• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus pada siswa SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Felicitas Dwi M.H

NIM : 031334041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus pada siswa SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Felicitas Dwi M.H

NIM : 031334041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

M ott o

“M intalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”( M atius 7:7 )

“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur,”( M atius 5:4)

(6)

v

Persembahan

Dengan penuh cinta

K arya ini K upersembahkan untuk

Bapak dan I bu terkasih untuk segala doa dan pengorbanannya Yang tak ternilai… .

Suami dan anakku

M as M oko dan Thomas tercinta untuk semua cinta, kasih dan sayangmu.

M y God Jesus Christ’

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Felicitas Dwi M.H Nomor Mahasiswa : 031334041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus pada siswa SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 1 April 2008

Yang menyatakan

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan denga n sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Maret 2008 Penulis,

(9)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR SISWA

Studi kasus pada siswa SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta Felicitas Dwi M.H

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa, (2) hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta. Populasi penelitian ini sebanyak 545 responden. Jumlah sampel penelitian sebanyak 221 responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuesioner tertutup dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis koefisien korelasi berganda untuk tiga variabel Product Moment dan teknik analisis regresi berganda.

(10)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF STUDENTS’ PERCEPTION ON THE

TEACHERS’ PROFESSIONALISM AND STUDENTS’ EMOTIONAL

INTELLEGENCE TOWARD STUDENTS ACHIEVEMENTS

A Study Case on the Students in SMK YPKK I, Sleman, Yogyakarta

Felicitas Dwi M.H Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed to find out (1) a positive and significant relationship between the students’ perception on the teachers’ professionalism toward students’ achievement, (2) a positive and significant relationship between the students’ emotional intelligence toward students’ achievement.

The research was conducted in SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta. The population of this research was 545 respondents. The sample was 221 respondents. The researcher used purposive sampling to take the sample. A closed and documentation questionnaire method was used to collect the data. Double correlation coefficient analysis technique was used to analyze the data for three variables Product Moment and Double Regression Analysis Technique.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Pemurah karena

skripsi yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru

dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” telah selesai tepat

pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis

menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan

mendapat berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yo gyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pendidikan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

(12)

x

5. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah

meluangkan waktu dalam ujian sarjana, memberikan kritik, dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah

meluangkan waktu dalam ujian sarjana, memberikan kritik, dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu

kelancaran proses belajar selama ini.

9. Mas Adjie, Mbak Sila, Mas TiTet’s, Mbak Dinot, Siska, Metty, Mbak Eno, Mas

Yosi (yang dengan sabar menunggu aku ujian) dan seluruh teman-teman angkatan

2003 (yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu) yang telah memberikan

masukan, diskusi, dan motivasi selama proses belajar ini.

10.Mas Moko, Thomas dan adik kecil yang selalu memberikan dukungan doa, dan

motivasi untuk mampu menyelesaikan skripsi ini.

11.Bapak,Ibu dan keluarga Cengkareng (Mas Eka dan Marsel), terima kasih atas

segala pengorbanannya, doanya serta dukungannya hingga aku bisa

menyelesaikan studi dengan lancar.

12.Bapak, Ibu dan keluarga besar di Wonosari yang telah memberikan dukungan doa

(13)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Batasan Masalah ...6

C. Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan Penelitian...8

E. Manfaat Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

A. Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru ...9

(14)

xii

B. Kecerdasan Emosional ...17

1. Pengertian Kecerdasan Emosional...17

2. Dimensi Kecerdasan Emosional...22

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ...23

4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan Emosi ...24

C. Prestasi Belajar Siswa...25

1. Pengertian Prestasi Belajar ...25

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...29

D. Hubungan Antar Variabel Penelitian ...32

E. Hipotesis. ...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...35

A. Jenis Penelitian ...35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...35

C. Subjek dan Objek Penelitian ...36

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel...36

E. Variabel Penelitian...37

1. Variabel Independen ...37

2. Varabel Dependen...37

F. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian ...38

G. Teknik Pengumpulan Data ...40

H. Teknik Analisis Data ...42

(15)

xiii

BAB IV GAMBARAN UMUM...54

A. Sejarah Berdirinya SMK YPKK I Sleman ...54

B. Visi dan Misi SMK YPKK I Sleman...57

C. Organisasi Sekolah SMK YPKK I Sleman...57

D. Data Siswa SMK YPKK I Sleman ...58

E. Kondisi Fisik dan Lingkungan...59

F. Fasilitas Pendidikan dan Latihan...62

G. Komite Sekolah...65

H. Kegiatan Ekstrakurikuler ...66

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...68

A. Deskripsi Data...68

1.Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru...68

2. Kecerdasan Emosional...69

3. Prestasi Belajar Siswa ...70

B. Analisis Data ...70

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ...70

2. Uji Asumsi Klasik ...73

2. Pengujian Hipotesis ...76

C. Pembahasan Hasil Penelitian...81

BAB VI PENUTUP...85

(16)

xiv

3. Saran-saran...86

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Orang Tua ... 20

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Minat Orang Tua ... 21

Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Responden... 32

Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan Responden... 33

Tabel 4.3 Persepsi Orang Tua terhadap BOS... 34

Tabel 4.4 Minat Orang Tua untuk Menyekolahkan Anaknya ke SLTP... 35

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas... 36

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Izin Penelitian... 51

Lampiran II Kuesioner ... 64

Lampiran III Data penelitian... 69

Lampiran IV Validitas, Reliabilitas, Normalitas, Linieritas ... 79

Lampiran V Analisis Deskriptif... 86

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu pelayanan yang fundamental bagi

kepentingan umum secara keseluruhan. Dalam Mukaddimah UUD 1945,

pendidikan adalah tanggung-jawab negara. Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat (penyelenggara sekolah swasta).

Dewasa ini pendidikan dianggap sebagai jalur yang semakin berarti

untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Melalui

pendidikan setiap warga masyarakat mendapat kesempatan untuk membina kemampuan dan keahliannya sehingga kekuatan-kekuatan potensial yang ada

dapat berkembang secara maksimal. Sementara itu harus diakui, bahwa

pendidikan di Indonesia masih banyak menghadapi permasalahan yang

cukup serius, seperti masalah kualitas guru, daya tampung sekolah, kualitas

para siswanya, pengelolaan kelas oleh guru, dan persepsi masyarakat terhadap pendidikan itu sendiri apakah pendidikan itu bermutu dan sesuai

dengan perkembangan jaman yang ada sekarang ini.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

(20)

sosial dan ilmiah dari sekolah, anak mengembangkan cara berpikir ilmiah

dalam memahami lingkungan fisik, sosial serta memecahkan masalah yang

dihadapinya. Di sekolah siswa mengalami proses belajar mengajar. Siswa

diperkenalkan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Siswa juga mengalami kehidupan sosial bersama-sama dengan teman-teman dan guru.

Di sekolah pula, siswa menerima proses pembelajaran agar potensi mereka

berkembang secara seimbang antara kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Menurut Hamalik (1991:140), proses belajar dan hasil belajar pada siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola struktur, dan isi

kurikulumnya, akan tetapi ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan

oleh profesionalisme guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru

adalah orang yang profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan

oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Kompetensi seorang guru mengacu ke kemampuan menjalankan tugas-tugas guru secara mandiri.

Ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu

kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional

serta kompetensi sosial. Guru dianggap memegang peranan yang sangat

penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan pencerminan mutu pendidikan.

Guru yang profesional akan lebih mampu menciptakan suasana

lingkungan belajar yang efektif. Dalam membelajarkan siswa, seorang guru

(21)

mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif pula. Metode

pengajaran yang menyenangkan, mampu mengelola kelasnya dengan baik,

memulai dan mengakhiri pelajaran tepat pada waktunya, mempersiapkan

bahan pelajaran yang akan diberikan di kelas dengan sebaik mungkin, akan mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berjalan dengan baik dan

lancar sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai hasil yang maksimal.

Cara mengajar guru yang menyenangkan dan suasana belajar yang kondusif

membuat siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran di dalam

kelas dengan baik pula. Guru harus mampu menyajikan mata pelajaran yang benar-benar bermutu dan harus sesuai dengan perkembangan ilmu dan

teknologi. Dengan kondisi yang demikian, pada umumnya prestasi belajar

siswa pun tinggi.

Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang

profesionalisme dari seorang guru. Guru yang profesional diharapkan mampu membuat siswa lebih mudah dalam menerima dan memahami pelajaran.

Semakin mudah siswa menerima dan memahami pelajaran, maka prestasi

belajar yang akan dicapai oleh siswa tentu akan semakin baik. Begitu pula

sebaliknya, seorang siswa yang sulit dalam menerima dan memahami

pelajaran maka prestasi belajar yang dicapai tidak baik. Penelitian yang berjudul Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Profesionalisme Guru,

Motivasi Berprestasi dan Variasi Gaya Mengajar Guru dengan Prestasi

Belajar, menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan

(22)

siswa (Ika Liana Wati, 2003). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan oleh Dhanang Kurniadi Rinawat (2006) dengan judul

Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Profesionalisme Guru,

Kedisiplinan dalam Belajar Akuntansi dengan Prestasi Belajar Akuntansi, yang menyatakan bahwa persepsi siswa tentang profesionalisme guru

memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa

di kelas. Penelitian mengenai persepsi siswa tentang profesionalisme guru

juga dilakukan oleh Christina Ratnaningsih Ohoiwutun (2001) dengan hasil

ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar seorang siswa juga sangat dipengaruhi oleh

kecerdasan yang dimilikinya. Kecerdasan itu sendiri meliputi kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional. Untuk mampu menguasai

materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru, seorang siswa memang harus memiliki kemampuan penalaran yaitu kecerdasan intelektual. Seorang siswa

dengan kecerdasan intelektual yang tinggi, memiliki prestasi belajar yang

tinggi pula. Selama beberapa dekade yang lampau memang tidak dapat

dipungkiri kalau kecerdasan intelektual, sangat mempengaruhi keberhasilan

seseorang dalam meraih puncak prestasi.

Namun, Daniel Goleman (1995) menyatakan bahwa ada faktor lain

yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam berprestasi selain

kecerdasan intelektual (IQ), pendidikan tinggi, atau keterampilan teknis

(23)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan

bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar

beban stres tidak melumpuhkan kema mpuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 1999:45).

Kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat

suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain, merupakan kunci

pengetahuan diri dan akan menuntun pada tingkah laku yang tepat

(Melianawati dkk, 2001:58). Kecerdasan emosional merupakan prediktor yang lebih baik dalam kesuksesan seseorang daripada pengalaman yang

relevan atau kecerdasan intelektual yang tinggi. Kecerdasan Emosional

mencakup kemampuan yang berbeda-beda, tetapi saling melengkapi dengan

kecerdasan intelektual yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang

diukur dengan kecerdasan intelektual.

Seseorang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi karena

dapat menjalani kehidupan dan berhubungan dengan orang lain secara baik.

Seorang siswa yang dapat mengenali lingkungan di kelasnya, mampu

mengelola suasana hatinya di dalam kelas, mampu mengatur emosinya serta

mampu berhubungan baik dengan guru dan teman-temannya akan mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa

akan mampu melatih kemampuan siswa tersebut, yaitu kemampuan untuk

mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri,

(24)

menunda kepuasan/kesenangan sesaat, serta mampu berempati dan bekerja

sama dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini akan mendukung

seorang siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang

diberikan oleh guru di dalam kelas.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugroho dan Budhya nto

(2000), Trisniwati dan Suryaningsum (2003), serta Charles Gultom (2006)

menyatakan bahwa kecerdasan emosional secara statistik tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap tingkat prestasi belajar siswa. Namun, penelitian

ini ingin membuktikan bahwa kecerdasan emosional siswa diduga kuat memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar siswa

di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dalam dunia pendidikan dengan judul “Hubungan antara

Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru dan Kecerdasan

Emosional Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa.”

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi

belajar siswa yang digolongkan ke dalam dua macam, yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Adapun faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah kecerdasan

(kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional), bakat, minat dan

(25)

berasal dari luar diri siswa adalah lingkungan (lingkungan alam, keluarga,

masyarakat dan lain- lain), sekolah (guru menguasai bahan pelajaran yang

akan diajarkan dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar), serta

peralatan mengajar. Namun, secara lebih spesifik penulis lebih memfokuskan pada hubungan antara persepsi dari siswa tentang profesionalisme guru dan

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa dengan prestasi belajarnya .

Penulis akan menyelidiki apakah ada hubungan yang positif dan signifikan

antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dan kecerdasan

emosional siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penulis membatasi penelitian ini pada jurusan akuntansi karena

keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang tersedia juga karena penelitian ini

menyangkut profesionalisme guru yang pembahasannya harus dipusatkan

pada suatu keahlian khusus.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas,

maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada

hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang

(26)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa;

2. untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara

kecerdasan emosional siswa dengan prestasi belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak

sebagai berikut.

1. Bagi guru dan siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bagi para

guru dan siswa, bahwa profesionalisme guru dan kecerdasan emosional berhubungan dengan prestasi belajar siswa.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi

peneliti selanjutnya mengenai profesionalisme guru dan kecerdasan

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru

1. Persepsi Siswa

Davidoff (1998:232), mengemukakan bahwa persepsi adalah

proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita

(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat

menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri. Kartono (1984:232), juga mengemukakan persepsi adalah pengamatan secara global,

belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum terbedakan satu

dari yang lainnya (baru ada proses memiliki tanggapan).

Sarlito (1992:45), mendefinisikan persepsi sebagai sejumlah

penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi dari otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek.

Bermula dari adanya rangsang dari luar individu (stimulus), individu menjadi

sadar akan adanya stimuli ini melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan)

yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Bila

sumber ene rgi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor, maka terjadilah penginderaan.

Menurut Morgan, King dan Robinson yang dikutip juga oleh Adi

(1994:105), persepsi menunjukkan pada bagaimana kita melihat, mendengar,

(28)

persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh

manusia. Oleh karena faktor-faktor yang ada pada setiap orang itu berbeda,

maka persepsi yang dilakukan oleh beberapa orang terhadap objek yang

sama dapat menghasilkan beberapa persepsi yang berbeda pula.

Menurut Bimo (1994:53), persepsi adalah suatu proses yang

didahului oleh penginderaan, diterimanya stimulus melalui reseptor

kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga

individu menyadari apa yang ia lihat, dengar, dan sebagainya. Syarat

seseorang mengadakan persepsi menurut Bimo (1994: 53-54) adalah sebagai berikut.

a. Adanya objek yang dipersepsikan

b. Alat indera atau reseptor

c. Perhatian

Menurut Mitfah (1983:149-157), ada berbagai macam faktor perhatian yang berasal dari luar maupun dari dalam yang dapat

mempengaruhi proses persepsi.

a. Faktor dari luar yang berasal dari pengaruh lingkungan luar, antara lain :

intensitas, ukuran, keberlawanan atau kontras, pengulangan, gerakan.

b. Faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi, antara lain : proses belajar, motivasi, kepribadian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

(29)

dari alat inderanya yang kemudian diteruskan ke otak sehingga ia sadar apa

yang ia alami.

2. Profesionalisme Guru

Profesional berasal dari kata sifat profesi yang berarti pencaharian

dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian. Istilah

profesi memang selalu menyangkut pekerjan, tetapi tidak semua pekerjaan

dapat disebut sebagai profesi (Samuel, 2007:25). Profesi adalah sesuatu

jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari pelakunya, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Ciri-ciri profesi (Partino: 1999),

adalah sebagai berikut: (1)diperoleh melalui masa pendidikan yang panjang;

(2)pelaksanaan tugas profesi harus dilandasi oleh rasa tanggung jawab yang

tinggi; (3)profesi seseorang harus selalu ditingkatkan, diperbaharui, sesuai

dengan kemajuan dan tuntutan jaman; (4)sesama profesi terdapat suatu ikatan Sujud (1991) mengemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi. Sudjana (1989:40), pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu dan bukan pekerjaan lain.

Profesionalisme (Samuel, 2007:25) menunjuk kepada komitmen

(30)

dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan, sesuai dengan profesinya. Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Sahertian (1992), mengemukakan bahwa jabatan guru

mengandung arti pelayanan yang luhur. Guru adalah pelayan, pelayan

anak-anak yang terhormat yang memanusiakan manusia muda. Guru adalah orang

yang profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Lembaga pendidikan yang

berwenang saat ini adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK).

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan

kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan

baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya (Samana, 1994:32).

Menurut Suwarno (1981), pekerjaan guru adalah suatu profesi di dalam

masyarakat, karena itu pekerjaan guru tidak dapat dipegang oleh sembarang orang yang tidak memenuhi syarat untuk profesi tersebut. Menurut Ahmadi

dan Uhbiyati (1991:52), persyaratan khusus untuk menjadi seseorang

pendidik adalah: (1)pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan yang

(31)

(3)pendidik harus mempunyai prinsip di dalam menggunakan alat

pendidikan. Pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan mulia yang sangat

berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu

sebenarnya yang boleh menjadi guru adalah orang-orang pilihan.

Dengan demikian guru dapat dikatakan profesional jika telah

menguasai bidang yang akan diajarkan, strategi belajar, landasan

kependidikan, mampu menggunakan media pendidikan, teknik mengelola

kelas, mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar, mampu melaksanakan

bimbingan dan penyuluhan, mampu melaksanakan administrasi sekolah serta mampu menafsirkan hasil- hasil penelitian untuk kepentingan kerjanya.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, guru memerlukan

kemampuan.

Cooper (1977) mengatakan bahwa guru harus memiliki

kemampuan merencanakan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran, menuliskan tujuan pengajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa,

mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan

mengevaluasi hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Depdikbud (1983:5),

kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan

membuat rencana pelajaran, kemampuan melaksanakan pengajaran, dan kemampuan dalam melaksanakan hubungan antar pribadi. Berdasarkan Pasal

28 PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, seorang guru

(32)

1. Kompetensi kepribadian

Guru memiliki keterampilan yang tinggi dalam mengenal dan mengelola

emosinya. Ini penting karena dalam praktiknya minat belajar siswa didik

tumbuh, bukan karena lengkapnya fasilitas sekolah melainkan karena hati guru. Kompetensi ini meliputi: menghayati serta mengamalkan nilai

hidupnya, bertindak jujur dan bertanggung jawab.

2. Kompetensi Pedagogik

Guru diharuskan melaksanakan dengan benar perihal menyangkut

penugasan dan pelaksanaan pembelajaran, pemahaman terhadap siswa didik, dan dorongan terhadap anak didik agar mampu mengaktualisasikan

potensi dirinya. Hal ini mengharuskan guru memiliki dasar-dasar yang

kuat diseputar permasalahan didaktik dan metodik.

3. Kompetensi Profesional

Mengharuskan guru semakin me nyadari bahwa tugasnya sebagai guru adalah sebuah komitmen untuk menjalankan sebuah pekerjaan pokok dan

bukan pekerjaan sambilan atau hobi. Tugas pokok ini mengharuskan guru

untuk terus belajar dan senantiasa menambah wawasan. Kompetensi

profesional ini meliputi hal- hal sebagai berikut: menguasai landasan

kependidikan, menguasai bahan pelajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, mampu mengelola kelas, mampu

menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal

fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, serta

(33)

4. Kompetensi Sosial

Mencakup kemampuan guru untuk senantiasa melaksanakan tugas

sosialnya. Guru harus mampu berkomunikasi dengan baik, tidak hanya

dengan siswa didik, melainkan juga dengan orangtua dan masyarakat pada umumnya. Kompetensi ini meliputi: mampu berperan sebagai pemimpin,

baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, bersikap bersahabat

dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik,

mampu berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya

masyarakatnya.

Bila keempat potensi tersebut di atas dapat dimiliki oleh setiap

guru, maka ia akan dianggap sebagai sosok yang pantas digugu dan ditiru.

Menurut Darling- Harmond dan Goodwin (1993), hakikat pekerjaan guru

sebagai pekerja profesional paling tidak memiliki tiga ciri utama, yaitu:

1. penerapan ilmu dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada kepentingan individu pada setiap kasus;

2. pekerjaan profesional memiliki mekanisme internal yang terstuktur,

yang mengatur rekruitmen, pelatihan dan pemberian lisensi (ijin kerja),

dan ukuran standar untuk praktik yang etis dan memadai;

3. kaum profesional memiliki tanggung jawab utama terhadap kebutuhan kliennya.

Dari ciri-ciri profesionalisme tersebut di atas bahwa guru yang ahli

bukan seorang teknisi, melainkan seseorang profesional yang layak dan

(34)

pengetahuan atau ilmu yang disesuaikan dengan situasi siswa, wawasannya

sendiri, nilai, serta komitmennya (Zahera, 1997). Dengan demikian, seorang

guru profesional harus mampu mengambil keputusan situasional dan

transaksional. Keputusan situasional diambil guru ketika merancang pembelajaran, sedangkan keputusan transaksional diambil ketika

pembelajaran sedang berlangsung.

Seorang guru bagi siswa merupakan faktor penentu kesuksesan

dalam proses belajar- mengajar, karena fungsi guru adalah sebagai seorang

pengajar atau pendidik dalam setiap proses belajar- mengajar di sekolah. Dengan kecakapan, ketrampilan serta penguasaan dari guru yang baik, tujuan

pengajaran atau tujuan instuksional akan tercapai. Kemampuan guru

merupakan prasyarat utama untuk keberhasilan suatu strategi

belajar-mengajar. Kehadiran guru mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan kepribadian dan tingkah laku siswa.

Guru dan siswa adalah subjek yang berkepentingan dalam kegiatan

belajar mengajar. Untuk itu diperlukan adanya hubungan resiprokal yaitu

suasana yang bersifat pengajaran. Dalam situasi instruksional para siswa

tersebut menjalani tahapan kegiatan belajar melalui interaksi. Dari interaksi

tersebut maka akan memberikan reaksi emosional pada guru sehingga membentuk penilaian oleh orang-orang yang saling berinteraksi dalam hal ini

guru dan murid. Sebagai pengajar guru pun harus membantu perkembangan

(35)

Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar

dalam berbagai kesempatan.

Dalli (1982:12), mengemukakan bahwa persepsi siswa terhadap

profesionalisme guru adalah proses memahami, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesionalisme guru melalui

panca indera siswa. Dari persepsi inilah, maka akan menimbulkan reaksi bagi

siswa: apakah guru tersebut memiliki pengetahuan yang luas serta dalam

tentang bidang studi yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis

dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggambarkannya dalam proses belajar mengajar.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Welchser (1958) yang dikutip oleh Trisniwati dan Suryaningsum (2003), kecerdasan adalah keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk bertindak bertujuan, untuk berpikir rasional dan untuk

berhubungan dengan lingkungannya secara efektif. Sedangkan pengertian

emosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (1991) adalah

keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang

singkat. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran. Suatu keadaan

biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

(36)

Kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence yang lebih

dikenal dengan istilah EQ (Emotional Quotient) adalah kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,

berempati dan berdoa (Goleman, 1999:45). Patton (1998) menyatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara

efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih

keberhasilan.

Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2001) mendefinisikan

kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan

perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk

memandu pikiran dan tindakan. Sedangkan, Salovey dan Sluyter (1997)

menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi, menilai dan meghasilkan emosi yang dapat membantu

pikiran, memahami emosi dan arti emosional serta untuk mengatur emosi

secara efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran.

Jadi, pengertian kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk

mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain yang

berguna untuk mencapai tujuan, serta membangun hubungan produktif dan

meraih keberhasilan. Kecerdasan emosional sebagai suatu keseluruhan

(37)

kemampuan subjektif seseorang untuk dapat menggunakan kemampuan dan

potensi emosionalnya dalam kehidupan sehari- hari. Komponen-komponen

tersebut antara lain keterampilan yang berhubungan dengan perilaku moral,

cara berpikir, pemecahan masalah, interaksi sosial, keberhasilan akademik dan pekerjaan, serta emosi.

Goleman (2001: 39) membedakan antara kecerdasan emosional

dengan kecakapan emosional. Goleman berpendapat bahwa kecakapan

emosional adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan

emosional. Inti kecakapan emosional adalah dua (2) kemampuan, yaitu: empati yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan

keterampilan sosial yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain

dengan baik. Sedangkan kecerdasan emosional menentukan potensi kita

untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada

lima (5) unsurnya, yaitu: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan sesama.

Cooper dan Sawaf (1998) menawarkan kecerdasan emosional

sebagai sebuah titik awal “Model Empat Batu Penjuru”. Tawaran model ini

lebih ditujukan pada EQ eksekutif, yaitu penggunaan kecerdasan emosional

di tempat kerja. Model Empat Batu Penjuru terdiri dari:

a. Kesadaran emosi (emotional literacy), yang bertujuan membangun rasa

percaya diri pribadi melalui pengenalan terhadap emosi yang dialami dan

kejujuran terhadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi yang baik

(38)

mengelola emosi yang sudah dikenalnya, membuat seseorang dapat

menyalurkan energi emosinya ke reaksi yang tepat dan konstruktif.

b.Kebugaran emosi (emotional fitness), bertujuan untuk mempertegas

antusiasme dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan dan perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai orang lain dan

menampilkan diri apa adanya, menghargai ketidakpuasan diri sendiri dan

orang lain, serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan

cara yang paling konstruktif.

c. Kedalaman emosi (emotional depth), mencakup komitmen untuk menyelaraskan hidup dari kerja dengan potensi serta bakat unik yang

dimiliki. Komitmen yang berupa rasa tanggung jawab ini pada gilirannya

mempunyai potensi untuk memperbesar pengaruh tanpa perlu

menggunakan kewenangan untuk memaksakan otoritas.

d.Alkemia emosi (emotional alchemy), ialah kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah- masalah dan tekanan-tekanan tanpa larut di

dalamnya. Hal ini mencakup keterampilan bersaing dengan lebih peka

terhadap kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang

masih terbuka, untuk mengevaluasi masa lalu, menghadapi masa kini, dan

menciptakan masa depan.

Apabila seseorang secara efektif memiliki keseluruhan aspek

dalam model uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa ia adalah pribadi yang

(39)

(dalam artian tepat waktu dan dalam porsi yang tepat, tanpa tergantung dari

pengaruh jenis kelamin).

Goleman (1999:57-59) memperluas kemampuan kecerdasan

emosional memiliki 5 (lima) wilayah utama yang memungkinkan seseorang akan menguasai kebiasaan berpikir menuju produktivitas yang juga sangat

penting untuk diperlukan di dunia kerja, yaitu:

a. Mengenali emosi diri

Kemampuan ini merupakan kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu

perasaan itu terjadi dan mengetahui apa yang dirasakan saat emosi bergolak di dalam diri.

b. Mengelola emosi

Kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan

tepat.

c. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat

penting dalam kaitannya untuk memotivasi diri. Kendali diri emosional

dan kemampuan menyesuaikan diri adalah landasan keberhasilan dalam

berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan tersebut

cenderung lebih produktif dan efektif dalam bekerja. d. Mengenali emosi orang lain

Orang yang empatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi dan dapat menangkap hal- hal yang dikehendaki orang

(40)

e. Membina hubungan

Membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola

emosi. Orang-orang yang sukses dalam berbagai bidang mengandalkan

pergaulan yang baik dengan orang lain.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Ada lima dimensi kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi

diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan

membina hubungan dengan orang lain. Pada dimensi mengenali emosi diri, indikator kecerdasan emosional mencakup: (a)mengetahui keterbatasan diri;

(b)keyakinan akan kemampuan sendiri; (c)mengetahui kekuatan;

(d)mengenali emosi diri. Pada dimensi mengelola emosi, indikator

kecerdasan emosional mencakup: (a)menahan emosi dan dorongan negatif;

(b)menjunjung norma kejujuran dan integritas; (c)bertanggung jawab atas kinerja sendiri; (d)luwes terhadap perubahan; (e)terbuka dengan ide- ide serta

informasi baru. Pada dimensi memotivasi diri, indikator kecerdasan

emosional mencakup: (a)dorongan untuk menjadi lebih baik;

(b)menyesuaikan dengan sasaran kelompok dan organisasi; (c)kesiapan

untuk memanfaatkan kesempatan; (d)kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan. Pada dimensi mengenali emosi orang lain,

indikator kecerdasan emosional mencakup: (a)memahami perasaan orang

lain; (b)tanggap terhadap kebutuhan orang lain; (c)mengerti perasaan orang

(41)

lain indikator kecerdasan emosional mencakup: (a)kemampuan persuasi;

(b)terbuka mendengarkan orang lain dan memberi kesan yang jelas;

(c)kemampuan menyesuaikan tanggung jawab; (d)memiliki semangat

leadership; (e)kolaborasi dan kooperasi; (f)ada kemampuan untuk membangun tim.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kecerdasan Emosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosi

dalam diri seseorang ada 2. a. Faktor internal

Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu untuk

menanggapi lingkungan sekitar. Menurut Goleman (1999:23), faktor ini

berasal dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak

emosional seseorang. b. Faktor eksternal

Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar

individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah hidup. Pengaruh

luas yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok,

antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara, misal media massa. Faktor

lain dapat melalui lingkungan fisik tempat manusia berada ketika

berkomunikasi dengan pihak lain, melalui lingkungan sosial di mana

(42)

hadir di sana, serta melalui keikutsertaan individu dalam berbagai kegiatan

seperti keaktifan di dalam mengikuti berbagai organisasi (Goleman,

1997:275-279).

4. Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi

Menurut Goleman (1997:403-405), orang dengan kecerdasan

emosi yang tinggi mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

a. selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam hidupnya;

b. terampil dalam membina emosinya, mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi, dan kesadaran emosi terhadap orang lain;

c. memiliki kecakapan kecerdasan emosi, meliputi intensionalitas,

kreativitas, hubungan antar pribadi dan ketidakpuasan konstruktif;

d. optimal pada nilai- nilai belas kasihan atau empati, intuisi, radius

kepercayaan, daya pribadi, dan integritas;

e. optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship

quotient, dan kinerja optimal.

Menurut Goleman (1997:214-215), ciri-ciri orang yang memiliki

kecerdasan emosional yang rendah adalah:

a. dikuasai dorongan hati, kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral;

b. menerima kritik dari orang lain sebagai serangan pribadi dan bukan

sebagai keluhan yang harus diatasi;

(43)

d. menutup diri atau sikap bertahan yang pasif;

e. mudah patah semangat;

f. amarah gampang meledak.

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Winkel (1983:161) berpendapat bahwa prestasi merupakan suatu

kecakapan nyata yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses

yang dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan yang hasilnya dapat digunakan secara nyata dan dapat diukur dengan

menggunakan alat yaitu tes. Hasil tes dapat berupa angka, simbol yang dapat

dijelaskan seberapa tingkat kecakapannya.

Prestasi menurut Nasution (1982:35) adalah hasil yang dicapai atau

apa yang dihasilkan. Prestasi juga merupakan hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Poerwodarminto, 1997:88). Dengan

demikian, prestasi merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah

mengadakan suatu aktivitas, meskipun hal yang serupa telah diperoleh dari

apa saja, asal pekerjaan itu dilakukan oleh seseorang, hasil yang diperoleh

dapat diwujudkan dalam hasil yang tinggi atau sebaliknya. Hal ini tergantung daripada usaha dan kemampuan masing- masing individu di samping

faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil tersebut.

Menurut Gage (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

(44)

pengalaman. Gage (1984) juga mengemukakan, bahwa ada lima bentuk

belajar,

a)Belajar responden

b)Belajar kontiguitas c)Belajar operant

d)Belajar observasional

e)Belajar kognitif

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 1987:3).

Menurut Winkel (2004:59), berpendapat bahwa belajar adalah

suatu proses kegiatan sebagai hasil reaksi terhadap lingkungan yang

mengakibatkan perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu akan nampak dalam hasil belajar yang

dihasilkan oleh anak terhadap pertanyaan/ persoalan/ tugas yang diberikan

oleh guru.

Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

serangkaian kegiatan, misalnya dengan mengamati, membaca, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar itu sendiri akan lebih efektif jika si subjek

belajar mengalami atau melakukannya sendiri sehingga apa yang mereka

(45)

hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan

menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar dalam

beberapa situasi. 1) Mendengarkan

Situasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk belajar.

Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau

tidaknya kebutuhan, motivasi dan set seseorang itu. Dengan adanya

kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak hanya mendengarkan, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.

Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi

perkembangan pribadi seseorang.

2) Memandang

Setiap stimuli visual memberi kesempatan kepada bagi seseorang untuk belajar. Apabila kita memandang segala sesuatu dengan set tertentu untuk

mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan dari kita, maka

dalam hal yang demikian kita sudah belajar.

3) Meraba, membau dan mencicipi/mencecap

Meraba, membau dan mencicipi/mencecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang dapat

diraba, dicium dan dicecap merupakan situasi yang memberikan

kesempatan bagi seseorang untuk belajar.

(46)

Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu

orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan set

tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.

5) Membaca

Belajar adalah aktif, dan membaca untuk untuk keperluan belajar

hendaknya dilakukan di meja belajar dari pada di tempat tidur, karena

dengan sambil tiduran itu perhatian dapat terbagi.

Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari

sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam,

a) Faktor-faktor stimuli belajar

Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimuli belajar,

antara lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran,

berartinya bahan pelajaran, berat-ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

b) Faktor-faktor metode belajar

Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal- hal berikut: kegiatan berlatih

atau praktik, “overlearning” dan “drill”, resitasi selama belajar,

pengenalan tentang hasil- hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan indera, penggunaan set dalam belajar,

bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi insentif.

(47)

Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar

seseorang. Adapun faktor- faktor individual itu menyangkut hal- hal berikut

ini: kematanga n, faktor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin,

pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, motivasi.

Prestasi belajar menurut Suratinah Tirtonegoro (1984:42), adalah

pencapaian hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,

huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai

oleh anak dalam periode tertentu. Sunaryo (1983:10-13), prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik. Tingkat kemampuan siswa dalam proses

belajarnya dapat diketahui dari prestasi belajarnya.

Winkel (2004:60), menyimpulkan bahwa prestasi belajar sebagai

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan hasil dari apa yang telah dilakukan seseorang tersebut. Hasil belajar anak akan nampak

dalam prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh gur u

(Mulyono, 1990:100).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan kemampuan siswa untuk menguasai pengetahuan atau

keterampilan-keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang

(48)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak

antara lain:

1. Faktor yang berasal dari dalam diri anak (internal) yang meliputi: a) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan sala h satu aspek penting dan sangat menentukan

berhasil tidaknya studi seseorang. Kecerdasan meliputi kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional. Kalau seorang murid mempunyai

tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Dengan

demikian, diharapkan mereka dapat mencapai prestasi yang tinggi

sesuai dengan keadaan masing- masing.

b) Bakat

Adalah potensi atau kemampuan. Kalau diberi bakat untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.

Seorang murid yang mempunyai bakat dalam suatu mata pelajaran

tertentu maka besar kemungkinan ia dapat mencapai prestasi yang

tinggi.

c) Minat dan perhatian

Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang sangat

erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu

biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tertentu.

(49)

Merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha

serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

e) Kesehatan Jasmani

Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif.

f) Cara Belajar

Keberhasilan studi murid dipengaruhi oleh cara belajarnya. Cara belajar

yang efisien memungkinkannya untuk me ncapai prestasi yang lebih

tinggi.

2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), meliputi:

a) Lingkungan

Lingkungan alam: keadaan alam yang tenang dengan udara yang sejuk

ikut mempengaruhi kesegaran jiwa siswa, sehingga memungkinkan

hasil belajarnya akan lebih tinggi.

Lingkungan keluarga: keadaan ekonomi keluarga yang serba kurang

atau miskin dapat menjadikan anak mengalami kesukaran tertentu

dalam belajarnya.

Lingkungan masyarakat: meliputi teman-teman sepergaulan yang

membawa anak mengikuti hal yang tidak bermanfaat. b) Sekolah

Para guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan

diajarkannya, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.

(50)

Lengkap tidaknya peralatan belajar, dapat menimbulkan prestasi belajar

siswa. Untuk peralatan belajar yang lengkap akan membuat siswa lebih

mudah untuk belajar.

D. Hubungan Antar Variabel Penelitian

1. Hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan

prestasi belajar siswa

Seorang guru mempunyai peran yang sangat besar di dalam kelas.

Mereka tidak hanya bertugas untuk menyampaikan pelajaran saja tetapi juga dituntut untuk bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Seorang guru yang menurut pandangan siswa benar-benar profesional

dibidangnya bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan

terasa hidup. Mereka bisa menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang

menarik. Mereka juga bisa menyampaikan materi pelajaran yang bermutu dan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi karena mereka

menguasai bahan yang mereka ajarkan. Materi yang diberikan juga sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan bekal ilmu yang benar-benar

bermutu diharapkan siswa bisa memperoleh pengetahuan yang luas dan

mendalam sehingga mereka bisa mengerjakan ujian dengan baik. Bila siswa bisa mengerjakan ujian dengan baik diharapkan prestasi belajarnya juga baik.

Suasana belajar yang menyenangkan, guru yang menyenangkan,

(51)

semangat pada siswa untuk belajar lebih giat sehingga diharapkan prestasi

belajar merekapun tinggi.

2. Hubungan antara kecerdasan emosional siswa dengan prestasi belajar

siswa.

Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri

sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan

tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga

agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 1999:45). Seorang siswa yang mempunyai kecerdasan

emosional yang tinggi akan dapat menggunakan kemampuan dan potensi

emosionalnya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas untuk

mendalami mata pelajaran yang dipelajari. Seorang siswa dengan kecerdasan

emosional yang tinggi akan mampu menghargai orang lain terutama guru ketika memberikan penjelasan di depan kelas, mampu mengendalikan emosi

dan dorongan negatif, mampu memotivasi dirinya sendiri saat belajar,

mampu bekerja sama di dalam kelompoknya di kelas. Dengan kecerdasan

emosional yang tinggi diharapkan prestasi belajar siswa pun tinggi.

3. Hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dan

kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

Seorang guru yang menurut pandangan siswa profesional mampu

(52)

mengelola kelas dan interaksi belajar mengajar sehingga tercipta suasana

belajar yang kondusif. Suasana belajar yang seperti ini akan menimbulkan

semangat belajar siswa. Di dalam kelas pun, siswa dapat membawa dirinya

sendiri, mengenali emosinya, me ngenali lingkungan sekitarnya, memotivasi dirinya sendiri saat belajar serta mampu bekerja sama dengan kelompok

belajarnya. Jika setiap siswa memiliki kecerdasan emosional yang seperti

demikian, maka akan sangat membantu siswa dalam belajarnya. Bila siswa

mampu mengembangkan kecerdasan emosional dengan baik, diharapkan

prestasi belajarnya akan tinggi pula.

E. Hipotesis

H1: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang

profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa.

H2: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

H3: Ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang

profesionalisme guru dan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

(53)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

terbatas pada usaha untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat

tentang material atau fenomena yang sedang diselidiki (Ibnu, 1996;274).

Penelitian ini juga merupakan penelitian korelasional. Sumanto (1990:6-7)

mengatakan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan dan seberapa jauh hubungan ada

antar dua variabel atau lebih. Penelitian ini juga merupakan penelitian studi

kasus yaitu penelitian tentang subjek tertentu, dimana subjek tersebut

terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang

diteliti (Arikunto, 1998:131).

B. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian di SMK YPKK 1

Sleman, Yogyakarta. 2. Waktu penelitian

(54)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah individu yang dilibatkan dalam penelitian

dari mana data diperoleh. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI dan XII jurusan akuntansi SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi siswa tentang profesionalisme

guru, kecerdasan emosional, dan prestasi belajar siswa.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (1999:55), populasi yaitu kumpulan wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka populasi

dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI dan XII SMK YPKK I

Sleman, Yogyakarta yang seluruhnya berjumlah 545 orang.

2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling yaitu cara pemilihan sampel dengan kriteria tertentu.

Anggota populasi diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan

(55)

yang tidak dipilih (Suharsimi, 2002:117). Sampel yang diambil adalah kelas

XI dan XII jurusan akuntansi, kecuali kelas XI Ak 1 dan XI AK 2 yang

sedang melaksanakan Praktek Industri (PI), sehingga tidak dapat dijadikan

sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 221 responden dari populasi sebanyak 545 orang.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 1991:134). Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

1) Variabel independen (bebas) adalah himpunan seluruh gejala yang

memiliki berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau

menentukan munculnya variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah persepsi siswa tentang profesionalisme guru dan kecerdasan emosional siswa.

2) Variabel depend en (tidak bebas) adalah himpunan seluruh gejala yang

memiliki sejumlah aspek atau unsur di dalamnya berfungsi menerima diri

dengan kondisi lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi

(56)

F. Definisi dan Pengukuran Variabe l Penelitian

1. Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru

Persepsi siswa tentang profesionalisme guru adalah proses

memahami, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesionalisme guru melalui panca indera siswa. Menurut Samana

(1994:61-69), terdapat enam aspek yang dapat memberikan penilaian

kepada siswa mengenai persepsi siswa tentang profesionalisme guru,

yaitu: penguasaan bahan ajar, pengelolaan kelas dan interaksi belajar

mengajar, pengelolaan program belajar mengajar, pelayanan bimbingan dan konseling, penggunaan media dan sumber pelajaran, dan penilaian

prestasi belajar siswa. Persepsi siswa tentang profesionalisme guru

dibatasi dengan dua nilai yaitu persepsi positif dan persepsi negatif.

Persepsi siswa ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari angket persepsi

siswa tentang profesionalisme guru. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi persepsi siswa tentang profesionalisme guru.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru

No. Item Dimensi

Positif Negatif

Penguasaan bahan ajar 1,2,5 3,4

Pengelolaan kelas dan interaksi belajar mengajar

6,7,9 8,10

(57)

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri

sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati

dan tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan

menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,

berempati dan berdoa. Menurut Goleman (1999:57-59), ada lima dimensi

kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan

dengan orang lain. Masing- masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan

dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Berikut ini disajikan tabel

operasionalisasi variabel kecerdasan emosional.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

Dimensi Indikator No. Item

Mengenali emosi diri

a. mengetahui keterbatasan diri b. keyakinan akan kemampuan

sendiri

c. mengetahui kekuatan d. mengenali emosi diri

1 2

3 4 Mengelola emosi a. menahan emosi dan dorongan

negatif

b. menjunjung norma kejujuran dan integritas

c. bertanggung jawab atas kinerja sendiri

d. luwes terhadap perubahan e. terbuka dengan ide- ide serta

informasi baru.

5

6

7

8 9

Memotivasi diri a. dorongan untuk menjadi lebih baik b. menyesuaik an dengan sasaran

kelompok dan organisasi c. kesiapan untuk memanfaatkan

kesempatan

10 11

(58)

d. kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan

13

Mengenali emosi orang lain

a. memahami perasaan orang lain b. tanggap terhadap kebutuhan orang

lain

c. mengerti perasaan orang lain d. siap sedia melayani

14 15,16 17 18 Membina hubungan dengan orang lain

a. kemampuan persuasi

b. terbuka mendengarkan orang lain dan memberi kesan yang jelas c. kemampuan menyesuaikan

tanggung jawab

d. memiliki semangat leadership e. kolaborasi dan kooperasi f. ada kemampuan untuk

membangun tim 19 20 21 22 23 24

3. Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar siswa merupakan kemampuan siswa untuk

menguasai pengetahuan atau keterampilan-keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka

yang diberikan guru. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan nilai

rapor khususnya nilai untuk mata pelajaran Akuntansi dengan rincian

sebagai berikut: kelas XI menggunakan nilai rapor kelas X semester II,

sedangkan kelas XII menggunakan nilai rapor kelas XI semester II.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk

memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam

(59)

merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat daftar

pertanyaan yang rinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden

tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 1995:227). Jadi,

teknik kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat daftar-daftar pertanyaan yang kemudian diisi oleh

responden. Yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi

SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta. Data yang dapat diperoleh dari

kuesioner ini, berupa:

a) identitas diri siswa;

b) persepsi siswa tentang profesionalisme guru;

c) kecerdasan emosional siswa.

Penulis menggunakan skala Likert untuk memberikan skor pada

kuesioner. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur

sikap (Ibnu, 1996:186). Dengan skala Likert ini, dituntut sejumlah item pernyataan yang monoton yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

Pembagian sikap menjadi dua (2) kategori ini pada dasarnya merupakan

sikap seseorang terhadap objek tertentu yang terdiri dari sikap mendukung

(positif), sikap menolak (negatif), dan sikap netral. Skor yang digunakan

untuk menilai pernyataan-pernyataan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 3.3

Pernyataan Sikap Skor SS Skor S Skor TS Skor STS

Positif 4 3 2 1

(60)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan

teknik dokumentasi. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada

waktu yang lalu. Teknik ini bermanfaat dalam mengumpulkan informasi tentang keberadaan dan perkembangan lembaga- lembaga yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau

organisasi maupun dari perorangan. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang

digunakan berupa lembar nilai/prestasi siswa kelas XI dan kelas XII, sejarah

berdirinya SMK YPKK I Sleman, rekapitulasi data siswa (populasi dan sampel), denah/lokasi SMK YPKK I Sleman.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuesioner digunakan

cara-cara sebagai berikut.

a. Uji Validitas atau uji kesahihan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

suatu instrumen. Uji validitas digunakan untuk pengujian butir soal. Suatu

instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson (Arikunto, 1997:146).

(61)

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi X dan Y

N = Jumlah Subjek

XY = Jumlah nilai skor item dan nilai total skor

X = Jumlah nilai skor item

Y = Jumlah nilai total skor

Koefisien korelasi yang diperoleh perlu diuji signifikansinya

dengan cara membandingkan harga koefisien korelasi hasil perhitungan

dengan koefisien korelasi pada tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika

hasil perhitungan koefisien nilai rhitung lebih besar dari koefisien nilai rtabel

pada taraf signifikansi 5%, maka butir pertanyaan tersebut dapat

dinyatakan valid, tetapi jika hasil perhitungan lebih kecil dari nilai pada

tabel, maka butir tersebut dinyatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjuk bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk dapat sebagai pengumpul data. Untuk

menguji reliabilitas instrumen pada penelitian ini rumus yang dipakai yaitu

dengan rumus koefisien Alpha Cronbach (Arikunto,1997:171).

(

)

      −       −

=

2

2

11 1

1 ot

o k k r Keterangan : 11

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

o = Jumlah varians butir 2

t

(62)

Koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh perlu diuji

signifikansinya dengan cara membandingkan harga koefisien Alpha

Cronbach hasil perhitungan dengan tingkat 0,6. Jika hasil perhitungan

lebih besar dari 0,6, maka butir pertanyaan tersebut dapat dinyatakan reliabel, tetapi jika hasil perhitungan lebih kecil dari 0,6, maka butir

tersebut dinyatakan tidak reliabel (Sunyoto, 2007:78).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang terjaring berdist

Gambar

Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Responden.................................................................
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Siswa tentang Profesionalisme
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional
Pernyataan Sikap Tabel 3.3 Skor SS Skor S
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Pada saat proklamasi kemerdekaan, di Jalan Pegangsaan Timur tidak terjadi penyerangan Jepang terhadap para peserta upacara proklamasi, padahal pada saat tersebut tentara Jepang

Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa pembagian koperasi dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha

Bahan Ajar Matrikulasi Fisika Dasar – Teknik Sipil FST Undana 2009 12 Usaha yang dilakukan oleh gaya tak konservatif yang bekerja pada sebuah partikel sama

[r]

pada hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Hal ini penting untuk menjaga motivasi belajar

“Pengembangan ini akan terus dilakukan hingga penghasilan dari Taman Sengkaling dapat mencapai Rp 20 Milyar pertahun,” kata rektor menyebut angka yang ditargetkan. UMM termasuk