• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan keterampilan perkalian bilangan cacah dengan menggunakan media matriks dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran pada semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Meningkatkan keterampilan perkalian bilangan cacah dengan menggunakan media matriks dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran pada semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN

BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRIKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV

SD KANISIUS GANJURAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

KRISTINA RETNO WULANDARI NIM : 071134089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN

BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRIKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV

SD KANISIUS GANJURAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

KRISTINA RETNO WULANDARI NIM : 071134089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan

mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”

( Matius 7:7 )

“Jangan biarkan setiap orang yang datang

padamu, pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih

bahagia. Jadilah ungkapan hidup dari kebaikan

Allah. Kebaikan dalam wajah, kebaikan dalam

mata dan kebaikan dalam senyum.

(6)

Halaman Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1.

Bapa, Yesus dan Bunda Maria yang slalu

menyertaiku setiap langkahku

2.

Ayah dan ibuku juga nenek tercinta. Kasih

sayang dan bimbinganmu senantiasa aku

rasakan dan tidak akan pernah pupus oleh

waktu

3.

Adikku Theresia Yully Dwi Astuti, yang aku

sayangi. Mbak akan berdoa agar adik akan

selalu bahagia di surga

4.

Andi Setyawan yang selalu mendukung dan menemani ku setiap

langkah

5.

Almamaterku Universitas Sanata

Dharma

6.

Keluarga dan sahabatku yang selalu

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 April 2011

Penulis

Kristina Retno Wulandari

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Kristina Retno Wulandari Nomor Mahasiswa : 071134089

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan Cacah dengan Menggunakan Media Matriks dalam Pembelajaran Matematika bagi Siswa Kelas IV SD Kanisius Ganjuran pada Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mangalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 11 April 2011 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERKALIAN

BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MATRIKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV

SD KANISIUS GANJURAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Kristina Retno Wulandari UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2011

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian itu adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung hasil perkalian bilangan dengan menggunakan media matriks.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2010/2011. Penelitian Tindakan Kelas itu dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap dalam suatu siklus. Siklus ini terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. PTK ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan diakhir siklus diberi tes secara individu untuk mengetahui hasil belajar siswa selama dalam pelajaran matematika pokok bahasan perkalian dengan menggunakan media matriks. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan observasi, wawancara, dan tes. Teknik analisis data dengan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media matriks dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam perkalian bilangan dikelas IV SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2010/2011. Peningkatan keterampilan siswa ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada pretes 45,3 meningkat pada akhir siklus pertama menjadi 65,2 dan menjadi 75,61 pada akhir siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada pretes adalah 25%, pada akhir siklus I adalah 63%, dan pada akhir siklus II adalah 86%.

(10)

ABSTRACT

INCREASING THE NUMBER MULTIPLICATION SKILL BY USING MATRIX MEDIA IN MATHEMATICS LEARNING FOR THE FOURTH

GRADE STUDENTS IN SD KANISIUS GANJURAN ON FIRST SEMESTER IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011

By

Kristina Retno Wulandari Sanata Dharma University

2011

The usage of teaching media is suggested to be planned systematically in order to make the teaching process runs effectively.

The research is a Classroom Action Research. The subject of this research was all of the fourth grade students of SD Kanisius Ganjuran academic year 2010/2011. This classroom Action Research was conducted by doing the cycle analysis of the four steps that were planning, doing, observation,and reflecting in this classroom Action Research there were two cycles. There were two meetings in each cycle, and in the end of the cycle the students were given individually test to know the result of the student mastery of the multiplication material using matrix media. Data collection technique was observation. Data analysis techniques were descriptive qualitative and quantitative.

The result of the research showed that matrix media could be used to increase the fourth grade students. In number multiplication in SD Kanisius Ganjuran of academic year 2010/2011. The increase of the students skill snowed by the students average score of the pre-test were 45,3 increased in the end of the first cycle became 64,7 and became 75,8 in the end of the second cycle. Nevertheless the percentage of the students who were able to pass the “KKM” of the pre-test was 25%, in the end of the first cycle was 63% and in the end of the second cycle was 80%.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih, karena berkat Kemurahan rahmat dan kasihnya, Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Lebih utama tugas ini dilakukan sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa kemampuan penguasaan bidang studi, memahami peserta didik, pembelajaran peserta didik dan pengembangan kepribadian.

Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

2. Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,

3. Drs. T. Wakiman, M. Pd. dan Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, arahan dan saran yang sangat berguna bagi penulis,

4. Para dosen, karyawan PGSD, dan petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang secara langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulis dapat menemukan buku sumber untuk penulisan skripsi ini. 5. Keluargaku Bapak, Mama, dan Simbok, pakdhe Jumadi yang selalu

memberikan kasih sayang yang tiada batasnya untuk aku selama ini sehingga aku tidak kekurangan apapun. Retno akan selalu sayang dengan kalian selamanya,

(12)

sampai saat ini. Engkau telah memberikan sentuhan indah dan kebahagiaan pada hari-hariku,

7. FX. Sukaryono A. Ma. Pd. selaku kepala sekolah SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan saya izin dan bantuannya sehingga sangat mendukung bagi penulis,

8. Guru-guru sejawat di SD Kanisius Ganjuran, yang telah memberikan semangat bagi penulis,

9. Petugas perpustakaan

10.Saudara-saudaraku tercinta, mas Ardi, mbak Risti, Dessy, Anis, Indra, Andreas, yang selalu menemaniku dan membantu aku saat aku susah maupun senang. Trimakasih

11.Teman seperjuanganku, Hestu dan Heni terima kasih atas kebersamaannya melalui suka duka dalam menyelesaikan skripsi ini, dan

12.Teman sejawat

Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal.

Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini karena terbatasnya kemampuan penulis. Besar harapan penulis dengan adanya penyusunan penulisan Skripsi ini semoga bermanfaat bagi siapa saja yang menaruh minat terhadap pendidikan budi pekerti.

Akhirnya penulis akan selalu menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Skripsi ini.

Yogyakarta, 11 April 2011 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul . ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... . iv

Persembahan ... . v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vii

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional Variabel ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI ... 8

A. Hakikat Matematika ... 8

B. Pengertian Belajar Matematika ... 9

(14)

D. Keterampilan ... 18

E. Perkalian ... 19

1. Pengertian Perkalian ... 19

2. Perkalian Dasar ... 20

3. Perkalian Mendatar ... .. 21

4. Perkalian Bersusun ... 21

F. Keterampilan Perkalian ... 22

1. Pengertian Keterampilan Perkalian ... 22

2. Meningkatkan Keterampilan Perkalian ... 23

G. Media ... 24

1. Pengertian Media ... 24

2. Jenis-Jenis Media ... 26

3. Kriteria-kriteria dalam Memilih Media ... 28

4. Alasan Pemilihan Media Matriks ... 31

5. Media Matriks ... 31

6. Perkalian dengan Batang Napier ... 35

H. Perbedaan dan Persamaan Antara Media Matriks dengan Batang Napier ... 39

I. Penelitian yang Relevan ... 40

J. Kerangka Berfikir ... 40

K. Hipotesis Tindakan ... 41

BAB III. METODE PENELITIAN ... 43

A. Pendekatan Penelitian ... 43

B. Setting Penelitian ... 44

C. Model penelitian atau Rancangan Penelitian Tindakan ... 45

1. Rencana ... 46

2. Tindakan dan Observasi ... 47

3. Refleksi ... 48

4. Revisi Rancangan/Revies Plan ... 48

D. Teknik Monitoring dan Evaluasi ... 48

(15)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Instrumen Penelitian ... 56

H. Teknik Analisis Data ... 61

I. Indikator Keberhasilan ... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Observasi Awal ... 64

Pretes ... 65

B. Tindakan Penelitianâ€Ķâ€Ķâ€Ķ 66

1. Siklus 1 ... 66

2. Siklus 2 ... 74

C. Pembahasan ... 79

D. Keterbatasan ... 85

BAB V. PENUTUP ... 86

A.Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkalian Batang Napier ... 36

Tabel 2.1 Rincian Soal Evaluasi Masing-masing Siklus I ... 59

Tabel 2.2 Rincian soal Evaluasi Masing-masing Siklus II ... 60

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes Tertulis Siklus 1 ... 60

Tabel 3.2 Kisi-kisi tes Tertulis Siklus 2 ... 60

Tabel 4 Indikator Ketercapaian Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2 ... 61

Tabel 5 Hasil Analisis Nilai Pretes Keterampilan Perkalian Bilangan ... 65

Tabel 6 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 68

Tabel 7 Hasil Analisis Evaluasi Keterampilan Perkalian Bilangan Siklus I 72

Tabel 8 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 75

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

1.1 Silabus ... 92

1.2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 94

1.3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 96

1.4 RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 98

1.5 RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 100

Lampiran 2 2.1 Lembar Kerja Pretes ... 102

2.2 Kunci Jawaban Pretes ... 104

2.3 Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 1 ... 106

2.4 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 1 ... 109

2.5 Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 2 ... 111

2.6 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siklus I Pertemuan 2 ... 114

2.7 Lembar Evaluasi Siklus I ... 116

2.8 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus I ... 119

2.9 Lembar Kerja Siklus II Pertemuan 1 ... 121

2.10 Kunci Jabawan Lembar Kerja Siklus II Pertemuan 1 ... 124

2.11 Lembar Kerja Kelompok ... 126

2.12 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 129

2.13 Evaluasi Siklus II ... 131

2.14 Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 134

Lampiran 3 3.1 Data Nilai Pretes ... 136

3.2 Data Nilai Siklus I Pertemuan 1 ... 137

3.3 Data Nilai Siklus I Pertemuan 2 ... 138

3.4 Data Nilai Evaluasi Siklus I ... 139

3.5 Data Nilai Siklus II Pertemuan 1 ... 140

3.6 Data Nilai Siklus II Pertemuan 2 ... 141

(18)

3.8 Data Nilai Pretes, Evaluasi Siklus I, Evaluasi Siklus II ... 143

3.9 Data anggota Kelompok pada Siklus II Pertemuan 2 ... 144

Lampiran 4 4.1 Pedoman Wawancara ... 145

4.2 Lembar Wawancara ... 146

Lampiran 5 5.1 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 148

5.2 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 150

5.3 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 . 152 5.4 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 154

5.5 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 156

5.6 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 158

5.7 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 160

5.8 Lembar Pengamatan Tingkah Laku Siswa Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 162

5.9 Hasil Wawancara Dengan Siswa ... 164

Lampiran 6 6.1 Contoh LKS Yang Dikerjakan Siswa ... 170

6.2 Surat Permohon Izin Penelitian Dari Kampus ... 190

6.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Sekolah ... 191

(19)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu matematika sangatlah penting bagi kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, hendaknya setiap individu mampu mengerti dan memahami, juga mengaplikasi mata pelajaran matematika. Namun matematika sendiri bukanlah merupakan mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan orang. Bahkan para guru menyadari bahwa siswa juga mengalami hal yang sama. Menurut Suwarsono (1982), dalam Pendidikan Dasar maupun Sekolah Menengah para guru pada umumnya menyadari banyak konsep dan prinsip dalam matematika yang sulit dikuasai oleh siswa. Konsep dan prinsip yang tidak dikuasai tersebut, mengakibatkan siswa kurang memiliki keterampilan dalam menyelesaikan soal-soal dengan baik.

(20)

dibutuhkan.

Berdasarkan hasil observasi awal di kelas IV SD Kanisius Ganjuran Bambanglipuro, Bantul diketahui bahwa pada saat pembelajaran matematika berlangsung guru menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru menjelaskan materi yang telah disiapkan, siswa memperhatikan guru dan mengerjakan soal-soal. Sebagian siswa kurang menunjukkan ketertarikan terhadap matematika. Mereka cenderung tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, beberapa siswa menyibukkan diri berbicara dengan temannya, bermain, dan melakukan aktivitas yang menunjukkan ketidaktertarikan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Pada umumnya kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran Matematika disebabkan oleh anggapan bahwa Matematika itu sulit. Berawal dari anggapan inilah siswa merasa malas dan enggan belajar matematika, terutama bagi siswa Sekolah Dasar (SD) yang masih dalam berpikir konkrit. Kesulitan belajar Matematika juga dapat disebabkan pembelajaran kurang bermakna, siswa belum aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika masih lemah.

(21)

matematika sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 60. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu memahami materi perkalian.

Upaya meningkatkan keterampilan pada pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan berbagai media pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan operasi hitung perkalian bilangan cacah dapat mudah dipahami. Kenyataan di lapangan masih banyak siswa yang kurang terampil dalam mengerjakan operasi hitung perkalian bilangan cacah yaitu perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka maupun bilangan yang lebih besar. Hal ini bisa disebabkan karena siswa masih belum hafal hasil perkalian dasar bilangan 0 sampai 9, maupun kurang teliti dalam pengerjaan hitung perkalian bilangan cacah.

Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran matematika adalah guru dapat menggunakan media yang dapat membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan. Media matriks, merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar aktif kepada siswa. Media matriks merupakan media yang dapat digunakan untuk mendampingi siswa dalam menemukan hasil perkalian dengan benar dalam waktu yang cepat.

(22)

Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul dalam pembelajaran matematika, maka peneliti merasa tertarik untuk menerapkan media matriks sebagai salah satu upaya untuk Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan Cacah dengan Menggunakan Media Matriks dalam Pembelajaran Matematika bagi Siswa Kelas IV SD Kanisius Ganjuran pada Semester 1 Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang nantinya akan menempuh ujian. Dengan harapan melalui penerapan media ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilannya dalam mengerjakan soal-soal ujian dan akhirnya mampu mencapai hasil belajar yang lebih baik.

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah, maka beberapa masalah yang masih dihadapi siswa adalah:

1. Siswa masih merasa kesulitan/ketakutan saat mengikuti pelajaran matematika.

2. Siswa kurang terampil dalam menghitung perkalian bilangan cacah terutama bilangan dua angka dengan bilangan dua angka maupun bilangan yang lebih besar.

(23)

Agar lebih terarah dan sesuai dengan tujuan maka penelitian ini dibatasi mengenai pembelajaran matematika degan menggunakan media matriks untuk meningkatkan keterampilan perkalian bilangan cacah yaitu perkalian antara bilangan dua angka dengan bilangan dua angka maupun bilangan yang lebih besar bagi siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul.

D. Rumusan masalah

Pembelajaran yang akan diteliti dibatasi pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media matriks, sedangkan materinya dibatasi pada materi menghitung hasil perkalian suatu bilangan. Kompetensi dasar: melakukan operasi perkalian dan pembagian. Oleh karena itu masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Apakah keterampilan siswa dalam menghitung hasil perkalian bilangan cacah dapat meningkat setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media matriks?

E. Tujuan penelitian

(24)

1. Bagi peneliti sendiri

a. Dapat membuka wawasan baru tentang media pembelajaran yang dapat digunakan khususnya pada perkalian bilangan.

b. Memiliki alternatif dalam penggunaan media pembelajaran.

2. Bagi siswa

Siswa lebih terbantu dalam menghitung hasil perkalian bilangan, sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari hasil kali bilangan.

3. Bagi guru lain

a. Dapat mengetahui efektifitas penggunaan media yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

b. Dapat termotivasi untuk melakukan penelitian maupun pembelajaran dengan media yang sama ataupun media yang lain, pada mata pelajaran yang lain, materi yang lain, dan di kelas yang lain pula.

G. Definisi Operasional Variabel 1. Keterampilan Perkalian Bilangan

(25)

disesuaikan dengan materi perkalian bilangan. 2. Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan

Keterampilan perkalian bilangan dapat meningkat, apabila siswa dapat mengerjakan perkalian antar bilangan dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang sebelumnya dan hasil tes yang diperoleh siswa lebih tinggi dibandingkan pada hasil tes sebelumnya.

3. Media Matriks

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika

Definisi dari matematika tidak dapat diterangkan secara pasti dan singkat.

Banyak pendapat yang dapat mengungkapkan pengertian matematika, dimana

satu sama lain saling melengkapi.

Poewodarminto (1995:6), mata pelajaran matematika adalah kumpulan

bahan kajian dan simbolik yang terbagi dalam aritmatika, aljabar, geometri,

trigonometri, statistik dan kalkulus, yang memberi bekal kemampuan kepada

manusia untuk berpikir logis dan kritis.

Menurut Ruseffendi (1980:15), matematika dalam bekal studi yang dapat

membantu pembentukan pribadi agar mempunyai bersifat kritis, kreatif,

ilmiah, jujur, hemat, disiplin, dan tekun. Matematika merupakan salah satu

bidang eksakta yang paling mendasar, salah satu fungsi matematika adalah

sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki objek dasar

dalam mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Jujun S. Sumantri (1985:63), matematika adalah bahasa yang

dilambangkan dengan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin

disampaikan. Lambang-lambang matematika secara finansial yang baru,

mempunyai arti setelah sebuah makna yang diberikan kepadanya, tanpa itu

(27)

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu

bahasa yang dilambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin

disampaikan hingga dapat membantu dalam pembentukan pribadi siswa yang

bersifat kritis, kreatif, ilmiah, jujur, hemat, disiplin, dan tekun yang terbagi

dalam aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, statistik dan kalkulus.

B. Pengertian Belajar Matematika

Dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Jadi berhasil tidaknya suatu tujuan

belajar mengajar sangat tergatung pada proses belajar yang dialami oleh

siswa.

Berikut ini akan dibahas tentang pengertian belajar matematika,

prinsip-prinsip belajar matematika, dan faktor-faktor belajar juga kemampuan

berhitung.

1. Pengertian Belajar Matematika

Ada beberapa pengertian dari belajar. Menurut Winkel (1996: 53),

belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Morgan (Purwanto 1984: 90)

mengartikan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif menetap dalam

(28)

Menurut Gagne (Tambunan, 1987:325), belajar matematika

mempunyai dua objek, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung.

Objek langsung adalah belajar matematika dengan menggunakan

benda-benda kongkret (yang dapat langsung dilihat oleh siswa). Sedangkan

belajar matematika dengan objek yang tidak langsung adalah

kemampuan menyelidiki dan kemampuan memecahkan masalah sendiri,

bersikap positif terhadap matematika, tahu bagaimana belajar, dan

operasi terhadap struktur matematika. Objek langsung belajar

matematika merupakan materi dari pelajaran matematika itu sendiri.

Menurut Gagne belajar matematika meliputi fakta, keterampilan, konsep,

dan aturan, sehingga apabila terjadi kesulitan dalam mempelajari

keempat objek tidak langsung tersebut.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses ditimbulkannya/diubahnya perilaku seseorang (misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu) yang bersifat relatif menetap sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun

lingkungan masyarakat dengan menggunakan objek langsung maupun

(29)

2. Prinsip-Prinsip Belajar Matematika

Ada beberapa prinsip belajar yang dijadikan suatu pegangan

dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Menurut Tabrani, dkk

(1992: 20), prinsip-prinsip belajar tersebut adalah:

a. Prinsip motivasi

Motiv adalah daya dari dalam pribadi seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Pendidik harus selalu

menyelidiki motiv pendorong dari dalam diri seorang siswa yang

rajin belajar maupun dari diri siswa yang malas belajar. Di sini

pendidik hendaknya berperan sebagai pendorong atau motivator,

motivasi dibagi menjadi dua yaitu: motivasi dari diri siswa (internal)

dan motivasi dari luar diri siswa (eksternal). Motivasi dalam diri

siswa dapat diciptakan dengan menimbulkan perasaan ingin tahu,

sikap, minat dan keinginan untuk mencoba, sedangkan motivasi dari

luar diri siswa dapat dilakukan dengan memberikan pujian,

penugasan untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Motivasi sangat

menentukan hasil belajar karena tanpa adanya motivasi, prestasi yang

dicapai oleh siswa tidak dapat maksimal.

b. Prinsip latar atau konteks

Siswa mempelajari suatu objek yang baru, dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung.Oleh karena itu pendidik harus

(30)

pengalaman apa yang telah dimiliki oleh para siswa. Perolehan ini

dihubungkan dengan tahap pelajaran baru yang akan dipelajari oleh

siswa, misalnya seorang pendidik yang akan mengajarkan

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 50, maka sebaiknya

pendidik mengaitkan dengan pengalaman para siswa dengan suatu

alat yang kongkret seperti: lidi, sedotan, kerikil, gambar tiruan, yang

ada di sekolah dan sekitar rumahnya sehingga para siswa akan lebih

mudah menangkap dan memahami bahan pelajaran yang baru.

c. Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi

Dalam belajar siswa harus dilatih untuk bekerjasama dengan

teman-teman sebaya, dapat berkomunikasi dengan teman-teman

sebaya, pendidik maupun orang tua, dapat menghargai perbedaan

pendapat, misalnya dengan diskusi suatu masalah matematika.

Latihan kerjasama, berkomunikasi, menghargai pendapat sangat

penting dalam proses pembentukan kepribadian siswa dan dapat

membantu proses belajar mengajar sehingga dapat tercipta

pembelajaran yang menyenangkan.

d. Prinsip perbedaan perseorangan atau individu

Setiap siswa mempunyai perbedaan perorangan, misalnya: dalam

hal kepintaran, kegemaran, bakat, sikap, kebiasaan, maupun latar

belakang keluarga. Maka seorang pendidik tidak boleh

(31)

perbedaan setiap siswa dipelajari dan dimanfaatkan dengan tepat

keberhasilan belajar siswa dapat dikembangkan

e. Prinsip menentukan

Para pendidik tidak perlu memberikan seluruh informasi kepada

siswa. Namun berilah kesempatan pada diri siswa, untuk mencari

dan menentukan sendiri informasi tersebut dengan yang ada di

dalam diri siswa. Informasi yang benar-benar mendasar dan

memancing siswa untuk “menggali” informasi yang lain. Jika siswa

diberikan peluang untuk mencari dan menentukan sendiri maka

mereka dapat membuat kegiatan belajar yang tidak membosankan.

f. Prinsip memecahkan masalah

Seluruh kegiatan siswa terarah jika didorong untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan tersebut para siswa

dihadapkan pada situasi bermasalah agar mereka dapat peka untuk

mencari cara melihat masalah, merumuskan masalah, dan

memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Matematika

Prinsip-prinsip belajar hanyalah sebagai petunjuk umum untuk

belajar. Apabila tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara

belajar juga harus berbeda. Contohnya: belajar untuk memperoleh sikap

(32)

dapat kita lihat (bersifat kongkret), sedangkan perubahan/perkembangan

pengetahuan tidak dapat dilihat secara langsung (bersifat tidak kongkret).

Oleh karena itu belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor

kondisi yang ada.

Menurut Tabrani, dkk (1992:23), faktor-faktor belajar adalah:

a. Siswa harus melakukan banyak kegiatan dengan melibatkan panca

indera mereka, seperti melihat, mendengar, meraba/memegang,

merasakan, maupun mencium dan juga kegiatan yang diperlukan

untuk memperoleh pengetahuan sikap, kebiasaan, minat dan lain-lain.

b. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan

pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa besar peranannya dalam

proses belajar mengajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi

dasar untuk menerima pegalaman-pengalaman baru dan

pengertian-pengertian baru.

c. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap dalam kegiatan belajar

akan lebih mudah dan berhasil.

d. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat dapat mendorong

siswa untuk belajar lebih baik daripada yang belajar tanpa minat.

Karena hanya siswa yang dapat mengembangkan minat belajarnya,

dan orang lain tidak dapat melakukannya karena minat merupakan

masalah pribadi. Minat ini dapat timbul apabila siswa tertarik dengan

(33)

sesuatu yang makna dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.

Namun apabila minat itu tidak disertai dengan usaha yang baik maka

belajar juga sulit berhasil.

e. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat

berpengaruh dalam proses belajar. Misalnya badanya lemah/lemas

maupun sakit dapat menyebabkan perhatian siswa atau konsentrasi

siswa tidak maksimal. Oleh karena itu faktor fisiologis sangat

menentukan berhasil tidaknya siswa belajarnya.

f. Faktor intelektual. Siswa yang cerdas dapat lebih berhasil dalam

kegiatan belajar karena siswa lebih mudah menangkap dan

memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat pelajaran. Siswa

yang cerdas lebih mudah berfikir kreatif dan cepat mengambil

keputusan.

C. Kemampuan Berhitung

Menurut Pandoyo (1977: 19), berhitung merupakan cabang matematika

yang berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan dengan perhitungan

terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,

(34)

Secara sistematis alur operasi hitung adalah:

Penjumlahan Pengurangan

Perkalian Pembagian

Perpangkatan Penarikan akar

Penarikan logaritma

: Berkebalikan

: Berulang

Penjumlahan merupakan dasar operasi hitung. Pengurangan berkebalikan

dengan penjumlahan. Pembagian berkebalikan dengan perkalian. Penarikan

akar dan penarikan logaritma, masing-masing berkebalikan dengan

perpangkatan. Perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Perpangkatan

adalah perkalian yang berulang-ulang sedangkan pembagian adalah

pengurangan yang berulang-ulang (Hirdjan, 2002:3).

Operasi-operasi tersebut memiliki kaitan yang cukup erat. Oleh karena

itu pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi yang satu akan

mempengaruhi pemahaman konsep dan keterampilan melakukan operasi

lainnya.

Kemampuan siswa dalam menghitung yang mengandung aljabar

(35)

seperti SMP, SMA, dan sampai di perguruan tinggi. Dalam hal ini siswa

dapat melakukan perhitungan-perhitungan dengan cepat dan tepat sehingga

prestasi belajar siswa akan semakin tinggi. Selain itu keterampilan siswa

dalam menghitung juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Materi perkalian diberikan mulai di kelas rendah yakni di kelas II dan

kelas III, dan akan semakin didalami di kelas tinggi. Di kelas II perkalian

dimulai di semester II dengan tema tumbuhan dan hewan, dengan Standar

Kompetensi: melakukan perkalian bilangan sampai dua angka, dan

Kompetensi Dasar: melakukan perkalian bilangan yang hasilnya dua angka.

Di kelas III dengan Standar Kompetesi: melakukan operasi hitung tiga angka,

dan Kompetensi Dasar: melakukan perkalian yang hasil bilangannya tiga

angka dan pembagian bilangan tiga angka, di mana siswa diminta untuk

mengubah bentuk perkalian menjadi pembagian dan bentuk pembagian

menjadi perkalian serta memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan

perkalian dan pembagian.

Dalam hal ini kemampuan siswa dalam menghitung yang dimaksud

adalah kemampuan siswa SD (Sekolah Dasar) dalam menghitung hasil

perkalian bilangan.

Misalnya

1. 25 x 6 =â€Ķâ€Ķ.

(36)

D. Keterampilan

Keterampilan artinya sama dengan kecepatan, terampil. Pengertian

keterampilan biasanya lebih ditujukan pada hal-hal yang bersifat

kegiatan-kegiatan/dapat berupa perbuatan yang dapat menghasilkan karya dan dapat

dijadikan bekal hidupnya.

Sastro Winoto (1987: 24) mengemukakan bahwa yang dimaksud

keterampilan adalah gerakan reflek yang bersyarat, syaratnya adalah telah

terbentuknya alur reflek dengan cara melatih diri untuk

berkonsentrasi/membuang kegiatan syarat yang tidak mengarah pada

keterampilan yang dapat ia miliki. Misalnya seseorang tidak akan

mengembangkan keterampilan yang negatif, seperti: mencopet, mencuri.

Menurut Julius (1995: 9), keterampilan adalah koordinasi motorik yang

mendorong seseorang secara otomatis menggerakkan anggota badan untuk

melaksanakan berbagai jenis pekerjaan dengan menggunakan kemampuan

khusus.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

adalah suatu kegiatan/perbuatan yang dapat menghasilkan sebuah karya yang

dapat terbentuk dari alur reflek yang ada pada diri seseorang sehingga

(37)

E. Perkalian

Perkalian merupakan salah satu operasi hitung dalam matematika. Berikut

ini akan dijelaskan tentang pengertian perkalian, perkalian dasar, dan perkalian

bersusun.

1. Pengertian Perkalian

Operasi perkalian didefinisikan sebagai

a x b = n (A x B) dimana A x B = {(a, b) | a A dan b B})

Dengan syarat a = n (A)

b = n (B)

a dan b adalah dua bilangan cacah.

A dan B adalah dua himpunan berhingga.

Definisi kedua, apabila a dan b adalah bilangan cacah maka:

a x b = b + b + b +â€Ķ + b.

Penjumlahan berulang b sebanyak suku a. bentuk perkalian a x b

(38)

2. Perkalian Dasar

Perkalian di SD mulai diajarkan di kelas II semester 2. Sebagai

pemula agar pembelajaran menjadi bermakna dan dapat memberikan

kecakapan hidup, perlu adanya pendekatan kontekstual yang

permasalahannya diambilkan dari cerita yang dekat dengan konteks

kehidupan peserta didik. Perkalian merupakan topik yang sangat penting

dalam pembelajaran matematika karena sering dijumpai terapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti halnya operasi yang lain, pembelajaran

perkalian dipilah menjadi dua hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian

lanjut. Perkalian dasar adalah perkalian bilangan satu angka dengan

bilangan satu angka. Sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian yang

melibatkan paling tidak bilangan dua angka dengan bilangan dua angka.

Secara matematika yang dimaksud dengan perkalian adalah

penjumlahan berulang dari bilangan-bilangan yang sama pada setiap

sukunya.

Di SD, perkalian pertama yang diajarkan adalah perkalian dengan

hasil sampai dengan 45. Itu berarti terkali adalah bilangan 1 sampai

dengan 5, sedangkan pengalinya adalah bilangan-bilangan dari 0 sampai

dengan 9. Urutan mana yang didahulukan tidak begitu penting, yang

(39)

3. Perkalian mendatar

Untuk menyelesaikan perkalian bilangan bilangan satu angnaka dengan

bilangan tiga angka dengan menggunakan cara mendatar.

Langkah mengerjakan perkalian mendatar

7 x 395 = 7 x (300 + 90 + 5)

= (7 x 300) + (7 x 90) + (7 x 5)

= 2.100 + 630 + 35

= 2.000 + 100 + 600 + 30 + 35

= 2.000 + 700 + 65

= 2.765

(Sunardi, dkk, 2008: 24)

4. Perkalian Bersusun

Langkah mengerjakan perkalian bersusun

Contoh: Perkalian bilangan satu angka dengan bilangan tiga angka

a. Cara bersusun panjang

395

7 x

35 Diperoleh 7 x 5 satuan

630 Diperoleh dari 7 x 9 puluhan

2100 + Diperoleh dari 7 x 3 ratusan

(40)

b. Cara bersusun pendek

63 ← disimpan

395

7 x 2765

(M. Khafid dan Suyati, 2004:30)

F. Keterampilan Perkalian

1. Keterampilan Perkalian

Keterampilan perkalian adalah suatu prosedur atau aturan untuk

mendapatkan atau memperoleh suatu hasil perkalian. Misalnya saja kita

diminta untuk menentukan hasil dari 34 x 46 tanpa menggunakan

kalkulator. Prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh

hasil 34 x 46 dengan menggunakan perkalian besusun ataupun dengan

menggunakan media matriks (Shadiq Fadjar, 2008: 5).

Keterampilan perkalian adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap

anak di dalam mereka mengerjakan suatu persoalan perkalian. Cepat

tidaknya siswa mengerjakan soal, dan benar tidaknya soal yang

dikerjakan siswa, ini sangat mempengaruhi keterampilan yang telah

dimiliki siswa, khususnya dalam perkalian.

Seorang siswa dinyatakan belum menguasai keterampilan jika ia

tidak menghasilkan suatu penyelesaian yang benar atau tidak dapat

(41)

contoh siswa A dinyatakan belum menguasai keterampilam mengalikan

jika pada langkah mengalikan pertama ia mengalikan 3 dengan 6. Begitu

juga dengan siswa B dinyatakan belum menguasai keterampilan

mengalikan jika ia sudah betul mengalikan 4 x 6 = 24, namun ia

menuliskannya angka 2-nya dan menyimpan angka 4-nya di dalam

pemikirannya.

2. Meningkatkan Keterampilan Perkalian

Siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu yang baru,

maka iapun akan memperoleh keterampilan yang baru pula.

Keterampilan matematika dapat meningkat apabila siswa secara teratur

berlatih perkalian.

Keterampilan perkalian dapat pula meningkat, apabila siswa telah

mengetahui dan dapat menggunakan media matriks dengan baik.

Karena itu siswa harus mempelajari prosedur, aturan, maupun

langkah-langkah yang harus mereka lakukan pada saat menggunakan media

matriks. Di samping itu, siswa harus sudah hafal dan mengerti hasil

perkalian dasar. Karena apabila siswa belum hafal dengan hasil

perkalian dasar, maka hal tersebut dapat menghambat dia dalam

mengerjakan soal perkalian. Sehingga keterampilan siswapun tidak

(42)

Media matriks ini dapat digunakan siswa tanpa merasa takut pada

besarnya bilangan-bilangan yang harus mereka kalikan. Namun dengan

menggunakan media matriks ini siswa bisa bermain dengan

angka-angka untuk mencari hasil kali bilangan.

G. Media

1. Pengertian Media

Komunikasi antara guru dan siswa yang berwujud pergaulan

memungkinkan terjadinya proses pendidikan. Di dalam pendidikan

modern, media komunikasi bukanlah barang yang mewah atau

mengejutkan. Di mana salah satu syarat untuk berhasilnya suatu

pembelajaran ialah dengan media yang baik dan tepat. Hal ini dapat

terjadi dalam pendidikan formal, informal, maupun non formal yang biasa

yang diberi mana media pendidikan.

Dalam dunia pendidikan atau pengajaran hal tersebut dinamakan alat

peraga: istilah ini akhirnya di dalam pendidikan disebut media

pendidikan, ada pula yang menyebut audio visual aid (AVA: alat bantu

pandang dengar). Sesuai dengan namanya maka fungsinya membantu

proses belajar mengajar melalui penglihatan dan pendengaran. Jangan

sampai AVA ini justru mengganggu tercapainya tujuan pembelajaran

(43)

Media pengajaran adalah suatu alat yang dapat mengkomunikasikan

antara pelajaran yang diberikan oleh pendidik dan siswa yang menerima

pelajaran. Menurut Winkel (1996:285), media pengajaran adalah suatu

suasana (non personal/bukan manusia) yang digunakan atau disediakan

oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan instruksional.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990: 6-7), peranan media

dalam proses pengajaran dapat ditujukan sebagai:

a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru

menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru

sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.

b. Alat untuk mengangkut/menimbulkan persoalan untuk mengkaji lebih

lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya, paling

tidak pendidik dapat menempatkan media sebagai pertanyaan atau

stimulasi belajar siswa.

c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan

bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa dan individual maupun

kelompok. Dengan demikian media banyak membantu tugas pendidik

dalam kegiatan belajar mengajar.

Walaupun demikian, media sebagai alat/sumber pengajaran tidak bisa

menggantikan pendidik sepenuhnya. Artinya media tanpa pendidik suatu

(44)

pendidik masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua

bahan pengajaran yang diperlukan oleh siswa.

2. Jenis-Jenis Media

Menurut Winkel (1996:287), ada beberapa sistematika pengkatagorian

jenis-jenis media pengajaran, salah satu sistematika yang dapat digunakan

adalah:

a. Media visual yang tidak menggunakan proyektor, misalnya papan tulis,

buku pelajaran, papan yang ditempeli gambar dan tulisan (display

board), lembaran kertas yang dapat diganti-ganti (flip charts), kliping

dari suratkabar atau majalah, poster atau model berskala besar atau

kecil.

b. Media visual dengan menggunakan proyektor, misalnya: film, kaset,

video, proyektor untuk memantulkan hal dalam buku pada sebuah layar

atau siaran televisi pendidikan.

c. Media audiktif, misalnya gramofon, kaset yang berisikan ceramah atau

wawancara dengan seseorang, kaset dengan ucapan bahasa asing,

musik, dan siaran radio.

d. Media kombinasi visual audiktif yang diciptakan sendiri, seperti

serangkaian dia atau slide yang dikombinasikan dengan kaset audio/

diproduksi oleh perusahaan seperti disket video dan program komputer

(45)

e. Media matriks, dengan menggunakan tabel yang berbentuk persegi

(petak-petak) yang didalamnya diberi bilangan yang dapat dipakai

untuk mempermudah dalam menghitung hasil perkalian.

Menurut Winarno Surakhmad (1980:140), ada 3 (tiga) golongan

alat-alat pengajaran, ditinjau dari tingkat pengalaman siswa yaitu:

a. Alat-alat yang merupakan pengalaman siswa yaitu benda-benda real/

yang dipakai manusia dalam kehidupan sehari-hari.

b. Alat-alat yang merupakan benda-benda pengganti, sering kali dalam

bentuk tiruan benda yang sebenarnya. Benda-benda pengganti ini

berfungsi sebagai alat-alat pengajaran bila mana karena suatu sebab

benda ini lebih praktis digunakan dari pada benda-benda yang

sebenarnya.

c. Bahasa, baik bahasa lisan maupun tulis. Bahasa memberikan

pengalaman verbal yang tinggi tingkat abstraksinya dibandingkan

dengan golongan alat yang terdahulu.

Menurut Winkel (1996: 286), pada umumnya media pengajaran dapat

digunakan untuk:

a. Merekam atau menyimpan data/informasi, misalnya bunyi suara

berbagai jenis burung dapat direkan dalam bentuk kaset recorder.

b. Memanipulasi aneka obyek, misalnya proses pembagian sel-sel pada

tumbuh-tumbuhan dapat diperlihatkan pada film dengan mempercepat

(46)

c. Menyebarluaskan data/informasi, misalnya melalui siaran televisi,

yang disalurkan lewat satelit komunikasi dapat diketahui dengan cepat

apa yang sedang terjadi di negara lain.

d. Mendampingi siswa dalam mengelola mata pelajaran baru atau

mengulang kembali materi pelajaran lama sehingga dimungkinkan

siswa belajar mandiri untuk memperoleh pemahaman yang lebih

dalam dan luas.

3. Kriteria-Kriteria dalam Memilih Media

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990:4-6), dalam

pemilihan media untuk pengajaran sebaiknya memperhatikan

kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran

dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

Tujuan-tujuan instrusional yang berisikan unsur pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, lebih memungkinkan digunakannya

media pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pengajaran

yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat

memerlukan media agar mudah dipahami oleh siswa.

c. Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang

diperlukan mudah didapat, setidak-tidaknya mudah dibuat pendidik

(47)

tanda biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis

penggunaannya.

d. Keterampilan pendidik dalam menggunakannya, apapun jenis media

yang diperlukan syarat utama adalah pendidik dapat

menggunakannya dalam proses pembelajaran, nilai dan manfaat

yang diharapkan bukan medianya tetapi dampak dari penggunaan

oleh pendidik pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan

lingkungan. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat

canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, apabila pendidik

tidak dapat menggunakannya, sehingga media tersebut dapat

dimanfaatkan bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

e. Tersedianya waktu untuk berfikir, memilih media untuk pendidikan

dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga

makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.

Menyajikan grafik yang berisi data dan angka/proporsi dalam

bentuk persen bagi siswa SD di kelas rendah tidak ada manfaatnya.

Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian

juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau

prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki tingkat

berpikir yang lebih tinggi.

Dengan kriteria pemilihan di atas, pendidik dapat lebih mudah

menggunakan media mana yang dianggap paling tepat, dan untuk

(48)

media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit

tugas pendidik, tetapi harus sebaliknya yakni, mempermudah tugas

pendidik dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu, media

bukanlah keharusan tetapi sebagai pelengkap, jika dipandang perlu untuk

mempertinggi kualitas belajar-mengajar.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1996: 6), dalam

hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya

pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:

a. Perhatian siswa terhadap pegajaran sedang berkurang akibatnya

kebosanan mendengarkan uraian pendidik. Penjelasan/penuturan

secara verbal oleh pendidik mengenai bahan pengajaran biasanya

sering membosankan apalagi bila cara pendidik menjelaskan kurang

menarik. Dalam situasi ini tampilan media akan mempunyai makna

bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar pada

siswa.

b. Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.

Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media

untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran.

Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar,

grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan

(49)

4. Alasan Pemilihan Media Matriks

a. Cara membuatnya mudah dan murah.

b. Dalam penggunaannyapun tidak sulit sesuai dengan taraf fikir siswa.

c. Dapat digunakan dalam proses pembelajaran karena waktu yang

digunakan saat siswa menggunakan media itu tidak terlalu lama

bahkan lebih efisien.

5. Media Matriks

a. Pengertian Media Matriks

Perkalian model matriks ini dapat dibuat dari papan atau triplek

dan bisa pula dari kertas yang tebal, kemudian dibuat petak-petak

seperti matriks. Selanjutnya media ini dibentuk sedemikian rupa

sehingga bisa ditempeli angka-angka. Dalam setiap petak dibagi

menjadi dua menurut diagonal. Pembuatan diagonal ini digambar dari

sudut kanan atas ke kiri bawah.

b. Kelebihan Media Matriks

1) Media matriks ini dapat digunakan siswa SD baik siswa kelas

rendah maupun siswa kelas tinggi. Sebab mereka dapat belajar

perkalian sambil bermain.

2) Siswa dapat menghafal perkalian bilangan cacah mulai dari 0

(50)

c. Kekurangan Media Matriks

1) Dalam penggunaanya agak rumit karena siswa harus membuat

petak-petak seperti matriks.

2) Dalam menjumlahkan hasil perkalianpun terbilang rumit karena

siswa menjumlahkan menyamping menurut garis diagonal.

d. Manfaat Media Matriks

Menurut Latuheru (1988:23), manfaat media matriks bagi siswa

adalah:

1) Media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian siswa

terhadap materi pelajaran yang disajikan.

2) Media pembelajaran mengurangi bahkan menghilangkan

verbalisme

3) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar

berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi dari siswa.

4) Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar

yang sulit diperoleh dengan cara yang lain.

5) Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan

waktu, misalnya benda/sesuatu yang diajarkan terlalu besar untuk

dibawa ke kelas, maka dapat juga dipergunakan model,

(51)

6) Media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran

siswa secara teratur tentang hal yang mereka alami, misalnya film

tentang kejadian, rangkaian dan urutan kejadian yang mereka

lihat itu akan dapat mereka pelajari secara berkelanjutan/kontinu.

7) Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengatasi

hal-hal yang sulit terlihat oleh mata misalnya bakteri, amuba, sel-sel

yang semua hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop

atau dapat diperlihatkan dengan menggunakan gambar dari

benda-benda tadi.

e. Penggunaan Media Matriks

Keterangan:

1) Petak 1, 2 merupakan letak bilangan pengali.

2) Petak 3, 4 merupakan letak bilangan terkali.

1 2 X

a

5 7 3

b

9 11

4

c d

10 12

6

(52)

3) Petak 5 dan 6 adalah hasil kali dari petak 1 dan 3, di mana puluhan

ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah garis

diagonal.

4) Petak 7 dan 8 adalah hasil kali dari petak 2 dan 3, di mana puluhan

ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah garis

diagonal.

5) Petak 9 dan 10 adalah hasil kali dari petak 1 dan 4, di mana

puluhan ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah

garis diagonal.

6) Petak 11 dan 12 adalah hasil kali dari petak 2 dan 4, di mana

puluhan ditulis di atas garis diagonal dan satuan di tulis di bawah

garis diagonal.

7) Petak a, b, c, d tempat hasil akhir setelah melalui proses

penjumlahan secara menyamping ke bawah menurut arah garis

diagonal.

8) Petak X adalah petak penunjuk operasi perkalian.

9) Untuk bilangan yang hasil kalinya hanya satu angka maka

dibubuhi angka nol di sebelah kiri angkanya. Contoh: 1 x 8 = 08

10) Hasil perkalian ditulis dari kolom paling kiri dari atas ke bawah

(53)

Contoh soal:

1) 78 x 59 =....

7 8

X

4

3 4

5

6

6 7

9

0 2

Jadi hasil 78 x 59 = 460

2) 65 x 496 = â€Ķ.

6 5 X

3 2 2 4

3

5 4

9

2 3 3 6

4 0

Jadi hasil dari 65 x 496 = 3320

6. Perkalian dengan Batang Napier

John Napier (1950-1617) dalam jurnal Siti Aminatun (2008:84)

menyuguhkan sebuah alat untuk melakukan perkalian yang disebut dengan

Batang Napier (Napier Bones atau Napier Rods) dan menjadi terkenal di

jamannya. Alat tersebut menggunakan prinsip perkalian desimal yang telah

dikenal di Arab melalui apa yang dinamakan lettece diagram

3 2

5 0

(54)

Tabel 1. Perkalian Batang Napier

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

1

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 1 1 1 2 2 2 0

4 0 0 1 1 2 2 2 3 3 0

5 0 1 1 2 2 3 3 4 4 0

6 0 1 1 2 3 3 4 4 5 0

7 0 1 2 2 3 4 4 5 6 0

8 0 1 2 3 4 4 5 6 7 0

9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0

Sebuah Batang Napier terdiri atas petak-petak, dengan baris paling atas

menunjukkan bilangan pengali, kolom paling kiri merupakan terkali, sedangkan

diagonal yang membagi menjadi dua merupakan hasil perkalian bilangan dasar 2

1

2 4 6

3 4 5 6 7 8 9 0

8 0 2 4 6 8 0

3 6 9

2 5 8 1 4 7 0

0 5 0 5 0

2 6 0

8

2 6 0 4

5 0 5

6 8 4 0

0

6 2 8 4 0

5 0

6 3

0 8

4

6 4

3 2 1 0

2 2

5 2 9

8 8

1

4 2 0

5 4

8 6

8 7 6

4

(55)

tersebut dengan bilangan 1-9 di mana satuan diletakkan di bagian bawah diagonal

sedang puluhan di bagian atas diagonal.

Contoh soal:

1. 8 x 6 = â€Ķ

Hasil perkalian dari 6 x 8 = 48.

(56)

2) 26 x 7 =â€Ķ..

Hasil dari perkalian 26 x 7 = 182

Hasil perkalian adalah angka yang dicetak tebal

2 6

1

2

0 1

3

0 1

4 0 2 5 1 3 6 1 3 7 1 4 8

1 4

9 1 5 0 0 2 6

4 2

6 8

8 4

4 8

6 8

4 2

(57)

H. Perbedaan dan Persamaan Antara Model Matriks dengan Batang Napier.

Kedua media ini, sama-sama untuk membantu siswa dalam

menyelesaikan soal perkalian antara dua bilangan dengan dua angka, maupun

dengan dua bilangan dengan tiga angka, dan bilangan yang lebih besar. Media

itu juga dapat digunakan untuk mencari hasil perkalian dari perkalian dasar

maupun untuk perkalian lanjut. Media ini dapat digunakan untuk kelas rendah

(kelas III) maupun kelas atas (kelas IV-VI). Media ini dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya matematika. Cara

menggunakan media inipun tidak jauh beda.

Perbedaan media matriks dengan media batang Napier adalah letak angka

pengali dan terkali pada petak-petak yang digunakan untuk menghitung hasil

perkalian. Media matriks, baris paling atas digunakan untuk menulis faktor

pengali, sedangkan untuk kolom paling kanan digunakan untuk menulis

faktor yang dikalikan. Sedangkan pada batang Napier faktor pengali

diletakkan dibaris paling atas dan faktor yang dikalikan diletakkan di kolom

paling kiri.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media matriks

karena media matriks jauh lebih mudah dalam penggunaannya.

(58)

Penelitian yang dilakukan oleh Luki Rahmawati pada tahun 2009 tentang

“ Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Perkalian Model Matrik Terhadap

Kemampuan Menghitung Hasil Kali Pada Siswa Kelas III SDN Balun 3

Cepu.”, menyimpulkan bahwa penggunaan media matrik di kelas III SDN

Balun 3 Cepu dapat meningkatkan prestasi siswa yang lebih baik dari pada

tidak menggunakan alat peraga pada pokok bahasan perkalian, hal ini dapat

dilihat dengan hasil uji t hit sebesar 1,815.

J. Kerangka Fikir

Salah satu materi matematika yang bersifat abstrak adalah perkalian

bilangan. Perkalian bilangan yang selama ini diajarkan menggunakan

pengertian dari penjumlahan yang berulang. Hal ini menyebabkan anak sering

melakukan kesalahan dalam menentukan hasil kali. Ada anak yang

melakukan penjumlahan dengan menggunakan turus sebanyak bilangan yang

akan dikalikan dan bilangan pengalinya. Sehingga banyak menyita waktu dan

banyak kemungkinan melakukan kesalahan di tengah proses menghitungnya.

Bila terjadi kesalahan dalam menjumlahkan bilangan, mereka harus

mengulang kembali dari awal.

Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menggunakan media berhitung

(59)

perlu menjumlahkan bilangan yang dikalikan secara berulang-ulang sehingga

dapat menghemat waktu. Dengan menggunakan media matriks siswa tidak

lagi merasakan takut dengan perkalian dua bilangan dua angka atau dua

bilangan tiga angka, ataupun perkalian bilangan yang lebih besar karena

mereka melakukan hal tersebut seperti melakukan permainan. Namun siswa

harus hafal perkalian dasar terlebih dahulu, sehingga dalam penggunaan

media matriks ini siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari hasil

perkalian bilangan.

Apabila siswa telah paham dan tahu cara penggunaan media matriks

ini tidak dipungkiri siswa dapat terampil dalam menyelesaikan persoalan

perkalian, disamping itu siswapun tidak merasa sulit dalam mengerjakan

perkalian karena mereka dapat mengerjakan soal perkalian sambil bermain

dengan mengotak-atik angka yang ada di dalam petak matriks sehingga

siswapun merasa senang saat pembelajaran matematika.

K. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka fikir di atas, penulis merumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

“Keterampilan siswa dalam menghitung hasil perkalian bilangan cacah dapat

ditingkatkan dengan menggunakan media matriks di kelas IV Semester I

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian tentang keterampilan siswa dalam menghitung perkalian siswa di SD Kanisius Ganjuran menggunakan pendekatan action research (penelitian tindakan)

Pengertian dasar penelitian tindakan adalah:

1. Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, oleh masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. 2. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis.

(61)

memecahkan masalah/memperbaiki situasi, dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.

Penelitian tindakan merupakan salah satu cara untuk melakukan peningkatan praktek, yang dalam kesempatan ini dibatasi pada praktek persekolahan. Dalam penyelenggaraannya sekolah ini termasuk didalamnya dan yang menjadi kegiatan utama adalah praktek instruksional kelas.

Dalam penelitian tindakan (action research) ada dua aktivitas yang dilakukan secara simultan, yaitu aktivitas tindakan (action) dan aktivitas penelitan (research). Kedua aktivitas tersebut dapat dilakukan oleh orang yang sama atau oleh orang yang berbeda, di mana mereka bekerjasama secara kolaboratif. Penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif antara guru kelas, guru keterampilan, dan peneliti.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru/pendekatan baru, dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung. Dan tujuan penelitan menggunakan pendekatan action

research adalah ingin meningkatkan keterampilan perkalian.

B. Setting Penelitian

(62)

2010/2011. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD, yang dilaksanakan pada tanggal 31 September 2010 sampai 14 Oktober 2010

C. Model Penelitian atau Rancangan Penelitian Tindakan

Bentuk penelitian tindakan dalam penelitian ini adalah kolaborasi yaitu di mana peneliti bekerjasama dengan guru kelas dalam meningkatkan perkalian dengan menggunakan media matriks. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suwarsih Madya, 1994:27), adapun model tindakannya dapat digambarkan sebagai berikut:

1

2

3

4

5

(63)

Keterangan gambar:

1. Refleksi awal 2. Perencanaan

3. Tindakan dan observasi 4. Refleksi

5. Perencanaan yang telah direvisi

6. Tindakan dan observasi 7. Refleksi

Keterangan pelaksanaan dari gambar adalah sebagai berikut: 1. Rencana

Pengertian rencana di sini adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan/perubahan pelaku. Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang terencana, yaitu tindakan yang telah direncanakan untuk mendapatkan perbaikkan, peningkatan diri siswa. Adapun rencana tindakan dalam penelitan ini adalah berupa persiapan yang meliputi:

a. Pengertian perkalian

(64)

b. Waktu yang digunakan

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 Minggu dengan menggunakan 2 siklus, di mana setiap siklus diadakan 2 pertemuan, dan setiap pertemuan selama 2 JP.

c. Strategi pembelajaran

Agar siswa tidak bosan dan takut dengan perkalian maka akan menggunakan media matriks.

d. Monitoring

e. Evaluasi

2. Tindakan dan observasi a. Tindakan

Tindakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan/perubahan yang diinginkan. Tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media matriks. b. Observasi

(65)

3. Refleksi

Refleksi adalah meneliti, mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil/dampak dari tindakan dan berbagai kriteria untuk mengadakan revisi/perencanaan berikutnya.

4. Revisi rancangan /revies plan

Revisi rancangan dalam penelitian akan dilakukan dengan cara melihat hasil refleksi yang telah dilakukan setelah penelitian tersebut dilaksanakan. Revisi rancangan ini dilakukan untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan rancangan tindakan, selanjutnya apabila hasil belum sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dilaksanakan siklus 2 dan 3 dengan melaksanakan tambahan tindakan di setiap siklus.

D. Teknik Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring

Monitoring merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan/aktivitas yang dirancang dengan sengaja, untuk melihat adanya peningkatan dalam praktek kegiatan belajar mengajar dalam kondisi kelas tertentu.

(66)

secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Orang tersebut adalah peneliti dan guru kelas yang langsung membantu secara langsung dalam proses pengumpulan data. Tujuan adalah untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana.

2. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian. Maksudnya adalah menilai tingkat keberhasilan/kemajuan terhadap program tindakan yang telah dilakukan. Adapun sasaran evaluasi penelitian ini adalah menemukan adanya peningkatan keterampilan perkalian yang terjadi setelah semua program terlaksana. Adapun indikasi keberhasilan terjadinya peningkatan keterampilan perkalian sebagai berikut: anak mampu menghitung hasil perkalian suatu bilangan dengan cepat dan tepat.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes tertulis dan lembar pengamatan (observasi)

E. Prosedur Penelitian

a. Rencana tindakan

(67)

b. Pelaksanaan tindakan

Secara lebih rinci prosedur penelitian masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

1)Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, di mana setiap pertemuan selama 2 JP

Pertemuan I:

a) Siswa memperhatikan penjelasan guru media matriks.

b) Guru menerangkan cara penggunaan media matriks kepada siswa untuk mengerjakan soal perkalian.

c) Siswa diminta untuk membuat soal perkalian dua bilangan dengan menuliskan di papan tulis.

d) Dengan bimbingan guru siswa secara bergantian mengisi hasil perkalian ke dalam petak yang sesuai.

e) Dengan bimbingan guru, siswa secara bergantian mengisi hasil perkalian ke dalam petak yang sesuai.

(68)

g) Guru menyuruh siswa untuk membuat soal kemudian bersama-sama dikerjakan dengan menggunakan media matriks.

h) Siswa mengerjakan LKS.

i) Siswa bersama guru membahas LKS.

j) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

k) Guru (peneliti melakukan pengamatan keterlibatan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan (terlampir).

l) Pada akhir kegiatan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran.

m) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.

Pertemuan II

a) Siswa diberi beberapa soal perkalian.

b) Siswa mengerjakan hitung perkalian dengan menggunakan media matriks.

c) Siswa mengerjakan LKS.

d) Siswa bersama guru membahas LKS.

e) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

(69)

g) Pada akhir kegiatan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran.

h) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.

2) Siklus II Pertemuan I

a) Guru memberikan soal perkalian bilangan.

b) Siswa diminta untuk membuat soal perkalian dua bilangan dengan menuliskan di papan tulis.

c) Beberapa siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal di papan tulis.

d) Siswa bersama guru membahas soal yang telah dikerjakan oleh siswa

e) Siswa mengerjakan LKS.

f) Siswa bersama guru membahas LKS.

g) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

h) Guru atau peneliti melakukan pengamatan keterlibatan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan (terlampir).

(70)

j) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.

Pertemuan II

a) Siswa dibagi ke dalam 9 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4 siswa.

b) Setiap kelompok akan diadu kecepatan dalam mengerjakan soal perkalian.

c) Guru menyuruh salah satu anggota kelomppok untuk mengerjakan soal perkalian.

d) Siswa mengerjakan LKS.

e) Siswa bersama guru membahas LKS.

f) Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

g) Guru (peneliti melakukan pengamatan keterlibatan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan (terlampir).

h) Pada akhir kegiatan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran.

i) Mencatat kejadian-kejadian yang muncul.

(71)

d. Refleksi (dilakukan pada setiap siklus setelah pembelajaran berakhir) 1) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian-kejadian khusus

yang dialami siswa dalam menghitung hasil perkalian dua bilangan dengan dua angka dan hasil perkalian dua bilangan dengan dua angka dan bilangan yang lebih besar.

2) Membandingkan hasil analisis jumlah siswa yang menyatakan mudah memahami perkalian, menyatakan bahwa media matriks dapat membantu siswa membantu siswa memahami saat melakukan penghitungan hasil perkalian, dan menyatakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

3) Menarik kesimpulan dari setiap kegiatan tentang keterlibatan, peningkatan prestasi belajar, dan efektifitas media pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam penelitian kuantitatif adalah instrument utama ia harus berusaha sendiri dalam pengunpulan informasi melalui beberapa me

Gambar

Tabel 1. Perkalian Batang Napier
Tabel 2.1. Rincian Soal Evaluasi Masing-masing Siklus I
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Tertulis Siklus I
Tabel 4. Indikator kondisi awal, siklus I, dan siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat bekerjasama dengan pihak sekolah khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dari segi psikologis, yang

Adira Finance Padang yaitu kurangnya pemahaman oleh konsumen terhadap prosedur yang harus dipenuhi dan penyiapan draf kontrak atau perjanjian dan jika

?OLNf, KNIX T]NIVERSIIiA

[r]

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kesempatan merupakan konsep utama, dan karena itu, dalam pengertian yang lebih operasional, berapa jumlah waktu yang dihabiskan

Dengan melihat permasalahan di atas, penulis mencoba memberikan alternatif solusinya, yaitu dengan membuat suatu aplikasi untuk Biodata Dokter dan Pasien yang menjalani Rawat

Dengan adanya sistem informasi e-learning kampus pada STIKES Surabaya diharapkan dosen lebih giat untuk memberikan tutorial dan bahan ajar tambahan kepada

data sebelumnya cukup membantu peneliti untuk memahami data yang akan diteliti. Teori sedikit banyak membantu peneliti membuka misteri data yang sebenarnya tidak