ekor panjang di musim kemarau dan penghujan, karena keberadaan pakan pun berbeda pada kedua musim tersebut.Penelitian harian ini penting untuk mengetahui pola aktivitas monyet ekor panjang sehingga bisa menjaga monyet ekor panjang di habitat aslinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aldrich-Blake, F.P.G. 1980.Long tailed macaques. Di dalam Chivers DJ (ed). Malayan Forest Primate. New York (US): Plenurn Press, pp 147-165.

Alikodra, H.S. & Mustari, A.H. 1994. Study on Ecology and Conservation of Proboscis Monkey (Nasalis larvatus Wurmb.) at Mahakam River Delta, East Kalimantan : Behaviour and Habitat function. Annual Report of Pusrehut.

Alikodra, H.S. 2010.Teknik Pengelolaan Satwaliar Dalam Rangka Mempertahankan Keragaman Hayati Indonesia. Bogor:IPB Press.

Anggraeni, I.W.S. 2013. Populasi dan Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan

Mangrove Wonoerjo dan

Sekitarnya. Surabaya

Bailey, J. A. 1984. Principles of wildlife Management. Colorado State University

Bajjali, W. 2006. Advance Training Course in GIS Using Spatial Analyst, Geostatitical, and 3-D Analyst of ArcGIS. Departemen of Biology and Eart Sciences University of Wisconsin

Sytem.http://frontpage.uwsuper.e du/bajjali/train/usa/AC.pdf

(Diakses atanggal 20 Januari 2017).

Bennett, B. T., R. C. Abee, & R. Henrickson. 1995.

Nonhuman Primates in

Biomedical Research Biology and Management. Academic Press, NewYork.

Bollen E.G, Robinson.W.C. 2003. Wildlife Ekology and Management. 5thed. New Jersey (US): Prentice Hall.

Bonadio, C. 2000. Macaca fascicularis (On-line),

Animal Diversity

Web.http://animaldiversity.umm

z.edu/site/accounts/information/

Macaca fascicularis.html

(11)

11

Museoum of Zoology (20 Januari 2017).

Bismark, M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Penerbit Fakultas Oascasarjana IPB.Bogor

Caine, N., G. Mitchell. 1979. A Review Of Play In The Genus Macaca: Social correlates. Primates, 20 (40; 535-546.

Chivers, D.J. 1980.Malayan Forest Primates: 10 years of studi in Tropical rainforest. Plenum press, New York.

Crockett, M.C. & Wilson. 1980. The Ecological

Separation of Macaca

Nemestrina and Macaca Fascicularis in Sumatra. In: D.G. Lindburg. (Ed): The Macaques: Studies in Ecology, Behavior and Evolution. New York: Van Nostrand Reinhold. p. 148-181.

Crocket, M.C. & Wendell C.Wilson. 1977 The Ecological Separation of Macaca nemestrina and Macaca fascicularis in Sumatra. New York: Van Nostrand Rainhold Company. Di dalam Lindburg DG. 1980. The Macaques: Studies in Ecology, Behaviour and Evolution. New York. (Ed) Van Nostrand Reinhold Company.

Djuwantoko, Retno, N.U. & Wiyono. 2008. Perilaku

Agresif Monyet, Macaca

fascicularis (Raffles, 1821) terhadap Wisatawan di Hutan

Wisata Alam Kaliurang,

Yogyakarta. BIODIVERSITAS. 9(4): 301-305.

Fadilah, A. 2003.Evaluasi Habitat dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles, 1821) di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Bogor.

Fahrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Farida, H. 2008. Aktivitas makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta. Skripsi, Departemen Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor

Febriliani. 2013. Analisis Vegetasi Habitat Anggrek di Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. WARTA RIMBA Volume 1, Nomor 1.

Fuentes, A. & Dohinov, P. 1999. The Non human Primates. London: Myfield Publishing Company

Gumert, M. D. 2007. Grooming and Infant Handling

Interchange in Macaca

fascicularis: The Relationship Between Infant Suply anda Grooming Payment. International Journal Of Primataology, 28: 1059-1074.

GIS Consortium Aceh Nias. 2007. Modul pelatihan Gis tingkat dasar. Badan Rehabilitasi Dan Rekontruksi Aceh Nangroe Aceh Darusalam. Nias

Hadi I, Suryobroto.B & Perwitasari-Farajallah D. 2007.Food preference of semiprovioned macaques based on feeding duration and foraging party size. Hayati 14:13-17.

Hamidun, S.M & Baderan K.W.D. 2013 Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas Boliyohuto Provinsi Gorontalo. Jurnal.Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo.

Hasanbahri, S. Djuwantoko, I.N. & Ngariana.1996. Komposisi Jenis Tumbuhan Pakan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Habitat Hutan Jati.Biota 1:1-8 .

Indriyatno. 2006. Ekologi Hutan. Cetakan 2. Bumi Aksara, Jakarta.

(12)

12

Kamilah, S.N. Deni, S. & Jarulis. 2013. Perilaku

Grooming Macaca fascicularis Raffles, 1821. Di Taman Hutan

Raya Rajolelo

Bengkulu.Konservasi Hayati 09(2): 1-6.

Kartono, a. p. & Y. Santosa.1995 Teknik Pengukuran dan Monotoring

Keanekaragaman Satwa

Liar.Skripsi. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Karyawati, A.T. 2012.Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan pada Hewan Primata. Jurnal Penelitian Sains. Volume 15 Nomer 1(D) 15110.

Kusumo, D. A. 2007. Aktivitas Harian Monyet (Macaca fascicularis) di Pura Uluwatu Kelurahan Pecatu

Kecamatan Kuta Selatan

Kabupaten Badung Bali.Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana, Bali.

Latifah, S.,2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Lavieren, V. 1983.Dalam Rencana Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Lee, G.H. (2012). Comparing the Relative Benefits of Grooming-contact and Full-contac Pairing for Laboratory-housed Adult Female Macaca fascicularis. Applied Animal Behaviour Science, 137: 157-165.

Malaivijitnond, S., Y. Hamada. 2008. Current situation and status of long-tailed macaques (Macaca fascicularis) in Thailand. The Natural History Journal of Chulalongkorn University, 8(2): 185-204 .

Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembina Fakultas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mukhtar, A.S. 1982. Penelitian Pola Pergerakan

(Macaca fascicularis,

Raffles,1821) Di Taman Wisata dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran, Jawa Barat. Tesis Magister Sains, Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Napier, J.R. & P.H. Napier. 1967. A handbook of Living Primate Morphology Ecology and Behavior of

Human Primates.

Academicpress London. New York.

Napier, J.R.& P.H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press, Cambridge, Massachusetts.

Nainggolan, V. 2011.Identifikasi Satwa Liar Jenis Primata di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat.Skripsi. Universitas Lampung.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillips, S.N. & Kartikasari. 2000. Panduan

Lapangan Mamalia di

Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai Darusalam. WCS-Indonesia Program, The Sabah Society, WWF Malaysia.

Perwitasari, R.R.D.. 2007. Makanan Primata. Bahan Ajar.IPB. Bogor

Poirier, F.E.,E.O. Smith. 1974. The crab-eating macaques (Macaca fascicularis) of Angaur Island, Palu, Micronesia. Folia primatol

Prahasta, Edi. 2009. Sistem informasi geografis.

Konsep-konsep dasar

(persepektif geodesi dan geomatika): Informatika Bandung

Purbatrapisla, A., E. Iskandar, & J. Pamungkas. 2012. Pola Aktivitas dan Stratifikasi Vertikal Oleh Monyet

Ekor Panjang (Macaca

(13)

13

Rahayu, R. 2007. Aktivitas makan monyet ekor

panjang (Macaca fasccicularis) kelompok Pancalikan periode Juni Agustus di Cagar Budaya Ciung Wnara Ciamis, Jawa Barat.Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Richard, A.S. 1985. Primates in Nature.Hal 522-523

Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primatas. Pogonias Press. New York.

Sajuthi D. 1983.Satwa Primata sebagai Hewan Laboratorium. Bogor.

Santoso, N. 1996. Analisis Habitat Dan Potensi Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis, Raffles, 1821) Di Pulau Tinjil.Media Konservasi: Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungannya. Vol. 5 (10:5-9)

Seponada, F. 2010. Hutan Monyet Lembah Sarijo.

http://wisata.kompasiana.com/

jalan-jalan/2010/04/25/hutan-monyet-lembah-sarijo/. Diakses tanggal 9 Januari 2014

Setiadi, D. & Tjondronegoro, P.D. 1989.Dasar-Dasar Ekologi.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sinaga, S.M., Utomo, P., Hadi, S., & Archaitra, N.A. 2010.Pemanfaatan Habitat oleh Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kampus IPB Darmaga. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Smith, J. B. & S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiaakan

dan Penggunaan Hewan

Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Soegianto, A. 1994. Ekologu Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.

Soehartono, T. & Mardiastuti, A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES Di Indonesia. Jakarta: JICA

Soerianegara, I. & Indrawan, A. 1998.Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugiharto, G. 1992. Studi Perilaku Makan Monyet

Ekor Panjang (Macaca

fascicularis) di Pulau Tinjil, Jawa Barat.Skripsi. Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Susanto, A. 2012. Struktur Komposisi Vegetasi Di Kawasan Cagar Alam Manggis Gadungan. Jurnal. Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

Sussman, R.W. & Tattersall, I. 1981. Behaviour and ecology of Macaca fascicularis in Mauritius: A Preminary Study. Primates, 22(2): 192-205 ..

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tarigan, B. 2009.Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Mandal Wisata Menara

wana Padangtegal Ubud.

Skripsi,Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Bali

Tarumingkeng, R.C. 1993. Studi Populasi dan

Analisi Numerika

Ekosistem.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(14)

14

Wheatley, B. P. 1980. Feeding and Ranging of

East Bomean. In : The Macaques :Studies in Ecology, Behavior and Evolution, Linburg, D. (Ed). Van Nostrand Reinhold Co., New York,pp.215-246.

Widarteti, A.N. Pratiwi, D. Diapari & Tjakradidjaja, A.S. 2009.Perilaku Harian Pada

Lutung Kelabu Betina

(Trachypithecus cristatus) di

Penangkaran Pusat

Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi-Bogor. Zoo Indonesia 18(1):33-40.

Yeager C.P. 1996. Feeding ecology of longtailed macaque (Macaca fascicularis) in Kalimantan Tengah, Indonesia.Int J Primatol 17:51-62.

Gambar

Gambar 1 Desain gambar analisis vegetasi
Gambar 2  Persentase Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang
Tabel 2. Struktur Vegetasi Tingkat Pohon
Tabel 3 Struktur Vegetasi Tingkat Tiang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan instrumen bertujuan untuk menyelidiki karakteristik dan kriteria kualitas instrumen tes berupa soal esai berbasis HOTS yang dihasilkan dan digunakan untuk mengukur

Dari hasil ini menunjukkan adanya kesamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aldo Herlambang Gardjito dkk (2014), Diana Khairani Sofyan (2013), Fariz Ramanda

Radioisotop 131 I yang dihasilkan dengan metode pemisahan kolom kromatografi penukar ion dapat menjanjikan untuk diaplikasikan dalam pengobatan atau diagnosis kanker

Terna merupakan ide pusat dalam suatu cerita, atau merupakan pokok pikiran yang utama atau yang terpenting. Pokok pikiran utama dalam naskah Ma'rifatul Bayan ini,

Menurut Mrowec dengan peningkatan suhu maka atom oksigen yang teradsorbsi dapat menarik elektron dari daerah yang lebih dalam dengan ionisasi ganda (O 2- ), bahkan

2) Responden melakukan penilaian diri mengenai budaya keselamatan dengan menggunakan 5 skala likert. Skala 1 untuk nilai buruk, skala 2 untuk nilai kurang, skala 3 untuk

Maka dengan itu, pihak Majlis Agama Islam Kedah (MAIK) selaku pemegang amanah bagi tanah wakaf tersebut tidak boleh mempertikaikan soal hal ehwal pengambilan tanah wakaf kerana

Anak Usia Dini adalah anak dimana hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dengan bermain itulah Anak UsiaDini tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek yang