EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH
TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Agustina Erni Purnamasari
NIM: 098114058
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Agustina Erni Purnamasari
NIM: 098114058
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
“ Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”
-Markus 11:24–
“Just because I don’t understand God’s plans, doesn’t mean that He is not with me”
-Nick Vujicic-
Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada:
TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku. Bapak Stefanus Hartaya S. & Ibu Antonia Sumiati , sebagai
ungkapan terimakasih, cinta dan sayangku.
Tanpa kalian aku tidak bisa seperti ini, kalian tidak pernah lelah dan bosan untuk menyemangati, mengingatkan dan
mendengar keluh kesahku.
Anastasia Lisa Hartaya, Rita Hartaya, dan Maria Paulina Hartaya sebagai tanda sayangku dan motivasi untuk kalian.
vii
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan penyertaan yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Efek Pemberian Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) Terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Jantan Galur Wistar”. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas
akhir untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Program studi Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini tidak terwujud tanpa
bimbingan, bantuan dan pengarahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan penyertaanNya selama ini.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan
masukan-masukan kepada penulis.
3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. sebagai Dosen Pembimbing Utama skripsi
ini atas segala kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, tuntunan, dukungan dan motivasi selama penelitian dan
penyusunan skripsi.
4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., sebagai Dosen Penguji skripsi yang
telah banyak memberikan masukan dan saran demi kemajuan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., sebagai Dosen Penguji skripsi yang
viii
6. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmasi yang
telah memberikan izin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna
penelitian skripsi ini.
7. Pak Heru, Pak Parjiman, Mas Kayat, Mas Ratidjo, Pak Musrifin, Mas
Wagiran dan semua staff laboratorium Farmasi, Mbak Igar dan semua staff
Laboratorium Parahita yang bersedia membantu dan menemani selama
penelitian berlangsung.
8. Christina Yessy Jessica sebagai sahabat seperjalanan dalam skripsi atas
dukungan, kerjasama, semangat, perhatian, dan doanya.
9. Raisa Novitae, Chrissa Hygiana, Inthari Alselusia, Devi Krishartanti, Yenni
Sanmei, Marsela Lotjita, Florentina Eky , Katerine Jessica, Diah Intan,
Bernadea Wikan, Herman Gunawan, Thomas Catur, Lidya Dinda, dan Evy
Fenny sebagai kawan satu perjuangan yang telah berbagi doa, semangat dan
kekuatan satu sama lain.
10.Teman-teman FSM B 2009, FKK 2009 dan semua teman-teman Fakultas
Farmasi USD atas kebersamaanya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
11.Wisnu Brahmana Putra yang telah setia menunggu, menemani, menghibur,
berbagi doa, semangat dan kekuatan selama ini.
12.Valentina Vava Valova dan Adven Legu yang telah bersedia menjadi
keluarga baru selama ini dan selalu memberikan semangat.
13.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan
bermanfaat demi pengembangan ilmu pengetahuan, serta menjadi acuan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v
LEMBAR PERSEMBAHAN... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
INTISARI ...xviii
ABSTRACT ... xix
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan... 3
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 5
xi
2. Tujuan khusus ... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6
A. Lipid ... 6
1. Klasifikasi lipid ... 6
2. Trigliserida (triasilgliserol) ... 7
3. Pencernaan trigliserida... 7
4. Emulsifikasi trigliserida ... 8
5. Absorbsi dan transport trigliserida ... 9
B. Lipoprotein ... 11
1. Kilomikron ... 11
2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein) ... 12
3. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)... 12
4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein) ... 12
5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein) ... 13
C. Hiperlipidemia ... 14
1. Klasifikasi gangguan lipoprotein ... 14
2. Penyebab hiperlipidemia... 16
3. Faktor risiko ... 17
D. Serat ... 17
1. Definisi... ... 17
xii
3. Hubungan serat dengan kolesterol ... 20
E. Uraian Tanaman ... 22
1. Klasifikasi tanaman ... 22
2. Morfologi tanaman ... 22
3. Kandungan tanaman ... 24
F. Terapi Hiperlipidemia ... 25
1. Tujuan terapi ... 25
2. Terapi non-farmakologi ... 26
3. Terapi farmakologi ... 27
G. Simvastatin ... 27
H. Bentuk Sediaan ... 29
I. Penetapan Kadar Trigliserida ... 29
J. Landasan Teori ... 30
K. Hipotesis ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN... ... 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 32
1. Variabel penelitian ... 33
2. Definisi operasional ... 35
C. Bahan dan Instrumen Penelitian ... 36
1. Bahan penelitian ... 36
2. Instrumen penelitian ... 37
xiii
1. Determinasi tanaman ... 37
2. Pengumpulan bahan ... 38
3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 38
4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 39
5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v) ... 40
6. Pembuatan suspensi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 40
7. Penentuan dosis dan konsentrasi simvastatin ... 40
8. Pembuatan suspensi simvastatin ... 41
9. Pembuatan pakan tinggi lemak ... 41
10.Penentuan waktu pemberian pakan tinggi lemak ... 42
11.Pengkondisian hewan uji ... 42
12.Tahap perlakuan ... 42
13.Penetapan kadar trigliserida darah ... 43
E. Tatacara Analisis Hasil ... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Determinasi Tanaman ... 45
B. Pembuatan Pakan Tinggi Lemak ... 45
C. Penetapan Lama Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 46
xiv
E. Penetapan Dosis Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L.
(pro sp.)) ... 51
F. Konsumsi Pakan Kumulatif ... 52
G. Berat Badan Tikus ... 55
1. Pertambahan kenaikan berat badan tikus ... 55
2. Rata-rata kenaikan berat badan tikus ... 56
H. Pengukuran Kadar Trigliserida Tikus ... 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN ... 73
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia ... 11
Tabel II. Nilai Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein ... 13
Tabel III. Panduan Terapi untuk Orang Dewasa ... 14
Tabel IV. Jumlah Kandungan Buah Pisang per100G ... 25
Tabel V. Efek Terapi Obat Hiperlipidemia ... 27
Tabel VI Komponen Reagen GPO ... 30
Tabel VII. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 47
Tabel VIII. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 48
Tabel IX. Hasil Post Hoc dan Scheffe Orientasi Pakan Tinggi Lemak ... 48
Tabel X. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Konsumsi Pakan Kumulatif ... 54
Tabel XI. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 56
Tabel XII. Hasil Uji GLM Repeated Measure Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 58
Tabel XIII. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 60
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Trigliserida ... 7
Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel ... 9
Gambar 3. Mekanisme Absorbsi dan Transport Trigliserida ... 10
Gambar 4. Tanaman Pisang Kepok ... 22
Gambar 5. Struktur Simvastatin ... 28
Gambar 6. Grafik Rata-Rata Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 47
Gambar 7. Grafik Konsumsi Pakan Kumulatif Tikus ... 53
Gambar 8. Grafik Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 55
Gambar 9. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 57
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Tanaman Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L.
(pro sp.)) ... 74
Lampiran 2. Foto Alat Penelitian ... 75
Lampiran 3. Komposisi Pakan Tinggi Lemak... 76
Lampiran 4. Keseragaman Bobot Tablet ... 77
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Volume Penyuntikan ... 78
Lampiran 6. Analisis Statistik Data Penentuan Waktu Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 79
Lampiran 7. Analisis Statistik Data Rata-Rata Pakan ... 81
Lampiran 8. Analisis Statistik Data Pertambahan Kenaikan Berat Badan. ... 83
Lampiran 9. Analisis Statistik Data Rata-Rata Kenaikan Berat Badan ... 88
Lampiran 10. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-0 ... 89
Lampiran 11. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-0 terhadap Hari ke-14 ... 90
Lampiran 12. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-14 ... 92
Lampiran 13. Leaflet Trigliserida ... 95
xviii
INTISARI
Serat merupakan salah satu bahan yang terdapat pada makanan dan buah dengan berbagai macam khasiat. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) merupakan salah satu buah yang mengandung serat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol termasuk trigliserida darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) terhadap kadar trigliserida darah dan untuk mengetahui berapakah dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) yang paling efektif untuk menurunkan kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah yang menggunakan 35 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam tujuh kelompok. Kelompok I diberi pakan AD II dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi pakan tinggi lemak dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol pakan tinggi lemak, kelompok III diberi pakan tinggi lemak dan simvastatin dosis 0,0018 g/Kg BB sebagai kontrol positif, kelompok IV diberi pakan AD II dan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dosis 7,6 g/Kg BB sebagai kontrol pisang, kelompok V, VI, VII diberi pakan tinggi lemak dan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) berturut-turut dengan dosis 1,9; 3,8; 7,6 g/Kg BB. Kadar trigliserida darah diukur dengan menggunakan metode enzimatik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Data kadar trigliserida darah tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode One Way Anova dan
Post Hoc Tests Scheffe dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk buah pisang kepok dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar. Pemberian serbuk buah pisang kepok yang paling efektif mampu mempengaruhi kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar trigliserida darah adalah dosis 7,6 g/Kg BB.
Kata kunci : Musa x paradisiaca L. (pro sp.), pakan tinggi lemak, kadar
xix
ABSTRACT
Fiber is one of the materials contained in the foods and fruits with many benefits. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) is one of the fruits that contain fiber that can be used for lowering blood cholesterol levels, including blood triglycerides. This research aimed to determine the effect of adding Musa x paradisiaca L. (pro sp.) powder on levels of blood triglycerides and to know what is the dose of Musa paradisiaca forma typica powder which most effective for lowering blood triglyceride levels in male Wistar rats.
This research included the pure experimental research with complete randomized and unidirectional design by using white male Wistar rats which randomly divided into seven groups. The first group was fed AD II and CMC 1% (b/v) as a negative control, group II were fed a high-fat and CMC 1% (b/v) as a high-fat feed control, group III were fed a high-fat and simvastatin with doses 0.0018 g/Kg BB as a positive control, group IV were fed AD II and kepok banana powder (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) with doses 7.6 g/Kg BB as bananas control, group V, VI, VII and fed a high-fat kepok banana powder (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) successively with doses of 1.9, 3.8; 7.6 g/Kg BB. Blood triglyceride levels were measured using enzymatic methods with reagents GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Blood triglyceride levels data of each group were statistically analyzed using One Way Anova method and Post Hoc Tests Scheffe with 95% confidence level.
The results showed that kepok banana powder can affect blood triglyceride levels in male Wistar rats. Giving kepok banana powder which most effectively able to influence triglyceride levels Wistar male rats induced by high-fat feeding inhibits the increase of blood triglyceride level is in doses of 7,6 g/Kg BB.
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Sudah diketahui banyak orang, kelebihan kolesterol bisa mengakibatkan
penyakit mematikan, seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.
Berdasarkan data WHO diperkirakan 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita di seluruh
dunia setiap tahun meninggal karena PJK. Atherosklerosis merupakan kontributor
utama terhadap patogenesis terjadinya penyakit jantung koroner yang menjadi
penyebab utama kematian (WHO, 2003). Kadar kolesterol merupakan salah satu
indikator yang paling baik untuk menentukan seseorang berpotensi terkena PJK
atau tidak.
Kolesterol merupakan komponen struktural membran sel dan merupakan
senyawa induk dari hormon steroid vitamin D3 dan garam empedu. Kolesterol
disintesis di dalam hati dan sel epitel usus dan juga dapat diperoleh dari lipid
makanan (Kuchel Philip and Gregory, 2006). Trigliserida merupakan bentuk
lemak yang paling banyak di dalam tubuh. Bentuk lemak disimpan dalam jaringan
lemak atau adiposa di dalam tubuh adalah trigliserida (Hartono, 2004).
Trigliserida disintesis dari asam-asam lemak oleh hati disertai seksresi partikel
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Sacher and McPherson, 2000). VLDL
merupakan partikel yang kompleks, terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid,
dan apolipoprotein yang diproduksi oleh hati dan disekresikan ke dalam sirkulasi
yang kemudian akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL),
dan VLDL berubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang juga
akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein)
yang mengangkut kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Tingginya
trigliserida pada VLDL dapat menunjukkan tingginya LDL. Jumlah LDL yang
tinggi biasanya disebut hiperkolesterolemia, yang akan menjadi faktor risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler (Ganong, 1995).
Pencegahan utama hiperkolesterolemia adalah dengan melakukan
pengontrolan terhadap kadar kolesterol total darah agar selalu dalam batas angka
yang normal, pengendalian berat badan, modifikasi diet rendah kolesterol,
olahraga teratur sampai terapi farmakologik dengan obat-obatan hipolipidemia
(Mayes, 2003).
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat
dan insiden timbulnya berbagai macam penyakit, diantaranya kanker usus besar,
penyakit kardiovaskular dan obesitas. Ternyata dari hasil penyelidikan
memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan yaitu membantu
mencegah sembelit, mencegah kanker, mencegah sakit pada usus besar,
membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam
darah, membantu menurunkan berat badan dan lain-lain (Susmiati, 2007).
Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai
laksansia, kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah.. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah
fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma
kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) (Susmiati, 2007). Imam dan
Akter (2011) menyatakan bahwa serat pada buah pisang (Musa paradisiaca)
mentah dapat menurunkan absorbsi kolesterol dan menurunkan kadar serum
kolesterol dan trigliserida. Sebuah studi menunjukkan komponen serat banyak
terkandung pada buah-buahan dan sayuran yang dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah (Soesilawaty, 2008).
Salah satu buah-buahan yang mengandung serat adalah buah pisang.
Pisang banyak dijumpai di seluruh Indonesia dan merupakan bahan makanan yang
dapat dikonsumsi segala usia. Pisang kepok adalah salah satu pisang yang
memiliki kadar air rendah dari pisang lainnya sehingga bagus untuk dijadikan
dalam bentuk tepung dengan kandungan serat 3,2-4.5 g per 100 g pisang mentah
sehingga dalam penelitian ini digunakan pisang kepok mentah dalam bentuk
serbuk.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dapat
memberikan efek terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar ?
b. Berapakah dosis yang paling efektif dari serbuk buah pisang kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dengan
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran peneliti, penelitian mengenai efek pemberian
serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar
trigliserida darah tikus jantan galur Wistar belum pernah dilakukan.
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah penelitian Soesilawaty
(2008) dengan judul “Perbandingan Pengaruh Pemberian Pektin Kulit Jeruk
Bali (Citrus grandis) dan Kulit Pisang Ambon (Musa spp.) terhadap
Penurunan Kolesterol Darah pada Mencit (Mus musculus)”. Penelitian
Soesilawaty didapatkan dosis pektin kulit pisang ambon yang efektif
menurunkan kadar kolesterol darah adalah 20%. Persamaan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Soesilawaty (2008) adalah tanaman yang digunakan,
sedangkan perbedaannya adalah jenis buah dan metode penelitian.
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian
mengenai efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L.
(pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar belum
pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan tentang penggunaan obat alternatif dalam bidang kesehatan.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
paradisiaca L. (pro sp.)) sebagai obat alternatif untuk mengatasi, mengurangi
atau mengontrol kadar trigliserida darah.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuktikan efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur
Wistar.
2. Tujuan khusus
Mengetahui bahwa pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x
paradisiaca L. (pro sp.)) dapat memberikan efek terhadap kadar trigliserida darah
pada tikus jantan galur Wistar dan mengetahui dosis yang paling efektif dari
serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dalam menurunkan
6 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Lipid
Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang
umumnya adalah senyawa hidrofobik, tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik (Sacher dan McPherson, 2000). Lipid plasma terdiri dari
triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesteril
(36%) serta sedikit asam lemak rantai panjang yang tidak teresterifikasi (asam
lemak bebas) (Murray, Granner, Mayes, Rodwell, 2006).
1. Klasifikasi lipid
Klasifikasi lipid yang penting dalam ilmu gizi berdasarkan
komposisi kimianya menurut Almatsier (2009) adalah sebagai berikut:
a. Lipid sederhana
1) Lemak netral
Lemak netral terdiri dari monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester asam
lemak dengan gliserol).
2) Ester asam lemak dengan alkohol yang memiliki bobot molekul tinggi
Ester lemak dan alkohol dengan bobot molekul tinggi terdiri dari malam, ester
sterol, ester nonsterol , ester vitamin A dan ester vitamin D.
b. Lipid majemuk
c. Lipid turunan terdiri dari asam lemak dan sterol yang meliputi kolesterol dan
orgosterol, hormon steroida, vitamin D dan garam empedu.
d. Lain-lain
Karotenoid, vitamin A, vitamin E dan vitamin K .
2. Trigliserida (triasilgliserol)
Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari tiga
asam lemak dan gliserol. Struktur umum trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Trigliserida (Marks, Marks, and Smith, 1996)
Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Kadar trigliserida
atau lemak yang ada di dalam darah dipengaruhi oleh kadar lemak yang dicerna
dari makanan atau banyaknya lemak yang masuk dari luar tubuh (Ganong, 1995).
3. Pencernaan trigliserida
Proses pencernaan lemak dimulai dari mulut, pada mulut makanan yang
mengandung lemak dikunyah dan tercampur dengan air liur. Kelenjar ludah akan
mengeluarkan enzim lipase lingual, setelah dikunyah makanan akan melewati
esofagus dan sampai di lambung. Lipase lingual dalam jumlah terbatas di dalam
lambung akan memulai hidrolisis trigliserida menjadi digliserida, monogliserida
Triasilgliserol atau trigliserida merupakan jenis lemak yang dominan
terdapat di dalam makanan tinggi lemak. Makanan harus dipecah agar dapat
diabsorbsi menjadi gliserol dan asam lemak. Sebagian besar orang bisa
mengasorbsi 95% dari makanan yang dikonsumsi. Trigliserida merupakan lemak
netral dan bersifat hidrofobik, sehingga bila dicampur dengan air maka akan
terpisah. Enzim memiliki muatan positif dan negatif dan bersifat hidrofilik yang
dapat bercampur dengan air karena bersifat polar. Lemak terlebih dahulu harus
mengalami proses emulsifikasi agar lemak dapat bercampur dengan air dan enzim
dapat bekerja dalam pencernaan (Almatsier, 2009).
4. Emulsifikasi trigliserida
Waktu lemak memasuki usus halus, hormon kolesitokinin akan memberi
isyarat kepada kandung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu. Cairan
empedu berperan sebagai bahan untuk mengemulsi lemak (Almatsier, 2009).
Asam empedu dibuat oleh hati dari kolesterol dan kemudiaan disimpan dalam
kantung empedu hingga saat diperlukan. Di dalam saluran empedu, cairan empedu
berada dalam bentuk asam empedu dan konjugatnya yang diasumsikan berada
dalam bentuk garam, sehingga sering disebut dengan istilah garam empedu
(Murray, et al., 2006).
Keistimewaan asam empedu terletak pada struktur molekulnya. Salah
satu ujung molekulnya terdapat rantai samping yang terdiri dari asam amino yang
berfungsi untuk menarik air. Sisi yang lain terdapat sterol yang berfungsi menarik
lemak. Proses emulsifikasi lemak (Gambar 2) terjadi di usus halus yaitu di
Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel (Sherwood, 2007) 5. Absorbsi dan transport trigliserida
Absorbsi lipid terjadi dalam jejunum. Hasil pencernaan lipid (digliserida,
monogliserida, gliserol dan asam lemak) diabsorbsi kedalam membran mukosa
usus halus dengan difusi pasif. Proses difusi terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi pada membran mukosa usus halus. Perbedaan konsentrasi ini
disebabkan karena adanya protein pengikat asam lemak yang akan segera
mengikat asam lemak untuk memasuki sel (Gambar 3). Setelah menembus
mukosa usus, asam lemak akan mengalami esterifikasi menjadi monogliserida
kembali yang dikatalis oleh asetil Ko-A dan kolesterol asiltransferase (Almatsier,
2009).
Trigliserida dan lipid besar lainya (kolesterol dan fosfolipid) yang
terbentuk di dalam usus akan bergabung dengan dengan protein-protein khusus
membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein. Lipoprotein yang
terbentuk akan diabsorbsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Trigliserida
diangkut oleh lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron merupakan tetesan
(apolipoprotein A dan B). Lipoprotein ini akan membentuk selaput yang
membungkus lipid didalamnya sehingga akan bebas didalam aliran darah yang
sebagian besar terdiri dari air. Dalam darah trigliserida yang ada pada kilomikron
dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh lipoprotein lipase yang
[image:30.595.104.498.223.635.2]berada sel endotel kapiler (Almatsier, 2009).
Gambar 3. Mekanisme Absorbsi Dan Transport Trigliserida (Sherwood, 2007)
Asam lemak bebas dalam tubuh akan diabsorbsi oleh sel otot, sel lemak
dan sel-sel lainya. Asam lemak ini dapat langsung digunakan sebagai sebagai zat
trigliserida. Bila trigliserida telah terpisah dari kilomikron, sisanya yaitu
kolesterol dan dan protein dibawa ke hati untuk dimetabolisme lebih lanjut
(Almatsier, 2009).
Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh
dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat
(sederhana dan kompleks). Trigliserida yang ada dalam epithel usus selama
absorbsi lemak, akan diekskresikan ke dalam limpa dalam bentuk kilomikron dan
dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan–jaringan di seluruh tubuh
[image:31.595.103.513.289.614.2](Ganong, 1995). Batas kadar trigliserida pada manusia dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia Menurut Dipiro (2008)
Kategori Kadar Trigliserida (mg/dL)
Normal Batas tinggi Tinggi
Sangat tinggi
< 150 150-199 200-499
≥ 500
(Dipiro, et.al., 2008).
B. Lipoprotein
Elektroforesis lipoprotein dibedakan menjadi 5 golongan besar (Tabel
II):
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%
komponennya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan dan kurang dari
5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan
lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati.
Kilomikronemia pasca makan mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya
membentuk lapiran krim di atas plasma yang diinginkan (Suyatna dan Tony,
1995).
2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein). Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserid (endogen) dan 10-15%
kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati. Makanan kaya
karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL karena asam lemak bebas dan
gliserol dapat disintesis dari karbohidrat. Kadar trigliserida juga mungkin berubah
oleh pengaruh berat badan, minum alkohol, stress dan latihan fisik. Efek
aterogenik VLDL belum begitu jelas, tetapi hipertrigliseridemia mungkin
merupakan tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering dihubungkan
dengan kegemukan, intoleransi gukosa dan hiperurisemia (Suyatna dan Tony,
1995).
3. Liporpotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)
IDL ini kurang mengandung trigliserid (30%), lebih banyak kolesterol
(20%) dan relatif banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat
perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat
dalam kadar yang besar kecuali nila terjadi hambatan konversi lebih lanjut
(Suyatna dan Tony, 1995).
4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia
(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserid sebanyak 10% dan kolesterol
50%. LDL merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke
plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan
lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. LDL adalah
komponen normal plasma dalam keadaan puasa (Suyatna dan Tony, 1995).
5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)
Saat ini dikenal 3 jenis HDL yaitu HDL1, HDL2, dan HDL3. HDL1
didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol
dan pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Komponen HDL adalah
13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserid dan 50% protein. HDL penting untuk
bersihan trigliserid dan kolesterol, dan untuk transport serta metabolisme ester
kolesterol dalam plasma. HDL biasanya membawa 20-25% kolesterol darah.
Kadar HDL2 dan HDL3 yang tinggi dihubungkan dengan penurunan insiden
penyakit dan kematian karena aterosklerosis. HDL berfungsi untuk mengangkut
kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer
[image:33.595.100.524.298.721.2]berkurang (Suyatna dan Tony, 1995).
Tabel II. Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein (Ito, 2008) Kilomik
ron
VLDL IDL LDL HDL
Kerapatan (g/ml)
<0,94 0,94-1,006 1,006-1,019 1,019-1,063 1,063 -1,210 Komposisi (%)
Protein 1-2 6-10 15 18-22 45-55
Trigliserida 85-95 50-65 30 4-8 2-7
Kolesterol 3-7 20-30 8-22 51-58 18-25
Fosfolipid 3-6 15-20 25 18-24 26-32
Lokasi sintesis
Usus Usus, Hati Intravask uler Hasil katabolisme VLDL Usus, Hati Apolipoprot ein A-IV, B-48, C-I, C-II, C-III
B-100, C-IC-III, E
B-100, I, II, C-III, E
B-100 A-I, AII, A-IV
C. Hiperlipidemia
Lipid plasma diangkut dalam bentuk kompleks-kompleks yang disebut
lipoprotein. Berbagai kelainan metabolik berupa peningkatan spesies lipoprotein
dinamakan hiperlipoproteinemia atau hiperlipidemia. Hiperlipidemia menandakan
[image:34.595.101.518.255.546.2]peningkatan kadar trigliserida (Katzung, 2007).
Tabel III. Panduan Terapi Hiperlipidemia Untuk Orang Dewasa
Ideal Perbatasan Tinggi
Tinggi
Kolesterol
total < 200 (5,2)
2 200-2392
(5,2-6,2) < 240 (6,2)
2
Kolesterol
LDL < 130 (3)
3 130-159
(3,4-4,1) < 160 (4,1)
Kolesterol
HDL < 60 (1,55)
Laki-laki < 40 (1,04) Perempuan < 50 (1,30)
Trigliserida < 120 (1,4) 120-199
(1,4-2,3) < 200 (2,3)
2
mg/dL(mmol/L) ; 3 Nilai optimalnya adalah <100 (2,6)
(Katzung, 2007).
1. Klasifikasi gangguan lipoprotein
Gangguan lipoprotein dideteksi melalui pengukuran lipid dalam serum
setelah puasa selama 10 jam. Risiko penyakit jantung meningkat sesuai dengan
konsentrasi lipoprotein aterogenik, berbanding terbalik dengan nilai HDL dan
dimodifikasi oleh faktor risiko lainnya (Tabel III) (Katzung, 2007).
a. Hipertrigliseridemia primer
Hipertrigliseridemia terkait dengan peningkatan risiko penyakit koroner.
cenderung memiliki VLDL berdiameter partikel kecil yang kaya akan
kolesterol.
b. Hipertrigliserida familial
1) Berat (biasanya lipemia campuran)
Biasanya lipemia campuran terjadi akibat adanya gangguan
pembuangan lipoprotein kaya trigliserida. Faktor yang meningkatkan
produksi VLDL memperberat lipemia karena VLDL dan kilomikron
merupakan substrat yang berkompetisi dengan LPL.
2) Sedang
Peningkatan primer kadar VLDL juga mencerminkan suatu
predisposisi genetik dan diperburuk oleh berbagai faktor yang
meningkatkan laju sekresi VLDL oleh hati, yaitu obesitas, alkohol,
diabetes, dan estrogen.
c. Hiperlipoproteinemia kombinasi familial
Pada kelainan ini, penderita dapat menderita peningkatan kadar VLDL,
LDL, atau keduanya dan polanya dapat berubah dari waktu ke waktu.
Kelainan ini melibatkan pelipatgandaan sekresi VLD.
d. Disbetalipoproteinemia familial
Pada kelainan ini, terjadi akumulasi sisa kilomikron dan VLDL. Kadar
LDL biasanya menurun. Karena sisa kilomikron kaya akan ester kolesteril,
kadar kolesterol mungkin setinggi kadar trigliserida. Pasien cenderung obes
e. Hiperkolesterolemia primer
1.) Hiperkolesterolemia familial
Kelainan ini merupakan sifat autosomal dominan. Walaupun kadar
LDL cenderung meningkat selama masa kanak-kanak, diagnosis kelainan
ini sering ditegakkan berdasarkan peningkatan kolesterol darah tali pusat.
2.) Hiperlipoproteinemia kombinasi familial
Beberapa penderita kelainan ini hanya mengalami peningkatan kadar
LDL. Kolesterol serum biasanya kurang dari 350 mg/dL.
3.) Hiperlipoproteinemia Lp(a)
Kelainan ini dikaitkan dengan aterogenesis, ditentukan terutama oleh
alel yang mengatur peningkatan produksi gugus protein (a).
4.) Defisiensi HDL
Kelainan ini jarang terjadi, termasuk penyakit Tangier dan kelainan
LCAT, terkait dengan kadar serum HDL yang sangat rendah.
f. Hiperlipoproteinemia sekunder
Sebelum kelainan primer dapat ditegakkan, harus dipertimbangkan
adanya penyebab sekunder fenotip ini. Keadaan lipoprotein biasanya membaik
jika kelainan yang mendasarinya berhasil diobati (Katzung, 2007).
2. Penyebab hiperlipidemia
a. Diet yang mengandung banyak kolesterol dan lemak
b. Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol atau lemak dan juga bisa
3. Faktor risiko
a. Kelebihan berat badan atau obesitas
b. Kurang aktivitas fisik
c. Diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh
d. Penyakit lain seperti diabetes (Suyatna dan Tony, 1995).
D. Serat
1. Definisi
Serat dalam makanan adalah bagian dari makanan yang tidak dicerna
secara enzimatis oleh enzim pencernaan manusia sehingga tidak secara langsung
berfungsi sebagai sumber gizi (Marks,Marks, Smith, 1996).
Codex Alimentarius Commision (CAC, 2006) mendefinisikan serat
makanan adalah karbohidrat polimer dengan derajat polimerisasi tidak kurang dari
3, yang tidak di cerna atau di serap di usus halus (Gray, 2006).
Serat adalah polisakarida nonpati, yaitu karbohidrat kompleks yang
terbentuk dari gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu serta tidak
dapat dicerna. Serat makanan juga bisa didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal
dalam kolon setelah makanan dicerna atau setelah zat-zat gizi dalam makanan
diserap tubuh (Wirakusumah, 2007).
Kusharto (2006) mendefinisikan serat sebagai bagian dari dinding sel
tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh enzim saluran pencernaan manusia
sehingga sulit di absorbsi oleh unsur-unsur halus. Meskipun demikian, dalam usus
komponen serat sehingga dapat diserap tubuh dan dapat digunakan sebagai
sumber energi.
2. Klasifikasi serat
Berdasarkan sifat fisiknya serat dibedakan menjadi serat larut dalam air
dan serat tidak larut dalam air.
a. Serat tidak larut dalam air
Serat tidak larut berhubungan dengan penurunan waktu transit makanan
dari lambung ke usus sehingga massa feses lebih lunak tetapi padat, serat larut
dalam air di bedakan menjadi:
1) Selulosa
Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari homopolimer
α - linked-4 glukosa rantai linier. Didalam pencernaan berperan sebagai
pengikat air tetapi tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan
mempengaruhi massa feses. Bersifat resisten terhadap saliva dan enzim
pankreatik amilase, dapat didegradasi oleh bakteri kolon dan dapat
mempengaruhi massa feses.
2) Hemiselulosa
Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek dibandingkan
selulosa, sifatnya sama dengan selulosa yaitu mampu berikatan dengan air.
Jenis ini banyak ditemukan pada bahan makanan serealia, sayur-sayuran, dan
3) Lignin
Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil
propan. Ikatan dengan jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar di
fermentasi oleh bakteri kolon sehingga banyak ditemukan di feses. Serealia
dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan sumber serat lignin.
b. Serat larut dalam air
Serat larut telah dibuktikan berpengaruh terhadap metabolisme
karbohidrat dan lemak. Serat larut ini dalam usus besar diragikan menjadi gas
dan asam lemak rantai pendek yang dengan cepat dikeluarkan sehingga
kurang berpengaruh terhadap massa tinja, 25% pada kacang-kacangan dan
3% pada buah-buahan.
1) Pektin
Pektin terdapat pada dinding tanaman dan berfungsi sebagai perekat
antara dinding sel tanaman, pektin merupakan polimer dari glukosa dan asam
galakturonat (turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galaktonat lebih
banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi metabolisme zat
gizi, merupakan sakarida kompleks, dapat dimetabolisme sempurna oleh
bakteri kolon. Dapat dipakai untuk pengental jelly, selai dan makanan
eksternal. Kandungan pektin pada buah, selain memberikan ketebalan kulit
juga mempertahankan kadar air buah. Semakin matang buah maka kandungan
pektin dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang. Pektin dapat
dijumpai pada beberapa jenis buah dan sayuran, terutama apel, arbei, jeruk,
2) Mucilago
Mucilago ditemukan pada lapisan endosperm biji tanaman, strukturnya
menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk dalam golongan tersebut
karena letak dan fungsinya berbeda. Mucilago juga mampu membentuk gel
yang mempengaruhi bentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam
tubuh. Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacang-kacangan.
3) Gum
Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding sel
tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan jenis serat yang lain.
Namun kegunaanya sangat penting, yaitu sebagai penutup dan pelindung
bagian tanaman yang terluka. Karena memiliki molekul hidrofilik yang
berkombinasi dengan air, menyebabkan gum membentuk gel. Gum ada juga
yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa. Jenis gum semacam ini banyak
ditemukan pada kacangkacangan, sayuran dan buah-buahan. Gum dapat pula
ditemukan pada batang akasia, dikenal sebagai gum arabik yang mengandung
molekul arabinosa, rhamnosa, galaktosa dan asam glukoronat. Gum jenis ini
biasanya tidak digunakan untuk diet, tetapi sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan makanan, yaitu stabilizer atau pengikat (Beck, 1993).
3. Hubungan serat dengan kolesterol
Konsumsi serat makanan berhubungan dengan penurunan absorpsi
kolesterol, fermentasi dan peningkatan pelepasan asam empedu. Pektin
murni, hidroksimetil selulosa dan guar gum serta glukan menurunkan
Maka dapat disimpulkan bahwa serat yang kental efektif menurunkan
absorpsi kolesterol walaupun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami.
Serat makanan yang viscous juga menurunkan absorpsi triasilgliserol
(Tensiska, 2008).
Mekanisme serat dalam menurunkan kadar trigliserida adalah
dengan mengurangi penyerapan lemak di lumen usus dengan memutus siklus
enterohepatik, sehingga lemak akan ikut terbuang bersama feses (Nursalim,
2007).
Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol serum melalui
beberapa cara yaitu :
a. Dengan meningkatnya ekskresi garam empedu dan kolesterol melalui feses
maka garam empedu yang mengalami siklus enterohepatik juga berkurang.
Berkurangnya garam empedu yang masuk ke hatidan berkurangnya absorpsi
kolesterol akan menurunkan kadar kolesterol sel hati. Ini akan meningkatkan
pengambilan kolesterol dari darah yang akan dipakai untuk sintesis garam
empedu yang baru. Akibatnya akan menurunkan kadar kolesterol darah.
b. Terjadi perubahan pool garam empedu dari cholic acid menjadi
chenodeoxycholic acid yang menghambat 3-hydroxy 3-methylglutaryl (HMG)
CoA reductase yang dibutuhkan untuk sintesis kolesterol.
c. Penelitian pada hewan menunjukkan propionat atau asam lemak rantai pendek
lain yang terbentuk sebagai hasil degradasi serat di kolon akan menghambat
E. Uraian Tanaman
Gambar 4. Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) (Putri, 2012)
1. Klasifikasi tanaman
Klasifikasi botani tanaman pisang (Gambar 4) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa L.
Spesies : Musa x paradisiaca L. (pro sp.)
(USDA, 2013)
2. Morfologi tanaman
Tanaman pisang tumbuh di daerah tropik karena menyukai iklim
cukup air pada daerah dengan ktinggian sampai 2000 m dpl. Pisang
merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya
antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang
pendek (Gambar 4). Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa
tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas
tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga
mencapai ketebalan 20-50 cm (Dalimartha, 2003).
Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman,
keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara
progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah
koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang
tangah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan
menyirip, warnanya hijau. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap
kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan.
Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka, bunga
betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang berada
di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan
disebut sebagai jantung pisang (Dalimartha, 2003).
Jantung pisang harus dipangkas setelah selesai berbuah. Tiap
kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir
betina antara 5-15 buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok,
tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau
Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warnanya hitam (Dalimartha,
2003).
3. Kandungan tanaman
Kandungan kimia tanaman pisang berbeda di tiap bagiannya. Akar
tanaman pisang mengandung serotonin, norepinefrin, tanin, hidroksitrptamin,
dopamin, vitamin A, B, dan C. Buah pisang mengandung flavonoid, glukosa,
fruktosa, sukrosa, kaya akan vitamin (A, B, C, dan E), mineral, pektin, serotonin,
5-hidroksi triptamin, dopamin (Dalimartha, 2003)
Vitamin C (asam askorbat) memiliki efek menurunkan kadar kolesterol
dan trigliserida yang tinggi, meningkatkan HDL dan memperlancar pencernaan,
serta sintesis kolagen. Vitamin B3 (niasin) dapat menurunkan produksi VLDL di
hati sehingga produksi kolesterol total, HDL, dan trigliserida menurun
(Harlinawati, 2006).
Di dalam pencernaan, serat (pektin) makanan mengikat asam empedu
yang merupakan produk akhir kolesterol dan membawanya keluar bersama tinja.
Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi serat makanan, semakin banyak asam
empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh (Harlinawati, 2006).
Tabel IV. Jumlah Kandungan Buah Pisang Per 100 G
(Morton, 1987).
Tabel IV merupakan jumlah kandungan dari buah pisang per 100 g,
dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kandungan serat terbanyak
terdapat pada pisang yang masih hijau (mentah) dalam bentuk tepung, yaitu
sebesar 3,2-4,5 g.
F. Terapi Hiperlipidemia
1. Tujuan terapi
Tujuan yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan kolesterol
miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia, atau kejadian lain pada
penyakit arterial perifer (Sukandar, dkk., 2009).
2. Terapi non-farmakologi
a. Pengaturan diet
Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi
lemak total, lemak jenuh, dan kolesterol untuk mendapatkan bobot badan
yang sesuai (Sukandar, dkk, 2009).
b. Pengurangan berat
Induksi penurunan bobot badan hingga 10% harus didiskusikan
terlebih dahulu dengan pasien yang kelebihan berat badan (Sukandar, dkk,
2009).
c. Peningkatan aktivitas fisik
Dilakukan teratur dan tidak terlalu berat, yaitu 30 menit tiap harinya
(Sukandar, dkk, 2009).
d. Perubahan pola makan
Meningkatkan konsumsi serat larut dalam bentuk oat, pektin, gum dan
psyllium dapat membantu penurunan kolesterol total dan LDL (5-20%).
Mengkonsumsi 2-3 g/hari tanaman sterol dan stanol akan mengurangi
LDL 6-15% yang terdapat pada margarin. Mengkonsumsi zat tambahan
dari minyak ikan memiliki efek yang cukup besar dalam pengurangan
e. Menghilangkan faktor risiko
Bila individu dengan hiperlipoproteinemia dipacu oleh beberapa
penyakit lain seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau
hipertiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati. Individu tersebut
dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan
pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati
hipertensi, olahraga cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien
diabetes (Suyatna, 2009).
3. Terapi farmakologi
[image:47.595.103.513.241.689.2]Efek terapi obat terhadap lipid dan lipoprotein ditunjukkan dalam Tabel V.
Tabel V. Efek Terapi Obat Hiperlipidemia Golongan Obat Nama Obat Mekanisme Kerja Efek terhadap Lipid Efek terhadap Lipoprotein Asam Fibrat Gemfibrozil Finofibrat
↑ klirens VLDL ↓ sintesis VLDL ↑katabolisme
LDL
↓ Ch
↓ Ch ↓ LDL
Resin Kolestiramin Kolestipol Kolesevelam
↑katabolisme LDL
↓ absorpsi Ch ↓ sintesis LDL
↓ Ch
↓ Tg
↓ LDL ↑ VLDL ↓ VLDL, ↓
LDL,↑HDL
Asam Nikotinat
Niasin ↓ VLDL ↓ Ch,
↓ Tg
↓ VLDL, ↓ LDL,↑HDL
Statin Lovastatin Pravastatin Simvastatin Fluvastatin Atorvastatin Rovusastatin Ezetimib
↓ sintesis LDL
Menghambat absorpsi kolesterol membatasi saluran cerna
↓ Ch ↓ LDL
G. Simvastatin
Simvastatin (Gambar 5) merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur
Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan
HMG-CoA reduktase.
Gambar 5. Struktur Simvastatin (USP, 2007)
Simvastatin berwarna putih sampai abu-abu, tidak higroskopis, berupa
serbuk kristal yang praktis tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam
kloroform, metanol, dan etanol. Tablet simvastatin untuk pemberian oral terdapat
dalam sediaan dosis 10, 20, 40, atau 80 mg dan disertai kandungan bahan
tambahan lain (USP, 2007).
Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase
secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan
menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam
mevalonat. Simvastatin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL
dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh
hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Suyatna, 2009).
Simvastatin dan bentuk metabolitnya terikat pada protein plasma darah
perlakuan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol. Pada pasien
hiperkolesterolemia, pemberian simvastatin akan dapat:
1. Mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Apo B dan trigliserida,
serta menaikkan HDL kolesterol pada pasien dengan hiperkolesterolemia
primer (heterozigot familial dan nonfamilial) dan dislipidemia campuran.
2. Mengobati pasien dengan hipertrigliserida
3. Mengobati pasien dengan primary disbetaliproteinemia (USP, 2007).
H. Bentuk Sediaan
Sediaan suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, 1979). Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan
untuk penggunaan oral (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,
I. Penetapan Kadar Trigliserida
Penetapan kadar trigliserida dilakukan di Laboratorium PARAHITA
dengan menggunakan metode enzimatik kolorimetri dengan reagen GPO
(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Prinsipnya adalah trigliserida akan dihidrolisis
menjadi gliserol. Gliserol yang terhidrolisis akan terfosforilasi oleh adenosin
triphosphate (ATP) dengan adanya glyserol kinase menghasilkan
glyserol-3-phosphate dan adenosie diphosphate (ADP). Glyserol-3-phosphate teroksidasi
menjadi phosphate dihydroxiacetone (DAP) oleh glyserol phosphate oxidase
(GPO) memproduksi hydrogen peroxide (H2O2). Hidrogen peroksida (H2O2) akan
bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan 4-klorofenol menghasilkan senyawa
dengan warna merah (chinonimina). Absorbansi chinonimina sebanding dengan
konsentrasi trigliserida hadir dalam sampel yang diukur (Abbott, 2006).
Menurut Abbott (2006), komposisi dari reagen GPO
(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase) untuk pengukuran kadar trigliserida yang akan digunakan
[image:50.595.102.510.331.682.2]pada penelitian ini adalah seperti yang dicantumkan pada Tabel VI.
Tabel VI. Komponen Reagen GPO
Komponen Konsentrasi
ATP 2,5 mmo/L
Mg2+ 2,5 mmo/L
4-aminoantipyrine 0, mmo/L 4-cholorophenol 2 mmo/L Peroxidase > 2,000 U/L Glycerol kinase > 600 U/L Glycerol phosphate oxidase > 6,000 U/L Lipoprotein Lipase > 3,000 U/L
J. Landasan Teori
Trigliserida merupakan 95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi
pada semua bentuk makanan dan persentasenya sama dengan dalam tubuh
manusia. Trigliserida yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi
sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL merupakan partikel yang
kompleks, terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan apolipoprotein yang
diproduksi oleh hati dan disekresikan ke dalam sirkulasi sistemik. VLDL akan
mengangkut trigliserida yang terbentuk dari asam lemak yang kemudian akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah
menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang juga akan mengalami
hidrolisis dan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang mengangkut
kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Tingginya trigliserida pada VLDL
dapat menunjukkan tingginya LDL. Jumlah LDL yang tinggi biasanya disebut
hiperkolesterolemia, yang akan menjadi faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler (Ganong, 1995).
Hiperlipidemia adalah kondisi dimana seseorang memiliki kadar lipid
melebihi batas normal karena terjadi gangguan metabolisme lipid yang mengarah
pada aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah yang
menjadi cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Berbagai penelitian
telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai
macam penyakit, diantaranya kanker usus besar, penyakit kardiovaskular dan
obesitas. Ternyata dari hasil penyelidikan memperlihatkan bahwa serat sangat
mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol,
membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah wasir, membantu
menurunkan berat badan dan lain-lain (Susmiati, 2007).
Peran utama serat dalam makanan ialah pada kemampuannya mengikat
air, sellulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa
makanan melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar (Susmiati, 2007).
Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai laksansia,
kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah ada hubungannya
dengan tingginya kandungan serat dalam makanan.
Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) adalah salah satu
buah-buahan yang mengandung serat (larut air yaitu pektin) diketahui dapat
menurunkan kadar trigliserida darah. Pada penelitian ini menggunakan bentuk
sediaan serbuk dari buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)).
K. Hipotesis
Pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro
sp.)) dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar
yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental
murni adalah rancangan dengan melibatkan satu variabel eksperimen yang diberikan
perlakuan khusus (manipulasi) dan satu kelompok kontrol dengan perlakuan yang
berbeda setelah itu menguji hasil (Nasution, 2007). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian acak lengkap pola searah yaitu
mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi (tikus jantan galur
Wistar), kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristasi tersebut
(umur dan berat badan) dan kemudian diambil sampel yang mewakili strata tersebut
secara acak (Notoadmojo, 2002). Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus jantan
galur Wistar.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar
dengan umur 1-2 bulan dan bobot hewan uji 100-200 g. Kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan umur diluar 1-2 bulan,
berat kurang dari 100 g dan lebih dari 200 g serta tikus yang mati.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
1) Varibel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis serbuk buah pisang
kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan tiga peringkat dosis yang
ditentukan peneliti dari konsentrasi terpekat sediaan serbuk buah pisang
kepok yang dapat melewati spuit peroral sebagai berikut: 1,9 ; 3,8 ; 7,6
g/Kg BB.
2) Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah kadar trigliserida dalam darah tikus jantan
galur Wistar.
b. Variabel pengacau
1) Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin hewan uji, galur hewan uji, umur, berat badan dari hewan uji.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan
berat badan 100-200 g dan umurnya 1-2 bulan. Jalur pemberian sediaan
serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dilakukan
secara peroral yang sebelumnya serbuk disuspensikan ke dalam larutan
CMC 1% (b/v).
2) Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah
keadaan patofisiologi hewan uji, kemampuan hewan uji untuk mencerna
distribusi, biotransformasi, dan ekskresi) serta kemampuan hewan uji
untuk beradaptasi dengan hiperlipidemia.
2. Definisi operasional
a. Komposisi pakan tinggi lemak yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
kuning telor ayam, minyak babi dan AD II dengan perbandingan (2:1:1)
dibuat dalam bentuk pelet. Komposisi pakan ini efektif mampu meningkatkan
kadar trigliserida dalam darah tikus.
b. Serbuk buah pisang kepok adalah serbuk yang dibuat dengan mengeringkan
buah pisang kepok dalam oven kemudian menghancurkan pisang kepok
(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan menggunakan mesin penyerbuk
yaitu grinder, dan serbuk yang diperoleh dapat dibuat dalam bentuk sediaan
suspensi serta dapat melewati spuit injeksi peroral.
c. Sediaan serbuk buah pisang kepok adalah sediaan dalam bentuk suspensi buah
pisang kepok yang dibuat dengan melarutkan sejumlah (g) serbuk buah pisang
kepok dalam larutan CMC 1% (b/v).
d. Dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) adalah sejumlah serbuk Musa x
paradisiaca L. (pro sp.) yang disuspensikan dalam larutan CMC 1% (b/v) dan
diberikan kepada tikus dengan rute pemberian peroral berdasarkan jumlah
pakan yang dimakan tikus per hari selama masa perlakuan.
e. Metode kolorimetrik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase)
adalah suatu metode enzimatik yang dapat digunakan untuk mengukur kadar
C. Bahan dan Instrumen Penelitian
1. Bahan penelitian
a. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar dengan umur
1-2 bulan dan berat badan 100-200 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono
Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
b. Bahan uji
Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) mentah (hijau) tanpa
kulit berumur 2,5 bulan yang diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07,
Ambarketawang, Gamping, Sleman. Pisang kepok yang digunakan pada
penelitian ini diambil pada bulan September 2012. Bahan uji ini kemudian
dikeringkan dan dijadikan serbuk.
c. Lemak babi
Lemak babi yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pasar
Bringharjo Yogyakarta.
d. Kuning telur
Kuning telur yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari warung di
Paingan, Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta.
e. Pakan
Pakan yang digunakan secara umum adalah pakan AD II yang didapat dari
f. Pakan tinggi lemak
Pakan tinggi lemak dibuat dari campuran kuning telor ayam, minyak babi
dan AD II, dengan perbandingan (2:1:1) dibuat dalam bentuk pelet.
g. Larutan CMC 1% (b/v)
Serbuk CMC dibuat menjadi larutan dengan konsentrasi 1% (b/v).
h. Senyawa pembanding
Senyawa pembanding yang digunakan adalah tablet simvastatin generic
20 mg.
2. Instrumen penelitian
Alat atau instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat
alat gelas, oven, alat timbang elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland), alat
penyerbuk (grinder), ayakan berukuran 80 mesh, mesin pelet, pipa hematokrit
(non-heparin), set metabolit cage, serum tube 6 cc (BD Vacutainer), spuit injeksi peroral
2,5 cc dan 5 cc, penangas air.
D. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi dilakukan dengan menyamakan ciri-ciri buah pisang kepok
(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan website www.plantamor.com dan buku
2. Pengumpulan bahan
Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang, Gamping,
Sleman. Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan adalah
buah pisang yang masih mentah berumur 2,5 bulan tanpa kulit.
3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) Dari tiga sisir buah pisang kepok yaitu 60 buah pisang kepok (3.600 g) yang
telah dikumpulkan dipisahkan antara kulit dan daging buahnya kemudian daging
buahnya dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC – 50oC
selama ± 24 jam di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan didapatkan buah pisang kepok kering
dengan berat 2.046 g. Kemudian buah pisang kepok yang telah kering dikeluarkan
dari oven dan diserbuk dengan mesin (grinder) Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang dihasilkan
oleh penyerbukan dengan menggunakan grinder diayak dengan menggunakan ayakan
nomor mesh 50 adalah 612 g dari 60 buah pisang kepok. Diasumsikan dengan ayakan
nomor mesh 50, partikel serbuk dapat dibuat dalam bentuk sediaan suspensi yang
diberikan pada tikus jantan galur Wistar dengan bantuan spuit peroral. Satu buah
pisang kepok dengan berat 60 g menghasilkan 34,1 g buah pisang kepok yang telah
4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) Konsentrasi maksimum sediaan serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30% (b/v). Konsentrasi 30% (b/v)
diperoleh dari konsentrasi terpekat yang ditentukan oleh peneliti sebagai
konsentrasi maksimal yang masih bisa dikeluarkan melalui spuit untuk tikus
jantan galur Wistar dengan pemberian peroral. Dari konsentrasi maksimum yang
diperoleh dapat dihitung besar dosis sediaan serbuk Musa x paradisiaca L. (pro
sp.) akan diberikan pada tikus jantan galur Wistar dengan menggunakan rumus
berikut ini:
D (g/g BB) x BB (g) = V (ml) x C (g/ml)
Volume pemberian pada tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah
setengah dari volume maksimal untuk penggunaan peroral pada tikus yaitu 2,5
ml. Volume maksimum pemberian peroral untuk tikus adalah 5 ml. Pada
penelitian ini diasumsikan berat badan maksimal yang digunakan adalah 200 g,
maka dosis pemberian untuk tikus dapat ditentukan sebagai berikut:
D(g/g BB) x BB(g) = V(mL) x C(g/mL)
D(g/g BB) x 200(g) = 2,5 mL x 30 g/100 mL
D(g/gBB) =
D(g/g BB) = 0,75 g/ 200 g BB
Dosis yang diperoleh adalah 3,8 g/Kg BB. Kemudian dari dosis 3,8
g/Kg (dosis II) BB dibuat tiga peringkat dosis dengan mengambil rentang dosis
yang lebih rendah (dosis I) dan lebih tinggi (dosis III). Untuk mendapatkan dosis
yang diinginkan diperlukan faktor pengali dan pembagi. Pada penelitian ini
faktor pengali dan pembagi yang digunakan adalah 2. Oleh sebab itu, tiga
peringkat dosis yang digunakan adalah 1,9 g/Kg BB ; 3,8 g/Kg BB ; dan 7,6
g/Kg BB.
5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v)
Serbuk CM