Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Di bawah bimbingan Jono M. Munandar.
Perkembangan pesat dalam industri perbankan syariah memicu persaingan antar bank. Persaingan menyebabkan perusahaan berlomba-lomba merumuskan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Taktik pemasaran yang di dalamnya terdapat elemen marketing mix, menjadi faktor penting dalam rumusan strategi pemasaran. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi atribut-atribut
marketing mix yang diterapkan BMI, (2) Mengidentifikasi faktor yang melandasi daya tarik atribut marketing mix BMI yang dapat menjaring nasabah, (3) Mengevaluasi sikap nasabah terhadap .marketing mix yang diterapkan BMI.
Penelitian dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia selama tiga bulan (Juni-Agustus 2006). Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner kepada nasabah, dan data sekunder yang berasal dari berbagai buku, tulisan ilmiah, internet, media massa, serta dari pihak perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah secara sengaja (purposive) yaitu nasabah BMI di kantor Pusat dan kantor Cabang Pembantu pusat, Jakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Jumlah responden yang diambil berdasarkan rumus slovin sebanyak 176 responden. Analisis menggunakan analisis faktor, model sikap multiatribut Fishbein, dan matriks kepentingan-kenyataan, dengan alat pengolahan data menggunakan program Excel dan SPSS versi 11.5.
Atribut yang analisis pada penelitian ini adalah atribut besarnya bagi hasil, merek, biaya administrasi, biaya potongan, keragaman produk dan layanan, kemudahan memperoleh layanan transaksi, jaringan ATM, bebas riba, keragaman fasilitas, besar setoran awal, lingkungan yang nyaman-rapi-bersih, pelayanan dalam membantu nasabah, kemudahan prosedur transaksi, kecepatan proses transaksi, sikap pegawai yang hangat-ramah-bersahabat, iklan, murni syariah, kecepatan dan kesigapan pelayanan, penjelasan yang baik dari costumer service. Atribut ini diperoleh dari pertimbangan “8 P” dalam marketing mix industri jasa perbankan.
Analisis Faktor menghasilkan enam faktor yang melandasi daya tarik
marketing mix, yaitu Citra Perusahaan, Kualitas Jasa, Kompensasi atas Transaksi, Kenyamanan Transaksi, Produk Bank, serta Promosi. Analisis Fishbein menunjukkan bahwa nasabah meyakini Bank Muamalat Indonesia sebagai bank yang bebas riba. Nasabah memandang penting atribut riba dan sistem yang murni syariah. Sikap yang terbentuk menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia disukai nasabahnya dalam hal bebas riba dan sistem syariahnya. Ini berarti nuansa spiritual sangat mengena pada sikap nasabah sehingga dapat menjadi nilai keunggulan bagi Bank Muamalat Indonesia. Atribut yang menjadi prioritas utama perbaikan adalah kemudahan mendapat layanan transaksi. Hasil pemetaan atribut marketing mix yang dianalisis pada matriks kepentingan-pelaksanaan menunjukkan bahwa atribut jaringan ATM, keragaman fasilitas transaksi, lingkungan yang nyaman-rapi-bersih, kecepatan proses transaksi, pelayanan yang cepat dan sigap, serta penjelasan dari costumer services
Oleh
DESI SILFIARATIH
H24102122
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Di bawah bimbingan Jono M. Munandar.
Perkembangan pesat dalam industri perbankan syariah memicu persaingan antar bank. Persaingan menyebabkan perusahaan berlomba-lomba merumuskan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Taktik pemasaran yang di dalamnya terdapat elemen marketing mix, menjadi faktor penting dalam rumusan strategi pemasaran. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi atribut-atribut
marketing mix yang diterapkan BMI, (2) Mengidentifikasi faktor yang melandasi daya tarik atribut marketing mix BMI yang dapat menjaring nasabah, (3) Mengevaluasi sikap nasabah terhadap .marketing mix yang diterapkan BMI.
Penelitian dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia selama tiga bulan (Juni-Agustus 2006). Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner kepada nasabah, dan data sekunder yang berasal dari berbagai buku, tulisan ilmiah, internet, media massa, serta dari pihak perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah secara sengaja (purposive) yaitu nasabah BMI di kantor Pusat dan kantor Cabang Pembantu pusat, Jakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Jumlah responden yang diambil berdasarkan rumus slovin sebanyak 176 responden. Analisis menggunakan analisis faktor, model sikap multiatribut Fishbein, dan matriks kepentingan-kenyataan, dengan alat pengolahan data menggunakan program Excel dan SPSS versi 11.5.
Atribut yang analisis pada penelitian ini adalah atribut besarnya bagi hasil, merek, biaya administrasi, biaya potongan, keragaman produk dan layanan, kemudahan memperoleh layanan transaksi, jaringan ATM, bebas riba, keragaman fasilitas, besar setoran awal, lingkungan yang nyaman-rapi-bersih, pelayanan dalam membantu nasabah, kemudahan prosedur transaksi, kecepatan proses transaksi, sikap pegawai yang hangat-ramah-bersahabat, iklan, murni syariah, kecepatan dan kesigapan pelayanan, penjelasan yang baik dari costumer service. Atribut ini diperoleh dari pertimbangan “8 P” dalam marketing mix industri jasa perbankan.
Analisis Faktor menghasilkan enam faktor yang melandasi daya tarik
marketing mix, yaitu Citra Perusahaan, Kualitas Jasa, Kompensasi atas Transaksi, Kenyamanan Transaksi, Produk Bank, serta Promosi. Analisis Fishbein menunjukkan bahwa nasabah meyakini Bank Muamalat Indonesia sebagai bank yang bebas riba. Nasabah memandang penting atribut riba dan sistem yang murni syariah. Sikap yang terbentuk menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia disukai nasabahnya dalam hal bebas riba dan sistem syariahnya. Ini berarti nuansa spiritual sangat mengena pada sikap nasabah sehingga dapat menjadi nilai keunggulan bagi Bank Muamalat Indonesia. Atribut yang menjadi prioritas utama perbaikan adalah kemudahan mendapat layanan transaksi. Hasil pemetaan atribut marketing mix yang dianalisis pada matriks kepentingan-pelaksanaan menunjukkan bahwa atribut jaringan ATM, keragaman fasilitas transaksi, lingkungan yang nyaman-rapi-bersih, kecepatan proses transaksi, pelayanan yang cepat dan sigap, serta penjelasan dari costumer services
i
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DESI SILFIARATIH
H24102122
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS DAN EVALUASI
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
(STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DESI SILFIARATIH
H24102122
Menyetujui, Agustus 2006
Dr. Ir. Jono M. Munandar M,Sc.
Dosen Pembimbing
iii
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 April 1984, sebagai anak ke tiga dari pasangan Drh. Djoko Waluyo, MS dan Emilia Sutarti. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Dian Pratiwi pada tahun 1990 kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Papandayan II Bogor. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan studinya dari SMU Negeri 1 Bogor. Pada tahun yang sama penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan sebagai Ketua divisi Kajian dan Pelatihan Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM periode 2003/2004, staff divisi Syiar dan Syariah
iv
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya yang selalu tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berjudul Analisis Faktor dan Evaluasi Marketing Mix Dalam Komunikasi Pemasaran (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).
Komunikasi pemasaran merupakan bagian terpenting dari siklus bisnis suatu perusahaan. Dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi efektivitas marketing mix dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan serta mengukur evaluasi atribut-atributnya maka dapat memudahkan penyusunan program komunikasi pemasaran selanjutnya.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materi, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar M,Sc. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM. dan Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE, Ak, MM. sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan wawasan baru bagi penulis.
3. Ibu Narti dari Muamalat Institute yang telah banyak memberikan bantuan, Bapak Cahyohadi dan Ibu Imel yang telah memberikan bantuan dan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian, serta pihak Bank Muamalat Indonesia di kantor Pusat dan kantor Cabang Pembantu Slipi yang telah memberikan bantuan dan informasi demi terselesaikannya penelitian.
v
5. Kedua orang tua (Bapak dan Mamih), yang senantiasa mendoakan,
memberikan motivasi, semangat dan kasih sayang, dukungan moril, materi dan segalanya. Terimakasih atas segalanya.
6. Ade Zara, mba Dia (Nadia), Ade Danny, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan keceriaan.
7. Mba’i, mas Fiza, masen, mba yanti, oom dan tante serta
sepupu-sepupuku yang memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman satu bimbingan, Manal, Dini, Evi, yang telah memberikan motivasi, bantuan, saran serta kebersamaan selama ini. Vije dan ferdie yang “mendahului” kami. Terimakasih atas motivasi dan masukannya ya.
9. Mutia, Via, Dewi, Uthie, Manal, Imel, Inne, Ikoh, Ida, Meis, Nana, Ahyani Billah, Yulis, Arya, Arie, Ina Widayanty, Mumus, Yoga, Firman, Galih, Septy.
10. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan ’39. Terimakasih atas kebersamaannya selama masa-masa perkuliahan.
11. Rekan-rekan Sharia Economics Student Club (SES-C) 2002 – 2006, khususnya untuk periode 2003 -2005.
12. Rekan-rekan Forum Komunikasi Muslim Alumni SMU Negeri 1 Bogor. 13. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas bantuannya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikan mereka.
Tak ada gading yang tak retak dan kesempurnaan hanyalah milikNya. Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun tentunya sangat dinantikan oleh penulis. Semoga penelitian ini bisa memberikan manfaat.
Bogor, September 2006
vi DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Kegunaan Penelitian ... 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran ... 6
2.2. Bauran Pemasaran ... 6
2.3. Proses Evaluasi ... 8
2.4. Bank Syariah ... 9
2.5. Nasabah... 11
2.6. Kuadran Kiyosaki ... 12
2.7. Analisis Faktor ... 12
2.8. Model Sikap Multiatribut Fishbein... .. 14
2.9. Important-Performance Matrix... .... 16
2.10. Penelitian Terdahulu ... 17
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ...21
3.2. Metode Penelitian ...23
3.2.1.Pengumpulan Data ... 23
3.2.2. Pengambilan Sampel... 23
3.2.3. Pengujian Kuesioner ... 24
3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 29
4.1.1. Tempat dan Lokasi Penelitian... 29
4.1.2. Sejarah Perusahaan ... 29
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 31
4.1.4. Struktur Organisasi ... 31
vii
4.2.1. Pengujian Kuesioner ...33
4.2.2. Karakteristik Responden ...34
4.2.3. Publikasi ...41
4.2.4. AnalisisFaktor ...42
4.2.5. Analisis Sikap Multiatribut Fishbein ...47
4.2.6. Important-Performance Matrix ...55
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ...59
2. Saran ...60
DAFTAR PUSTAKA ...62
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. DPK Bank Syariah ...2
2. Component Matrix (a) ...44
3. Rotated Component Matrix (a) ...45
4. Ringkasan hasil pengolahan analisis faktor ...47
5. Tingkat keyakinan nasabah terhadap atribut marketing mix BMI ...49
6. Nilai evaluasi nasabah terhadap atribut marketing mix BMI ...51
7. Nilai sikap nasabah (Ao) terhadap atribut marketing mix BMI ...52
8. Nilai maksimum sikap nasabah (Ao maks)...53
9. Rentang skala penilaian kategori perusahaan...53
10. Selisih nilai Ao maks dan Ao pada setiap atribut ...55
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kuadran Kiyosaki...12
2. Model sikap dan perilaku dari Fishbein ...15
3. Diagram Kartesius Important-Performance Matrix...17
4. Kerangka pemikiran penelitian ...22
5. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ...31
6. Jenis Kelamin Responden ...34
7. Tingkatan usia responden ...35
8. Jenis pekerjaan responden ...36
9. Pengelompokkan jenis pekerjaan responden ke dalam Kuadran Kiyosaki...37
10. Tingkat pengeluaran responden ...37
11. Tingkat pendidikan responden ...38
12. Lamanya responden menjadi nasabah BMI ...38
13. Jenis simpanan responden di BMI ...39
14. Fasilitas transaksi yang digunakan responden Bank Muamalat Indonesia ...40
15. Intensitas transaksi (kunjungan) ...40
16. Sumber informasi dan bentuk publikasi yang disukai ...42
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Nama anggota Dewan direksi dan komisaris BMI ...64
2. Bentuk kuesioner pra pengujian ...65
3. Uji validitas kuesioner ...67
4. Uji reliabilitas kuesioner ...74
5. Bentuk kuesioner setelah pengujian ...78
6. KMO and Barlett’s test of sphericity ...80
7. MSA (Measure of Sampling Adequacy) ...81
1.1. Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
merupakan peluang bagi pengembangan perbankan syariah, sekaligus
merupakan tantangan bagi terciptanya teladan kesuksesan dalam dunia
perbankan. Pada 2003, dua bank umum dan tujuh unit syariah yang telah
beroperasi dengan lebih dari seratus outlet yang tersebar di seluruh Indonesia
telah menjadikan Indonesia sebagai “the biggest and the fastest growing
Islamic banking market in the world” (majalah Modal edisi 11/2003).
Jaringan perbankan syariah di Indonesia terus berkembang sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang
menetapkan bahwa perbankan di Indonesia menganut dual banking system,
yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Perundang-undangan
tentang sistem perbankan syariah kemudian disempurnakan oleh UU No. 10
Tahun 1998, untuk memberikan landasan hukum yang lebih jelas bagi
operasional perbankan syariah nasional. Dikeluarkannya UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, serta dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tentang bunga bank membuat perkembangan perbankan
syariah semakin pesat. Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat
menunjukkan bahwa sistem perbankan syariah mendapatkan tempat yang
baik di kalangan masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya
adalah kaum muslimin.
Berdasarkan data per Desember 2005, pangsa perbankan syariah
berkisar 1,42 % dari total pangsa perbankan nasional. Pada tahun 2005 total
aset perbankan syariah adalah Rp 20,88 triliun. Angka ini merupakan
peningkatan sebesar 36,38 % dari total aset tahun sebelumnya (2004) dengan
total aset Rp 15,31 triliun. Sementara itu, pembiayaan juga meningkat pada
kisaran 2,19 % dari total pembiayaan perbankan nasional. Pada tahun lalu
(2005) pembiayaan perbankan syariah meningkat menjadi Rp 15,23 triliun
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 11,48 triliun. Dana Pihak Ketiga
mencapai Rp 14,955 triliun. Data tentang Dana Pihak Ketiga (DPK) bank
syariah sampai dengan bulan Maret 2006 dapat dilihat pada tabel 1.
DPK BANK SYARIAH (RP TRILIUN)
Juni 2005 13,357
September 2005 13,357
Desember 2005 15,582
Januari 2006 15,134
Februari 2006 14,872
Maret 2006 14,955
Sumber: BI, Maret 2006
Sumber: Republika, Mei 2006
Tabel 1. DPK Bank Syariah per Maret 2006
Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya era
informasi bebas menyebabkan semakin tingginya persaingan antar bank.
Persaingan menyebabkan suatu perusahaan berlomba-lomba membuat
strategi untuk memenangkan persaingan, salah satunya adalah strategi
pemasaran. Strategi pemasaran dapat melingkupi taktik pemasaran dengan
mengimplementasikan marketing mix (bauran pemasaran) ke dalam
program-program pemasaran yang dibuat. Taktik pemasaran yang tepat akan dapat
menciptakan demand masyarakat terhadap perusahaan (menjaring nasabah).
Secara umum ada dua strategi yang diterapkan bank syariah untuk
menjaring nasabah, yaitu strategi eksklusif dan inklusif. Strategi eksklusif
merupakan strategi dengan pendekatan syariah saja, sedangkan strategi
inklusif menggunakan pendekatan bisnis (contohnya kualitas layanan dan
besaran keuntungan yang diterima nasabah).
Melalui pendekatan inklusif, dengan lebih banyak mengedepankan
jargon bisnis dibandingkan syariah, praktisi perbankan syariah dapat
menjaring lebih banyak nasabah rasional. Semakin banyak nasabah yang
terjaring diharapkan dapat mendorong perkembangan bank syariah.
Pendekatan ekslusif pun tetap berlaku, karena melalui pendekatan ini, sebuah
bank syariah terbukti dapat menarik nasabah loyalis (emotional market) yang
Masyarakat sebagai pasar potensial bagi industri perbankan syariah,
memerlukan fokus khusus untuk diperhatikan agar pasar yang menyimpan
potensi besar tersebut dapat tergarap dengan baik. Perusahaan perlu membuat
program pemasaran yang tepat. Pemenuhan Janji yang diberikan produk,
merek, dan perusahaan kepada pelanggannya harus didukung dengan
membangun diferensiasi yang kokoh. Diferensiasi yang kokoh memerlukan
dukungan marketing mix yang tepat. Selanjutnya, produk, merek, dan perusahaan itu harus menyusun strategi pemasarannya dengan menciptakan
hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Taktik pemasaran yang dapat menciptakan permintaan, pastilah
memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumennya. Permasalahannya, daya
tarik ini memiliki faktor yang bersifat tersembunyi dan seringkali sulit
teridentifikasi dan terukur. Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan
penelitian ilmiah untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi daya tarik dari
suatu program pemasaran bank, serta mengukur sejauh mana suatu kesatuan
elemen marketing mix dijalankan dalam program pemasaran yang ada. Pengukuran ini dapat menjadi acuan bagi pihak manajemen perusahaan untuk
mengembangkan program pemasarannya serta berguna bagi perancangan
program pemasaran selanjutnya yang kreatif dan inovatif.
1.2. Perumusan Masalah
1. Atribut apa saja dari elemen marketing mix yang diterapkan Bank
Muamalat Indonesia?
2. Faktor apa saja yang melandasi daya tarik atribut marketing mix Bank
Muamalat Indonesia yang dapat menjaring nasabah?
3. Bagaimanakah sikap nasabah terhadap marketing mix yang diterapkan
Bank Muamalat Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi atribut-atribut dari elemen marketing mix yang
diterapkan Bank Muamalat Indonesia.
2. Mengidentifikasi faktor yang melandasi daya tarik atribut marketing mix
3. Mengevaluasi sikap nasabah terhadap marketing mix yang diterapkan
Bank Muamalat Indonesia.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Bank Muamalat Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dalam memformulasikan strategi pemasarannya. Bank
Muamalat Indonesia dapat melihat sejauh manakah kegiatan
pemasarannya khususnya pada taktik pemasaran berupa elemen marketing
mix, dapat menarik nasabahnya serta mendapat gambaran posisi perusahaan di mata nasabahnya. Melalui penelitian ini juga diharapkan
agar Bank Muamalat Indonesia dapat dijadikan bahan rujukan dalam
mengembangkan bank syariah ke depan.
2. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai bagian penerapan dari
perkuliahan yang diterima selama ini. Penelitian ini akan sangat
bermanfaat dalam penyelesaian tugas akhir sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu perkembangan bank
syariah di Indonesia. Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan
masukan dalam meningkatkan kinerja bank syariah di masa depan melalui
strategi yang tepat dan dapat diterima oleh masyarakat luas.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kendala. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat faktor dan mengevaluasi atribut-atribut marketing
mix dari program pemasaran perusahaan dalam menarik nasabahnya. Inti dari penelitian ini adalah mempelajari taktik pemasaran berupa implementasi
elemen marketing mix yang dibuat perusahaan, dan telah terbukti dapat menciptakan demand (menjaring nasabah), sehingga sampel yang digunakan
pun adalah masyarakat yang menjadi nasabah perusahaan, bukan masyarakat
non nasabah. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya faktor-faktor
daya tarik dalam program pemasaran yang memiliki kekuatan dalam menarik
nasabah, sehingga kekuatan ini bisa menjadi fokus yang ditonjolkan dalam
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran posisi Bank Muamalat
Indonesia di mata nasabahnya, dan mengevaluasi elemen marketing mix yang
diterapkan dalam program pemasaran yang ditinjau dari sikap nasabah
sehingga penelitian tidak dilakukan untuk mengevaluasi komunikasi
pemasaran yang ditinjau dari sisi perusahaan. Peneliti sangat berharap
penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan kinerja bank syariah
di masa mendatang sehingga bank syariah dapat maju dan mampu bersaing
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,2000).
Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai “seni
menjual produk”. Akan tetapi bagian terpenting dari pemasaran bukanlah
penjualan. Peter Drucker dalam Kotler (2000), seorang ahli teori manajemen
terkemuka, mengatakan sebagai berikut: ”Orang dapat mengasumsikan
bahwa akan selalu ada kebutuhan akan penjualan. Akan tetapi, tujuan
pemasaran bukan untuk memperluas penjualan hingga kemana-mana.
Tujuan pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan
selanjutnya menjual dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya
menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Semua yang
dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan produk atau jasa itu”.
2.2. Bauran Pemasaran
Di dalam strategi pemasaran terdapat suatu konsep kunci dalam
pemasaran modern yang dikenal dengan bauran pemasaran. Bauran
pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler, 2000).
Bauran pemasaran produk jasa terdiri atas tujuh unsur, yaitu (Kotler, 1997) :
1. Product (produk)
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan individu, rumah tangga
maupun organisasi ke dalam pasar dan dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen. Macam produk dapat dicirikan fisik, jasa
layanan, prestise tempat, organisasi maupun ide.
2. Price (harga)
Harga merupakan jumlah uang tertentu yang harus dibayarkan oleh
besar kecilnya nilai kepuasan seseorang terhadap produk atau jasa yang
dibeli.
3. Place (tempat distribusi)
Menyediakan produk kepada konsumen pada tempat, kualitas dan
jumlah yang tepat. Tempat yang dimaksud adalah di mana konsumen
dapat memperoleh produk tersebut atau saluran distribusi (cabang).
Saluran distribusi adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang
mengambil hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau
jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen. Dalam
pendistribusian, perusahaan membutuhkan penyalur baik dari internal
perusahaan maupun eksternal perusahaan. Macam distributor antara
lain agen, penyalur, distributor, pedagang besar, pengecer dan
perwakilan dagang di luar negeri.
4. Promotion (promosi)
Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk
dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk
membeli produk tersebut.
5. People (orang)
People berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini berarti
berhubungan dengan seleksi, training dan manajemen sumber daya
konsumen.
6. Process (proses)
Proses merupakan gabungan semua aktivitas umumnya terdiri dari
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, di
mana jasa dihasilkan dan disampaikan.
7. Physical Evidence (bukti fisik)
Merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung
berinteraksi dengan konsumen. Membantu marketer untuk
memposisikan perusahaannya di pasar dan memberikan tangible
8. Productivity and Quality (produktivitas dan kualitas)
Produktivitas dapat diartikan sebagai seberapa efisien perubahan input
jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan.
Produktivitas menggambarkan sejumlah pelanggan yang dapat dilayani
per unit waktu. Kualitas diartikan sebagai sejauh mana suatu jasa
memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan
harapannya. (Lovelock, 2002)
2.3. Proses Evaluasi
Proses evaluasi menurut Stanton (1986), dapat berupa bentuk audit
pemasaran yang lengkap ataupun hanya penilaian dari komponen-komponen
program pemasaran. Dalam tugas evaluasi, tugas manajemen menjadi
sebagai berikut:
1. Cari apa yang terjadi – dapatkan fakta; bandingkan hasil sebenarnya
dengan sasaran yang sudah direncanakan dalam anggaran untuk
menentukan perbedaannya.
2. Cari mengapa sesuatu terjadi – faktor-faktor khusus apa dalam program
pemasaran yang menyebabkannya.
3. Tentukan apa yang akan diperbuat – rencanakan program dan kegiatan
periode selanjutnya untuk memperbaiki penampilan yang kurang dan
tingkatkan hal-hal yang sudah baik.
Salah satu cara yang efektif untuk mengevaluasi program pemasaran
total adalah mengukur hasil-hasil operasi.
2.4. Bank Syariah
Bank syariah sering disebut juga bank Islam. Secara akademik, Islam
dan syariah mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis,
bank Islam dan bank syariah mempunyai pengertian yang sama.
Berdasarkan rumusan tersebut, bank syariah adalah bank yang tata cara
beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni
mengacu kepada Al Qur’an dan Hadits. Dalam kegiatan operasionalnya,
bank syariah harus mengikuti atau berpedoman kepada praktek usaha yang
dilakukan di zaman Rasulullah Salallahu ’Alaihi wa Salam. Bentuk usaha
sebagai hasil ijtihad (pemikiran dan kesepakatan yang didasarkan pada
berbagai sumber yang akurat dan sesuai dengan prinsip Islam) para ulama
dan cendekiawan muslim yang tidak menyimpang dari ketentuan Al Qur’an
dan Hadits.
Bank syariah memiliki ciri-ciri yang menjadi landasan dalam
melaksanakan berbagai macam kegiatan usahanya. Perwataatmadja dalam
Hakiem dalam Imaduddin (2005) mengemukakan ada tujuh ciri pokok yang
melekat, yaitu:
1) Biaya uang (cost of money) disepakati bersama pada waktu akad
dijabarkan dalam bentuk jumlah nominal yang disebut biaya
administrasi atau biaya pelayanan untuk pinjaman.
2) Penggunaan persentase untuk pengenaan biaya uang selalu dihindarkan
dalam setiap kontrak karena persentase bersifat melekat pengenaannya
pada sisa utang walaupun telah melampaui batas waktu kontrak.
3) Bahwa hal yang dilarang adalah keuntungan yang pasti (fixed return)
yang ditetapkan di muka dalam setiap kontrak pembiayaan proyek.
4) Penyerahan dana oleh masyarakat dianggap oleh penyimpan sebagai
titipan (al-wadiah), sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang
diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai
oleh bank syariah. Jika prospek tersebut mendapatkan keuntungan,
maka penyimpan uang akan memperoleh keuntungan yang mungkin
lebih besar dari tingkat bunga.
5) Hal yang tidak dibenarkan bahwa uang dari mata uang yang sama dapat
diperjualbelikan, disewakan atau dianggap barang dagangan.
6) Operasi pinjaman bank syariah pada dasarnya tidak memerlukan
jaminan hutang, karena barang yang dibelikan oleh bank masih menjadi
milik bank selama hutangnya belum lunas.
7) Sebagai bank yang berada di lingkungan masyarakat yang telah lama
mengenal bank konvensional, maka bank syariah untuk saat ini tidak
dapat menghindarkan diri begitu saja dari transaksi dengan bank
konvensional yang tentunya menggunakan bunga. Hasil dari bunga ini
Non Halal”. Menurut para ulama jenis rekening tersebut dapat
digunakan untuk kegiatan sosial, seperti menyantuni fakir miskin dan
membantu korban bencana alam. Alokasi dari bunga untuk kegiatan
sosial itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin, karena sangat
disayangkan jika uang tersebut menjadi hambur dan sia-sia. Di sisi lain,
hal ini diperbolehkan mengingat bank syariah belum sepenuhnya
mandiri.
Perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional
menurut Antonio (2001), yaitu:
a) Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dengan bank, bank
syariah dapat merujuk kepada Badan Arbitrase Muammalat Indonesia
(BAMUI), dimana penyelesaian didasarkan pada hukum Islam. BAMUI
adalah lembaga otonom di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan didirikan bersama Kejaksaan Agung RI.
b) Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur
yang amat membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah, yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi
setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank, untuk menjamin
efektifitas dari setiap opini yang diberikan Dewan Pengawas Syariah.
Karena itu, penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah biasanya
dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah mendapat
c) Bisnis dan Usaha yang dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilakukan tidak
terlepas dari saringan syariah. Bank syariah tidak akan mungkin
membiayai usaha yang mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti
minuman keras, makanan yang mengandung alkohol ataupun babi,
pornografi, dan sebagainya. Bisnis dan usaha yang dibiayai juga harus
baik, bermanfaat, dan memiliki prospek cerah di masa mendatang.
d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang
sejalan dengan syariah.
Kegiatan usaha bank syariah antara lain:
1. Mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
2. Musyarakah, pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan
3. Murabahah, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
4. Ijarah, pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa.
2.5. Nasabah
Nasabah merupakan konsumen yang mempercayakan harta yang
dimilikinya kepada pihak bank untuk dijaga dan dikelola dengan baik.
Nasabah juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak bank untuk
melakukan suatu usaha yang halal dan baik. Nasabah juga dapat bertransaksi
jual beli dengan pihak bank.
Nasabah pada bank syariah dibagi dua, yaitu nasabah pengumpulan
dana dana dan nasabah penyaluran dana (pembiayaan). Nasabah
mengumpulan dana adalah nasabah yang menitipkan dana (uangnya) untuk
dikelola secara profesional, amanah, dan transparan oleh bank syariah.
Contoh nasabah pengumpulan dana adalah nasabah tabungan, nasabah
deposito, dan nasabah giro. Nasabah pembiayaan adalah nasabah yang
bermitra dengan bank syariah, untuk melakukan suatu usaha yang halal dan
prospektif, sehingga sumber bagi hasil pada bank syariah itu berasal dari
usaha yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan (Mawardi dalam Imaduddin
2.6. Kuadran Kiyosaki
Cashflow Quadrant atau Kuadran Kiyosaki menggambarkan pemetaan
jenis-jenis pekerjaan kepada suatu bagan yang terdiri dari empat bagian
(kuadran). Pada kuadran tersebut, masing-masing tempat ditentukan oleh
sumber pemasukan (Kiyosaki, 2002). Huruf pada masing-masing kuadran
mewakili:
a. E untuk employee (pegawai), yaitu orang yang bekerja untuk orang lain
atau memiliki perjanjian mengikat dengan organisasi yang
mempekerjakan mereka.
b. S untuk Self Employee (pekerja lepas),yaitu orang yang bekerja untuk
dirinya sendiri dan menjadi atasan (bos) atas dirinya.
c. B untuk Busines Owner (pemilik bisnis), yaitu orang yang memiliki
sebuah sistem dan mempekerjakan orang lain untuk menjalankan
bisnisnya.
d. I untuk Investor (penanam modal), yaitu orang yang menanamkan
sahamnya pada pekerjaan atau organisasi orang lain.
Gambar kuadran Kiyosaki dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kuadran Kiyosaki
2.7. Analisis Faktor
Analisis faktor menganalisis interaksi antar variabel. Semua variabel
berstatus sama, tidak ada variabel independen yang menjadi prediktor pada
variabel independen. Dalam analisis faktor, kita mencari variabel baru (yang
dinamakan faktor) untuk mewakili faktor-faktor tertentu, lengkap dengan
Analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur
hubungan antar variabel ataupun korelasi antar variabel. Dengan melihat
korelasi antar variabel, kita dapat mengetahui dimensi-dimensi laten yang
mendasari, dengan kata lain analisis faktor dapat menolong kita untuk
menemukan dimensi-dimensi yang mendasari sejumlah variabel. Analisis
semacam ini disebut juga analisis faktor R (R factor analysis).
Contoh teknik analisis faktor dapat digunakan untuk kasus berikut:
Sebuah merek memiliki 12 appeals (daya tarik). Appeals tersebut
mengandung pesan, yang jika dalam iklan semuanya diajukan sekaligus,
penetrasi pesan ke dalam otak konsumen menjadi kurang dalam. Pada sisi
lain, perusahaan tidak mau mengurangi jumlah appeals yang ditawarkan
menjadi dua, tiga, dan seterusnya, karena yang diinginkan adalah semua
appeals terekspos dalam iklan. Masalah ini kemudian dianalisis menggunakan Analisis faktor yang dapat mengakomodasi keinginan
perusahaan sekaligus mempertajam penetrasi pesan, caranya adalah dengan
memadatkan keduabelas appeals tersebut menjadi beberapa faktor saja.
Analisis faktor terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan analisis faktor
menurut Santoso (2002) terdiri dari pengujian, ekstraksi, dan rotasi. Tahap
pengujian dilakukan untuk melihat variabel-variabel yang layak untuk
dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Tahap pengujian juga dilakukan
untuk mereduksi variabel yang tidak layak dimasukkan pada analisis
selanjutnya. Logika pengujian adalah, jika sebuah variabel mempunyai
kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, maka variabel
tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain.
Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel lain
cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu. Pengujian ini
dilakukan menggunakan KMO and Barlett’s test of sphericity dan Anti
Image. Hasil pengujian KMO menunjukkan bahwa variable dianggap layak untuk dianalisis jika angka KMO berada di atas 0.5 dengan signifikansi di
bawah 0.05.
Tahap kedua adalah tahap ekstraksi. Tahap ekstraksi berfungsi untuk
digunakan analisis Communalities, Total Variance Explained, serta
Component Matrix. Nilai yang terbentuk pada analisis communalities menjelaskan seberapa besar suatu atribut dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Semakin besar nilai communalities atribut maka semakin erat
hubungannya dengan factor yang terbentuk. Total Variance Explained
menjelaskan jumlah faktor yang terbentuk dari hasil analisis dengan
eigenvalue harus di atas 1. Component Matrix menjelaskan distribusi variabel yang dianalisis pada faktor yang terbentuk. Nilai yang terdapat pada
component matrix merupakan nilai loading factor. Atribut dengan nilai
loading faktor di bawah 0.55 tidak akan mengelompok pada suatu faktor
disebabkan nilai korelasinya lemah. Dalam hal ini, apabila atribut tersebut
cukup penting, maka dapat dibentuk faktor lain secara terpisah. Setelah satu
atau lebih dari faktor terbentuk, maka dilakukan proses rotasi. Proses rotasi
digunakan jika diperlukan, yaitu apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan suatu variabel yang akan dimasukkan ke dalam faktor
dikarenakan nilai variabel yang terbentuk tidak terlihat jelas perbedaannya.
Proses rotasi akan memperjelas posisi suatu variabel, akankah dimasukkan
pada faktor yang satu ataukah ke faktor yang lain.
2.8. Model Sikap Multiatribut Fishbein
Kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualan suatu produk menurut
Umar (2003), perlu dianalisis. Banyak hal yang dapat dijadikan bahan
analisis. Permasalahannya adalah bagaimana cara menganalisis hal-hal di
bawah ini:
1. Mengetahui sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan
2. Mengetahui perilaku konsumen terhadap produk yang dipakai.
Melalui tindakan-tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap yang akan mempengaruhi perilakunya. Kepercayaan
merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu yang didasari atas pengetahuan, pendapat, dan keyakinan nyata.
Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif
ke dalam pemikiran seseorang akan dapat mengubah sikap atau
menggerakkannya untuk melakukan suatu tindakan.
Respon kognitif, afektif dan perilaku erat hubungannya dengan lima
tahap pengambilan keputusan seseorang. Respon kognitif, seseorang berada
dalam tahap mempelajari, yaitu tahap mengenal masalah dan tahap mencari
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Selanjutnya seseorang akan berusaha mencari alternatif terbaik sebagai
pilihan untuk memecahkan masalah tadi. Tahapan ini disebut sebagai
tahapan afektif. Setelah alternatif dipilih, orang itu akan menggunakan
pilihan tadi untuk bertindak. Jika tindakannya sesuai dengan apa yang
dikehendaki, ia akan menggunakan cara ini untuk kejadian berikutnya,
ataupun sebaliknya. Kedua tindakan ini termasuk ke dalam respon perilaku.
Gambar 2. Model Sikap dan Perilaku dari Fishbein
Model ini digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan
perilakunya, sehingga model Fishbein memiliki dua komponen, yaitu
komponen sikap dan komponen norma subyektif. Model Fishbein secara
singkat menyatakan bahwa sikap seorang konsumen terhadap suatu objek
akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh
objek tersebut. Komponen ei mengukur evaluasi kepentingan atribut-atribut
yang dimiliki objek, sedangkan bi mengukur kepercayaan konsumen
terhadap atribut yang dimiliki merek tersebut (Sumarwan, 2003). Keyakinan akan
atribut yang menonjol
Evaluasi atribut
Keyakinan Normatif
Motivasi
Sikap
Norma Subyektif
Maksud perilaku
Faktor lain
Rumus model Fishbein adalah sebagai berikut:
n
Ao = Σ (bi) (ei) i=1
dimana:
Ao = sikap total individu terhadap objek tertentu
bi = kekuatan keyakinan konsumen bahwa objek memiliki atribut i
ei = evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n = jumlah kriteria atribut yang relevan
2.9. Important-Performance Matrix
Important-Performance Matrix atau matriks kepentingan-pelaksanaan digunakan untuk melihat sikap konsumen ditinjau dari tingkat kepuasannya.
Pengertian kepuasan / ketidakpuasan pelanggan menurut Supranto (2001),
merupakan perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kepentingan dan pelaksanaan
(keyakinan) akan dihasilkan suatu perhitungan tentang tingkat kesesuaian.
Tingkat kesesuaian inilah yang akan dimasukkan ke dalam matriks
kepentingan-pelaksanaan, yang akan menentukan kelompok prioritas
perbaikan program pemasaran yang dilakukan.
Matriks kepentingan-pelaksanaan merupakan diagram kartesius,
dengan sumbu mendatar (X) diisi oleh skor tingkat pelaksanaan (keyakinan)
dan sumbu tegak (Y) diisi oleh skor tingkat kepentingan. Matriks akan
dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik
(X,Y). X merupakan rata-rata dari skor total tingkat pelaksanaan
(keyakinan) dan Y merupakan rata-rata dari skor total tingkat evaluasi
(kepentingan).
Kuadran A menunjukkan bahwa atribut yang berada dalam kuadran ini
penanganannya perlu diprioritaskan. Kualitas atribut yang berada pada
kuadran A perlu diperbaiki dan ditingkatkan, karena atribut inilah yang
dinilai sangat penting oleh pelanggaan, sedangkan tingkat pelaksanaannya
masih belum memuaskan. Kuadran B menunjukkan bahwa atribut yang
berada dalam kuadran ini perlu dipertahankan prestasinya, karena pada
harapan pelanggan. Kuadran C menunjukkan bahwa atribut yang berada
dalam kuadran ini dinilai masih dianggap kurang penting bagi pelanggan,
sedangkan kualitas pelaksanaannya dinilai cukup. Kuadran D menunjukkan
bahwa atribut yang berada dalam kuadran ini dinilai berlebihan dalam
pelaksanaannya, karena pelanggan menganggap atribut tidak terlalu penting
sedangkan pelaksanaannya sangat baik oleh perusahaan, sehingga sangat
memuaskan. Diagram kartesius untuk matriks kepentingan-pelaksanaan
dapat dilihat pada gambar 2.
Y
Y
[image:30.612.155.460.243.403.2]X X
Gambar 3. Diagram Kartesius Important-Performance Matrix
2.10. PenelitianTerdahulu
Strategi pemasaran menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
bisnis (inklusif) dan pendekatan syariah (eksklusif). Berdasarkan penelitian
Karim (Agustus 2005) menggunakan metode Y curve dan D spot, dana
perbankan syariah menurun bila menggunakan pendekatan syariah, dana
meningkat bila bank syariah menggunakan pendekatan bisnis. Melalui
pendekatan inklusif, dengan lebih banyak mengedepankan jargon bisnis
dibandingkan syariah, praktisi perbankan syariah dapat menjaring lebih
banyak nasabah rasional. Semakin banyaknya nasabah yang terjaring
diharapkan dapat mendorong perkembangan bank syariah. Pendekatan
ekslusif pun tetap berlaku, karena melalui pendekatan ini, sebuah bank
syariah terbukti dapat menarik nasabah loyalis (emotional market) yang
pengaruhnya juga signifikan terhadap perkembangan perusahaan
(Republika, Mei 2006).
Prioritas Utama A
Pertahankan Prestasi B
C Prioritas Rendah
D Berlebihan
Pelaksanaan
Penelitian yang dilakukan Ratnawati, et al. (2005) yang berjudul:
”Bank Syariah: Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat di daerah Jawa
Barat” bertujuan menganalisis karakteristik dan perilaku dari kelompok
masyarakat, analisis hubungan keterkaitan antara faktor (peubah) yang
menentukan preferensi masyarakat terhadap produk dan jasa bank syariah,
serta menyediakan informasi yang jelas mengenai potensi pengembangan
perbankan syariah pada suatu wilayah penelitian yang didasarkan pada
analisis potensi ekonomi dan pola sikap/ preferensi dari pelaku ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase masyarakat yang tidak
setuju penerapan sistem bunga dalam perbankan cukup signifikan (42 %
untuk kategori non nasabah bank syariah dan 45 % untuk total responden).
Besarnya kelompok masyarakat yang tidak menerima penerapan sistem
bunga dalam perbankan merupakan potensi demand bagi pengembangan
bank syariah. Alasan yang dominan diungkapkan adalah : (1) bunga bank
merupakan riba, (2) bunga bank memberatkan nasabah, (3) adanya
keragu-raguan posisi bunga dalam hukum agama yaitu antara halal dan haram.
Informasi memiliki peranan yang penting dalam mendukung
pengembangan perbankan. Sumber informasi yang sering diakses
masyarakat, dalam memperoleh informasi perbankan adalah sebagai berikut
: 1) teman , rekan kerja, keluarga, atau kantor dimana dia bekerja (54,7%) ;
2) informasi langsung dari bank (26%) ; 3) media elektronik (23,3 %) ; 4)
media cetak (20,8 %), dan 5) brosur, reklame dan spanduk (13,3 %). Sekitar
39,2 persen responden memperoleh informasi lebih dari satu sumber. Dari
hasil penelitian, metode konvensional masih lebih banyak diterapkan (teman
dan rekan kerja) dibandingkan dengan metode yang mampu menjangkau
masyarakat secara luas seperti elektronik dan media cetak. Hal ini perlu
dipertimbangkan dalam menyusun strategi pengembangan bank syariah.
Pertimbangan utama masyarakat dalam memilih bank, umumnya
didasarkan oleh kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas). Baik lokasi
bank yang dekat/ mudah dijangkau dari tempat tinggal atau dari tempat
aktivitas ekonominya (53 %). Selain itu kredibilitas bank juga
perekonomiannya (40 %). Bagi nasabah bank syariah, selain aksesibilitas,
pertimbangan mereka memilih jenis lembaga perbankan syariah lebih
didorong oleh faktor kesesuaian dengan syariah agama (36,7 %).
Pertimbangan lain, seperti adanya fasilitas ATM, tingkat profesionalitas
dalam pelayanan dan status bank (milik pemerintah atau swasta) juga tetap
mempengaruhi masyarakat dalam memilih bank (15 – 18 % responden).
Sumirah (2004) meneliti tentang peranan iklan, humas dan personal
selling dalam meningkatkan penjualan produk asuransi syariah studi kasus PT. Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi alat promosi yang digunakan perusahaan dan alat promosi
mana yang lebih efektif terhadap peningkatan penjualan produk asuransi PT.
ATK, masalah ini dianalisis dengan menggunakan data berkala (time series),
korelasi dan regresi linear berganda, yang diolah dari kuesioner dan
data-data perusahaan. Berdasarakan Analisis Regresi Berganda yang diolah
dengan menggunakan SPSS versi 11.0 diketahui bahwa alat promosi yang
paling efektif dalam peningkatan penjualan premi produk asuransi syariah
adalah agen sedangkan alat promosi humas dan iklan tidak masuk dalam
persamaan regresi karena variabel tersebut tidak memberikan pengaruh yang
nyata.
Djuranovik (2004) menganalisis tentang pengaruh promosi terhadap
tingkat kunjungan konsumen studi kasus pada Toserba X Bogor. Penelitian
ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi, statistik uji t, R Squre
(R2), serta analisis Fishbein untuk mengetahui hubungan antara promosi
yang dilakukan dengan tingkat konsumen potensial. Responden sebanyak
100 pengunjung yang usianya berkisar antara 15 sampai 24 tahun. Promosi
yang dilakukan bersifat jangka panjang (themetic) diantaranya perlombaan,
jumpa artis, iklan dan jangka pendek (schematic) diantaranya diskon, harga
coret, dan hadiah langsung. Berdasarkan hasil penelitian tingginya tingkat
kunjungan konsumen Toserba X Bogor dipengaruhi oleh kegiatan promosi
dikarenakan porsi untuk kegiatan jangka panjang (60% ) sedangkan kegiatan
jangka pendek (40%), berdasarkan analisis sikap multiatribut Fishbein
yang dilakukan. Responden memiliki sikap positif terhadap atribut promosi
yang berupa diskon, hadiah langsung dan harga coret.
Imaduddin (2005) menganalisis efektifitas promosi PT. BPRS Amanah
Ummah Leuwiliang Bogor. Penelitian ini memiliki tiga tujuan diantaranya :
menganalisis efektifitas promosi yang dilakukan PT. BPRS Amanah
Ummah, menganalisis respon konsumen terhadap promosi yang dilakukan
dan menganalisis hubungan antara biaya promosi yang dikeluarkan dengan
jumlah nasabah serta jumlah dana pihak ketiga yang diterima di PT. BPRS
Amanah Ummah. Alat analisis yang digunakan adalah EPIC (Empathy,
Persuasion, Impact, Communication) Model untuk menganalisis efektifitas
promosi yang dilakukan oleh PT. BPRS Amanah Ummah, dan Direct Rating
Method untuk menganalisis respon nasabah terhadap promosi yang dilakukan. Analisis Regresi digunakan untuk melihat hubungan antara biaya
promosi yang dikeluarkan dengan jumlah nasabah serta dana pihak ketiga.
Untuk membantu dalam pengolahan data maka digunakan software SPSS
11.0 for Windows dan Micosoft Excel.
Hasil yang didapatkan adalah bahwa promosi yang dilakukan oleh PT.
BPRS Amanah Ummah efektif dari dimensi empati, persuasi, dan
komunikasi sedangkan dimensi dampak hanya pada taraf cukup efektif.
Respon nasabah terhadap promosi yang dilakukan sangatlah baik. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai total direct rating method yang berada pada skala
baik. Promosi yang dilakukan juga efektif terhadap respon nasabah dari segi
perhatian, pembacaan, kognitif, afeksi dan perilaku. Biaya promosi yang
dikeluarkan mempengaruhi secara nyata besarnya jumlah dana pihak ketiga.
Semakin besar biaya promosi yang dikeluarkan maka nasabah semakin
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Dikeluarkannya Fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank
adalah haram, didukung dengan adanya aspek legalitas dari pemerintah,
telah mendorong perkembangan yang cukup pesat dalam industri perbankan
syariah. Pada awalnya, pandangan masyarakat terhadap perbankan syariah
adalah bank yang mempergunakan sistem bagi hasil pengganti bunga.
Seiring berjalannya waktu, Informasi yang datang kepada masyarakat terus
berkembang. Informasi yang ada dapat masuk ke dalam benak masyarakat
yang kemudian akan mempengaruhi masyarakat tersebut dalam memilih
bank khususnya bank syariah.
Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya era
informasi bebas menjadi salah satu pemicu meningkatnya persaingan dalam
industri perbankan. Persaingan menyebabkan setiap bank berlomba-lomba
merumuskan strategi salah satunya adalah dengan membuat strategi
pemasaran yang kokoh. Strategi pemasaran yang kokoh perlu didukung oleh
taktik pemasaran yang kokoh pula, yaitu dengan membuat marketing mix
yang tepat untuk menjaring nasabah baru serta mempertahankan nasabah
yang dimiliki.
Taktik pemasaran menjadi faktor penting dalam suatu rumusan strategi
pemasaran. Taktik pemasaran yang baik akan mampu memberikan
pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang bank syariah serta dapat
meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa
perbankan syariah, oleh karena itu praktisi perbankan syariah harus proaktif
dalam mengkomunikasikan produk dan jasanya (berpromosi), namun
kegiatan apakah yang perlu dilakukan untuk merumuskan elemen marketing
mix dalam membuat program pemasaran yang baik dan tepat, perlu dikaji lebih lanjut.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memformulasikan kerangka
pemikiran mengenai langkah-langkah yang menjadi acuan selama
beberapa faktor dapat mempengaruhi sikap nasabah dalam pertimbangannya
memilih bank syariah. Penelitian ini juga akan menilai sikap nasabah secara
evaluatif berkenaan dengan atribut marketing mix yang diterapkan Bank
Muamalat Indonesia dalam program pemasarannya.
Analisis diawali dengan mengidentifikasi atribut yang melekat pada
marketing mix, dilanjutkan dengan mencari faktor yang menjadi daya tarik dalam program pemasarannya serta analisis sikap nasabah. Faktor yang
terbentuk didapatkan dari pengolahan analisis faktor terhadap atribut-atribut
yang telah teridentifikasi sebelumnya, sedangkan analisis terhadap sikap
nasabah dilakukan dengan mengevaluasi sikap nasabah terhadap elemen
marketing mix. Pengukuran sikap nasabah untuk proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan alat analisis model sikap multiatribut Fishbein dan
matriks kepentingan-kenyataan (Important-Performance Matrix). Kerangka
[image:35.612.90.503.357.688.2]pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian Rekomendasi fokus pemasaran dan prioritas
perbaikan elemen marketing mix Atribut marketing mix dalam
program pemasaran
Analisis faktor Sikap Nasabah
Model Sikap Multiatribut
Fishbein
Faktor daya tarik marketing mix Bank Muamalat Indonesia
Evaluasi
Important-Performance Matrix
Program pemasaran
Hasil keluaran dari penelitian ini adalah terukurnya dan terevaluasinya
pelaksanaan marketing mix dalam program pemasaran yang dijalankan. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan saran dan rekomendasi
kepada Bank Muammalat Indonesia dalam merancang program
pemasarannya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pihak manajemen dalam pengambilan keputusan program pemasaran yang
dilakukan.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan
langsung di lapangan yang merupakan hasil dari observasi,
wawancara (Depth Interview), dan pembagian kuesioner kepada
nasabah. Data primer digunakan untuk mendapatkan data aktual
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data sekunder berasal dari
berbagai buku dan literatur, tulisan ilmiah, internet, media massa,
serta dari pihak perbankan. Data sekunder ini digunakan untuk
mendukung data primer yang didapatkan.
3.2.2. Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel konsumen yang digunakan
adalah pengambilan sampel secara sengaja (purposive). Konsumen
dipilih secara sengaja, yaitu nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk. di kantor Pusat dan kantor Cabang Pembantu Pusat, Jakarta.
Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan cakupan keragaman dan
banyaknya jumlah nasabah dibandingkan jumlah nasabah kantor
cabang serta kantor cabang pembantu lainnya. Pemilihan responden
dilakukan untuk menganalisis atribut marketing mix dalam program
pemasaran Bank Muamalat Indonesia dalam menjaring para nasabah
tersebut.
Teknik pengambilan sampel konsumen yang digunakan
berdasarkan kenyamanan dan kemudahan ditemui atau ketersediaan
yang dipilih adalah nasabah Bank Muamalat Indonesia yang
mendatangi bank serta bersedia mengisi kuesioner pada saat
penelitian dilakukan. Teknik convenience sampling ini digunakan
untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh informasi dari
nasabah secara efisien. Jumlah responden yang diambil berdasarkan
rumus slovin (Umar, 2003), yaitu:
dimana:
n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi (± 200.000 nasabah)
e = Persen kelonggaran (7,55%)
dari rumus tersebut, maka dihasilkan jumlah sampel sebesar
175,28 responden. Untuk memudahkan perhitungan, jumlah
responden yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah 176
responden.
3.2.3. Pengujian Kuesioner
Uji kesahihan dan uji keabsahan digunakan untuk menguji
kuesioner yang digunakan agar layak dan akurat untuk disebar
kepada responden. Uji kesahihan dilakukan untuk melihat hubungan
di antara masing-masing pertanyaan, sehingga memiliki keterkaitan
erat diantaranya. Uji keabsahan dilakukan agar semua pertanyaan
tersebut sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Uji kesahihan dan uji keabsahan dilakukan terhadap 30 jawaban
responden awal yang telah mengisi kuesioner, dengan metode
berikut:
a) Uji Kesahihan
Uji kesahihan dilakukan dengan langkah-langkah statistika
sebagai berikut:
1. Membuat Hipotesa:
Ho: Bahwa atribut dipertimbangkan oleh responden 2
1
Ne
N
n
Ha: Bahwa atribut tidak dipertimbangkan oleh responden
2. Menghitung nilai korelasi pada setiap atribut pertanyaan,
menggunakan rumus korelasi product moment pearson
sebagai berikut:
n (ΣXY)-(ΣXΣY)
√ [nΣX2][nΣY2-(ΣY) 2]
dimana :
X = skor pernyataan
Y = skor total
3. Menggunakan nilai kritis sebesar 5% dan derajat kebebasan
yaitu n-1
4. Keputusan:
Bila nilai korelasi yang didapat lebih besar daripada
nilai r tabel (0,361), maka atribut pertanyaan tersebut shahih.
Jadi, keputusannya adalah terima Ho tolak Ha. Sebaliknya,
jika r korelasi lebih kecil daripada nilai r tabel (0,361), maka
terima Ha tolak Ho.
b) Uji Keabsahan
Jika kuesioner telah dinyatakan sahih, maka keabsahan
kuesioner tersebut diuji keandalannya. Menurut Umar (2003),
keabsahan adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Teknik yang digunakan adalah Teknik Cronbach, dengan rumus
berikut:
dimana :
r 11 = keandalan instrumen
k = banyak butir pernyataan
Σσb2 = jumlah ragam butir
σt2 = ragam total
c) KMO and Barlett Test
Kesimpulan mengenai layak tidaknya analisis faktor
dilakukan, baru sah secara statistik dengan menggunakan uji
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of adequacy dan Barlett Test of Spericity (Simamora, 2003)
Penghitungan KMO dilakukan dengan bantuan program
SPSS. KMO uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1 ini
mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai indeks
tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak
dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO di bawah 0,5 analisis
faktor tidak layak dilakukan.
Barlett test digunakan untuk menguji apakah betul
variabel-variabel yang dilibatkan berkorelasi. Nilai Barlett Test
didekati dengan nilai chi-square. Penghitungan Barlett Test
dilakukan dengan bantuan program SPSS.
3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk membantu pengolahan dan analisis data, digunakan
program komputer Microsoft Excel dan SPSS 11.5 for Windows.
Adapun teknik analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis Faktor
Menurut Simamora (2003), untuk melakukan analisis
faktor pertama-tama adalah mencari atau menentukan atribut apa
yang ada dalam program pemasaran suatu perusahaan. Tahapan
analisis faktor terdiri dari pengujian, ekstraksi, dan rotasi.
Pengujian ini dilakukan menggunakan KMO and Barlett’s test of
sphericity dan Anti Image. Hasil pengujian KMO menunjukkan bahwa variable dianggap layak untuk dianalisis jika angka KMO
berada di atas 0.5 dengan signifikansi di bawah 0.05. tahap
ekstraksi menggunakan analisis Communalities, Total Variance
Explained, serta Component Matrix. Communalities menjelaskan seberapa besar hubungan suatu atribut dapat
menjelaskan jumlah faktor yang terbentuk dari hasil analisis
dengan eigenvalue harus di atas 1. Component Matrix menjelaskan distribusi variabel pada faktor yang terbentuk. Nilai
yang terdapat pada component matrix merupakan nilai loadings
factor. Atribut dengan nilai loading faktor di bawah 0.55 tidak akan mengelompok pada suatu faktor disebabkan nilai
korelasinya lemah, sehingga jika atribut tersebut cukup penting,
maka dapat dibentuk faktor lain secara terpisah. Proses rotasi
digunakan jika diperlukan, yaitu apabila terdapat kesulitan
dalam menentukan posisi atribut dalam factor.
Langkah-langkah pengolahan data selanjutnya
menggunakan bantuan program komputer SPSS. Hasil yang
didapatkan dari pengolahan data tersebut adalah pengelompokan
sejumlah variabel yang dianalisis menjadi beberapa kelompok,
yang diberi nama ”faktor”. Setelah melalui proses uji dan
intepretasi maka diperoleh dimensi-dimensi yang mendasari
adanya daya tarik suatu program pemasaran.
2. Model Sikap Multiatribut Fishbein
Rumus model Fishbein sebagai berikut:
n
Ao = Σ (bi) (ei) i=1
dimana:
Ao = sikap total individu terhadap objek tertentu
bi = kekuatan keyakinan konsumen bahwa objek memiliki
atribut i
ei = evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i
n = jumlah kriteria atribut yang relevan
Selanjutnya, data yang dibutuhkan ditampung dalam
lembar kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan/ pernyataan yang
diberi skala menggunakan skala enam angka dengan skor 1
sampai 6 (dengan keterangan skor: sangat tidak setuju/ sangat
3. Important-Performance Matrix
Matriks kepentingan-pelaksanaan menunjukkan
atribut-atribut yang menjadi prioritas keputusan. Masing-masing
perhitungaan atribut berasal dari tingkat kepentingan (ei) dan
tingkat pelaksanaan/ keyakinan (bi). Nilai ini kemudian
diplotkan ke dalam matriks. Sumbu mendatar (X) diisi oleh skor
tingkat pelaksanaan (keyakinan) dan sumbu tegak (Y) diisi oleh
skor tingkat kepentingan.
dimana:
X = rata-rata total skor tingkat pelaksanaan/ keyakinaan
Y = rata-rata total skor tingkat kepentingan
bi = skor tingkat pelaksanaan/ keyakinaan
ei = skor tingkat kepentingan
n = jumlah atribut
X = Σ bi
n
Y = Σ ei
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil tempat di kantor pusat Bank
Muamalat Indonesia yang berlokasi di Gedung Arthaloka, Jalan
Jenderal Sudirman No.2 Jakarta dan kantor cabang pembantu pusat
di Jalan Let.Jend S.Parman Kav.56 Slipi Jakarta Barat. Lokasi ini
diambil karena pertimbangan luasnya cakupan dan keragaman
nasabah, serta banyaknya jumlah nasabah dibandingkan jumlah
nasabah kantor cabang serta kantor cabang pembantu lainnya.
4.1.2. Sejarah Perusahaan
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun
1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan
Mei 1992. Pendirian Bank Muamalat Indonesia menerima dukungan
nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia
(ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan
senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan. Selanjutnya, diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106
miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah
didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai
Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan
sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan
beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter
yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia
Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di
tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari
60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas
mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga
modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh
Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah,
Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi
menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Kurun waktu
antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat, karena dalam
kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi
dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap personel
Bank Muamalat. Keberhasilan Bank Muamalat Indonesia ditunjang
pula oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha
yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah
secara murni.
Bank Muamalat mampu bertahan dan berhasil melewati
masa-masa sulit, diawali dengan pengangkatan kepengurusan baru.
Seluruh anggota Direksi pada kepengurursan yang baru, diangkat
dari dalam perusahaan. Bank Muamalat kemudian menggelar
rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham,
(ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang
ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru
Bank Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa
percaya diri Kru Bank Muamalat menjadi prioritas utama di tahun
pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha
baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda
utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha
dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi
akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati,
ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan
bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar
Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta
perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
Misi : Menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen
dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai
bagi stakeholder.
4.1.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
dapat dilihat pada gambar 5. Nama anggota Dewan direksi dan
komisaris dapat dilihat pada lampiran 1.
Corporate Support
Group Administration Group
Financing Support
Group
Business Units
Bbisiness Development
Group
Nitwork & Alliance
Group Compliance
& Risk Management
staff Compliance &
Corporate Support Director
Finance & Administration
Director
Bisiness Director Assistant
Director
Risk Management Committeee Internal Audit Group
/SKAI
President Director
Sharia Supervisory Board Board of Commissioners Shareholders Meeting
[image:44.612.85.517.400.705.2]ORGANIZATION CHART PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.
INTERNAL AUDIT GROUP / SKAI
- Resident Auditor and Data Control - Financing and Treasury
- Administration and Information Technology System - Monitoring and Audit Analysis
CORPORATE SUPPORT GROUP
- Communication and Public Relation - Corporate Legal and Investor Relation - Protocol air and Internal Relation <