MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN
BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRIKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV
SD KANISIUS GANJURAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
KRISTINA RETNO WULANDARI NIM : 071134089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN
BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRIKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV
SD KANISIUS GANJURAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
KRISTINA RETNO WULANDARI NIM : 071134089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN MOTTO
âMintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan
mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimuâ
( Matius 7:7 )
âJangan biarkan setiap orang yang datang
padamu, pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih
bahagia. Jadilah ungkapan hidup dari kebaikan
Allah. Kebaikan dalam wajah, kebaikan dalam
mata dan kebaikan dalam senyum.
Halaman Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1.
Bapa, Yesus dan Bunda Maria yang slalu
menyertaiku setiap langkahku
2.
Ayah dan ibuku juga nenek tercinta. Kasih
sayang dan bimbinganmu senantiasa aku
rasakan dan tidak akan pernah pupus oleh
waktu
3.
Adikku Theresia Yully Dwi Astuti, yang aku
sayangi. Mbak akan berdoa agar adik akan
selalu bahagia di surga
4.
Andi Setyawan yang selalu mendukung dan menemani ku setiap
langkah
5.
Almamaterku Universitas Sanata
Dharma
6.
Keluarga dan sahabatku yang selalu
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 April 2011
Penulis
Kristina Retno Wulandari
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Kristina Retno Wulandari Nomor Mahasiswa : 071134089
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan Cacah dengan Menggunakan Media Matriks dalam Pembelajaran Matematika bagi Siswa Kelas IV SD Kanisius Ganjuran pada Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mangalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 11 April 2011 Yang menyatakan
ABSTRAK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN
BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRIKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV
SD KANISIUS GANJURAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Kristina Retno Wulandari UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2011
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian itu adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung hasil perkalian bilangan dengan menggunakan media matriks.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2010/2011. Penelitian Tindakan Kelas itu dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap dalam suatu siklus. Siklus ini terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. PTK ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan diakhir siklus diberi tes secara individu untuk mengetahui hasil belajar siswa selama dalam pelajaran matematika pokok bahasan perkalian dengan menggunakan media matriks. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan observasi, wawancara, dan tes. Teknik analisis data dengan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media matriks dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam perkalian bilangan dikelas IV SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2010/2011. Peningkatan keterampilan siswa ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada pretes 45,3 meningkat pada akhir siklus pertama menjadi 65,2 dan menjadi 75,61 pada akhir siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada pretes adalah 25%, pada akhir siklus I adalah 63%, dan pada akhir siklus II adalah 86%.
ABSTRACT
INCREASING THE NUMBER MULTIPLICATION SKILL BY USING MATRIX MEDIA IN MATHEMATICS LEARNING FOR THE FOURTH
GRADE STUDENTS IN SD KANISIUS GANJURAN ON FIRST SEMESTER IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011
By
Kristina Retno Wulandari Sanata Dharma University
2011
The usage of teaching media is suggested to be planned systematically in order to make the teaching process runs effectively.
The research is a Classroom Action Research. The subject of this research was all of the fourth grade students of SD Kanisius Ganjuran academic year 2010/2011. This classroom Action Research was conducted by doing the cycle analysis of the four steps that were planning, doing, observation,and reflecting in this classroom Action Research there were two cycles. There were two meetings in each cycle, and in the end of the cycle the students were given individually test to know the result of the student mastery of the multiplication material using matrix media. Data collection technique was observation. Data analysis techniques were descriptive qualitative and quantitative.
The result of the research showed that matrix media could be used to increase the fourth grade students. In number multiplication in SD Kanisius Ganjuran of academic year 2010/2011. The increase of the students skill snowed by the students average score of the pre-test were 45,3 increased in the end of the first cycle became 64,7 and became 75,8 in the end of the second cycle. Nevertheless the percentage of the students who were able to pass the âKKMâ of the pre-test was 25%, in the end of the first cycle was 63% and in the end of the second cycle was 80%.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih, karena berkat Kemurahan rahmat dan kasihnya, Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Lebih utama tugas ini dilakukan sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa kemampuan penguasaan bidang studi, memahami peserta didik, pembelajaran peserta didik dan pengembangan kepribadian.
Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
2. Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,
3. Drs. T. Wakiman, M. Pd. dan Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, arahan dan saran yang sangat berguna bagi penulis,
4. Para dosen, karyawan PGSD, dan petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang secara langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulis dapat menemukan buku sumber untuk penulisan skripsi ini. 5. Keluargaku Bapak, Mama, dan Simbok, pakdhe Jumadi yang selalu
memberikan kasih sayang yang tiada batasnya untuk aku selama ini sehingga aku tidak kekurangan apapun. Retno akan selalu sayang dengan kalian selamanya,
sampai saat ini. Engkau telah memberikan sentuhan indah dan kebahagiaan pada hari-hariku,
7. FX. Sukaryono A. Ma. Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan saya izin dan bantuannya sehingga sangat mendukung bagi penulis,
8. Guru-guru sejawat di SD Kanisius Ganjuran, yang telah memberikan semangat bagi penulis,
9. Petugas perpustakaan
10.Saudara-saudaraku tercinta, mas Ardi, mbak Risti, Dessy, Anis, Indra, Andreas, yang selalu menemaniku dan membantu aku saat aku susah maupun senang. Trimakasih
11.Teman seperjuanganku, Hestu dan Heni terima kasih atas kebersamaannya melalui suka duka dalam menyelesaikan skripsi ini, dan
12.Teman sejawat
Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal.
Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini karena terbatasnya kemampuan penulis. Besar harapan penulis dengan adanya penyusunan penulisan Skripsi ini semoga bermanfaat bagi siapa saja yang menaruh minat terhadap pendidikan budi pekerti.
Akhirnya penulis akan selalu menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Skripsi ini.
Yogyakarta, 11 April 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul . ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Motto ... . iv
Persembahan ... . v
Pernyataan Keaslian Karya ... vi
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vii
Abstrak ... viii
Abstract ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Definisi Operasional Variabel ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI ... 8
A. Hakikat Matematika ... 8
B. Pengertian Belajar Matematika ... 9
D. Keterampilan ... 18
E. Perkalian ... 19
1. Pengertian Perkalian ... 19
2. Perkalian Dasar ... 20
3. Perkalian Mendatar ... .. 21
4. Perkalian Bersusun ... 21
F. Keterampilan Perkalian ... 22
1. Pengertian Keterampilan Perkalian ... 22
2. Meningkatkan Keterampilan Perkalian ... 23
G. Media ... 24
1. Pengertian Media ... 24
2. Jenis-Jenis Media ... 26
3. Kriteria-kriteria dalam Memilih Media ... 28
4. Alasan Pemilihan Media Matriks ... 31
5. Media Matriks ... 31
6. Perkalian dengan Batang Napier ... 35
H. Perbedaan dan Persamaan Antara Media Matriks dengan Batang Napier ... 39
I. Penelitian yang Relevan ... 40
J. Kerangka Berfikir ... 40
K. Hipotesis Tindakan ... 41
BAB III. METODE PENELITIAN ... 43
A. Pendekatan Penelitian ... 43
B. Setting Penelitian ... 44
C. Model penelitian atau Rancangan Penelitian Tindakan ... 45
1. Rencana ... 46
2. Tindakan dan Observasi ... 47
3. Refleksi ... 48
4. Revisi Rancangan/Revies Plan ... 48
D. Teknik Monitoring dan Evaluasi ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Instrumen Penelitian ... 56
H. Teknik Analisis Data ... 61
I. Indikator Keberhasilan ... 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Observasi Awal ... 64
Pretes ... 65
B. Tindakan PenelitianâĶâĶâĶ 66
1. Siklus 1 ... 66
2. Siklus 2 ... 74
C. Pembahasan ... 79
D. Keterbatasan ... 85
BAB V. PENUTUP ... 86
A.Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkalian Batang Napier ... 36
Tabel 2.1 Rincian Soal Evaluasi Masing-masing Siklus I ... 59
Tabel 2.2 Rincian soal Evaluasi Masing-masing Siklus II ... 60
Tabel 3.1 Kisi-kisi tes Tertulis Siklus 1 ... 60
Tabel 3.2 Kisi-kisi tes Tertulis Siklus 2 ... 60
Tabel 4 Indikator Ketercapaian Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2 ... 61
Tabel 5 Hasil Analisis Nilai Pretes Keterampilan Perkalian Bilangan ... 65
Tabel 6 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 68
Tabel 7 Hasil Analisis Evaluasi Keterampilan Perkalian Bilangan Siklus I 72
Tabel 8 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
1.1 Silabus ... 92
1.2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 94
1.3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 96
1.4 RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 98
1.5 RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 100
Lampiran 2 2.1 Lembar Kerja Pretes ... 102
2.2 Kunci Jawaban Pretes ... 104
2.3 Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 1 ... 106
2.4 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 1 ... 109
2.5 Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 2 ... 111
2.6 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 2 ... 114
2.7 Lembar Evaluasi Siklus I ... 116
2.8 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus I ... 119
2.9 Lembar Kerja Siklus II Pertemuan 1 ... 121
2.10 Kunci Jabawan Lembar Kerja Siklus II Pertemuan 1 ... 124
2.11 Lembar Kerja Kelompok ... 126
2.12 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 129
2.13 Evaluasi Siklus II ... 131
2.14 Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 134
Lampiran 3 3.1 Data Nilai Pretes ... 136
3.2 Data Nilai Siklus I Pertemuan 1 ... 137
3.3 Data Nilai Siklus I Pertemuan 2 ... 138
3.4 Data Nilai Evaluasi Siklus I ... 139
3.5 Data Nilai Siklus II Pertemuan 1 ... 140
3.6 Data Nilai Siklus II Pertemuan 2 ... 141
3.8 Data Nilai Pretes, Evaluasi Siklus I, Evaluasi Siklus II ... 143
3.9 Data anggota Kelompok pada Siklus II Pertemuan 2 ... 144
Lampiran 4 4.1 Pedoman Wawancara ... 145
4.2 Lembar Wawancara ... 146
Lampiran 5 5.1 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 148
5.2 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 150
5.3 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 . 152 5.4 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 154
5.5 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 156
5.6 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 158
5.7 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 160
5.8 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 162
5.9 Hasil Wawancara Dengan Siswa ... 164
Lampiran 6 6.1 Contoh LKS Yang Dikerjakan Siswa ... 170
6.2 Surat Permohon Izin Penelitian Dari Kampus ... 190
6.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Sekolah ... 191
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu matematika sangatlah penting bagi kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, hendaknya setiap individu mampu mengerti dan memahami, juga mengaplikasi mata pelajaran matematika. Namun matematika sendiri bukanlah merupakan mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan orang. Bahkan para guru menyadari bahwa siswa juga mengalami hal yang sama. Menurut Suwarsono (1982), dalam Pendidikan Dasar maupun Sekolah Menengah para guru pada umumnya menyadari banyak konsep dan prinsip dalam matematika yang sulit dikuasai oleh siswa. Konsep dan prinsip yang tidak dikuasai tersebut, mengakibatkan siswa kurang memiliki keterampilan dalam menyelesaikan soal-soal dengan baik.
dibutuhkan.
Berdasarkan hasil observasi awal di kelas IV SD Kanisius Ganjuran Bambanglipuro, Bantul diketahui bahwa pada saat pembelajaran matematika berlangsung guru menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru menjelaskan materi yang telah disiapkan, siswa memperhatikan guru dan mengerjakan soal-soal. Sebagian siswa kurang menunjukkan ketertarikan terhadap matematika. Mereka cenderung tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, beberapa siswa menyibukkan diri berbicara dengan temannya, bermain, dan melakukan aktivitas yang menunjukkan ketidaktertarikan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Pada umumnya kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran Matematika disebabkan oleh anggapan bahwa Matematika itu sulit. Berawal dari anggapan inilah siswa merasa malas dan enggan belajar matematika, terutama bagi siswa Sekolah Dasar (SD) yang masih dalam berpikir konkrit. Kesulitan belajar Matematika juga dapat disebabkan pembelajaran kurang bermakna, siswa belum aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika masih lemah.
matematika sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 60. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu memahami materi perkalian.
Upaya meningkatkan keterampilan pada pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan berbagai media pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan operasi hitung perkalian bilangan cacah dapat mudah dipahami. Kenyataan di lapangan masih banyak siswa yang kurang terampil dalam mengerjakan operasi hitung perkalian bilangan cacah yaitu perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka maupun bilangan yang lebih besar. Hal ini bisa disebabkan karena siswa masih belum hafal hasil perkalian dasar bilangan 0 sampai 9, maupun kurang teliti dalam pengerjaan hitung perkalian bilangan cacah.
Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran matematika adalah guru dapat menggunakan media yang dapat membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan. Media matriks, merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar aktif kepada siswa. Media matriks merupakan media yang dapat digunakan untuk mendampingi siswa dalam menemukan hasil perkalian dengan benar dalam waktu yang cepat.
Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul dalam pembelajaran matematika, maka peneliti merasa tertarik untuk menerapkan media matriks sebagai salah satu upaya untuk Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan Cacah dengan Menggunakan Media Matriks dalam Pembelajaran Matematika bagi Siswa Kelas IV SD Kanisius Ganjuran pada Semester 1 Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang nantinya akan menempuh ujian. Dengan harapan melalui penerapan media ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilannya dalam mengerjakan soal-soal ujian dan akhirnya mampu mencapai hasil belajar yang lebih baik.
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah, maka beberapa masalah yang masih dihadapi siswa adalah:
1. Siswa masih merasa kesulitan/ketakutan saat mengikuti pelajaran matematika.
2. Siswa kurang terampil dalam menghitung perkalian bilangan cacah terutama bilangan dua angka dengan bilangan dua angka maupun bilangan yang lebih besar.
Agar lebih terarah dan sesuai dengan tujuan maka penelitian ini dibatasi mengenai pembelajaran matematika degan menggunakan media matriks untuk meningkatkan keterampilan perkalian bilangan cacah yaitu perkalian antara bilangan dua angka dengan bilangan dua angka maupun bilangan yang lebih besar bagi siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul.
D. Rumusan masalah
Pembelajaran yang akan diteliti dibatasi pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media matriks, sedangkan materinya dibatasi pada materi menghitung hasil perkalian suatu bilangan. Kompetensi dasar: melakukan operasi perkalian dan pembagian. Oleh karena itu masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Apakah keterampilan siswa dalam menghitung hasil perkalian bilangan cacah dapat meningkat setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media matriks?
E. Tujuan penelitian
1. Bagi peneliti sendiri
a. Dapat membuka wawasan baru tentang media pembelajaran yang dapat digunakan khususnya pada perkalian bilangan.
b. Memiliki alternatif dalam penggunaan media pembelajaran.
2. Bagi siswa
Siswa lebih terbantu dalam menghitung hasil perkalian bilangan, sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari hasil kali bilangan.
3. Bagi guru lain
a. Dapat mengetahui efektifitas penggunaan media yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
b. Dapat termotivasi untuk melakukan penelitian maupun pembelajaran dengan media yang sama ataupun media yang lain, pada mata pelajaran yang lain, materi yang lain, dan di kelas yang lain pula.
G. Definisi Operasional Variabel 1. Keterampilan Perkalian Bilangan
disesuaikan dengan materi perkalian bilangan. 2. Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan
Keterampilan perkalian bilangan dapat meningkat, apabila siswa dapat mengerjakan perkalian antar bilangan dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang sebelumnya dan hasil tes yang diperoleh siswa lebih tinggi dibandingkan pada hasil tes sebelumnya.
3. Media Matriks
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
Definisi dari matematika tidak dapat diterangkan secara pasti dan singkat.
Banyak pendapat yang dapat mengungkapkan pengertian matematika, dimana
satu sama lain saling melengkapi.
Poewodarminto (1995:6), mata pelajaran matematika adalah kumpulan
bahan kajian dan simbolik yang terbagi dalam aritmatika, aljabar, geometri,
trigonometri, statistik dan kalkulus, yang memberi bekal kemampuan kepada
manusia untuk berpikir logis dan kritis.
Menurut Ruseffendi (1980:15), matematika dalam bekal studi yang dapat
membantu pembentukan pribadi agar mempunyai bersifat kritis, kreatif,
ilmiah, jujur, hemat, disiplin, dan tekun. Matematika merupakan salah satu
bidang eksakta yang paling mendasar, salah satu fungsi matematika adalah
sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki objek dasar
dalam mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Jujun S. Sumantri (1985:63), matematika adalah bahasa yang
dilambangkan dengan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Lambang-lambang matematika secara finansial yang baru,
mempunyai arti setelah sebuah makna yang diberikan kepadanya, tanpa itu
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
bahasa yang dilambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan hingga dapat membantu dalam pembentukan pribadi siswa yang
bersifat kritis, kreatif, ilmiah, jujur, hemat, disiplin, dan tekun yang terbagi
dalam aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, statistik dan kalkulus.
B. Pengertian Belajar Matematika
Dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Jadi berhasil tidaknya suatu tujuan
belajar mengajar sangat tergatung pada proses belajar yang dialami oleh
siswa.
Berikut ini akan dibahas tentang pengertian belajar matematika,
prinsip-prinsip belajar matematika, dan faktor-faktor belajar juga kemampuan
berhitung.
1. Pengertian Belajar Matematika
Ada beberapa pengertian dari belajar. Menurut Winkel (1996: 53),
belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Morgan (Purwanto 1984: 90)
mengartikan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif menetap dalam
Menurut Gagne (Tambunan, 1987:325), belajar matematika
mempunyai dua objek, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung.
Objek langsung adalah belajar matematika dengan menggunakan
benda-benda kongkret (yang dapat langsung dilihat oleh siswa). Sedangkan
belajar matematika dengan objek yang tidak langsung adalah
kemampuan menyelidiki dan kemampuan memecahkan masalah sendiri,
bersikap positif terhadap matematika, tahu bagaimana belajar, dan
operasi terhadap struktur matematika. Objek langsung belajar
matematika merupakan materi dari pelajaran matematika itu sendiri.
Menurut Gagne belajar matematika meliputi fakta, keterampilan, konsep,
dan aturan, sehingga apabila terjadi kesulitan dalam mempelajari
keempat objek tidak langsung tersebut.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses ditimbulkannya/diubahnya perilaku seseorang (misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu) yang bersifat relatif menetap sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun
lingkungan masyarakat dengan menggunakan objek langsung maupun
2. Prinsip-Prinsip Belajar Matematika
Ada beberapa prinsip belajar yang dijadikan suatu pegangan
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Menurut Tabrani, dkk
(1992: 20), prinsip-prinsip belajar tersebut adalah:
a. Prinsip motivasi
Motiv adalah daya dari dalam pribadi seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Pendidik harus selalu
menyelidiki motiv pendorong dari dalam diri seorang siswa yang
rajin belajar maupun dari diri siswa yang malas belajar. Di sini
pendidik hendaknya berperan sebagai pendorong atau motivator,
motivasi dibagi menjadi dua yaitu: motivasi dari diri siswa (internal)
dan motivasi dari luar diri siswa (eksternal). Motivasi dalam diri
siswa dapat diciptakan dengan menimbulkan perasaan ingin tahu,
sikap, minat dan keinginan untuk mencoba, sedangkan motivasi dari
luar diri siswa dapat dilakukan dengan memberikan pujian,
penugasan untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Motivasi sangat
menentukan hasil belajar karena tanpa adanya motivasi, prestasi yang
dicapai oleh siswa tidak dapat maksimal.
b. Prinsip latar atau konteks
Siswa mempelajari suatu objek yang baru, dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung.Oleh karena itu pendidik harus
pengalaman apa yang telah dimiliki oleh para siswa. Perolehan ini
dihubungkan dengan tahap pelajaran baru yang akan dipelajari oleh
siswa, misalnya seorang pendidik yang akan mengajarkan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 50, maka sebaiknya
pendidik mengaitkan dengan pengalaman para siswa dengan suatu
alat yang kongkret seperti: lidi, sedotan, kerikil, gambar tiruan, yang
ada di sekolah dan sekitar rumahnya sehingga para siswa akan lebih
mudah menangkap dan memahami bahan pelajaran yang baru.
c. Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi
Dalam belajar siswa harus dilatih untuk bekerjasama dengan
teman-teman sebaya, dapat berkomunikasi dengan teman-teman
sebaya, pendidik maupun orang tua, dapat menghargai perbedaan
pendapat, misalnya dengan diskusi suatu masalah matematika.
Latihan kerjasama, berkomunikasi, menghargai pendapat sangat
penting dalam proses pembentukan kepribadian siswa dan dapat
membantu proses belajar mengajar sehingga dapat tercipta
pembelajaran yang menyenangkan.
d. Prinsip perbedaan perseorangan atau individu
Setiap siswa mempunyai perbedaan perorangan, misalnya: dalam
hal kepintaran, kegemaran, bakat, sikap, kebiasaan, maupun latar
belakang keluarga. Maka seorang pendidik tidak boleh
perbedaan setiap siswa dipelajari dan dimanfaatkan dengan tepat
keberhasilan belajar siswa dapat dikembangkan
e. Prinsip menentukan
Para pendidik tidak perlu memberikan seluruh informasi kepada
siswa. Namun berilah kesempatan pada diri siswa, untuk mencari
dan menentukan sendiri informasi tersebut dengan yang ada di
dalam diri siswa. Informasi yang benar-benar mendasar dan
memancing siswa untuk âmenggaliâ informasi yang lain. Jika siswa
diberikan peluang untuk mencari dan menentukan sendiri maka
mereka dapat membuat kegiatan belajar yang tidak membosankan.
f. Prinsip memecahkan masalah
Seluruh kegiatan siswa terarah jika didorong untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan tersebut para siswa
dihadapkan pada situasi bermasalah agar mereka dapat peka untuk
mencari cara melihat masalah, merumuskan masalah, dan
memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan siswa.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Matematika
Prinsip-prinsip belajar hanyalah sebagai petunjuk umum untuk
belajar. Apabila tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara
belajar juga harus berbeda. Contohnya: belajar untuk memperoleh sikap
dapat kita lihat (bersifat kongkret), sedangkan perubahan/perkembangan
pengetahuan tidak dapat dilihat secara langsung (bersifat tidak kongkret).
Oleh karena itu belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor
kondisi yang ada.
Menurut Tabrani, dkk (1992:23), faktor-faktor belajar adalah:
a. Siswa harus melakukan banyak kegiatan dengan melibatkan panca
indera mereka, seperti melihat, mendengar, meraba/memegang,
merasakan, maupun mencium dan juga kegiatan yang diperlukan
untuk memperoleh pengetahuan sikap, kebiasaan, minat dan lain-lain.
b. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan
pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa besar peranannya dalam
proses belajar mengajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi
dasar untuk menerima pegalaman-pengalaman baru dan
pengertian-pengertian baru.
c. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap dalam kegiatan belajar
akan lebih mudah dan berhasil.
d. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat dapat mendorong
siswa untuk belajar lebih baik daripada yang belajar tanpa minat.
Karena hanya siswa yang dapat mengembangkan minat belajarnya,
dan orang lain tidak dapat melakukannya karena minat merupakan
masalah pribadi. Minat ini dapat timbul apabila siswa tertarik dengan
sesuatu yang makna dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
Namun apabila minat itu tidak disertai dengan usaha yang baik maka
belajar juga sulit berhasil.
e. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar. Misalnya badanya lemah/lemas
maupun sakit dapat menyebabkan perhatian siswa atau konsentrasi
siswa tidak maksimal. Oleh karena itu faktor fisiologis sangat
menentukan berhasil tidaknya siswa belajarnya.
f. Faktor intelektual. Siswa yang cerdas dapat lebih berhasil dalam
kegiatan belajar karena siswa lebih mudah menangkap dan
memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat pelajaran. Siswa
yang cerdas lebih mudah berfikir kreatif dan cepat mengambil
keputusan.
C. Kemampuan Berhitung
Menurut Pandoyo (1977: 19), berhitung merupakan cabang matematika
yang berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan dengan perhitungan
terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
Secara sistematis alur operasi hitung adalah:
Penjumlahan Pengurangan
Perkalian Pembagian
Perpangkatan Penarikan akar
Penarikan logaritma
: Berkebalikan
: Berulang
Penjumlahan merupakan dasar operasi hitung. Pengurangan berkebalikan
dengan penjumlahan. Pembagian berkebalikan dengan perkalian. Penarikan
akar dan penarikan logaritma, masing-masing berkebalikan dengan
perpangkatan. Perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Perpangkatan
adalah perkalian yang berulang-ulang sedangkan pembagian adalah
pengurangan yang berulang-ulang (Hirdjan, 2002:3).
Operasi-operasi tersebut memiliki kaitan yang cukup erat. Oleh karena
itu pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi yang satu akan
mempengaruhi pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi
lainnya.
Kemampuan siswa dalam menghitung yang mengandung aljabar
seperti SMP, SMA, dan sampai di perguruan tinggi. Dalam hal ini siswa
dapat melakukan perhitungan-perhitungan dengan cepat dan tepat sehingga
prestasi belajar siswa akan semakin tinggi. Selain itu keterampilan siswa
dalam menghitung juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Materi perkalian diberikan mulai di kelas rendah yakni di kelas II dan
kelas III, dan akan semakin didalami di kelas tinggi. Di kelas II perkalian
dimulai di semester II dengan tema tumbuhan dan hewan, dengan Standar
Kompetensi: melakukan perkalian bilangan sampai dua angka, dan
Kompetensi Dasar: melakukan perkalian bilangan yang hasilnya dua angka.
Di kelas III dengan Standar Kompetesi: melakukan operasi hitung tiga angka,
dan Kompetensi Dasar: melakukan perkalian yang hasil bilangannya tiga
angka dan pembagian bilangan tiga angka, di mana siswa diminta untuk
mengubah bentuk perkalian menjadi pembagian dan bentuk pembagian
menjadi perkalian serta memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan
perkalian dan pembagian.
Dalam hal ini kemampuan siswa dalam menghitung yang dimaksud
adalah kemampuan siswa SD (Sekolah Dasar) dalam menghitung hasil
perkalian bilangan.
Misalnya
1. 25 x 6 =âĶâĶ.
D. Keterampilan
Keterampilan artinya sama dengan kecepatan, terampil. Pengertian
keterampilan biasanya lebih ditujukan pada hal-hal yang bersifat
kegiatan-kegiatan/dapat berupa perbuatan yang dapat menghasilkan karya dan dapat
dijadikan bekal hidupnya.
Sastro Winoto (1987: 24) mengemukakan bahwa yang dimaksud
keterampilan adalah gerakan reflek yang bersyarat, syaratnya adalah telah
terbentuknya alur reflek dengan cara melatih diri untuk
berkonsentrasi/membuang kegiatan syarat yang tidak mengarah pada
keterampilan yang dapat ia miliki. Misalnya seseorang tidak akan
mengembangkan keterampilan yang negatif, seperti: mencopet, mencuri.
Menurut Julius (1995: 9), keterampilan adalah koordinasi motorik yang
mendorong seseorang secara otomatis menggerakkan anggota badan untuk
melaksanakan berbagai jenis pekerjaan dengan menggunakan kemampuan
khusus.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
adalah suatu kegiatan/perbuatan yang dapat menghasilkan sebuah karya yang
dapat terbentuk dari alur reflek yang ada pada diri seseorang sehingga
E. Perkalian
Perkalian merupakan salah satu operasi hitung dalam matematika. Berikut
ini akan dijelaskan tentang pengertian perkalian, perkalian dasar, dan perkalian
bersusun.
1. Pengertian Perkalian
Operasi perkalian didefinisikan sebagai
a x b = n (A x B) dimana A x B = {(a, b) | a A dan b B})
Dengan syarat a = n (A)
b = n (B)
a dan b adalah dua bilangan cacah.
A dan B adalah dua himpunan berhingga.
Definisi kedua, apabila a dan b adalah bilangan cacah maka:
a x b = b + b + b +âĶ + b.
Penjumlahan berulang b sebanyak suku a. bentuk perkalian a x b
2. Perkalian Dasar
Perkalian di SD mulai diajarkan di kelas II semester 2. Sebagai
pemula agar pembelajaran menjadi bermakna dan dapat memberikan
kecakapan hidup, perlu adanya pendekatan kontekstual yang
permasalahannya diambilkan dari cerita yang dekat dengan konteks
kehidupan peserta didik. Perkalian merupakan topik yang sangat penting
dalam pembelajaran matematika karena sering dijumpai terapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti halnya operasi yang lain, pembelajaran
perkalian dipilah menjadi dua hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian
lanjut. Perkalian dasar adalah perkalian bilangan satu angka dengan
bilangan satu angka. Sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian yang
melibatkan paling tidak bilangan dua angka dengan bilangan dua angka.
Secara matematika yang dimaksud dengan perkalian adalah
penjumlahan berulang dari bilangan-bilangan yang sama pada setiap
sukunya.
Di SD, perkalian pertama yang diajarkan adalah perkalian dengan
hasil sampai dengan 45. Itu berarti terkali adalah bilangan 1 sampai
dengan 5, sedangkan pengalinya adalah bilangan-bilangan dari 0 sampai
dengan 9. Urutan mana yang didahulukan tidak begitu penting, yang
3. Perkalian mendatar
Untuk menyelesaikan perkalian bilangan bilangan satu angnaka dengan
bilangan tiga angka dengan menggunakan cara mendatar.
Langkah mengerjakan perkalian mendatar
7 x 395 = 7 x (300 + 90 + 5)
= (7 x 300) + (7 x 90) + (7 x 5)
= 2.100 + 630 + 35
= 2.000 + 100 + 600 + 30 + 35
= 2.000 + 700 + 65
= 2.765
(Sunardi, dkk, 2008: 24)
4. Perkalian Bersusun
Langkah mengerjakan perkalian bersusun
Contoh: Perkalian bilangan satu angka dengan bilangan tiga angka
a. Cara bersusun panjang
395
7 x
35 Diperoleh 7 x 5 satuan
630 Diperoleh dari 7 x 9 puluhan
2100 + Diperoleh dari 7 x 3 ratusan
b. Cara bersusun pendek
63 â disimpan
395
7 x 2765
(M. Khafid dan Suyati, 2004:30)
F. Keterampilan Perkalian
1. Keterampilan Perkalian
Keterampilan perkalian adalah suatu prosedur atau aturan untuk
mendapatkan atau memperoleh suatu hasil perkalian. Misalnya saja kita
diminta untuk menentukan hasil dari 34 x 46 tanpa menggunakan
kalkulator. Prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh
hasil 34 x 46 dengan menggunakan perkalian besusun ataupun dengan
menggunakan media matriks (Shadiq Fadjar, 2008: 5).
Keterampilan perkalian adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap
anak di dalam mereka mengerjakan suatu persoalan perkalian. Cepat
tidaknya siswa mengerjakan soal, dan benar tidaknya soal yang
dikerjakan siswa, ini sangat mempengaruhi keterampilan yang telah
dimiliki siswa, khususnya dalam perkalian.
Seorang siswa dinyatakan belum menguasai keterampilan jika ia
tidak menghasilkan suatu penyelesaian yang benar atau tidak dapat
contoh siswa A dinyatakan belum menguasai keterampilam mengalikan
jika pada langkah mengalikan pertama ia mengalikan 3 dengan 6. Begitu
juga dengan siswa B dinyatakan belum menguasai keterampilan
mengalikan jika ia sudah betul mengalikan 4 x 6 = 24, namun ia
menuliskannya angka 2-nya dan menyimpan angka 4-nya di dalam
pemikirannya.
2. Meningkatkan Keterampilan Perkalian
Siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu yang baru,
maka iapun akan memperoleh keterampilan yang baru pula.
Keterampilan matematika dapat meningkat apabila siswa secara teratur
berlatih perkalian.
Keterampilan perkalian dapat pula meningkat, apabila siswa telah
mengetahui dan dapat menggunakan media matriks dengan baik.
Karena itu siswa harus mempelajari prosedur, aturan, maupun
langkah-langkah yang harus mereka lakukan pada saat menggunakan media
matriks. Di samping itu, siswa harus sudah hafal dan mengerti hasil
perkalian dasar. Karena apabila siswa belum hafal dengan hasil
perkalian dasar, maka hal tersebut dapat menghambat dia dalam
mengerjakan soal perkalian. Sehingga keterampilan siswapun tidak
Media matriks ini dapat digunakan siswa tanpa merasa takut pada
besarnya bilangan-bilangan yang harus mereka kalikan. Namun dengan
menggunakan media matriks ini siswa bisa bermain dengan
angka-angka untuk mencari hasil kali bilangan.
G. Media
1. Pengertian Media
Komunikasi antara guru dan siswa yang berwujud pergaulan
memungkinkan terjadinya proses pendidikan. Di dalam pendidikan
modern, media komunikasi bukanlah barang yang mewah atau
mengejutkan. Di mana salah satu syarat untuk berhasilnya suatu
pembelajaran ialah dengan media yang baik dan tepat. Hal ini dapat
terjadi dalam pendidikan formal, informal, maupun non formal yang biasa
yang diberi mana media pendidikan.
Dalam dunia pendidikan atau pengajaran hal tersebut dinamakan alat
peraga: istilah ini akhirnya di dalam pendidikan disebut media
pendidikan, ada pula yang menyebut audio visual aid (AVA: alat bantu
pandang dengar). Sesuai dengan namanya maka fungsinya membantu
proses belajar mengajar melalui penglihatan dan pendengaran. Jangan
sampai AVA ini justru mengganggu tercapainya tujuan pembelajaran
Media pengajaran adalah suatu alat yang dapat mengkomunikasikan
antara pelajaran yang diberikan oleh pendidik dan siswa yang menerima
pelajaran. Menurut Winkel (1996:285), media pengajaran adalah suatu
suasana (non personal/bukan manusia) yang digunakan atau disediakan
oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan instruksional.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990: 6-7), peranan media
dalam proses pengajaran dapat ditujukan sebagai:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru
menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru
sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.
b. Alat untuk mengangkut/menimbulkan persoalan untuk mengkaji lebih
lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya, paling
tidak pendidik dapat menempatkan media sebagai pertanyaan atau
stimulasi belajar siswa.
c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan
bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa dan individual maupun
kelompok. Dengan demikian media banyak membantu tugas pendidik
dalam kegiatan belajar mengajar.
Walaupun demikian, media sebagai alat/sumber pengajaran tidak bisa
menggantikan pendidik sepenuhnya. Artinya media tanpa pendidik suatu
pendidik masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua
bahan pengajaran yang diperlukan oleh siswa.
2. Jenis-Jenis Media
Menurut Winkel (1996:287), ada beberapa sistematika pengkatagorian
jenis-jenis media pengajaran, salah satu sistematika yang dapat digunakan
adalah:
a. Media visual yang tidak menggunakan proyektor, misalnya papan tulis,
buku pelajaran, papan yang ditempeli gambar dan tulisan (display
board), lembaran kertas yang dapat diganti-ganti (flip charts), kliping
dari suratkabar atau majalah, poster atau model berskala besar atau
kecil.
b. Media visual dengan menggunakan proyektor, misalnya: film, kaset,
video, proyektor untuk memantulkan hal dalam buku pada sebuah layar
atau siaran televisi pendidikan.
c. Media audiktif, misalnya gramofon, kaset yang berisikan ceramah atau
wawancara dengan seseorang, kaset dengan ucapan bahasa asing,
musik, dan siaran radio.
d. Media kombinasi visual audiktif yang diciptakan sendiri, seperti
serangkaian dia atau slide yang dikombinasikan dengan kaset audio/
diproduksi oleh perusahaan seperti disket video dan program komputer
e. Media matriks, dengan menggunakan tabel yang berbentuk persegi
(petak-petak) yang didalamnya diberi bilangan yang dapat dipakai
untuk mempermudah dalam menghitung hasil perkalian.
Menurut Winarno Surakhmad (1980:140), ada 3 (tiga) golongan
alat-alat pengajaran, ditinjau dari tingkat pengalaman siswa yaitu:
a. Alat-alat yang merupakan pengalaman siswa yaitu benda-benda real/
yang dipakai manusia dalam kehidupan sehari-hari.
b. Alat-alat yang merupakan benda-benda pengganti, sering kali dalam
bentuk tiruan benda yang sebenarnya. Benda-benda pengganti ini
berfungsi sebagai alat-alat pengajaran bila mana karena suatu sebab
benda ini lebih praktis digunakan dari pada benda-benda yang
sebenarnya.
c. Bahasa, baik bahasa lisan maupun tulis. Bahasa memberikan
pengalaman verbal yang tinggi tingkat abstraksinya dibandingkan
dengan golongan alat yang terdahulu.
Menurut Winkel (1996: 286), pada umumnya media pengajaran dapat
digunakan untuk:
a. Merekam atau menyimpan data/informasi, misalnya bunyi suara
berbagai jenis burung dapat direkan dalam bentuk kaset recorder.
b. Memanipulasi aneka obyek, misalnya proses pembagian sel-sel pada
tumbuh-tumbuhan dapat diperlihatkan pada film dengan mempercepat
c. Menyebarluaskan data/informasi, misalnya melalui siaran televisi,
yang disalurkan lewat satelit komunikasi dapat diketahui dengan cepat
apa yang sedang terjadi di negara lain.
d. Mendampingi siswa dalam mengelola mata pelajaran baru atau
mengulang kembali materi pelajaran lama sehingga dimungkinkan
siswa belajar mandiri untuk memperoleh pemahaman yang lebih
dalam dan luas.
3. Kriteria-Kriteria dalam Memilih Media
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990:4-6), dalam
pemilihan media untuk pengajaran sebaiknya memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran
dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
Tujuan-tujuan instrusional yang berisikan unsur pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, lebih memungkinkan digunakannya
media pengajaran.
b. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pengajaran
yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat
memerlukan media agar mudah dipahami oleh siswa.
c. Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang
diperlukan mudah didapat, setidak-tidaknya mudah dibuat pendidik
tanda biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis
penggunaannya.
d. Keterampilan pendidik dalam menggunakannya, apapun jenis media
yang diperlukan syarat utama adalah pendidik dapat
menggunakannya dalam proses pembelajaran, nilai dan manfaat
yang diharapkan bukan medianya tetapi dampak dari penggunaan
oleh pendidik pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan
lingkungan. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat
canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, apabila pendidik
tidak dapat menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
dimanfaatkan bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
e. Tersedianya waktu untuk berfikir, memilih media untuk pendidikan
dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga
makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.
Menyajikan grafik yang berisi data dan angka/proporsi dalam
bentuk persen bagi siswa SD di kelas rendah tidak ada manfaatnya.
Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian
juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau
prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
Dengan kriteria pemilihan di atas, pendidik dapat lebih mudah
menggunakan media mana yang dianggap paling tepat, dan untuk
media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit
tugas pendidik, tetapi harus sebaliknya yakni, mempermudah tugas
pendidik dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu, media
bukanlah keharusan tetapi sebagai pelengkap, jika dipandang perlu untuk
mempertinggi kualitas belajar-mengajar.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1996: 6), dalam
hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya
pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:
a. Perhatian siswa terhadap pegajaran sedang berkurang akibatnya
kebosanan mendengarkan uraian pendidik. Penjelasan/penuturan
secara verbal oleh pendidik mengenai bahan pengajaran biasanya
sering membosankan apalagi bila cara pendidik menjelaskan kurang
menarik. Dalam situasi ini tampilan media akan mempunyai makna
bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar pada
siswa.
b. Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.
Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media
untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran.
Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar,
grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan
4. Alasan Pemilihan Media Matriks
a. Cara membuatnya mudah dan murah.
b. Dalam penggunaannyapun tidak sulit sesuai dengan taraf fikir siswa.
c. Dapat digunakan dalam proses pembelajaran karena waktu yang
digunakan saat siswa menggunakan media itu tidak terlalu lama
bahkan lebih efisien.
5. Media Matriks
a. Pengertian Media Matriks
Perkalian model matriks ini dapat dibuat dari papan atau triplek
dan bisa pula dari kertas yang tebal, kemudian dibuat petak-petak
seperti matriks. Selanjutnya media ini dibentuk sedemikian rupa
sehingga bisa ditempeli angka-angka. Dalam setiap petak dibagi
menjadi dua menurut diagonal. Pembuatan diagonal ini digambar dari
sudut kanan atas ke kiri bawah.
b. Kelebihan Media Matriks
1) Media matriks ini dapat digunakan siswa SD baik siswa kelas
rendah maupun siswa kelas tinggi. Sebab mereka dapat belajar
perkalian sambil bermain.
2) Siswa dapat menghafal perkalian bilangan cacah mulai dari 0
c. Kekurangan Media Matriks
1) Dalam penggunaanya agak rumit karena siswa harus membuat
petak-petak seperti matriks.
2) Dalam menjumlahkan hasil perkalianpun terbilang rumit karena
siswa menjumlahkan menyamping menurut garis diagonal.
d. Manfaat Media Matriks
Menurut Latuheru (1988:23), manfaat media matriks bagi siswa
adalah:
1) Media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian siswa
terhadap materi pelajaran yang disajikan.
2) Media pembelajaran mengurangi bahkan menghilangkan
verbalisme
3) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar
berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi dari siswa.
4) Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar
yang sulit diperoleh dengan cara yang lain.
5) Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan
waktu, misalnya benda/sesuatu yang diajarkan terlalu besar untuk
dibawa ke kelas, maka dapat juga dipergunakan model,
6) Media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran
siswa secara teratur tentang hal yang mereka alami, misalnya film
tentang kejadian, rangkaian dan urutan kejadian yang mereka
lihat itu akan dapat mereka pelajari secara berkelanjutan/kontinu.
7) Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengatasi
hal-hal yang sulit terlihat oleh mata misalnya bakteri, amuba, sel-sel
yang semua hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop
atau dapat diperlihatkan dengan menggunakan gambar dari
benda-benda tadi.
e. Penggunaan Media Matriks
Keterangan:
1) Petak 1, 2 merupakan letak bilangan pengali.
2) Petak 3, 4 merupakan letak bilangan terkali.
1 2 X
a
5 7 3
b
9 11
4
c d
10 12
6
3) Petak 5 dan 6 adalah hasil kali dari petak 1 dan 3, di mana puluhan
ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah garis
diagonal.
4) Petak 7 dan 8 adalah hasil kali dari petak 2 dan 3, di mana puluhan
ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah garis
diagonal.
5) Petak 9 dan 10 adalah hasil kali dari petak 1 dan 4, di mana
puluhan ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah
garis diagonal.
6) Petak 11 dan 12 adalah hasil kali dari petak 2 dan 4, di mana
puluhan ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah
garis diagonal.
7) Petak a, b, c, d tempat hasil akhir setelah melalui proses
penjumlahan secara menyamping ke bawah menurut arah garis
diagonal.
8) Petak X adalah petak penunjuk operasi perkalian.
9) Untuk bilangan yang hasil kalinya hanya satu angka maka
dibubuhi angka nol di sebelah kiri angkanya. Contoh: 1 x 8 = 08
10) Hasil perkalian ditulis dari kolom paling kiri dari atas ke bawah
Contoh soal:
1) 78 x 59 =....
7 8
X
4
3 4
5
6
6 7
9
0 2
Jadi hasil 78 x 59 = 460
2) 65 x 496 = âĶ.
6 5 X
3 2 2 4
3
5 4
9
2 3 3 6
4 0
Jadi hasil dari 65 x 496 = 3320
6. Perkalian dengan Batang Napier
John Napier (1950-1617) dalam jurnal Siti Aminatun (2008:84)
menyuguhkan sebuah alat untuk melakukan perkalian yang disebut dengan
Batang Napier (Napier Bones atau Napier Rods) dan menjadi terkenal di
jamannya. Alat tersebut menggunakan prinsip perkalian desimal yang telah
dikenal di Arab melalui apa yang dinamakan lettece diagram
3 2
5 0
Tabel 1. Perkalian Batang Napier
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 1 1 1 2 2 2 0
4 0 0 1 1 2 2 2 3 3 0
5 0 1 1 2 2 3 3 4 4 0
6 0 1 1 2 3 3 4 4 5 0
7 0 1 2 2 3 4 4 5 6 0
8 0 1 2 3 4 4 5 6 7 0
9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0
Sebuah Batang Napier terdiri atas petak-petak, dengan baris paling atas
menunjukkan bilangan pengali, kolom paling kiri merupakan terkali, sedangkan
diagonal yang membagi menjadi dua merupakan hasil perkalian bilangan dasar 2
1
2 4 6
3 4 5 6 7 8 9 0
8 0 2 4 6 8 0
3 6 9
2 5 8 1 4 7 0
0 5 0 5 0
2 6 0
8
2 6 0 4
5 0 5
6 8 4 0
0
6 2 8 4 0
5 0
6 3
0 8
4
6 4
3 2 1 0
2 2
5 2 9
8 8
1
4 2 0
5 4
8 6
8 7 6
4
tersebut dengan bilangan 1-9 di mana satuan diletakkan di bagian bawah diagonal
sedang puluhan di bagian atas diagonal.
Contoh soal:
1. 8 x 6 = âĶ
Hasil perkalian dari 6 x 8 = 48.
2) 26 x 7 =âĶ..
Hasil dari perkalian 26 x 7 = 182
Hasil perkalian adalah angka yang dicetak tebal
2 6
1
2
0 1
3
0 1
4 0 2 5 1 3 6 1 3 7 1 4 8
1 4
9 1 5 0 0 2 6
4 2
6 8
8 4
4 8
6 8
4 2
H. Perbedaan dan Persamaan Antara Model Matriks dengan Batang Napier.
Kedua media ini, sama-sama untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan soal perkalian antara dua bilangan dengan dua angka, maupun
dengan dua bilangan dengan tiga angka, dan bilangan yang lebih besar. Media
itu juga dapat digunakan untuk mencari hasil perkalian dari perkalian dasar
maupun untuk perkalian lanjut. Media ini dapat digunakan untuk kelas rendah
(kelas III) maupun kelas atas (kelas IV-VI). Media ini dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya matematika. Cara
menggunakan media inipun tidak jauh beda.
Perbedaan media matriks dengan media batang Napier adalah letak angka
pengali dan terkali pada petak-petak yang digunakan untuk menghitung hasil
perkalian. Media matriks, baris paling atas digunakan untuk menulis faktor
pengali, sedangkan untuk kolom paling kanan digunakan untuk menulis
faktor yang dikalikan. Sedangkan pada batang Napier faktor pengali
diletakkan dibaris paling atas dan faktor yang dikalikan diletakkan di kolom
paling kiri.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media matriks
karena media matriks jauh lebih mudah dalam penggunaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Luki Rahmawati pada tahun 2009 tentang
â Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Perkalian Model Matrik Terhadap
Kemampuan Menghitung Hasil Kali Pada Siswa Kelas III SDN Balun 3
Cepu.â, menyimpulkan bahwa penggunaan media matrik di kelas III SDN
Balun 3 Cepu dapat meningkatkan prestasi siswa yang lebih baik dari pada
tidak menggunakan alat peraga pada pokok bahasan perkalian, hal ini dapat
dilihat dengan hasil uji t hit sebesar 1,815.
J. Kerangka Fikir
Salah satu materi matematika yang bersifat abstrak adalah perkalian
bilangan. Perkalian bilangan yang selama ini diajarkan menggunakan
pengertian dari penjumlahan yang berulang. Hal ini menyebabkan anak sering
melakukan kesalahan dalam menentukan hasil kali. Ada anak yang
melakukan penjumlahan dengan menggunakan turus sebanyak bilangan yang
akan dikalikan dan bilangan pengalinya. Sehingga banyak menyita waktu dan
banyak kemungkinan melakukan kesalahan di tengah proses menghitungnya.
Bila terjadi kesalahan dalam menjumlahkan bilangan, mereka harus
mengulang kembali dari awal.
Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menggunakan media berhitung
perlu menjumlahkan bilangan yang dikalikan secara berulang-ulang sehingga
dapat menghemat waktu. Dengan menggunakan media matriks siswa tidak
lagi merasakan takut dengan perkalian dua bilangan dua angka atau dua
bilangan tiga angka, ataupun perkalian bilangan yang lebih besar karena
mereka melakukan hal tersebut seperti melakukan permainan. Namun siswa
harus hafal perkalian dasar terlebih dahulu, sehingga dalam penggunaan
media matriks ini siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari hasil
perkalian bilangan.
Apabila siswa telah paham dan tahu cara penggunaan media matriks
ini tidak dipungkiri siswa dapat terampil dalam menyelesaikan persoalan
perkalian, disamping itu siswapun tidak merasa sulit dalam mengerjakan
perkalian karena mereka dapat mengerjakan soal perkalian sambil bermain
dengan mengotak-atik angka yang ada di dalam petak matriks sehingga
siswapun merasa senang saat pembelajaran matematika.
K. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka fikir di atas, penulis merumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
âKeterampilan siswa dalam menghitung hasil perkalian bilangan cacah dapat
ditingkatkan dengan menggunakan media matriks di kelas IV Semester I
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian tentang keterampilan siswa dalam menghitung perkalian siswa di SD Kanisius Ganjuran menggunakan pendekatan action research (penelitian tindakan)
Pengertian dasar penelitian tindakan adalah:
1. Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, oleh masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. 2. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis.
memecahkan masalah/memperbaiki situasi, dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.
Penelitian tindakan merupakan salah satu cara untuk melakukan peningkatan praktek, yang dalam kesempatan ini dibatasi pada praktek persekolahan. Dalam penyelenggaraannya sekolah ini termasuk didalamnya dan yang menjadi kegiatan utama adalah praktek instruksional kelas.
Dalam penelitian tindakan (action research) ada dua aktivitas yang dilakukan secara simultan, yaitu aktivitas tindakan (action) dan aktivitas penelitan (research). Kedua aktivitas tersebut dapat dilakukan oleh orang yang sama atau oleh orang yang berbeda, di mana mereka bekerjasama secara kolaboratif. Penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif antara guru kelas, guru keterampilan, dan peneliti.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru/pendekatan baru, dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung. Dan tujuan penelitan menggunakan pendekatan action
research adalah ingin meningkatkan keterampilan perkalian.
B. Setting Penelitian
2010/2011. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD, yang dilaksanakan pada tanggal 31 September 2010 sampai 14 Oktober 2010
C. Model Penelitian atau Rancangan Penelitian Tindakan
Bentuk penelitian tindakan dalam penelitian ini adalah kolaborasi yaitu di mana peneliti bekerjasama dengan guru kelas dalam meningkatkan perkalian dengan menggunakan media matriks. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suwarsih Madya, 1994:27), adapun model tindakannya dapat digambarkan sebagai berikut:
1
2
3
4
5
Keterangan gambar:
1. Refleksi awal 2. Perencanaan
3. Tindakan dan observasi 4. Refleksi
5. Perencanaan yang telah direvisi
6. Tindakan dan observasi 7. Refleksi
Keterangan pelaksanaan dari gambar adalah sebagai berikut: 1. Rencana
Pengertian rencana di sini adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan/perubahan pelaku. Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang terencana, yaitu tindakan yang telah direncanakan untuk mendapatkan perbaikkan, peningkatan diri siswa. Adapun rencana tindakan dalam penelitan ini adalah berupa persiapan yang meliputi:
a. Pengertian perkalian
b. Waktu yang digunakan
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 Minggu dengan menggunakan 2 siklus, di mana setiap siklus diadakan 2 pertemuan, dan setiap pertemuan selama 2 JP.
c. Strategi pembelajaran
Agar siswa tidak bosan dan takut dengan perkalian maka akan menggunakan media matriks.
d. Monitoring
e. Evaluasi
2. Tindakan dan observasi a. Tindakan
Tindakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan/perubahan yang diinginkan. Tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media matriks. b. Observasi
3. Refleksi
Refleksi adalah meneliti, mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil/dampak dari tindakan dan berbagai kriteria untuk mengadakan revisi/perencanaan berikutnya.
4. Revisi rancangan /revies plan
Revisi rancangan dalam penelitian akan dilakukan dengan cara melihat hasil refleksi yang telah dilakukan setelah penelitian tersebut dilaksanakan. Revisi rancangan ini dilakukan untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan rancangan tindakan, selanjutnya apabila hasil belum sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dilaksanakan siklus 2 dan 3 dengan melaksanakan tambahan tindakan di setiap siklus.
D. Teknik Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring
Monitoring merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan/aktivitas yang dirancang dengan sengaja, untuk melihat adanya peningkatan dalam praktek kegiatan belajar mengajar dalam kondisi kelas tertentu.
secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Orang tersebut adalah peneliti dan guru kelas yang langsung membantu secara langsung dalam proses pengumpulan data. Tujuan adalah untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana.
2. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian. Maksudnya adalah menilai tingkat keberhasilan/kemajuan terhadap program tindakan yang telah dilakukan. Adapun sasaran evaluasi penelitian ini adalah menemukan adanya peningkatan keterampilan perkalian yang terjadi setelah semua program terlaksana. Adapun indikasi keberhasilan terjadinya peningkatan keterampilan perkalian sebagai berikut: anak mampu menghitung hasil perkalian suatu bilangan dengan cepat dan tepat.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes tertulis dan lembar pengamatan (observasi)
E. Prosedur Penelitian
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
Secara lebih rinci prosedur penelitian masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1)Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, di mana setiap pertemuan selama 2 JP
Pertemuan I:
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru media matriks.
b) Guru menerangkan cara penggunaan media matriks kepada siswa untuk mengerjakan soal perkalian.
c) Siswa diminta untuk membuat soal perkalian dua bilangan dengan menuliskan di papan tulis.
d) Dengan bimbingan guru siswa secara bergantian mengisi hasil perkalian ke dalam petak yang sesuai.
e) Dengan bimbingan guru, siswa secara bergantian mengisi hasil perkalian ke dalam petak yang sesuai.
g) Guru menyuruh siswa untuk membuat soal kemudian bersama-sama dikerjakan dengan menggunakan media matriks.
h) Siswa mengerjakan LKS.
i) Siswa bersama guru membahas LKS.
j) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
k) Guru (peneliti melakukan pengamatan keterlibatan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan (terlampir).
l) Pada akhir kegiatan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran.
m) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.
Pertemuan II
a) Siswa diberi beberapa soal perkalian.
b) Siswa mengerjakan hitung perkalian dengan menggunakan media matriks.
c) Siswa mengerjakan LKS.
d) Siswa bersama guru membahas LKS.
e) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
g) Pada akhir kegiatan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran.
h) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.
2) Siklus II Pertemuan I
a) Guru memberikan soal perkalian bilangan.
b) Siswa diminta untuk membuat soal perkalian dua bilangan dengan menuliskan di papan tulis.
c) Beberapa siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal di papan tulis.
d) Siswa bersama guru membahas soal yang telah dikerjakan oleh siswa
e) Siswa mengerjakan LKS.
f) Siswa bersama guru membahas LKS.
g) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
h) Guru atau peneliti melakukan pengamatan keterlibatan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan (terlampir).
j) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.
Pertemuan II
a) Siswa dibagi ke dalam 9 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa.
b) Setiap kelompok akan diadu kecepatan dalam mengerjakan soal perkalian.
c) Guru menyuruh salah satu anggota kelomppok untuk mengerjakan soal perkalian.
d) Siswa mengerjakan LKS.
e) Siswa bersama guru membahas LKS.
f) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
g) Guru (peneliti melakukan pengamatan keterlibatan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan (terlampir).
h) Pada akhir kegiatan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran.
i) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.
d. Refleksi (dilakukan pada setiap siklus setelah pembelajaran berakhir) 1) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian-kejadian khusus
yang dialami siswa dalam menghitung hasil perkalian dua bilangan dengan dua angka dan hasil perkalian dua bilangan dengan dua angka dan bilangan yang lebih besar.
2) Membandingkan hasil analisis jumlah siswa yang menyatakan mudah memahami perkalian, menyatakan bahwa media matriks dapat membantu siswa membantu siswa memahami saat melakukan penghitungan hasil perkalian, dan menyatakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
3) Menarik kesimpulan dari setiap kegiatan tentang keterlibatan, peningkatan prestasi belajar, dan efektifitas media pembelajaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti dalam penelitian kuantitatif adalah instrument utama ia harus berusaha sendiri dalam pengunpulan informasi melalui beberapa me