• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galus wistar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galus wistar - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Agustina Erni Purnamasari

NIM: 098114058

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Agustina Erni Purnamasari

NIM: 098114058

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu

minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”

-Markus 11:24–

“Just because I don’t understand God’s plans, doesn’t mean that He is not with me”

-Nick Vujicic-

Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada:

TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku. Bapak Stefanus Hartaya S. & Ibu Antonia Sumiati , sebagai

ungkapan terimakasih, cinta dan sayangku.

Tanpa kalian aku tidak bisa seperti ini, kalian tidak pernah lelah dan bosan untuk menyemangati, mengingatkan dan

mendengar keluh kesahku.

Anastasia Lisa Hartaya, Rita Hartaya, dan Maria Paulina Hartaya sebagai tanda sayangku dan motivasi untuk kalian.

(8)

vii

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih dan penyertaan yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Efek Pemberian Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) Terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Jantan

Galur Wistar”. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas

akhir untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Program studi Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini tidak terwujud tanpa

bimbingan, bantuan dan pengarahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan penyertaanNya selama ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt sebagai Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan

masukan-masukan kepada penulis.

3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. sebagai Dosen Pembimbing Utama skripsi

ini atas segala kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan,

pengarahan, tuntunan, dukungan dan motivasi selama penelitian dan

penyusunan skripsi.

4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., sebagai Dosen Penguji skripsi yang

telah banyak memberikan masukan dan saran demi kemajuan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., sebagai Dosen Penguji skripsi yang

(9)

viii

6. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmasi yang

telah memberikan izin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna

penelitian skripsi ini.

7. Pak Heru, Pak Parjiman, Mas Kayat, Mas Ratidjo, Pak Musrifin, Mas

Wagiran dan semua staff laboratorium Farmasi, Mbak Igar dan semua staff

Laboratorium Parahita yang bersedia membantu dan menemani selama

penelitian berlangsung.

8. Christina Yessy Jessica sebagai sahabat seperjalanan dalam skripsi atas

dukungan, kerjasama, semangat, perhatian, dan doanya.

9. Raisa Novitae, Chrissa Hygiana, Inthari Alselusia, Devi Krishartanti, Yenni

Sanmei, Marsela Lotjita, Florentina Eky , Katerine Jessica, Diah Intan,

Bernadea Wikan, Herman Gunawan, Thomas Catur, Lidya Dinda, dan Evy

Fenny sebagai kawan satu perjuangan yang telah berbagi doa, semangat dan

kekuatan satu sama lain.

10.Teman-teman FSM B 2009, FKK 2009 dan semua teman-teman Fakultas

Farmasi USD atas kebersamaanya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

11.Wisnu Brahmana Putra yang telah setia menunggu, menemani, menghibur,

berbagi doa, semangat dan kekuatan selama ini.

12.Valentina Vava Valova dan Adven Legu yang telah bersedia menjadi

keluarga baru selama ini dan selalu memberikan semangat.

13.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut

(10)

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan

bermanfaat demi pengembangan ilmu pengetahuan, serta menjadi acuan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ...xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 5

(12)

xi

2. Tujuan khusus ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Lipid ... 6

1. Klasifikasi lipid ... 6

2. Trigliserida (triasilgliserol) ... 7

3. Pencernaan trigliserida... 7

4. Emulsifikasi trigliserida ... 8

5. Absorbsi dan transport trigliserida ... 9

B. Lipoprotein ... 11

1. Kilomikron ... 11

2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein) ... 12

3. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)... 12

4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein) ... 12

5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein) ... 13

C. Hiperlipidemia ... 14

1. Klasifikasi gangguan lipoprotein ... 14

2. Penyebab hiperlipidemia... 16

3. Faktor risiko ... 17

D. Serat ... 17

1. Definisi... ... 17

(13)

xii

3. Hubungan serat dengan kolesterol ... 20

E. Uraian Tanaman ... 22

1. Klasifikasi tanaman ... 22

2. Morfologi tanaman ... 22

3. Kandungan tanaman ... 24

F. Terapi Hiperlipidemia ... 25

1. Tujuan terapi ... 25

2. Terapi non-farmakologi ... 26

3. Terapi farmakologi ... 27

G. Simvastatin ... 27

H. Bentuk Sediaan ... 29

I. Penetapan Kadar Trigliserida ... 29

J. Landasan Teori ... 30

K. Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN... ... 33

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 32

1. Variabel penelitian ... 33

2. Definisi operasional ... 35

C. Bahan dan Instrumen Penelitian ... 36

1. Bahan penelitian ... 36

2. Instrumen penelitian ... 37

(14)

xiii

1. Determinasi tanaman ... 37

2. Pengumpulan bahan ... 38

3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 38

4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 39

5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v) ... 40

6. Pembuatan suspensi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 40

7. Penentuan dosis dan konsentrasi simvastatin ... 40

8. Pembuatan suspensi simvastatin ... 41

9. Pembuatan pakan tinggi lemak ... 41

10.Penentuan waktu pemberian pakan tinggi lemak ... 42

11.Pengkondisian hewan uji ... 42

12.Tahap perlakuan ... 42

13.Penetapan kadar trigliserida darah ... 43

E. Tatacara Analisis Hasil ... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Determinasi Tanaman ... 45

B. Pembuatan Pakan Tinggi Lemak ... 45

C. Penetapan Lama Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 46

(15)

xiv

E. Penetapan Dosis Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L.

(pro sp.)) ... 51

F. Konsumsi Pakan Kumulatif ... 52

G. Berat Badan Tikus ... 55

1. Pertambahan kenaikan berat badan tikus ... 55

2. Rata-rata kenaikan berat badan tikus ... 56

H. Pengukuran Kadar Trigliserida Tikus ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 73

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia ... 11

Tabel II. Nilai Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein ... 13

Tabel III. Panduan Terapi untuk Orang Dewasa ... 14

Tabel IV. Jumlah Kandungan Buah Pisang per100G ... 25

Tabel V. Efek Terapi Obat Hiperlipidemia ... 27

Tabel VI Komponen Reagen GPO ... 30

Tabel VII. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 47

Tabel VIII. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 48

Tabel IX. Hasil Post Hoc dan Scheffe Orientasi Pakan Tinggi Lemak ... 48

Tabel X. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Konsumsi Pakan Kumulatif ... 54

Tabel XI. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 56

Tabel XII. Hasil Uji GLM Repeated Measure Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 58

Tabel XIII. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 60

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Trigliserida ... 7

Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel ... 9

Gambar 3. Mekanisme Absorbsi dan Transport Trigliserida ... 10

Gambar 4. Tanaman Pisang Kepok ... 22

Gambar 5. Struktur Simvastatin ... 28

Gambar 6. Grafik Rata-Rata Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 47

Gambar 7. Grafik Konsumsi Pakan Kumulatif Tikus ... 53

Gambar 8. Grafik Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 55

Gambar 9. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 57

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Tanaman Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L.

(pro sp.)) ... 74

Lampiran 2. Foto Alat Penelitian ... 75

Lampiran 3. Komposisi Pakan Tinggi Lemak... 76

Lampiran 4. Keseragaman Bobot Tablet ... 77

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Volume Penyuntikan ... 78

Lampiran 6. Analisis Statistik Data Penentuan Waktu Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 79

Lampiran 7. Analisis Statistik Data Rata-Rata Pakan ... 81

Lampiran 8. Analisis Statistik Data Pertambahan Kenaikan Berat Badan. ... 83

Lampiran 9. Analisis Statistik Data Rata-Rata Kenaikan Berat Badan ... 88

Lampiran 10. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-0 ... 89

Lampiran 11. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-0 terhadap Hari ke-14 ... 90

Lampiran 12. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-14 ... 92

Lampiran 13. Leaflet Trigliserida ... 95

(19)

xviii

INTISARI

Serat merupakan salah satu bahan yang terdapat pada makanan dan buah dengan berbagai macam khasiat. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) merupakan salah satu buah yang mengandung serat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol termasuk trigliserida darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) terhadap kadar trigliserida darah dan untuk mengetahui berapakah dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) yang paling efektif untuk menurunkan kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah yang menggunakan 35 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam tujuh kelompok. Kelompok I diberi pakan AD II dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi pakan tinggi lemak dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol pakan tinggi lemak, kelompok III diberi pakan tinggi lemak dan simvastatin dosis 0,0018 g/Kg BB sebagai kontrol positif, kelompok IV diberi pakan AD II dan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dosis 7,6 g/Kg BB sebagai kontrol pisang, kelompok V, VI, VII diberi pakan tinggi lemak dan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) berturut-turut dengan dosis 1,9; 3,8; 7,6 g/Kg BB. Kadar trigliserida darah diukur dengan menggunakan metode enzimatik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Data kadar trigliserida darah tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode One Way Anova dan

Post Hoc Tests Scheffe dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk buah pisang kepok dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar. Pemberian serbuk buah pisang kepok yang paling efektif mampu mempengaruhi kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar trigliserida darah adalah dosis 7,6 g/Kg BB.

Kata kunci : Musa x paradisiaca L. (pro sp.), pakan tinggi lemak, kadar

(20)

xix

ABSTRACT

Fiber is one of the materials contained in the foods and fruits with many benefits. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) is one of the fruits that contain fiber that can be used for lowering blood cholesterol levels, including blood triglycerides. This research aimed to determine the effect of adding Musa x paradisiaca L. (pro sp.) powder on levels of blood triglycerides and to know what is the dose of Musa paradisiaca forma typica powder which most effective for lowering blood triglyceride levels in male Wistar rats.

This research included the pure experimental research with complete randomized and unidirectional design by using white male Wistar rats which randomly divided into seven groups. The first group was fed AD II and CMC 1% (b/v) as a negative control, group II were fed a high-fat and CMC 1% (b/v) as a high-fat feed control, group III were fed a high-fat and simvastatin with doses 0.0018 g/Kg BB as a positive control, group IV were fed AD II and kepok banana powder (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) with doses 7.6 g/Kg BB as bananas control, group V, VI, VII and fed a high-fat kepok banana powder (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) successively with doses of 1.9, 3.8; 7.6 g/Kg BB. Blood triglyceride levels were measured using enzymatic methods with reagents GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Blood triglyceride levels data of each group were statistically analyzed using One Way Anova method and Post Hoc Tests Scheffe with 95% confidence level.

The results showed that kepok banana powder can affect blood triglyceride levels in male Wistar rats. Giving kepok banana powder which most effectively able to influence triglyceride levels Wistar male rats induced by high-fat feeding inhibits the increase of blood triglyceride level is in doses of 7,6 g/Kg BB.

(21)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Sudah diketahui banyak orang, kelebihan kolesterol bisa mengakibatkan

penyakit mematikan, seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.

Berdasarkan data WHO diperkirakan 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita di seluruh

dunia setiap tahun meninggal karena PJK. Atherosklerosis merupakan kontributor

utama terhadap patogenesis terjadinya penyakit jantung koroner yang menjadi

penyebab utama kematian (WHO, 2003). Kadar kolesterol merupakan salah satu

indikator yang paling baik untuk menentukan seseorang berpotensi terkena PJK

atau tidak.

Kolesterol merupakan komponen struktural membran sel dan merupakan

senyawa induk dari hormon steroid vitamin D3 dan garam empedu. Kolesterol

disintesis di dalam hati dan sel epitel usus dan juga dapat diperoleh dari lipid

makanan (Kuchel Philip and Gregory, 2006). Trigliserida merupakan bentuk

lemak yang paling banyak di dalam tubuh. Bentuk lemak disimpan dalam jaringan

lemak atau adiposa di dalam tubuh adalah trigliserida (Hartono, 2004).

Trigliserida disintesis dari asam-asam lemak oleh hati disertai seksresi partikel

VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Sacher and McPherson, 2000). VLDL

merupakan partikel yang kompleks, terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid,

dan apolipoprotein yang diproduksi oleh hati dan disekresikan ke dalam sirkulasi

(22)

yang kemudian akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL),

dan VLDL berubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang juga

akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein)

yang mengangkut kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Tingginya

trigliserida pada VLDL dapat menunjukkan tingginya LDL. Jumlah LDL yang

tinggi biasanya disebut hiperkolesterolemia, yang akan menjadi faktor risiko

terjadinya penyakit kardiovaskuler (Ganong, 1995).

Pencegahan utama hiperkolesterolemia adalah dengan melakukan

pengontrolan terhadap kadar kolesterol total darah agar selalu dalam batas angka

yang normal, pengendalian berat badan, modifikasi diet rendah kolesterol,

olahraga teratur sampai terapi farmakologik dengan obat-obatan hipolipidemia

(Mayes, 2003).

Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat

dan insiden timbulnya berbagai macam penyakit, diantaranya kanker usus besar,

penyakit kardiovaskular dan obesitas. Ternyata dari hasil penyelidikan

memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan yaitu membantu

mencegah sembelit, mencegah kanker, mencegah sakit pada usus besar,

membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam

darah, membantu menurunkan berat badan dan lain-lain (Susmiati, 2007).

Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai

laksansia, kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah.. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah

(23)

fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma

kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) (Susmiati, 2007). Imam dan

Akter (2011) menyatakan bahwa serat pada buah pisang (Musa paradisiaca)

mentah dapat menurunkan absorbsi kolesterol dan menurunkan kadar serum

kolesterol dan trigliserida. Sebuah studi menunjukkan komponen serat banyak

terkandung pada buah-buahan dan sayuran yang dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah (Soesilawaty, 2008).

Salah satu buah-buahan yang mengandung serat adalah buah pisang.

Pisang banyak dijumpai di seluruh Indonesia dan merupakan bahan makanan yang

dapat dikonsumsi segala usia. Pisang kepok adalah salah satu pisang yang

memiliki kadar air rendah dari pisang lainnya sehingga bagus untuk dijadikan

dalam bentuk tepung dengan kandungan serat 3,2-4.5 g per 100 g pisang mentah

sehingga dalam penelitian ini digunakan pisang kepok mentah dalam bentuk

serbuk.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dapat

memberikan efek terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar ?

b. Berapakah dosis yang paling efektif dari serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dengan

(24)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran peneliti, penelitian mengenai efek pemberian

serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar

trigliserida darah tikus jantan galur Wistar belum pernah dilakukan.

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah penelitian Soesilawaty

(2008) dengan judul “Perbandingan Pengaruh Pemberian Pektin Kulit Jeruk

Bali (Citrus grandis) dan Kulit Pisang Ambon (Musa spp.) terhadap

Penurunan Kolesterol Darah pada Mencit (Mus musculus)”. Penelitian

Soesilawaty didapatkan dosis pektin kulit pisang ambon yang efektif

menurunkan kadar kolesterol darah adalah 20%. Persamaan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Soesilawaty (2008) adalah tanaman yang digunakan,

sedangkan perbedaannya adalah jenis buah dan metode penelitian.

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian

mengenai efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L.

(pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar belum

pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan tentang penggunaan obat alternatif dalam bidang kesehatan.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

(25)

paradisiaca L. (pro sp.)) sebagai obat alternatif untuk mengatasi, mengurangi

atau mengontrol kadar trigliserida darah.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Membuktikan efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur

Wistar.

2. Tujuan khusus

Mengetahui bahwa pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) dapat memberikan efek terhadap kadar trigliserida darah

pada tikus jantan galur Wistar dan mengetahui dosis yang paling efektif dari

serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dalam menurunkan

(26)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Lipid

Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang

umumnya adalah senyawa hidrofobik, tidak larut dalam air tetapi larut dalam

pelarut organik (Sacher dan McPherson, 2000). Lipid plasma terdiri dari

triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesteril

(36%) serta sedikit asam lemak rantai panjang yang tidak teresterifikasi (asam

lemak bebas) (Murray, Granner, Mayes, Rodwell, 2006).

1. Klasifikasi lipid

Klasifikasi lipid yang penting dalam ilmu gizi berdasarkan

komposisi kimianya menurut Almatsier (2009) adalah sebagai berikut:

a. Lipid sederhana

1) Lemak netral

Lemak netral terdiri dari monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester asam

lemak dengan gliserol).

2) Ester asam lemak dengan alkohol yang memiliki bobot molekul tinggi

Ester lemak dan alkohol dengan bobot molekul tinggi terdiri dari malam, ester

sterol, ester nonsterol , ester vitamin A dan ester vitamin D.

b. Lipid majemuk

(27)

c. Lipid turunan terdiri dari asam lemak dan sterol yang meliputi kolesterol dan

orgosterol, hormon steroida, vitamin D dan garam empedu.

d. Lain-lain

Karotenoid, vitamin A, vitamin E dan vitamin K .

2. Trigliserida (triasilgliserol)

Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari tiga

asam lemak dan gliserol. Struktur umum trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Trigliserida (Marks, Marks, and Smith, 1996)

Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Kadar trigliserida

atau lemak yang ada di dalam darah dipengaruhi oleh kadar lemak yang dicerna

dari makanan atau banyaknya lemak yang masuk dari luar tubuh (Ganong, 1995).

3. Pencernaan trigliserida

Proses pencernaan lemak dimulai dari mulut, pada mulut makanan yang

mengandung lemak dikunyah dan tercampur dengan air liur. Kelenjar ludah akan

mengeluarkan enzim lipase lingual, setelah dikunyah makanan akan melewati

esofagus dan sampai di lambung. Lipase lingual dalam jumlah terbatas di dalam

lambung akan memulai hidrolisis trigliserida menjadi digliserida, monogliserida

(28)

Triasilgliserol atau trigliserida merupakan jenis lemak yang dominan

terdapat di dalam makanan tinggi lemak. Makanan harus dipecah agar dapat

diabsorbsi menjadi gliserol dan asam lemak. Sebagian besar orang bisa

mengasorbsi 95% dari makanan yang dikonsumsi. Trigliserida merupakan lemak

netral dan bersifat hidrofobik, sehingga bila dicampur dengan air maka akan

terpisah. Enzim memiliki muatan positif dan negatif dan bersifat hidrofilik yang

dapat bercampur dengan air karena bersifat polar. Lemak terlebih dahulu harus

mengalami proses emulsifikasi agar lemak dapat bercampur dengan air dan enzim

dapat bekerja dalam pencernaan (Almatsier, 2009).

4. Emulsifikasi trigliserida

Waktu lemak memasuki usus halus, hormon kolesitokinin akan memberi

isyarat kepada kandung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu. Cairan

empedu berperan sebagai bahan untuk mengemulsi lemak (Almatsier, 2009).

Asam empedu dibuat oleh hati dari kolesterol dan kemudiaan disimpan dalam

kantung empedu hingga saat diperlukan. Di dalam saluran empedu, cairan empedu

berada dalam bentuk asam empedu dan konjugatnya yang diasumsikan berada

dalam bentuk garam, sehingga sering disebut dengan istilah garam empedu

(Murray, et al., 2006).

Keistimewaan asam empedu terletak pada struktur molekulnya. Salah

satu ujung molekulnya terdapat rantai samping yang terdiri dari asam amino yang

berfungsi untuk menarik air. Sisi yang lain terdapat sterol yang berfungsi menarik

lemak. Proses emulsifikasi lemak (Gambar 2) terjadi di usus halus yaitu di

(29)

Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel (Sherwood, 2007) 5. Absorbsi dan transport trigliserida

Absorbsi lipid terjadi dalam jejunum. Hasil pencernaan lipid (digliserida,

monogliserida, gliserol dan asam lemak) diabsorbsi kedalam membran mukosa

usus halus dengan difusi pasif. Proses difusi terjadi karena adanya perbedaan

konsentrasi pada membran mukosa usus halus. Perbedaan konsentrasi ini

disebabkan karena adanya protein pengikat asam lemak yang akan segera

mengikat asam lemak untuk memasuki sel (Gambar 3). Setelah menembus

mukosa usus, asam lemak akan mengalami esterifikasi menjadi monogliserida

kembali yang dikatalis oleh asetil Ko-A dan kolesterol asiltransferase (Almatsier,

2009).

Trigliserida dan lipid besar lainya (kolesterol dan fosfolipid) yang

terbentuk di dalam usus akan bergabung dengan dengan protein-protein khusus

membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein. Lipoprotein yang

terbentuk akan diabsorbsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Trigliserida

diangkut oleh lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron merupakan tetesan

(30)

(apolipoprotein A dan B). Lipoprotein ini akan membentuk selaput yang

membungkus lipid didalamnya sehingga akan bebas didalam aliran darah yang

sebagian besar terdiri dari air. Dalam darah trigliserida yang ada pada kilomikron

dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh lipoprotein lipase yang

berada sel endotel kapiler (Almatsier, 2009).

Gambar 3. Mekanisme Absorbsi Dan Transport Trigliserida (Sherwood, 2007)

Asam lemak bebas dalam tubuh akan diabsorbsi oleh sel otot, sel lemak

dan sel-sel lainya. Asam lemak ini dapat langsung digunakan sebagai sebagai zat

(31)

trigliserida. Bila trigliserida telah terpisah dari kilomikron, sisanya yaitu

kolesterol dan dan protein dibawa ke hati untuk dimetabolisme lebih lanjut

(Almatsier, 2009).

Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh

dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat

(sederhana dan kompleks). Trigliserida yang ada dalam epithel usus selama

absorbsi lemak, akan diekskresikan ke dalam limpa dalam bentuk kilomikron dan

dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan–jaringan di seluruh tubuh

(Ganong, 1995). Batas kadar trigliserida pada manusia dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia Menurut Dipiro (2008)

Kategori Kadar Trigliserida (mg/dL)

Normal

Elektroforesis lipoprotein dibedakan menjadi 5 golongan besar (Tabel

II):

1. Kilomikron

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%

komponennya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan dan kurang dari

5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan

lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati.

Kilomikronemia pasca makan mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya

(32)

membentuk lapiran krim di atas plasma yang diinginkan (Suyatna dan Tony,

1995).

2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein).

Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserid (endogen) dan 10-15%

kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati. Makanan kaya

karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL karena asam lemak bebas dan

gliserol dapat disintesis dari karbohidrat. Kadar trigliserida juga mungkin berubah

oleh pengaruh berat badan, minum alkohol, stress dan latihan fisik. Efek

aterogenik VLDL belum begitu jelas, tetapi hipertrigliseridemia mungkin

merupakan tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering dihubungkan

dengan kegemukan, intoleransi gukosa dan hiperurisemia (Suyatna dan Tony,

1995).

3. Liporpotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)

IDL ini kurang mengandung trigliserid (30%), lebih banyak kolesterol

(20%) dan relatif banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat

perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat

dalam kadar yang besar kecuali nila terjadi hambatan konversi lebih lanjut

(Suyatna dan Tony, 1995).

4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia

(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserid sebanyak 10% dan kolesterol

50%. LDL merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke

(33)

plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan

lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. LDL adalah

komponen normal plasma dalam keadaan puasa (Suyatna dan Tony, 1995).

5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)

Saat ini dikenal 3 jenis HDL yaitu HDL1, HDL2, dan HDL3. HDL1

didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol

dan pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Komponen HDL adalah

13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserid dan 50% protein. HDL penting untuk

bersihan trigliserid dan kolesterol, dan untuk transport serta metabolisme ester

kolesterol dalam plasma. HDL biasanya membawa 20-25% kolesterol darah.

Kadar HDL2 dan HDL3 yang tinggi dihubungkan dengan penurunan insiden

penyakit dan kematian karena aterosklerosis. HDL berfungsi untuk mengangkut

kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer

berkurang (Suyatna dan Tony, 1995).

(34)

C. Hiperlipidemia

Lipid plasma diangkut dalam bentuk kompleks-kompleks yang disebut

lipoprotein. Berbagai kelainan metabolik berupa peningkatan spesies lipoprotein

dinamakan hiperlipoproteinemia atau hiperlipidemia. Hiperlipidemia menandakan

peningkatan kadar trigliserida (Katzung, 2007).

Tabel III. Panduan Terapi Hiperlipidemia Untuk Orang Dewasa

Ideal Perbatasan

Trigliserida < 120 (1,4) 120-199

(1,4-2,3) < 200 (2,3)

2

mg/dL(mmol/L) ; 3 Nilai optimalnya adalah <100 (2,6)

(Katzung, 2007).

1. Klasifikasi gangguan lipoprotein

Gangguan lipoprotein dideteksi melalui pengukuran lipid dalam serum

setelah puasa selama 10 jam. Risiko penyakit jantung meningkat sesuai dengan

konsentrasi lipoprotein aterogenik, berbanding terbalik dengan nilai HDL dan

dimodifikasi oleh faktor risiko lainnya (Tabel III) (Katzung, 2007).

a. Hipertrigliseridemia primer

Hipertrigliseridemia terkait dengan peningkatan risiko penyakit koroner.

(35)

cenderung memiliki VLDL berdiameter partikel kecil yang kaya akan

kolesterol.

b. Hipertrigliserida familial

1) Berat (biasanya lipemia campuran)

Biasanya lipemia campuran terjadi akibat adanya gangguan

pembuangan lipoprotein kaya trigliserida. Faktor yang meningkatkan

produksi VLDL memperberat lipemia karena VLDL dan kilomikron

merupakan substrat yang berkompetisi dengan LPL.

2) Sedang

Peningkatan primer kadar VLDL juga mencerminkan suatu

predisposisi genetik dan diperburuk oleh berbagai faktor yang

meningkatkan laju sekresi VLDL oleh hati, yaitu obesitas, alkohol,

diabetes, dan estrogen.

c. Hiperlipoproteinemia kombinasi familial

Pada kelainan ini, penderita dapat menderita peningkatan kadar VLDL,

LDL, atau keduanya dan polanya dapat berubah dari waktu ke waktu.

Kelainan ini melibatkan pelipatgandaan sekresi VLD.

d. Disbetalipoproteinemia familial

Pada kelainan ini, terjadi akumulasi sisa kilomikron dan VLDL. Kadar

LDL biasanya menurun. Karena sisa kilomikron kaya akan ester kolesteril,

kadar kolesterol mungkin setinggi kadar trigliserida. Pasien cenderung obes

(36)

e. Hiperkolesterolemia primer

1.) Hiperkolesterolemia familial

Kelainan ini merupakan sifat autosomal dominan. Walaupun kadar

LDL cenderung meningkat selama masa kanak-kanak, diagnosis kelainan

ini sering ditegakkan berdasarkan peningkatan kolesterol darah tali pusat.

2.) Hiperlipoproteinemia kombinasi familial

Beberapa penderita kelainan ini hanya mengalami peningkatan kadar

LDL. Kolesterol serum biasanya kurang dari 350 mg/dL.

3.) Hiperlipoproteinemia Lp(a)

Kelainan ini dikaitkan dengan aterogenesis, ditentukan terutama oleh

alel yang mengatur peningkatan produksi gugus protein (a).

4.) Defisiensi HDL

Kelainan ini jarang terjadi, termasuk penyakit Tangier dan kelainan

LCAT, terkait dengan kadar serum HDL yang sangat rendah.

f. Hiperlipoproteinemia sekunder

Sebelum kelainan primer dapat ditegakkan, harus dipertimbangkan

adanya penyebab sekunder fenotip ini. Keadaan lipoprotein biasanya membaik

jika kelainan yang mendasarinya berhasil diobati (Katzung, 2007).

2. Penyebab hiperlipidemia

a. Diet yang mengandung banyak kolesterol dan lemak

b. Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol atau lemak dan juga bisa

(37)

3. Faktor risiko

a. Kelebihan berat badan atau obesitas

b. Kurang aktivitas fisik

c. Diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh

d. Penyakit lain seperti diabetes (Suyatna dan Tony, 1995).

D. Serat

1. Definisi

Serat dalam makanan adalah bagian dari makanan yang tidak dicerna

secara enzimatis oleh enzim pencernaan manusia sehingga tidak secara langsung

berfungsi sebagai sumber gizi (Marks,Marks, Smith, 1996).

Codex Alimentarius Commision (CAC, 2006) mendefinisikan serat

makanan adalah karbohidrat polimer dengan derajat polimerisasi tidak kurang dari

3, yang tidak di cerna atau di serap di usus halus (Gray, 2006).

Serat adalah polisakarida nonpati, yaitu karbohidrat kompleks yang

terbentuk dari gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu serta tidak

dapat dicerna. Serat makanan juga bisa didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal

dalam kolon setelah makanan dicerna atau setelah zat-zat gizi dalam makanan

diserap tubuh (Wirakusumah, 2007).

Kusharto (2006) mendefinisikan serat sebagai bagian dari dinding sel

tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh enzim saluran pencernaan manusia

sehingga sulit di absorbsi oleh unsur-unsur halus. Meskipun demikian, dalam usus

(38)

komponen serat sehingga dapat diserap tubuh dan dapat digunakan sebagai

sumber energi.

2. Klasifikasi serat

Berdasarkan sifat fisiknya serat dibedakan menjadi serat larut dalam air

dan serat tidak larut dalam air.

a. Serat tidak larut dalam air

Serat tidak larut berhubungan dengan penurunan waktu transit makanan

dari lambung ke usus sehingga massa feses lebih lunak tetapi padat, serat larut

dalam air di bedakan menjadi:

1) Selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari homopolimer

α - linked-4 glukosa rantai linier. Didalam pencernaan berperan sebagai

pengikat air tetapi tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan

mempengaruhi massa feses. Bersifat resisten terhadap saliva dan enzim

pankreatik amilase, dapat didegradasi oleh bakteri kolon dan dapat

mempengaruhi massa feses.

2) Hemiselulosa

Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek dibandingkan

selulosa, sifatnya sama dengan selulosa yaitu mampu berikatan dengan air.

Jenis ini banyak ditemukan pada bahan makanan serealia, sayur-sayuran, dan

(39)

3) Lignin

Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil

propan. Ikatan dengan jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar di

fermentasi oleh bakteri kolon sehingga banyak ditemukan di feses. Serealia

dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan sumber serat lignin.

b. Serat larut dalam air

Serat larut telah dibuktikan berpengaruh terhadap metabolisme

karbohidrat dan lemak. Serat larut ini dalam usus besar diragikan menjadi gas

dan asam lemak rantai pendek yang dengan cepat dikeluarkan sehingga

kurang berpengaruh terhadap massa tinja, 25% pada kacang-kacangan dan

3% pada buah-buahan.

1) Pektin

Pektin terdapat pada dinding tanaman dan berfungsi sebagai perekat

antara dinding sel tanaman, pektin merupakan polimer dari glukosa dan asam

galakturonat (turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galaktonat lebih

banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi metabolisme zat

gizi, merupakan sakarida kompleks, dapat dimetabolisme sempurna oleh

bakteri kolon. Dapat dipakai untuk pengental jelly, selai dan makanan

eksternal. Kandungan pektin pada buah, selain memberikan ketebalan kulit

juga mempertahankan kadar air buah. Semakin matang buah maka kandungan

pektin dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang. Pektin dapat

dijumpai pada beberapa jenis buah dan sayuran, terutama apel, arbei, jeruk,

(40)

2) Mucilago

Mucilago ditemukan pada lapisan endosperm biji tanaman, strukturnya

menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk dalam golongan tersebut

karena letak dan fungsinya berbeda. Mucilago juga mampu membentuk gel

yang mempengaruhi bentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam

tubuh. Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacang-kacangan.

3) Gum

Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding sel

tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan jenis serat yang lain.

Namun kegunaanya sangat penting, yaitu sebagai penutup dan pelindung

bagian tanaman yang terluka. Karena memiliki molekul hidrofilik yang

berkombinasi dengan air, menyebabkan gum membentuk gel. Gum ada juga

yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa. Jenis gum semacam ini banyak

ditemukan pada kacangkacangan, sayuran dan buah-buahan. Gum dapat pula

ditemukan pada batang akasia, dikenal sebagai gum arabik yang mengandung

molekul arabinosa, rhamnosa, galaktosa dan asam glukoronat. Gum jenis ini

biasanya tidak digunakan untuk diet, tetapi sebagai bahan tambahan dalam

pembuatan makanan, yaitu stabilizer atau pengikat (Beck, 1993).

3. Hubungan serat dengan kolesterol

Konsumsi serat makanan berhubungan dengan penurunan absorpsi

kolesterol, fermentasi dan peningkatan pelepasan asam empedu. Pektin

murni, hidroksimetil selulosa dan guar gum serta glukan menurunkan

(41)

Maka dapat disimpulkan bahwa serat yang kental efektif menurunkan

absorpsi kolesterol walaupun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami.

Serat makanan yang viscous juga menurunkan absorpsi triasilgliserol

(Tensiska, 2008).

Mekanisme serat dalam menurunkan kadar trigliserida adalah

dengan mengurangi penyerapan lemak di lumen usus dengan memutus siklus

enterohepatik, sehingga lemak akan ikut terbuang bersama feses (Nursalim,

2007).

Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol serum melalui

beberapa cara yaitu :

a. Dengan meningkatnya ekskresi garam empedu dan kolesterol melalui feses

maka garam empedu yang mengalami siklus enterohepatik juga berkurang.

Berkurangnya garam empedu yang masuk ke hatidan berkurangnya absorpsi

kolesterol akan menurunkan kadar kolesterol sel hati. Ini akan meningkatkan

pengambilan kolesterol dari darah yang akan dipakai untuk sintesis garam

empedu yang baru. Akibatnya akan menurunkan kadar kolesterol darah.

b. Terjadi perubahan pool garam empedu dari cholic acid menjadi

chenodeoxycholic acid yang menghambat 3-hydroxy 3-methylglutaryl (HMG)

CoA reductase yang dibutuhkan untuk sintesis kolesterol.

c. Penelitian pada hewan menunjukkan propionat atau asam lemak rantai pendek

lain yang terbentuk sebagai hasil degradasi serat di kolon akan menghambat

(42)

E. Uraian Tanaman

Gambar 4. Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) (Putri, 2012)

1. Klasifikasi tanaman

Klasifikasi botani tanaman pisang (Gambar 4) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa L.

Spesies : Musa x paradisiaca L. (pro sp.)

(USDA, 2013)

2. Morfologi tanaman

Tanaman pisang tumbuh di daerah tropik karena menyukai iklim

(43)

cukup air pada daerah dengan ktinggian sampai 2000 m dpl. Pisang

merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya

antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang

pendek (Gambar 4). Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa

tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas

tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga

mencapai ketebalan 20-50 cm (Dalimartha, 2003).

Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman,

keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara

progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah

koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang

tangah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan

menyirip, warnanya hijau. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap

kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan.

Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka, bunga

betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang berada

di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan

disebut sebagai jantung pisang (Dalimartha, 2003).

Jantung pisang harus dipangkas setelah selesai berbuah. Tiap

kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir

betina antara 5-15 buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok,

tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau

(44)

Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warnanya hitam (Dalimartha,

2003).

3. Kandungan tanaman

Kandungan kimia tanaman pisang berbeda di tiap bagiannya. Akar

tanaman pisang mengandung serotonin, norepinefrin, tanin, hidroksitrptamin,

dopamin, vitamin A, B, dan C. Buah pisang mengandung flavonoid, glukosa,

fruktosa, sukrosa, kaya akan vitamin (A, B, C, dan E), mineral, pektin, serotonin,

5-hidroksi triptamin, dopamin (Dalimartha, 2003)

Vitamin C (asam askorbat) memiliki efek menurunkan kadar kolesterol

dan trigliserida yang tinggi, meningkatkan HDL dan memperlancar pencernaan,

serta sintesis kolagen. Vitamin B3 (niasin) dapat menurunkan produksi VLDL di

hati sehingga produksi kolesterol total, HDL, dan trigliserida menurun

(Harlinawati, 2006).

Di dalam pencernaan, serat (pektin) makanan mengikat asam empedu

yang merupakan produk akhir kolesterol dan membawanya keluar bersama tinja.

Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi serat makanan, semakin banyak asam

empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh (Harlinawati, 2006).

(45)

Tabel IV. Jumlah Kandungan Buah Pisang Per 100 G

(Morton, 1987).

Tabel IV merupakan jumlah kandungan dari buah pisang per 100 g,

dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kandungan serat terbanyak

terdapat pada pisang yang masih hijau (mentah) dalam bentuk tepung, yaitu

sebesar 3,2-4,5 g.

F. Terapi Hiperlipidemia

1. Tujuan terapi

Tujuan yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan kolesterol

(46)

miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia, atau kejadian lain pada

penyakit arterial perifer (Sukandar, dkk., 2009).

2. Terapi non-farmakologi

a. Pengaturan diet

Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi

lemak total, lemak jenuh, dan kolesterol untuk mendapatkan bobot badan

yang sesuai (Sukandar, dkk, 2009).

b. Pengurangan berat

Induksi penurunan bobot badan hingga 10% harus didiskusikan

terlebih dahulu dengan pasien yang kelebihan berat badan (Sukandar, dkk,

2009).

c. Peningkatan aktivitas fisik

Dilakukan teratur dan tidak terlalu berat, yaitu 30 menit tiap harinya

(Sukandar, dkk, 2009).

d. Perubahan pola makan

Meningkatkan konsumsi serat larut dalam bentuk oat, pektin, gum dan

psyllium dapat membantu penurunan kolesterol total dan LDL (5-20%).

Mengkonsumsi 2-3 g/hari tanaman sterol dan stanol akan mengurangi

LDL 6-15% yang terdapat pada margarin. Mengkonsumsi zat tambahan

dari minyak ikan memiliki efek yang cukup besar dalam pengurangan

(47)

e. Menghilangkan faktor risiko

Bila individu dengan hiperlipoproteinemia dipacu oleh beberapa

penyakit lain seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau

hipertiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati. Individu tersebut

dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan

pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati

hipertensi, olahraga cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien

diabetes (Suyatna, 2009).

3. Terapi farmakologi

Efek terapi obat terhadap lipid dan lipoprotein ditunjukkan dalam Tabel V.

Tabel V. Efek Terapi Obat Hiperlipidemia Golongan

(48)

G. Simvastatin

Simvastatin (Gambar 5) merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur

Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan

HMG-CoA reduktase.

Gambar 5. Struktur Simvastatin (USP, 2007)

Simvastatin berwarna putih sampai abu-abu, tidak higroskopis, berupa

serbuk kristal yang praktis tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam

kloroform, metanol, dan etanol. Tablet simvastatin untuk pemberian oral terdapat

dalam sediaan dosis 10, 20, 40, atau 80 mg dan disertai kandungan bahan

tambahan lain (USP, 2007).

Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase

secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan

menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam

mevalonat. Simvastatin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL

dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh

hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Suyatna, 2009).

Simvastatin dan bentuk metabolitnya terikat pada protein plasma darah

(49)

perlakuan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol. Pada pasien

hiperkolesterolemia, pemberian simvastatin akan dapat:

1. Mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Apo B dan trigliserida,

serta menaikkan HDL kolesterol pada pasien dengan hiperkolesterolemia

primer (heterozigot familial dan nonfamilial) dan dislipidemia campuran.

2. Mengobati pasien dengan hipertrigliserida

3. Mengobati pasien dengan primary disbetaliproteinemia (USP, 2007).

H. Bentuk Sediaan

Sediaan suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang

terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap (Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan, 1979). Beberapa suspensi dapat langsung

digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus

dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum

digunakan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan

untuk penggunaan oral (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,

(50)

I. Penetapan Kadar Trigliserida

Penetapan kadar trigliserida dilakukan di Laboratorium PARAHITA

dengan menggunakan metode enzimatik kolorimetri dengan reagen GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Prinsipnya adalah trigliserida akan dihidrolisis

menjadi gliserol. Gliserol yang terhidrolisis akan terfosforilasi oleh adenosin

triphosphate (ATP) dengan adanya glyserol kinase menghasilkan

glyserol-3-phosphate dan adenosie diphosphate (ADP). Glyserol-3-phosphate teroksidasi

menjadi phosphate dihydroxiacetone (DAP) oleh glyserol phosphate oxidase

(GPO) memproduksi hydrogen peroxide (H2O2). Hidrogen peroksida (H2O2) akan

bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan 4-klorofenol menghasilkan senyawa

dengan warna merah (chinonimina). Absorbansi chinonimina sebanding dengan

konsentrasi trigliserida hadir dalam sampel yang diukur (Abbott, 2006).

Menurut Abbott (2006), komposisi dari reagen GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase) untuk pengukuran kadar trigliserida yang akan digunakan

pada penelitian ini adalah seperti yang dicantumkan pada Tabel VI.

Tabel VI. Komponen Reagen GPO

Komponen Konsentrasi

ATP 2,5 mmo/L

Mg2+ 2,5 mmo/L

4-aminoantipyrine 0, mmo/L 4-cholorophenol 2 mmo/L Peroxidase > 2,000 U/L Glycerol kinase > 600 U/L Glycerol phosphate oxidase > 6,000 U/L Lipoprotein Lipase > 3,000 U/L

(51)

J. Landasan Teori

Trigliserida merupakan 95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi

pada semua bentuk makanan dan persentasenya sama dengan dalam tubuh

manusia. Trigliserida yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi

sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL merupakan partikel yang

kompleks, terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan apolipoprotein yang

diproduksi oleh hati dan disekresikan ke dalam sirkulasi sistemik. VLDL akan

mengangkut trigliserida yang terbentuk dari asam lemak yang kemudian akan

mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah

menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang juga akan mengalami

hidrolisis dan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang mengangkut

kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Tingginya trigliserida pada VLDL

dapat menunjukkan tingginya LDL. Jumlah LDL yang tinggi biasanya disebut

hiperkolesterolemia, yang akan menjadi faktor risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler (Ganong, 1995).

Hiperlipidemia adalah kondisi dimana seseorang memiliki kadar lipid

melebihi batas normal karena terjadi gangguan metabolisme lipid yang mengarah

pada aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah yang

menjadi cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Berbagai penelitian

telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai

macam penyakit, diantaranya kanker usus besar, penyakit kardiovaskular dan

obesitas. Ternyata dari hasil penyelidikan memperlihatkan bahwa serat sangat

(52)

mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol,

membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah wasir, membantu

menurunkan berat badan dan lain-lain (Susmiati, 2007).

Peran utama serat dalam makanan ialah pada kemampuannya mengikat

air, sellulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa

makanan melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar (Susmiati, 2007).

Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai laksansia,

kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah. Beberapa penelitian

membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah ada hubungannya

dengan tingginya kandungan serat dalam makanan.

Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) adalah salah satu

buah-buahan yang mengandung serat (larut air yaitu pektin) diketahui dapat

menurunkan kadar trigliserida darah. Pada penelitian ini menggunakan bentuk

sediaan serbuk dari buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)).

K. Hipotesis

Pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro

sp.)) dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar

yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar

(53)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental

murni adalah rancangan dengan melibatkan satu variabel eksperimen yang diberikan

perlakuan khusus (manipulasi) dan satu kelompok kontrol dengan perlakuan yang

berbeda setelah itu menguji hasil (Nasution, 2007). Rancangan penelitian yang

digunakan adalah rancangan penelitian acak lengkap pola searah yaitu

mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi (tikus jantan galur

Wistar), kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristasi tersebut

(umur dan berat badan) dan kemudian diambil sampel yang mewakili strata tersebut

secara acak (Notoadmojo, 2002). Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus jantan

galur Wistar.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar

dengan umur 1-2 bulan dan bobot hewan uji 100-200 g. Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan umur diluar 1-2 bulan,

berat kurang dari 100 g dan lebih dari 200 g serta tikus yang mati.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

(54)

1) Varibel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis serbuk buah pisang

kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan tiga peringkat dosis yang

ditentukan peneliti dari konsentrasi terpekat sediaan serbuk buah pisang

kepok yang dapat melewati spuit peroral sebagai berikut: 1,9 ; 3,8 ; 7,6

g/Kg BB.

2) Variabel tergantung

Variabel tergantung adalah kadar trigliserida dalam darah tikus jantan

galur Wistar.

b. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah jenis

kelamin hewan uji, galur hewan uji, umur, berat badan dari hewan uji.

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan

berat badan 100-200 g dan umurnya 1-2 bulan. Jalur pemberian sediaan

serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dilakukan

secara peroral yang sebelumnya serbuk disuspensikan ke dalam larutan

CMC 1% (b/v).

2) Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah

keadaan patofisiologi hewan uji, kemampuan hewan uji untuk mencerna

(55)

distribusi, biotransformasi, dan ekskresi) serta kemampuan hewan uji

untuk beradaptasi dengan hiperlipidemia.

2. Definisi operasional

a. Komposisi pakan tinggi lemak yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari

kuning telor ayam, minyak babi dan AD II dengan perbandingan (2:1:1)

dibuat dalam bentuk pelet. Komposisi pakan ini efektif mampu meningkatkan

kadar trigliserida dalam darah tikus.

b. Serbuk buah pisang kepok adalah serbuk yang dibuat dengan mengeringkan

buah pisang kepok dalam oven kemudian menghancurkan pisang kepok

(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan menggunakan mesin penyerbuk

yaitu grinder, dan serbuk yang diperoleh dapat dibuat dalam bentuk sediaan

suspensi serta dapat melewati spuit injeksi peroral.

c. Sediaan serbuk buah pisang kepok adalah sediaan dalam bentuk suspensi buah

pisang kepok yang dibuat dengan melarutkan sejumlah (g) serbuk buah pisang

kepok dalam larutan CMC 1% (b/v).

d. Dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) adalah sejumlah serbuk Musa x

paradisiaca L. (pro sp.) yang disuspensikan dalam larutan CMC 1% (b/v) dan

diberikan kepada tikus dengan rute pemberian peroral berdasarkan jumlah

pakan yang dimakan tikus per hari selama masa perlakuan.

e. Metode kolorimetrik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase)

adalah suatu metode enzimatik yang dapat digunakan untuk mengukur kadar

(56)

C. Bahan dan Instrumen Penelitian

1. Bahan penelitian

a. Hewan uji

Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar dengan umur

1-2 bulan dan berat badan 100-200 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono

Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

b. Bahan uji

Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) mentah (hijau) tanpa

kulit berumur 2,5 bulan yang diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07,

Ambarketawang, Gamping, Sleman. Pisang kepok yang digunakan pada

penelitian ini diambil pada bulan September 2012. Bahan uji ini kemudian

dikeringkan dan dijadikan serbuk.

c. Lemak babi

Lemak babi yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pasar

Bringharjo Yogyakarta.

d. Kuning telur

Kuning telur yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari warung di

Paingan, Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta.

e. Pakan

Pakan yang digunakan secara umum adalah pakan AD II yang didapat dari

(57)

f. Pakan tinggi lemak

Pakan tinggi lemak dibuat dari campuran kuning telor ayam, minyak babi

dan AD II, dengan perbandingan (2:1:1) dibuat dalam bentuk pelet.

g. Larutan CMC 1% (b/v)

Serbuk CMC dibuat menjadi larutan dengan konsentrasi 1% (b/v).

h. Senyawa pembanding

Senyawa pembanding yang digunakan adalah tablet simvastatin generic

20 mg.

2. Instrumen penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat

alat gelas, oven, alat timbang elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland), alat

penyerbuk (grinder), ayakan berukuran 80 mesh, mesin pelet, pipa hematokrit

(non-heparin), set metabolit cage, serum tube 6 cc (BD Vacutainer), spuit injeksi peroral

2,5 cc dan 5 cc, penangas air.

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi dilakukan dengan menyamakan ciri-ciri buah pisang kepok

(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan website www.plantamor.com dan buku

(58)

2. Pengumpulan bahan

Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang, Gamping,

Sleman. Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan adalah

buah pisang yang masih mentah berumur 2,5 bulan tanpa kulit.

3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))

Dari tiga sisir buah pisang kepok yaitu 60 buah pisang kepok (3.600 g) yang

telah dikumpulkan dipisahkan antara kulit dan daging buahnya kemudian daging

buahnya dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC – 50oC

selama ± 24 jam di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan didapatkan buah pisang kepok kering

dengan berat 2.046 g. Kemudian buah pisang kepok yang telah kering dikeluarkan

dari oven dan diserbuk dengan mesin (grinder) Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang dihasilkan

oleh penyerbukan dengan menggunakan grinder diayak dengan menggunakan ayakan

nomor mesh 50 adalah 612 g dari 60 buah pisang kepok. Diasumsikan dengan ayakan

nomor mesh 50, partikel serbuk dapat dibuat dalam bentuk sediaan suspensi yang

diberikan pada tikus jantan galur Wistar dengan bantuan spuit peroral. Satu buah

pisang kepok dengan berat 60 g menghasilkan 34,1 g buah pisang kepok yang telah

(59)

4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))

Konsentrasi maksimum sediaan serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30% (b/v). Konsentrasi 30% (b/v)

diperoleh dari konsentrasi terpekat yang ditentukan oleh peneliti sebagai

konsentrasi maksimal yang masih bisa dikeluarkan melalui spuit untuk tikus

jantan galur Wistar dengan pemberian peroral. Dari konsentrasi maksimum yang

diperoleh dapat dihitung besar dosis sediaan serbuk Musa x paradisiaca L. (pro

sp.) akan diberikan pada tikus jantan galur Wistar dengan menggunakan rumus

berikut ini:

D (g/g BB) x BB (g) = V (ml) x C (g/ml)

Volume pemberian pada tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah

setengah dari volume maksimal untuk penggunaan peroral pada tikus yaitu 2,5

ml. Volume maksimum pemberian peroral untuk tikus adalah 5 ml. Pada

penelitian ini diasumsikan berat badan maksimal yang digunakan adalah 200 g,

maka dosis pemberian untuk tikus dapat ditentukan sebagai berikut:

D(g/g BB) x BB(g) = V(mL) x C(g/mL)

D(g/g BB) x 200(g) = 2,5 mL x 30 g/100 mL

D(g/gBB) =

D(g/g BB) = 0,75 g/ 200 g BB

(60)

Dosis yang diperoleh adalah 3,8 g/Kg BB. Kemudian dari dosis 3,8

g/Kg (dosis II) BB dibuat tiga peringkat dosis dengan mengambil rentang dosis

yang lebih rendah (dosis I) dan lebih tinggi (dosis III). Untuk mendapatkan dosis

yang diinginkan diperlukan faktor pengali dan pembagi. Pada penelitian ini

faktor pengali dan pembagi yang digunakan adalah 2. Oleh sebab itu, tiga

peringkat dosis yang digunakan adalah 1,9 g/Kg BB ; 3,8 g/Kg BB ; dan 7,6

g/Kg BB.

5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v)

Serbuk CMC ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan kedalam aquadest

panas sampai 100 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan CMC 1%.

6. Pembuatan suspensi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro

sp.))

Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) sebanyak 30 g

disuspensikan kedalam larutan CMC 1% sampai 100 mL. Sehingga didapat suspensi

serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dalam 30 %(b/v).

7. Penentuan dosis dan konsentrasi simvastatin

Dosis simvastatin yaitu 20 mg untuk manusia dengan berat badan 70

kg. Kemudian dikonversikan pada tikus 200 g dengan faktor konversi 0,018 yaitu

20 mg x 0,018 = 0,36 mg simvastatin/200g = 1,8 mg/kg BB, maka dosis

simvastatin untuk tikus ditetapkan 1,8 mg/kgBB = 0,0018 g/Kg BB.

Sedangkan penentuan konsentrasi simvastatin pada penelitian ini

Gambar

Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel (Sherwood, 2007)
Gambar 3. Mekanisme Absorbsi Dan Transport Trigliserida (Sherwood, 2007)
Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia Menurut Dipiro  (2008)
Tabel II. Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein (Ito, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

ftr rinijoro

b&amp;oq dki kFdi pilr ciihui

Berikut perancangan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap berbagai transaksi yang membentuk siklus pengeluaran dibagi menjadi beberapa tahap antara

[r]

[r]

Transformasi merupakan proses pengubahan data atau sinyal ke dalam bentuk lain agar lebih mudah dianalisis, seperti transformasi fourier yang mengubah sinyal ke

menyatakan bahwa lebar rentang jarak yang diperlukan sepasang mata dalam membaca tidak dapat melebihi tiga kata, atau dengan kata lain seorang pembaca yang paling cepat

Adapun Afektif berasal dari bahasa inggris affective yang berarti ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, jadi dapat disimpulkan evaluasi afektif adalah