i
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG
KELAS VIII SEMESTER II SMP HOME SCHOOLING KAK SETO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
Silvia Primajati
NIM : 081414015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKADAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Semua usaha dalam hidup kita selayaknya kita
pasrahkan pada Tuhan, karena Ia akan
menjadikan semuanya indah pada waktunya..
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak
dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal
sampai akhir”. (Pengkhotbah 3 : 11)
vi
ABSTRAK
Silvia Primajati, 2012. Efektifitas Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Kelas VIII Semester II SMP Home Schooling Kak Seto Tahun Pelajaran 2011/2012 . Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma ,Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika kelas VIII Home Schooling dan keefektifan proses pembelajaran tersebut dilihat dari proses pembelajaran, komunikasi/interaksi, minat, motivasi serta pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen pada penelitian ini adalah lembar observasi, angket, kuesioner, serta tes diagnostik. Kegiatan pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini berlangsung dalam 2 pertemuan pada 3 kelas yang setiap kelasnya terdiri dari 1 siswa. Pada pertemuan pertama diadakan observasi dan pengisian angket serta kuesioner, lalu pada pertemuan kedua diadakan tes diagnostik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode yang berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi masing-masing siswa membuat siswa nyaman untuk belajar. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di Home Schooling sudah cukup efektif jika dilihat dari komunikasi/interaksi antara guru dan siswa yang baik, serta minat dan motivasi siswa yang tergolong sangat tinggi, Namun kegiatan pembelajaran masih belum efektif jika dilihat dari hasil tes diagnostik yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan masih rendah.
vii
ABSTRACT
Silvia Primajati, 2012. The Effectiveness of Mathematic Learning on the Main Subject of Geometrical Material of VIII class in the Second Semester in Kak Seto Home Schooling Junior High School 2011/2012 Academic Year. Mathematic Education Study Program. Department of Mathematic Education and Science. Faculty of Teachers Training Education. Sanata Dharma University.
The aims of the research are to find out how the process of VII class mathematic learning using home schooling program and the effectiveness of learning process which was seen from learning process, communication/interaction, passion,motivation and students' understanding with the material.
The method of the research was descriptive qualitative method. The instrument of this research were observation sheet , questionnaire sheet, and diagnostic test. There were 2 meetings which were observed for the research and there were 3 classes which consisted of 1 student. There were observation and questionnaire in the first meeting then diagnostic test in the second meeting.
The result showed that in the learning process the teacher used different methods based on the students' condition which made the students comfortable with the lesson. It could be concluded that the learning process in home schooling was effective enough. It could be seen that there were a good communication/interaction between the teacher and the students then there were also a positive motivation and passion from the students. However, the learning process had not effective if it was seen from diagnostic test which is used to measure the students' understanding. The diagnostic test showed that the students' understanding about the material was low.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan,
bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP.
2. Drs. A. Atmadi. M.Si. selaku ketua jurusan PMIPA.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.
4. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si, M.Si. selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis
6. Aisyah Nur selaku guru Aflahah Ulfa matematika kelas VIII SMP Home
Schooling Kak Seto Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, dan
batuan selama proses penelitian.
7. M. Arif Hidayatulloh selaku administrator SMP Home Schooling Kak Seto
x
8. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing,
membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di
Universitas Sanata Dharma.
9. Bapak dan Ibuku tercinta atas segala dukungan, motivasi, dan doa, serta cinta
kasih yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.FX. Junianto, A. Md. atas segala motivasi, dukungan, doa serta kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Siswa kelas VIII SMP Home Schooling Kak Seto Yogyakarta, yang telah
bersedia membantu penulis selama penulis melakukan penelitian di Home
Schooling Kak Seto Yogyakarta.
12.Teman-teman Pendidikan Matematika 2008, khususnya sahabat-sahabat “Big
Family” atas segala motivasi,dukungan dan doa.
13.Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 14 November 2012
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
xii
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
BAB IV DESKRIPSI HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 40
xiii
C. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
1. Analisis dan Pembahasan Observasi Proses Pembelajaran .. 52
2. Analisis dan Pembahasan Komunikasi/Interaksi Siswa dan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 55
3. Analisis dan Pembahasan Angket Minat Belajar Siswa ... 56
4. Analisis dan Pembahasan Angket Motivasi Belajar Siswa ... 57
5. Analisis dan Pembahasan Hasil Tes Diagnostik ... 58
6. Analisis dan Pembahasan Kuesioner Siswa ... 72
7. Analisis dan Pembahasan Kuesioner Guru/Tutor ... 75
D. Keterbatasan Pelaksanaan Penelitian ... 77
BAB V PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 80
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ranah Kognitif Berdasar Taksonomi Bloom 18
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian 25
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi 26
Tabel 3.3 Tingkat Minat Belajar Siswa 29
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa 29
Tabel 3.5 Tingkat Motivasi Belajar Siswa 31
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa 32
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Diagnostik Berdasar Taksonomi Bloom 34
Tabel 4.1 Urutan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian 41
Tabel 4.2 Skor Minat Belajar Siswa 47
Tabel 4.3 Skor Motivasi Belajar Siswa 48
Tabel 4.4 Nilai Tes Diagnostik 49
Tabel 4.5 Rangkuman Kuesioner Siswa 49
Tabel 4.6 Jawaban Kuesioner Guru 50
Tabel 4.7 Tingkat Minat Belajar Siswa 56
Tabel 4.8 Tingkat Motivasi Belajar Siswa 57
Tabel 4.9 Presentase Hasil Tes Diagnostik 58
xvi
Gambar 4.21 69
Gambar 4.22 70
Gambar 4.23 70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Observasi L.1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan L.13
Materi Pembelajaran/Modul L.16
Kisi-Kisi dan Validasi Angket Minat Belajar Siswa L.24
Kisi-Kisi Angket dan Validasi Motivasi Belajar Siswa L.28
Soal Tes Diagnostik L.34
Kunci Jawaban Tes Diagnostik L.36
Kisi-Kisi dan Validasi Tes Diagnostik Berdasar Taksonomi
Bloom
L.38
Angket Minat Belajar Siswa L.42
Angket Motivasi Siswa L.54
Lembar Jawaban Tes Diagnostik L.66
Kuesioner Guru L.76
Kuesioner Siswa L.79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang Sisdiknas RI Nomor 20 Tahun
2003 tertulis,
“Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Dari definisi tersebut, mencerminkan bahwa proses pendidikan harus
mengedepankan peran aktif siswa yang berarti pula bahwa proses
pendidikan sudah semestinya menjadikan siswa sebagai subyek
kurikulum, bukan sekedar obyek kurikulum.
Dalam belajar setiap individu memiliki hak dan kesempatan untuk ikut
menentukan apa yang terbaik untuk dirinya. Siswa sebagai individu pun
memiliki hak dan kesempatan tersebut. Oleh karena itu penyelenggaraan
pendidikan harus mampu memberikan suasana yang nyaman, aman dan
menggairahkan bagi siswa untuk senantiasa belajar guna memenuhi rasa
keingintahuannya. Dengan demikian, setiap siswa akan mampu tumbuh
dan berkembang sesuai minat, kebutuhan, dan karakteristik gaya
Realitas saat ini menunjukkan bahwa proses pendidikan yang terjadi di
sekolah formal pada umumnya belum mampu memberikan suasana yang
aman, nyaman, menyenangkan, dan menggairahkan siswa untuk
mengembangkan bakat, minat, dan potensi pribadinya secara optimal.
Perbandingan jumlah guru dengan jumlah siswa di sekolah formal pada
umumnya masih terlalu besar, sehingga membuat guru sulit untuk
memperhatikan secara lebih dekat bakat dan minat siswa secara individual.
Akibatnya, banyak siswa yang merasa tidak tersalurkan bakat, minat, dan
potensi kecerdasannya. Suasana pendidikan formal dalam bentuk lembaga
sekolah harus dapat menjadi tempat belajar yang menggairahkan bagi rasa
ingin tahu siswa.
Melihat realitas di atas, sebagian masyarakat khususnya orang tua yang
teramat peduli terhadap perkembangan putra-putri mereka, menjadikan
fenomena sekolah formal tersebut sebagai sebuah kekhawatiran tersendiri.
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor pemicu
berkembangnya home schooling akhir-akhir ini sebagai salah satu trend
sekolah alternatif yang diharapkan mampu menjawab beberapa
permasalahan yang terjadi pada sekolah formal sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya.
Home schooling (sekolah rumah) menjadi salah satu model pilihan
orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan.
mengontrol sisi belajar sang anak setiap waktu ataupun mereka ingin
waktu belajar si anak lebih fleksibel dan tepat.
Pendidikan yang dikenal sebagai sekolah rumah ini, makin diminati
orang tua karena dirasa lebih manusiawi bagi anak terutama untuk
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus sehingga tidak bisa duduk diam
dan mendengar di ruang kelas formal. Oleh karena home schooling kini
semakin berkembang di Indonesia dan home schooling mempunyai
keunikan sendiri dalam menjalankan perannya di dunia pendidikan
Indonesia membuat home schooling khususnya pembelajarannya menjadi
menarik untuk diteliti.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan
kemungkinan masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya perhatian bagi siswa secara individu di sekolah formal
sehingga siswa kurang dapat mengembangkan bakat, minat, dan
potensi pribadinya secara optimal.
2. Kekhawatiran orang tua terhadap berbagai permasalahan yang
terjadi di sekolah formal.
3. Siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran di sekolah formal
dengan baik sehingga memerlukan perhatian dan penanganan
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan keterbatasan
peneliti dalam waktu, tenaga, serta biaya. Maka penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan penelitian kelas komunitas home schooling di
Home Schooling Kak Seto tahun ajaran 2011/2012 yang dilaksanakan
pada tingkat pendidikan kelas VIII SMP.
2. Penelitian dipusatkan pada proses pembelajaran, komunikasi/interaksi
guru dan siswa, minat dan motivasi siswa, serta pemahaman siswa
dalam pembelajaran matematika pada tingkat pendidikan kelas VIII
SMP Home Schooling Kak Seto pada materi bangun ruang.
3. Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian mengacu pada kurikulum
yang berlaku pada tingkat pendidikan kelas VIII SMP yang diterapkan
di Home Schooling Kak Seto.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana proses pembelajaran (kegiatan guru, kegiatan siswa) pada
tingkat pendidikan kelas VIII SMP Home Schooling Kak Seto?
b. Bagaimana komunikasi/interaksi siswa dan guru dalam proses
pembelajaran pada tingkat pendidikan kelas VIII SMP Home
c. Bagaimana minat dan motivasi siswa tingkat pendidikan kelas VIII
SMP Home Schooling Kak Seto dalam mata pelajaran matematika
pada materi bangun ruang?
d. Sejauh mana pemahaman siswa tingkat pendidikan kelas VIII SMP
Home Schooling Kak Seto dalam mata pelajaran matematika pada
materi bangun ruang dilihat dari hasil tes diagnostik?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pembelajaran matematika pada materi bangun ruang kelas VIII
Home Schooling Kak Seto.
2. Komunikasi/interaksi siswa dan guru dalam pembelajaran
matematika materi bangun ruang pada tingkat pendidikan kelas
VIII sekolah menengah pertama Home Schooling Kak Seto.
3. Minat dan motivasi siswa tingkat pendidikan kelas VIII SMP
Home Schooling Kak Seto dalam mata pelajaran matematika pada
materi bangun ruang.
4. Mengetahui pemahaman siswa tingkat pendidikan kelas VIII SMP
Home Schooling Kak Seto dalam mata pelajaran matematika pada
F. Batasan Istilah
1. Home schooling
Home schooling atau home education menurut Maria Magdalena
dalam bukunya adalah pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh
keluarga, dimana materi-materinya dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan anak (2010: 8). Home Schooling dapat dilakukan di rumah
dengan bimbingan orang tua maupun di tempat-tempat tertentu,
biasanya didampingi oleh orang tua secara pribadi atau pihak-pihak
lain yang ditunjuk. Home Schooling yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah Home Schooling kelas komunitas, dimana siswa
dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar sambil bersosialisasi
dengan teman-temannya.
2. Efektifitas Pembelajaran
Efektifitas menurut Hidayat (1986) adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin
tinggi efektifitasnya.
Efektifitas pembelajaran pada penelitan dimaksudkan sebagai
tingkat keberhasilan suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Efektifitas pembelajaran dilihat dari proses pembelajaran,
komunikasi/interaksi guru dan siswa selama proses pembelajaran,
minat, dan motivasi belajar siswa serta pemahaman siswa terhadap
3. Proses Belajar dan Pembelajaran
Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar adalah suatu aktivitas atau
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian (2011 : 9). Pembelajaran adalah proses interaksi siswa
dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Pasal 1
butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 dalam Udin S. Winataputra, dkk;
2008).
4. Komunikasi dan Interaksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan,
interaksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah saling
melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antarhubungan. Di sini
komunikasi dan interaksi yang terjadi yaitu antara guru dan siswa,
maupun siswa dengan sumber belajar lainnya untuk mencapai tujuan
pendidikan.
5. Minat
Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat belajar matematika dapat diartikan rasa ketertarikan pada
kegiatan belajar matematika, tanpa adanya perintah atau paksaan dari
6. Motivasi
Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam
diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut
melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan (Sukmadinata, 2009: 61).
Dalam konteks pembelajaran maka tujuan tersebut berhubungan
dengan tujuan untuk pelajaran.
7. Pemahaman
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). Di sini
pemahaman diklasifikasikan berdasarkan taksonomi Bloom. Namun
aspek yang akan diukur pada penelitian ini hanyalah aspek
pengetahuan, pemahaman, dan penerapan saja. Pemahaman dapat
diukur dari proses pembelajaran dan dari hasil tes diagnostik yang
mencakup ketiga aspek tersebut.
G. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini :
1. Bagi peneliti, merupakan sarana untuk belajar membuat karya ilmiah
dan berpikir secara sistematis.
2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kemampuan belajar matematika siswa sesuai minat
siswa.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma, dapat digunakan sebagai khazanah
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Home schooling
Istilah home schooling berasal dari bahasa Inggris yang berarti
sekolah rumah. Home schooling dikenal juga dengan nama
homeschooling, home-based learning, home education, school at home,
sekolah mandiri atau sekolah rumah. Dalam bahasa umum, home
schooling adalah model belajar yang digunakan orang dewasa untuk
mendapatkan informasi atau keterampilan sesuai kebutuhannya. Dalam
home schooling orang tua dan anak-anak terlibat aktif untuk menentukan
apa-apa yang ingin dipelajarinya (Abe Saputro, 2007). Homeschooling
adalah sebuah tindakan proaktif untuk turut campur di dalam pendidikan
anak dan bertanggung jawab untuk memberikan sebuah kecintaan terhadap
belajar (Olivia dalam Holy Setyowati Sie, 2010).
Memilih untuk bertanggung jawab berarti orang tua terlibat
langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah
dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan
dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar
(Sumardiono dalam Simbolon, 2008).
Menurut John Cadlwel Holt (Simbolon, 2008), filosofi berdirinya
home schooling adalah manusia pada dasarnya makhluk belajar dan
membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha
menyelak, mengatur, atau mengontrolnya.
Terdapat tiga macam klasifikasi home schooling yaitu tunggal,
majemuk, dan komunitas. Home schooling tunggal adalah homeschooling
yang diselenggarakan oleh sebuah keluarga tanpa bergabung dengan
keluarga lain. Home schooling majemuk yaitu home schooling yang
dilaksanakan secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Disebut home
schooling komunitas yaitu bila home schooling tersebut merupakan
gabungan beberapa model majemuk dengan kurikulum yang lebih
terstruktur sebagaimana pendidikan non formal (Abe Saputro, 2007:
124-125).
Dalam pengembangannya di Indonesia home schooling memang
tidak bisa lepas dari Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) karena dasar
hukum home schooling adalah UU Nomor 20 tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal
1 ayat (1). Serta pasal 27 Sisdiknas tentang pendidikan informal yaitu
“Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, yang hasilnya diakui sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional.”
Home schooling memiliki konsep yang biasanya satu guru
menghadapi satu atau beberapa (terbatas) siswa saja. Selain tentu saja
lebih bisa ditertibkan, dengan home schooling, anak bisa lebih
berkonsentrasi dalam menangkap pelajaran. Mutu mata pelajaran yang
diberikan juga bisa dipilih, sesuai dengan yang dibutuhkan anak saat itu.
menggunakan pendekatan yang lebih tematik, aktif, kontruktif, dan
kontekstual, serta belajar mandiri melalui penekanan kepada kecakapan
hidup dan keterampilan dalam memecahkan masalah (brosur Home
Schooling Kak Seto). Terdapat tiga jenis pembelajaran di Home Scooling
Kak Seto ini, yaitu komunitas dimana siswa dikumpulkan di sebuah kelas
untuk belajar sambil bersosialisasi dengan teman-temannya, distance
learning dimana siswa belajar di rumah dengan modul dan orang tua yang
berperan besar sebagai pendidiknya, dan tutor visit dimana siswa belajar di
rumah dengan diampingi tutor/guru.
B. Efektifitas
Efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); (2) Manjur atau mujarab
(tentang obat); (3) Dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha,
tindakan); (4) Mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan).
Sedangkan efektifitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keefektifan. Keefektifan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah (1) Keadaan berpengaruh; hal berkesan; (2) kemanjuran;
kemujaraban (ttg obat); (3) keberhasilan (ttg usaha, tindakan);
kemangkusan (2008: 352)
Efektifitas menurut Hidayat (1986) adalah suatu ukuran yang
tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya,
Sehingga efektifitas dapat diartikan sebagai gambaran tingkat
keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Maka
efektifitas pembelajaran dapat diartikan sebagai gambaran tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Efektifitas pembelajaran
dapat diartikan juga sebagai tingkat keefektifan suatu pembelajaran yang
dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam kegiatan
pembelajaran di home schooling, efektifitas pembelajaran dapat dilihat
dari tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
dalam penelitian ini pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran
matematika.
C. Proses Belajar dan Pembelajaran
Pengertian proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
1.Runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu;
2.Rangkaian tindakan; 3.Perkara dalam pengadilan (2008: 1106). Proses
yang dimaksudkan di sini adalah rangkaian tindakan untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah 1.Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu-membaca;
berlatih-mengetik; 2.Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
adalah tingkat dan fase yang dilalui anak atau sasaran didik dalam
mempelajari sesuatu.
Menurut Winkel (1996: 53) belajar adalah aktivitas mental atau
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan nilai sikap. Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar
adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian (2011: 9)
Pembelajaran dan belajar sangat erat kaitannya, pembelajaran
sebagai proses dari belajar tersebut. Dalam pembelajaran di sekolah
terdapat interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa
dengan lingkungan, siswa dengan bahan ajar, serta siswa dengan media
pembelajaran lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran home schooling
terdapat interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan lingkungan, siswa
dengan bahan ajar, serta siswa dengan media pembelajaran lainnya.
D. Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (2008: 721). Pengertian
adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau
banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Dapat disimpulkan dalam kegiatan pembelajaran komunikasi
adalah pengiriman pesan oleh guru berupa materi kepada siswa.
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran merupakan proses
pengiriman pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru
kepada siswa, dimana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan.
E. Interaksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi adalah hal
saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antarhubungan
(2008: 542). Interaksi pendidikan menurut Sukmadinata merupakan
interaksi antara pendidik dengan siswa, yaitu saling pengaruh antara
pendidik dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, yang
berlangsung dalam lingkungan tertentu (2009: 3). Menurut Abu Achmadi
dan Shuyadi (1985 : 47), interaksi adalah suatu gambaran sehubungan
aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan
tujuan pendidikan (http://menatap-ilmu.blogspot.com).
Namun seperti telah disebutkan dalam pengertian proses belajar
dan pembelajaran di atas, bahwa interaksi dalam kegiatan pembelajaran
dengan siswa, siswa dengan bahan ajar atau modul, dan siswa dengan
sumber pembelajaran lainnya.
F. Minat
Minat menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan (2008:
916). Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek yang
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu (Winkel, 1983 : 30). Sedangkan menurut Slameto, minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (bab I). Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari
luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat
(Slameto, 1988 : 182).
Dalam pembelajaran di home schooling maupun sekolah formal
lainnya, berdasarkan definisi minat maka dapat dikatakan semakin tinggi
minat siswa terhadap suatu pelajaran dalam penelitian ini pelajaran
matematika maka siswa semakin senang mempelajari pelajaran tersebut.
G. Motivasi
Pengertian motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
Dalam konteks pembelajaran maka tujuan tersebut berhubungan dengan
tujuan untuk pelajaran (bab I). Motivasi juga dapat diartikan sebagai
kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan
suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan
individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan
(Sukmadinata: 2009: 61).
Motivasi dalam pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor dari dalam diri siswa serta faktor dari luar diri siswa. Faktor
dari dalam diri siswa dapat diartikan sebagai dorongan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri, sedangkan faktor dari luar diri siswa adalah
dorongan yang berasal dari luar dari siswa misalnya dari orang tua,
teman-teman, guru, maupun dari berbagai pihak atau hal lain yang
mengakibatkan siswa mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
pendidikan.
H. Pemahaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman adalah
proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (2008 :998).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel
mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang
dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Dalam
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah kognitif berdasar taksonomi Bloom dijelaskan dengan tabel
berikut:
Tabel 2.1.Tabel Ranah Kognitif Berdasar Taksonomi Bloom
KOGNITIF KETERANGAN
1. Pengetahuan ( K1 )
Mencangkup ingatan akan hal – hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, dapat berupa fakta, kaidah, dan prinsip.
2. Pemahaman ( K2 ) Mencangkup kemampuan untuk menangkap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari.
3. Penerapan ( K3 )
Mencangkup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah pada suatu kasus.
4. Analisis ( K4 ) Mencangkup kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian – bagian .
5. Sintesis ( K5 ) Mencangkup kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru.
6. Evaluasi ( K6 )
Mencangkup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban berdasar kriteria tertentu.
(Sumber
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/196406061990031-MUSLIM/BAHAN_AJAR__MINGGU_KE_3__TAKSONOMI_BLOOM.pdf (diakses 8 Mei 2012))
Ranah Kognitif menurut Taksonomi Bloom yang terdapat dalam
tabel di atas dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada tingkat pengetahuan (K1): siswa menjawab pertanyaan
berdasarkan hafalan saja. (Soal pengetahuan: soal yang
2. Pada tingkat pemahaman (K2): siswa dituntut untuk
menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, member
contoh suatu prinsip atau konsep. (Soal pemahaman: soal yang
menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata
penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh
konsep)
3. Pada tingkat aplikasi (K3): siswa dituntut untuk menerapkan
prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. (Soal
aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep
dalam situasi yang belum pernah diberikan)
4. Pada tingkat analisis (K4): siswa diminta untuk menguraikan
informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan
sebab dan akibat. (Soal analisis: soal yang menuntut uraian
informatif, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan
pendapat, dan penemuan sebab akibat)
5. Pada tingkat sintesis (K5): siswa dituntut menghasilkan suatu
cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan
mengsintesiskan pengetahuan. (Soal sintesis: soal yang
menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan
memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu)
6. Pada tingkat evaluasi (K6): siswa mengevaluasi informasi,
dalamnya melakukan judgement terhadap hasil analisis untuk
membuat kebijakan. (Soal evaluasi: soal yang menuntut
pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan “nilai”
informasi)
I. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan–kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang
tepat dan sesuai dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa. Tes
diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah dan kesulitan yang dialami siswa
b. Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai
masalah dan kesulitan yang telah teridentifikasi.
Tes diagnostik memiliki karakteristik:
a. Dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format
dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik.
b. Dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan
dan kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah
(penyakit) siswa.
c. Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau
jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara
selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan
penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat
meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan
atau masalahnya.
d. Disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan
kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.
Tes diagnostik yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dapat disusun berdasarkan Taksonomi Bloom (tabel 2.1), ranah
kognitif yang diamati dapat lebih dibatasi yaitu ranah pengetahuan ( K1 ), pemahaman ( K2 ), dan penerapan ( K3 ).
J. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan diamati bagaimana proses belajar dan
pembelajaran berlangsung, serta bagaimana minat dan motivasi belajar
siswa terutama dalam mata pelajaran matematika, dan nantinya akan
dilihat pula sejauh mana pemahaman siswa setelah mengikuti proses
belajar dan pembelajaran tersebut. Karena pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajari merupakan salah satu tujuan dari proses belajar dan
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif mengkaji bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaannya dengan fenomena lain (Sukmadinata, 2008:72).
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok (Sukmadinata, 2008:60).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan
yang tengah berlangsung.
Menurut Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi
tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut
atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat
pada penelitian eksperimen. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang efektifitas pembelajaran matematika kelas VIII SMP Home
Schooling Kak Seto tahun pelajaran 2011/2012.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Home Schooling Kak
Seto kelas komunitas.
C. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah efektifitas pembelajaran siswa ditinjau
dari komunikasi/interaksi, minat, motivasi serta pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi,
pemberian tes, serta pemberian kuisioner dan angket.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu aktivitas untuk pengumpulan data,
dengan cara mengamati kondisi-kondisi, proses-proses dan
perilaku-perilaku objek penelitian secara seksama dan sistematis dengan
matematika yang berlangsung yang meliputi deskripsi kegiatan,
kendala yang dialami, dan proses kegiatan siswa dalam pembelajaran
matematika. Observasi ini dilakukan lewat pengamatan langsung.
Observasi lewat pengamatan langsung merupakan pengamatan yang
dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi
sebenarnya, yang bisa langsung diamati oleh peneliti. Oleh sebab itu
data observasi tidak terlalu mendetail, dalam arti hanya bersifat umum
yang nampak selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam kegiatan observasi ini peneliti menggunakan lembar observasi
untuk mencatat hasil pengamatan.
2. Tes Tertulis
Tes tertulis dilakukan kepada semua siswa yang telah mengikuti
pembelajaran. Tes berupa tes diagnostik untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa yaitu terdiri dari soal-soal matematika mengenai
materi bangun ruang.
3. Kuesioner dan Angket
Pemberian kuesioner dilakukan kepada siswa dan guru, sedangkan
pemberian angket dilakukan kepada siswa setelah kegiatan
pembelajaran selesai. Kuesioner meliputi bagaimana siswa tersebut
memahami pelajaran matematika yang diajarkan dan bagaimana
kuesioner meliputi bagaimana tingkat penguasaan materi guru serta
bagaimana tanggapan-tanggapan guru terhadap segala masalah yang
ada selama proses pembelajaran.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto aktivitas siwa saat
proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini digunakan untuk
memperkuat data hasil pengamatan aktivitas siswa secara langsung
yang dilakukan oleh peneliti.
E. Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian yang
digunakan oleh peneliti untuk menjawab rumusan masalah yang tercantum
dalam bab I, yaitu :
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
No. Rumusan Masalah
Instrumen
Observasi Angket Kuesioner Soal Tes
Diagnostik
1
Bagaimana proses
pembelajaran (kegiatan
guru, kegiatan siswa)
pada tingkat pendidikan
kelas VIII sekolah
menengah pertama home
schooling?
tingkat pendidikan kelas VIII sekolah menengah pertama home schooling?
No. Rumusan Masalah
Instrumen
Observasi Angket Kuesioner Soal Tes
Diagnostik
3
Bagaimana minat dan motivasi siswa tingkat pendidikan kelas VIII sekolah menengah dalam
mata pelajaran
matematika siswa home
schooling?
4
Bagaimana pemahaman siswa tingkat pendidikan
kelas VIII sekolah
menengah pertama dalam
mata pelajaran
matematika siswa home
schooling?
1. Observasi Pembelajaran
Peneliti melakukan pengamatan langsung secara seksama
dengan menggunakan alat indera dan dicatat dalam lembar observasi.
Aspek-aspek yang diamati dalam observasi sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi
Aspek yang Diamati Nomor butir pernyataan
1. Kegiatan pra pembelajaran oleh
guru
a. Sapaan dan percakapan singkat
b. Berdoa bersama
1 2
2. Metode Pembelajaran yang
digunakan
3
3. Guru memberikan pancingan
pertanyaan yang membangkitkan minat siswa dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang dipelajari
4
4. Guru memberikan
pertanyaan/soal-soal yang dapat mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif siswa
Aspek yang Diamati Nomor butir pernyataan
5. Guru dapat memancing partisipasi
siswa dalam pembelajaran
6
6. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat
oleh guru dapat memusatkan
perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas
7
7. Guru menganalisis hasil kerja siswa 8
8. Guru mendengarkan dengan cermat
pendapat siswa
9
9. Guru dan siswa berkomunikasi
dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung
10
10.Guru membuat rangkuman atau
garis-garis besar persoalan yang baru saja dipelajari
11
11.Guru memberikan penghargaan atas
jawaban siswa dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
12
12.Guru bersedia menunggu jawaban
siswa terhadap pertanyaan yang diberikannya dengan sabar
13
13.Guru mempergunakan masalah
kontekstual dalam pembelajaran
14
14.Guru memberikan umpan balik
terhadap jawaban siswa yang salah 15
15.Guru memanfaatkan benda yang
ada di sekitar siswa sebagai
pengarah siswa dalam membangun konsep
16
16.Guru menggunakan media
pembelajaran
17
17.Guru menjelaskan alur pikiran
pembelajaran
18
18.Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi memberikan pertanyaan/masalah
19
19.Guru memberikan tugas rumah pada
akhir pembelajaran
20
20.Siswa bersemangat dalam belajar 21
21.Siswa menyiapkan buku/alat/
sumber belajar sendiri
22
22.Siswa membuat catatan/ rangkuman
secara pribadi
Aspek yang Diamati Nomor butir pernyataan
23.Siswa mau mencoba-coba dalam
mengerjakan latihan
24
24.Siswa dapat memecahkan masalah
dengan caranya sendiri
25
25.Siswa berani menyampaikan
pendapat
26
26.Siswa mengikuti pembelajaran
secara serius dan antusias
27
27.Siswa dapat menyelesaikan
soal-soal yang diberikan guru dengan baik dan benar
28
28.Siswa dapat memahami apa yang
disampaikan guru dengan baik
29
29.Siswa mengerjakan tugas rumah
yang diberikan guru pada hari sebelumnya (jika ada)
30
30.Siswa dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan guru dengan jelas
32.Saat proses pemblajaran
berlangsung, pandangan mata siswa dan konsentrasi siswa terfokus pada guru
33
2. Angket Minat Belajar Siswa
Peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui
bagaimana minat belajar matematika siswa. Angket minat belajar
siswa terdiri dari 20 pernyataan yaitu 10 pernyataan positif dan 10
pernyataan negatif. Angket minat belajar siswa menggunakan skala
Likert 4-3-2-1, yaitu menggunakan pilihan jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju Pada skala Likert untuk
pernyataan positif skornya adalah :
Setuju = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Untuk pernyataan negatif skornya adalah :
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak setuju = 3
Sangat tidak setuju = 4
Skor maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 80. Minat siswa
akan dikelompokkan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:
Tabel 3.3.Tabel Tingkat Minat Belajar Siswa
Skor Minat Tingkat Minat Belajar Siswa
0 - 20 Sangat rendah
21-40 Rendah
41-60 Tinggi
61-80 Sangat Tinggi
(Sumber: Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.)
Dengan kisi-kisi pada tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.4.Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa
No. Aspek Minat
1 Ketertarikan 1. Siswa tertarik terhadap
pelajaran matematika
2. Menyenangi tugas yang
diberikan guru
3. Merasa senang ketika
guru tidak memberikan soal latihan
4. Merasa senang ketika
No. Aspek Minat
5. Tidak fokus pada
pelajaran yang diajarkan
6. Merasa bosan saat
pelajaran berlangsung
7. Mengerjakan latihan di
rumah walaupun tidak ada tugas dari guru
8. Tidak mencatat materi
yang diberikan guru
9. Mencatat setiap poin
penting yang disampaikan
2 Optimisme 10. Selalu merasa
bersemangat ketika
12. Merasa malas ketika
mengerjakan tugas dari
15. Sulit memahami materi
yang disampaikan 16. Belajar setiap hari tanpa
paksaan
17. Memperbaiki setiap ada
kesalahan dan mengulang
3. Angket Motivasi Belajar Siswa
Peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui
bagaimana motivasi belajar matematika siswa. Seperti pada angket
pernyataan yaitu 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif.
Angket minat belajar siswa menggunakan skala Likert 4-3-2-1, yaitu
menggunakan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Pada skala Likert untuk pernyataan positif skornya
adalah :
Sangat setuju = 4
Setuju = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Untuk pernyataan negatif skornya adalah :
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak setuju = 3
Sangat tidak setuju = 4
Skor maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 80. Seperti halnya
pada minat belajar siswa, motivasi belajar siswa akan dikelompokkan
dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:
Tabel 3.5.Tabel Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Skor Motivasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa
0 - 20 Sangat rendah
21-40 Rendah
41-60 Tinggi
61-80 Sangat Tinggi
Dengan kisi-kisi angket motivasi pada tabel 3.6 sebagai berikut :
Tabel 3.6.Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa
No. Aspek Motivasi yang
Diamati
2. Siswa tidak senang
mempelajari
2. Siswa tidak merasa
perlu mendalami sejak awal proses pembelajaran
3. Siswa merasa sulit
memahami materi pelajaran
matematika
4. Siswa merasa puas
No. Aspek Motivasi yang
6. Siswa merasa tidak
hal-hal dalam pembelajaran yang merangsang rasa ingin tahunya
7. Siswa merasa tidak
memahami pelajaran matematika sama sekali
8. Siswa merasa tugas
dan latihan pada
4. Tes Diagnostik dengan Materi Bangun Ruang
Tes diagnotik digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dalam memahami materi bangun ruang, tes ini
diberikan setelah materi bangun ruang selesai diajarkan. Berikut ini adalah
langkah-langkah penyusunan tes diagnostik :
2) Membuat kisi-kisi penyusunan tes diagnostik yang didalamnya berisi
sub-sub pokok bahasan bangun ruang yaitu kubus, balok, limas,
prisma, tabung, kerucut, dan bola.
3) Membuat soal yang disesuaikan dengan kisi-kisi penyusunan tes
diagnostik.
4) Jumlah soal yang diberikan sebanyak 7 soal uraian dimana setiap
soal diuraikan lagi menjadi beberapa permasalahan. Tes diagnostik
ini dibuat dengan mengacu pada tabel ranah kognitif berdasar
Taksonomi Bloom (Tabel 2.1). Dengan kisi-kisi soal diagnostik
seperti pada Tabel 3.7.
NO INDIKATOR MATERI NOMOR SOAL
1. Siswa dapat menggambar
kubus beserta jaring-jaringnya.
2. Siswa dapat menghitung
luas permukaan kubus
3. Siswa dapat menghitung
volume kubus
4. Siswa dapat menyebutkan
contoh-contoh kubus dalam
2. Siswa dapat menghitung
luas permukaan balok
3. Siswa dapat menghitung
volume kubus
4. Siswa dapat menyebutkan
contoh-contoh balok dalam
NO INDIKATOR MATERI NOMOR SOAL
1. Siswa dapat menggambar
limas.
2. Siswa dapat menghitung
luas permukaan limas
3. Siswa dapat menghitung
volume limas
4. Siswa dapat menyebutkan
contoh limas dalam hidup sehari-hari
1. Siswa dapat menggambar
prisma.
2. Siswa dapat menghitung
luas permukaan prisma dalam contoh hidup sehari-hari.
3. Siswa dapat menghitung
volume prisma dalam
1. Siswa dapat memecahkan
masalah dalam kehidupan
1. Siswa dapat menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan bangun kerucut.
2. Siswa dapat menyebutkan
contoh bangun kerucut
1. Siswa dapat menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan bola
Tes yang diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan
tingkat pemahaman siswa akan diukur dalam bentuk presentase karena
di Homeschooling Kak Seto tidak ada KKM. Nilai maksimal yang
dapat diperoleh siswa adalah 10,00 dengan presentase pemahaman
100%. Presentase pemahaman siswa dihitung dengan rumus :
Arti tingkat pemahaman siswa : 85% - 100% = baik sekali
75% - 84% = baik
65% - 74% = cukup
<65% = kurang
(Sumber: IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka)
5. Kuesioner Siswa
Kuesioner siswa ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan
harapan siswa selama proses pembelajaran. Kuesioner ini mencakup
beberapa hal yaitu :
a. Metode pembelajaran baik yang digunakan guru maupun yang
diharapkan siswa, terdapat pada pertanyaan nomor 1,2, dan 3.
b. Kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran, usaha yang
dilakukan siswa,factor-faktor penyebab kesulitan tersebut serta
tanggapan dari guru terhadap kesulitan tersebut, terdapat pada
c. Frekuensi pemberian tugas, kebiasaan siswa dalam
mengerjakan tugas, cara mengatasi kesulitan pada waktu
menyelesaikan tugas dari guru, terdapat pada pertanyaan nomor
6,7,8,dan 9.
d. Perasaan suka terhadap matematika, terdapat pada pertanyaan
nomor 12.
6. Kuesioner Guru
Kuesioner siswa ini bertujuan untuk mengetahui tentang pribadi
guru ,penguasaan materi guru,usaha guru untuk mengatasi kesulitan
siswa. Kuesioner ini mencakup beberapa hal yaitu :
a. Materi yang dikuasai guru , terdapat pada pertanyaan nomor 1.
b. Materi yang kurang dikuasai oleh guru, terdapat pada
pertanyaan nomor 2.
c. Usaha dan metode yang dilakukan untuk membantu siswa agar
materi dapat diterima dengan baik, terdapat pada pertanyan
nomor 3,5
d. Frekuensi tugas yang diberikan, terdapat pada pertanyaan
nomor 4.
e. Solusi untuk meningkatkan pemahaman siswa, terdapat pada
f. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
memahami materi menurut pendapat guru, terdapat pada
pertanyaan nomor 7.
g. Tanggapan guru dengan kesulitan yang dialami siswa saat
pelajaran, terdapat pada pertanyaan nomor 8.
F. Data Penelitian
Data – data yang akan dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Proses pembelajaran matematika dalam home schooling .
2. Komunikasi/Interaksi antara guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
3. Minat siswa terhadap pelajaran matematika.
4. Motivasi siswa terhadap pelajaran matematika.
5. Tingkat pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran home schooling.
G. Analisis dan Pembahasan Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan
data, dengan tujuan agar data yang telah diperoleh menjadi sistematis dan
tidak ada data yang terlupakan. Data yang telah dianalisis kemudian
dibahas untuk memberi penjelasan lebih lanjut mengenai data yang telah
Proses analisis data adalah sebagai berikut:
1. Penyajian data
Data lengkap serta analisisnya yang meliputi: (1) analisis dan
pembahasan data hasil observasi, (2) analisis dan pembahasan hasil
angket minat, (3) analisis dan pembahasan hasil angket motivasi, (4)
analisis dan pembahasan hasil tes diagnostik, dan (5) analisis hasil dan
pembahasan kuesioner siswa dan guru.
2. Penarikan kesimpulan dari hasil analisis data yaitu mengenai
efektifitas pembelajaran kelas VIII Home Schooling Kak Seto dilihat
dari proses pembelajaran, komunikasi/interaksi antara siswa dan guru,
minat dan motivasi belajar siswa, serta tingkat pemahaman siswa
40
BAB IV
DESKRIPSI, TABULASI DATA,
ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran
2011/2012 yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2012.
Pada awalnya pelaksanaan penelitian hanya akan dilaksanakan di
bulan Maret sampai dengan April, namun karena kondisi siswa
sehingga beberapa kali pertemuan harus dibatalkan. Penelitian
dilakukan pada 3 kelas dimana setiap kelas hanya terdiri dari 1 siswa.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 pertemuan, setiap pertemuan
berdurasi selama 3 jam. Di Home Schooling Kak Seto kelas VIII ada
lima kelas, tiga kelas melakukan kegiatan pembelajaran di kantor
Home Schooling Kak Seto, sedangkan dua kelas lainnya melakukan
pembelajaran di rumah masing-masing. Namun dalam penelitian ini
peneliti hanya meneliti kegiatan pembelajaran yang dilakukan di
kantor Home Schooling, sedangkan untuk kelas yang melaksanakan
pembelajaran di rumah peneliti tidak mendapatkan ijin dari pihak
siswa untuk melaksanakan penelitian. Urutan kegiatan pelaksanaan
Tabel 4.1. Urutan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
TAHAP KEGIATAN WAKTU
1 Menghubungi pihak sekolah untuk meminta
ijin melaksanakan penelitian
Desember 2011
2 Meminta surat ijin penelitian kemudian
menyerahkan kepada pihak sekolah
Februari 2012
Pada penelitian ini pertemuan pertama untuk mengamati proses
pembelajaran yang berlangsung di setiap kelas dengan guru yang
sama. Pada pertemuan kedua diberikan tes untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
a. Observasi Proses Pembelajaran Matematika
Observasi ini bertujuan untuk melihat proses pembelajaran dan
komunikasi/interaksi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran di Home Schooling sangat bergantung pada
pribadi setiap siswa. Sehingga kegiatan belajar mengajar
disesuaikan dengan kondisi setiap siswa. Pembelajaran
berlangsung selama 3 jam atau 180 menit dengan diselingi istirahat
10 – 15 menit. Dalam sehari siswa hanya belajar satu mata
pelajaran.
Secara umum kegiatan pembelajaran dirancang seperti kegiatan
belajar di rumah. Satu guru menghadapi satu siswa, akan tetapi
dalam satu ruangan tidak hanya terdiri dari satu siswa dan satu
jenjang dan mata pelajaran yang berbeda. Secara terperinci proses
pembelajaran pada setiap kelas berbeda-beda, dan dijelaskan
sebagai berikut:
a) Kelas siswa I
Materi yang diberikan adalah bangun ruang. Metode
yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, serta
drill dan latihan soal. Sebelum pembelajaran dimulai guru
mengajak siswa untuk berdoa lalu berbincang-bincang
sejenak dengan siswa agar tercipta suasana santai. Guru
memberikan rangkuman materi berupa rumus-rumus untuk
menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang.
Setelah memberikan rangkuman materi pembelajaran
dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan secara
bersama-sama. Guru dapat memfokuskan perhatian siswa
terhadap masalah yang dihadapi serta dapat mengajak siswa
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Komunikasi
antara guru dan siswa sangat baik. Siswa dapat
menyampaikan pendapatnya secara santai, terkadang siswa
juga bercerita tentang kehidupan pribadinya kepada guru.
Guru memanfaatkan benda-benda yang ada di
sekitarnya untuk menunjukkan bentuk bangun-bangun
ruang. Siswa juga membuat bangun ruang menggunakan
sekali mencatat materi yang diajarkan, sebagian besar
catatan dibuat oleh guru. Siswa cenderung pemalu sehingga
kurang banyak berbicara, ketika menyampaikan pendapat
pun suara siswa sangat kecil. Pada akhir pelajaran guru
merangkum keseluruhan pembelajaran secara lisan,
kemudian meminta siswa agar melanjutkan latihan soal di
rumah.
b) Kelas siswa II
Materi yang diajarkan yaitu bangun ruang. Siswa ini
memiliki kekurangan dalam pendengaran dan berbicara
sehingga dalam kegiatan pembelajaran komunikasi secara
lisan jarang dilakukan. Komunikasi/Interaksi yang terjadi
seringkali terjadi secara tertulis.
Pada awal pelajaran guru membuka dengan berdoa lalu
dilanjutkan dengan percakapan singkat. Guru mencatat
rumus-rumus mencari luas permukaan dan volume bangun
ruang di papan tulis kemudian siswa menyalinnya dalam
catatannya sendiri. Setelah itu guru meminta siswa
mengerjakan soal-soal latihan.
Komunikasi antara guru dan siswa terjadi jika siswa
mengajukan pertanyaan tentang soal-soal yang diberikan
oleh guru. Terkadang siswa sulit mencerna maksud soal
Indonesia, sehingga guru harus menjelaskan soal yang
ditanyakan menggunakan bahasa yang dia mengerti. Jika
diminta untuk memberikan contoh benda-benda yang
berbentuk bangun ruang tertentu siswa tersebut
menyebutkannya menggunakan bahasa Jerman, karena
siswa tersebut lebih fasih dalam berbahasa Jerman,
sehingga guru harus benar-benar membantu siswa
memahami maksud dari setiap masalah matematika.
Siswa tersebut senang untuk mencoba-coba dalam
menyelesaikan soal matematika, selain itu siswa tersebut
selalu meminta diberikan latihan atau tugas rumah.
c) Kelas siswa III
Materi yang diberikan adalah bangun ruang. Metode
yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, serta
drill dan latihan soal. Sebelum pembelajaran dimulai guru
mengajak siswa berdoa lalu berbincang-bincang sejenak
dengan siswa agar tercipta suasana santai. Guru mengulang
sejenak materi tentang lingkaran kemudian guru
memberikan rangkuman materi berupa rumus-rumus untuk
menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang.
Setelah memberikan rangkuman materi pembelajaran
dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan secara
mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari
siswa serta dapat memfokuskan perhatian siswa terhadap
masalah yang dihadapi serta dapat mengajak siswa
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Komunikasi antara guru dan siswa sangat baik. Siswa
dalam menyampaikan pendapat tidak pernah terlihat
sungkan, terkadang siswa bercanda dengan guru. Siswa
mudah diajak bekerjasama sehingga pembelajaran menjadi
lebih menyenagkan.
Siswa menyiapkan modul sendiri untuk dipelajari
bersama guru. Siswa tersebut cenderung malas untuk
menghitung, sehingga ketika mengerjakan soal siswa
benar-benar harus dibantu guru dalam melakukan
perhitungan. Guru bersedia menunggu jawaban dari siswa,
serta guru memberikan umpan balik terhadap jawaban
siswa yang salah. Siswa tidak malu untuk bertanya jika
merasa belum jelas terhadap penjelasan guru.
Guru membuat bangun ruang menggunakan kertas lipat
untuk menunjukkan bentuk-bentuk bangun ruang kepada
siswa. Siswa serius dalam mengikuti pembelajaran tetapi
jika diminta untuk menghitung siswa menjadi kurang
keseluruhan pembelajaran secara lisan, namun siswa
tersebut tidak bersedia diberi tugas rumah.
b. Pemberian Tes
Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes diagnostik, tes
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan. Tes ini terdiri dari 7 soal yang setiap soal
mencakup setiap macam bangun ruang. Tes yang diberikan berupa
tes uraian. Waktu pengerjaan tes ini adalah 120 menit. Karena di
Home Schooling Kak Seto ini tidak pernah diadakan ulangan
harian, maka peneliti beserta guru sepakat agar pemberian tes ini
dikondisikan seperti pemberian soal latihan, namun siswa tidak
diijinkan untuk membuka catatan rumus hanya diperkenankan
untuk bertanya pada guru jika tidak mengerti maksud dari soal
yang diberikan. Selain itu siswa diberi kebebasan untuk
mengerjakan soal-soal tersebut sesuai dengan kebiasaan ketika
sedang latihan soal, sehingga banyak siswa yang tidak menuliskan
langkah kerja di setiap nomor soal. Sehingga dalam memberi
penilaian peneliti juga harus membertimbangkan jawaban siswa
B. Tabulasi Data
1. Data Hasil Angket Minat Belajar Siswa
Angket minat belajar telah diiberikan kepada siswa untuk diisi..
Berikut adalah hasil perhitungan skor yang didapat oleh ketiga siswa
tersebut:
Tabel 4.2. Tabel skor minat belajar siswa
No.Butir Pernyataan Skor Jumlah Skor tiap Nomor
2. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
Berikut adalah perhitungan skor hasil angket motivasi yang didapat
oleh ketiga siswa berdasarkan angket yang telah dibagikan kepada
siswa untuk diisi:
Tabel 4.3. Tabel skor motivasi belajar siswa
No.Butir Pernyataan Skor Jumlah Skor tiap Nomor
Siswa I Siswa II Siswa III
3. Data Hasil Tes Pemahaman Siswa
Pemahaman siswa dalam penelitian ini diukur menggunakan nilai
yang diperoleh oleh siswa dalam mengerjakan tes diagnostik. Tes ini