• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mukokel Dan Ranula Pada Anak (Laporan Kasus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mukokel Dan Ranula Pada Anak (Laporan Kasus)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010

ERLITA SARI

MUKOKEL DAN RANULA PADA ANAK (LAPORAN KASUS) x + 39 halaman

Mukokel dan Ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Pada pemeriksaan sejumlah besar kasus massa pada rongga mulut, mukokel dan ranula merupakan lesi mukosa oral peringkat ke 15 yang sering terjadi, dengan prevalensi tertinggi ditemui pada dewasa muda dan anak-anak yaitu kurang dari 35 tahun.

Walaupun jumlah tersebut tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan jumlah pembengkakan lain yang juga melibatkan glandula saliva dan belum ada penelitian yang lebih jelas mengenai prevalensi yang tinggi pada usia tertentu, dokter gigi harus mengetahui gambaran klinis mukokel dan ranula, mekanisme terjadinya, dan perawatannya. Sehingga dapat mengatasi gangguan yang diakibatkan oleh mukokel dan ranula.

(2)

trauma. Kedua, kasus seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang mengalami ranula di dasar mulutnya. Berdasarkan gambaran mikroskopis yang didapat dari biopsi dan aspirasi cairan, diduga etiologi ranula pada pasien tersebut adalah obstruksi duktus glandula saliva. Beberapa literatur menuliskan bahwa pembengkakan yang diakibatkan mukokel atau ranula yang terus membesar dan tidak segara diatasi dapat menimbulkan gangguan fungsi mulut.

Dokter gigi memiliki peranan penting untuk mengevaluasi dan mengatasi segala gangguan yang terdapat di rongga mulut dengan cara yang tepat. Sehingga rongga mulut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada akhirnya dokter gigi ikut membantu mewujudkan Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 terutama kesehatan rongga mulut.

(3)

MUKOKEL DAN RANULA PADA ANAK

(LAPORAN KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ERLITA SARI NIM : 060600075

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, ...2010

Pembimbing : Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 19 Agustus 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Syuaibah Lubis, drg.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan bagi penulis serta melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa hormat dan terimakasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda Maharuddin S dan Ibunda Mawar P, atas semua dukungan yang tiada henti, doa yang selalu terucap di setiap kata-katanya, tatapan penuh rasa bangga setiap melihatnya dan semua pengorbanan yang telah dilakukan baik moril, materil, dan spiritual. Rasa sayang dan terimakasih yang tulus penulis sampaikan pula kepada Kakanda dr. Efrina Lianty serta Adinda Erna Haryanti dan Erni Haryanti yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, nasehat, dan keceriaan kepada penulis sehingga penulis mendapat kekuatan dan kepercayaan diri dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada. Terimakasih kepada seluruh keluarga besar yang telah membantu penyelesaian skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materil, spiritual, maupun administrasi pada penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis berkenan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(7)

2. Wilda Hafni Lubis, drg, M.Si. selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Syuaibah Lubis, drg. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan, arahan, bantuan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Sayuti Hasibuan, drg, Sp. PM. selaku tim penguji skripsi.

5. Zulkarnain, drg., M. Kes selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan, dan staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan memberi arahan selama masa penyusunan skripsi.

7. Muhammad Khuzaifi Al Qifi, yang selalu memberikan semangat, dukungan, bantuan, kasih sayang, dan perasaan nyaman di setiap harinya dan senantiasa mendoakan penulis.

8. Sepuluh orang sahabat terbaik yang selalu memberikan bantuan, semangat, dan doa, Mita, Tika, Esti, Dhita, Noni, Wina, Luki, Ica, Nanda, dan Uul.

9. Amee, Desira, Fanazia, Lisa, Noviarni, Zoraida, Wirna, Nadia, Tari, Kartika, Fitri, Selvia, Hanif, Rozi, Fauzan, Yanci, Sadli, Ryan, Johansyah, dan teman-teman stambuk 2006 lain yang memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

(8)

segala kerendahan hati, penulis menerima setiap saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 06 Agustus 2010

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

(10)

2.2.4 Klasifikasi ... 15

2.2.5 Gambaran Klinis, Radiolografi, dan Histopatologi ... 16

2.2.6 Diagnosa ... 18

2.2.7 Diagnosa Banding ... 19

2.2.8 Perawatan ... 19

BAB 3 LAPORAN KASUS 3.1 Mukokel ... 21

3.2 Ranula ... 23

BAB 4 DISKUSI 4.1 Mukokel ... 26

4.2 Ranula ... 30

BAB 5 KESIMPULAN ... 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Glandula Saliva ... 6 2.2 Mukokel Ekstravasasi Mukus ... 9 2.3 Mukokel Retensi Mukus ... 10 2.4 Mukokel pada Anterior Median Line Permukaan Ventral Lidah yang

Melibatkan Blandin and Nuhn ... 10 2.5 Mukokel pada Bibir Bawah ... 10 2.6 Gambaran Histopatologi Mukokel Tipe Ekstravasasi Mukus yang

Terletak di Bibir Bawah ... 11 2.7 Gambaran Histopatologi Mukokel yang Bagian Duktusnya

Mengalami Dilatasi ... 11 2.8 Gambaran Klinis Ranula Simpel ... 17 2.9 Gambaran Klinis Ranula Plunging yang Memperlihatkan Adanya

Pembengkakan Pada Bagian Leher ... 17 2.10 Gambaran Histopatologi Ranula Simpel yang Menunjukkan

Histiosit yang Mendominasi pada Ruang Kista dan pada Serabut

Penghubung Pseudokista ... 17 2.11 Gambaran Histopatologi Ranula ... 17

2.12 Gambaran Radiografi Ranula (CT Scan), Ditunjukkan Oleh Tanda

Panah ... 18 2.13 Gambaran Radiografi Ranula Plunging (MRI), Dapat Dilihat Bahwa

Massa Menyebabkan Terjadinya Pembengkakan Hingga ke Leher

(12)

3.2 Permukaan Ventral Lidah Pasien Setelah Dilakukan Perawatan

Bedah pada Mukokel ... 22 3.3 Ranula di Dasar Mulut ... 23 3.4 Dasar Mulut Pasien Setelah Dilakukan Perawatan Bedah pada

(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010

ERLITA SARI

MUKOKEL DAN RANULA PADA ANAK (LAPORAN KASUS) x + 39 halaman

Mukokel dan Ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Pada pemeriksaan sejumlah besar kasus massa pada rongga mulut, mukokel dan ranula merupakan lesi mukosa oral peringkat ke 15 yang sering terjadi, dengan prevalensi tertinggi ditemui pada dewasa muda dan anak-anak yaitu kurang dari 35 tahun.

Walaupun jumlah tersebut tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan jumlah pembengkakan lain yang juga melibatkan glandula saliva dan belum ada penelitian yang lebih jelas mengenai prevalensi yang tinggi pada usia tertentu, dokter gigi harus mengetahui gambaran klinis mukokel dan ranula, mekanisme terjadinya, dan perawatannya. Sehingga dapat mengatasi gangguan yang diakibatkan oleh mukokel dan ranula.

(14)

trauma. Kedua, kasus seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang mengalami ranula di dasar mulutnya. Berdasarkan gambaran mikroskopis yang didapat dari biopsi dan aspirasi cairan, diduga etiologi ranula pada pasien tersebut adalah obstruksi duktus glandula saliva. Beberapa literatur menuliskan bahwa pembengkakan yang diakibatkan mukokel atau ranula yang terus membesar dan tidak segara diatasi dapat menimbulkan gangguan fungsi mulut.

Dokter gigi memiliki peranan penting untuk mengevaluasi dan mengatasi segala gangguan yang terdapat di rongga mulut dengan cara yang tepat. Sehingga rongga mulut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada akhirnya dokter gigi ikut membantu mewujudkan Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 terutama kesehatan rongga mulut.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak penyakit mulut yang terjadi melibatkan glandula saliva. Umumnya, penyakit mulut tersebut menyebabkan terbentuknya massa atau pembengkakan. Untuk mengatasinya, dokter gigi harus mampu mengenali jenis-jenis penyakit mulut yang berbentuk pembengkakan yang melibatkan glandula saliva dan mengetahui perawatannya. Contoh penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva adalah mukokel dan ranula.

Kebanyakan mukokel terjadi pada individu muda, yaitu 70% pada usia di bawah 20 tahun, dengan prevalensi tertinggi pada usia 10-20 tahun.1 Walaupun belum diteliti lebih lanjut, mukokel superfisial cenderung terjadi pada usia lebih dari 30 tahun.1

Penelitian di Rumah Sakit Penang bulan Januari 2000 sampai dengan Desember 2005 menunjukkan prevalensi mukokel 0,002%.2 Di Minnesota, Amerika, hasil penelitian dari 23.616 orang dewasa berusia lebih dari 35 tahun, mukokel merupakan lesi mukosa oral peringkat ke 17 yang sering terjadi dengan prevalensi kira-kira 2,4 kasus yang ditemui per 1000 orang.1,3 The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) di Amerika mencatat, dari pemeriksaan

(16)

berusia 15 tahun atau lebih menunjukkan prevalensi mukokel sebesar 0,11%.1 Di Brazilia, dari pemeriksaan 1200 orang anak yang dirawat di rumah sakit anak, menunjukkan prevalensi mukokel sebesar 0,08%.1 Dari hasil penelitian penyakit mulut di Minnesota, Amerika, ditemukan mukokel sejumlah 1,9 kasus per 1000 orang laki-laki dan 2,6 kasus per 1000 orang perempuan, sehingga didapatkan perbandingan prevalensi mukokel pada laki-laki : perempuan sebesar 1,3 : 1.1 Tetapi, pada laporan kasus menunjukkan mukokel superfisial dan Blandin-Nuhn lebih cenderung terjadi pada perempuan.1

Secara umum, ranula dibedakan atas dua tipe yaitu ranula superfisial atau ranula simpel dan ranula plunging atau ranula diving.4 Ranula plunging sering terjadi pada anak-anak dan dewasa antara usia 8-21,5 tahun.1 KeQian Zhi, dkk, menuliskan, dari 129 pasien anak-anak dengan rentang usia 3-16 tahun yang mengalami ranula plunging, 82 pasien (63,57%) diantaranya laki-laki dan 47 pasien (36,43%) perempuan.5 Ryan L Van De Graaff, menuliskan dari penelitian 1303 kasus kista yang terjadi pada glandula saliva, hanya 42 kasus yang merupakan ranula, dengan perbandingan laki-laki : perempuan sebesar 1 : 1,3, dengan rentang usia 3-61 tahun.6 Penelitian penyakit mulut menunjukkan prevalensi ranula 0,2 kasus per 1000 orang dan merupakan peringkat ke 41 berdasarkan hasil penelitian prevalensi mukokel di beberapa negara dari seluruh penyakit mulut yang ada di Minnesota.1

(17)

Agar nantinya dapat mengatasi dampak buruk ataupun gangguan yang diakibatkan oleh mukokel ataupun ranula.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang terkait yaitu :

1. Bagaimana gambaran klinis mukokel dan ranula ? 2. Bagaimana mekanisme terjadinya ?

3. Bagaimana perawatannya ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis mukokel dan ranula. Membahas mekanisme terjadinya. Memberi pengetahuan tentang perawatan mukokel dan ranula.

Manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk menambah pengetahuan dasar mengenai mukokel, ranula, dan perawatannya terutama pada dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi agar mampu mendiagnosis penyakit ini dengan benar. Dengan melihat tanda-tanda klinisnya di rongga mulut, dokter gigi dan mahasiswa nantinya dapat membuat rencana perawatan yang tepat dan sesuai, serta memberikan tambahan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

1.4 Ruang Lingkup

(18)
(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Mukokel dan ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit mulut tersebut, akan dibahas mengenai glandula saliva secara umum.

Glandula saliva terbagi dua, yaitu glandula saliva mayor dan glandula saliva minor.7,8 Glandula saliva mayor terdiri dari :

1. Glandula parotis

Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan cairan serus.

2. Glandula submandibula

Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian medial sudut bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60-65% dari volume total saliva di rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan mukus.

3. Glandula sublingual

(20)

Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang tersebar pada lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik palatum durum maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga terdapat di uvula, dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal.7,8,9 Glandula saliva minor terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada glandula Von Ebner’s (glandula yang berada pada papilla circumvalata lidah) yang menghasilkan cairan serus.10

Kasus mukokel umumnya melibatkan glandula saliva minor. Tidak tertutup kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor tergantung pada letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar mulut dekat dengan glandula sublingual dan glandula saliva minor.11,12 Dengan kata lain ranula umumnya melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual. Sama halnya dengan mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor, misalnya glandula saliva submandibula apabila ranula telah meluas ke otot milohioideus dan memasuki ruang submandibula.13

(21)

2.1 Mukokel

2.1.1 Definisi

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.11 Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.11,12 Mukokel merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya.3,11,12,15,16 Lokasinya bervariasi.3 Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.11 Umumnya terletak di bagian lateral mengarah ke midline.11 Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas.11 Banyak literatur yang menyebut mukokel sebagai mucous cyst. Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi mukokel adalah usia

muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang spesifik.17

2.1.2 Etiopatogenesis

(22)

kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain.1,12,22 Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.1 Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.1 Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.1,18,23

(23)

2.1.3 Klasifikasi

Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik, dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung.1,17-19,21 Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi tiga, yaitu superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil

dari 1 cm, dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya.16 Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi.1

(24)

2.1.4 Gambaran Klinis dan Histopatologi

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit.1,11,12,17-22 Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.1,11,12,16-22

Gambar 2.4 Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah

yang melibatkan blandin-nuhn1

Gambar 2.5 Mukokel pada bibir bawah1

(25)

Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar 2.6).16 Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 2.7).16

2.1.5 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.27 Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung.27 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal,

(26)

kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.27 Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.27

2.1.6 Diagnosa Banding

(27)

2.1.7 Perawatan

Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur menuliskan beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-anak.1,11,12

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah.

Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi

massa.

2.2 Ranula

2.2.1 Definisi

(28)

yang berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari katak.5,6,11,12,15 Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor.4,5 Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas.1,15,24,28

2.2.2 Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva.6,24 Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang

menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka.6,15

2.2.3 Patogenesis

Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus.15 Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis, pembentukan parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau tumor.1,23

(29)

pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara konstan.1

Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi ranula menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan fibrosa pada permukaan superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan tumbuh dan berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal.6 Sekurang-kurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi ranula superfisial.1

2.2.4 Klasifikasi

(30)

kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi kasus seperti ini sangat jarang ditemui.1,6

2.2.5 Gambaran Klinis, Radiografi, dan Histopatologi

Sama halnya dengan mukokel, gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang berfluktusi dan berwarna translusen kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel adalah letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah (Gambar 2.8).6 Apabila dipalpasi, massa ini tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini terletak agak jauh ke dasar mulut, maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan melainkan berwarna normal seperti mukosa mulut yang sehat.1 Diameternya mulai dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter.1,11,15

Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas.1 Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas.1 Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu.1,6 Akibatnya muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit pada saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya kelenjar saliva membengkak.1,6

(31)

Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel dan dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai jaringan granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam kista dan dindingnya didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin (Gambar 2.10).6,15

Gambar 2.8 Gambaran klinis ranula simpel30

Gambar 2.9 Gambaran klinis ranula plunging yang memperlihatkan adanya

pembengkakan pada bagian leher1

Gambar 2.10 Gambaran histopatologi ranula simpel yang menunjukkan histiosit yang mendominasi pada ruang kista dan pada serabut penghubung pseudokista15

(32)

2.2.6 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.27 Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung.27 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.

Gambar 2.12 Gambaran radiografi ranula (CT Scan), ditunjukkan oleh tanda panah4

(33)

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.27 Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.27

2.2.7 Diagnosa Banding

Sama halnya dengan mukokel, ada beberapa penyakit mulut yang memiliki kemiripan gambaran klinis dengan ranula, diantaranya kista dermoid, sialolithiasis, thyroglossal duct cyst, cystic hygroma, neoplastic thyroid disease, dan lain-lain.1,6

Untuk dapat membedakan ranula dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa atau pembengkakan yang jelas, gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri khas ranula yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.27

2.2.8 Perawatan

(34)

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Biasanya ranula yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal atau mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi ranula. Karena apabila kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera dihilangkan, maka ranula akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan pembedahan.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

1. Flaitz CM, Hicks J. Mucocele and Ranula. 2006.

2. Rashid AK, Anwar N, Azizah AM, Narayan KA. Cases of Mucocele Treated in The Dental Departement of Penang Hospital. Archives of Orofacial Sciences

2008;3(1):7-10.

3. Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago P. Mucocele Resection : A Comparison of Two Techniques. Dentistry Today 2009 May 31:1.

4. Al-Tubaikh JA, Reiser MF. Congenital Disease and Syndromes : The Head and Neck. Berlin Heidenberg 2009:47-8.

5. Zhi KQ, Wen YM, Zhou H. Management of The Pediatric Plunging Ranula : Result of 15 Years Clinical Experience. China Xi’an Jiaotong University and

Sichuan University 2008 Jun 1;107:499-500.

6. Van de graaff RL. Ranula and Plunging Ranulas. 2007.

7. Bradley PJ. Head and Neck : Pathology and Treatment of Salivary Gland Conditions. Elsevier Ltd,2006:304.

8. Darby H, Leonardi M. Comprehensive Riview of Dental Hygiene : Head and Neck Anatomy and Phisiology. 6th ed. Mosby’s Elsevier,2006:163-4.

(36)

10. Anonymous. Dictionary : Salivary Gland.

11. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral & Maxillofacial Pathology : Salivary Gland Pathology. 2nd ed. W.B. Saunders Co, 2002:389-93. 12. Krol DM, Keels MA. Pediatric in Riview : Oral Condition. American Academy

of Pediatrics Journal 2007 Januari 1;28:18.

13. Macdonald AJ, Salzman KL, Harnsberger HR. Giant Ranula of The Neck : Differentiation from Cystic Hygroma. AJNR Am J Neuroradiology

2003;24:757-8.

14. Anonymous

15. Yuca K, Bayram I, Cankaya H et al. Pediatric Intra Oral Ranula : An Analysys of Nine Case. Tohoku J Exp Med 2005;205:151-5.

16. Angelica MS. Mucous cyst. 2003

17. Menta MSN, Hee JP, Vanessa SL. Mucocele in Pediatric Patients : Analysis of 36 Children. Pediatric Dermatology. Vol 25. Blackwell Publishing

Inc,2008:308-11.

18. Cecconi DR, Achilli A, Tarozzi M, Lodi G, Demarosi F, Sardella A, Carrassi A. Mucocele of The Oral Cavity : A Large Case Series (1994-2008) and Literature

Riview. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.

(37)

20. Anonymous.Mucocele.

21. Anonymous.Mucocele

> (10 Mei 2010).

22. Anonymous. Mucous cyst : Medical Encyclopedia.

2010).

23. Regezi JA, Sciubba JJ. Oral Pathology : Salivary Gland Diseases. WB Saunders Co, 1989:225-311.

24. Langlais RP, Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Alih Bahasa. Budi Susetyo. Jakarta:Hipokrates,1994:40-1.

25. Zieve D. The A.D.A.M. Medical Encyclopedia. A.D.A.M., Inc. 1997-2010

26. Jahanshahi G, Mansour AS, Khozeimeh F. Multiple Mucous Retention Cyst (Mucocele) of The Oral Mucosa : A Case Report. Dent res J 2007;4(2):111-3.

27. Hasibuan S. Penuntun Prosedur Diagnosa Penyakit Mulut : Prosedur-prosedur untuk Menegakkan Diagnosa Penyakit Jaringan Lunak Mulut. Bina Teknik Press. Edisi II;2006:30-1.

28. Watanabe K, Tomiyama S, Jinnouchi K, Nakajima H, Yagi T. Local Injection of OK-432 in The Treatment of Ranula : A Case Report – original article.

(38)

30. Anonymous

31. Anonymous

(39)

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Mukokel

Tanggal 27 Desember 2009 seorang pasien anak perempuan berusia 6 tahun, datang bersama ibunya untuk berobat ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG USU) Departemen Ilmu Penyakit Mulut, dengan keluhan adanya pembengkakan yang besar dan mengganggu di bagian bawah lidah. Pembengkakan tersebut diketahuinya semenjak dua bulan sebelum kunjungan, dengan ukuran yang perlahan-lahan bertambah. Pasien baru pertamakalinya menderita pembengkakan tersebut dan belum pernah berobat sebelumnya.

(40)

Gambar 3.1 Mukokel di ventral lidah

Pasien dirujuk ke rumah sakit umum untuk mendapatkan perawatan bedah dengan anastesi total. Tanggal 9 Januari 2010 pasien masuk RS Mitra Sejati untuk menjalankan operasi. Pasien tidak menjalani rawat inap. Setelah perawatan bedah, keadaan rongga mulut pasien membaik, pembengkakan telah hilang (Gambar 3.2).

(41)

3.2 Ranula

Tanggal 25 November 2009 seorang pasien anak perempuan berusia 6 tahun, datang bersama ibunya untuk berobat ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG USU) tepatnya ke Departemen Ilmu Penyakit Mulut, dengan keluhan adanya pembengkakan yang besar dan mengganggu di dasar mulutnya. Pembengkakan tersebut tidak diketahui kapan kemunculannya, orang tua pasien baru menyadari adanya pembengkakan setelah pembengkakannya cukup besar dan mengganggu. Pasien baru pertamakalinya menderita pembengkakan tersebut dan belum pernah pergi berobat sebelumnya.

Pemeriksaan suhu tubuh normal, tidak ada demam. Berat badan anak 18 kg, dan anak cukup sehat. Pemeriksaan ektsra oral tidak dijumpai adanya pembengkakan kelenjar limfe, dan tidak dijumpai kelainan apapun. Pada pemeriksaan intra oral dijumpai adanya pembengkakan di dasar mulut pasien berukuran ± 4 cm x 3 cm x 3 cm. Dipalpasi tidak ada rasa sakit, warnanya translusen agak kebiruan dan terdapat fluktuasi (Gambar 3.3). Berdasarkan gambaran klinis, massa tersebut didiagnosa sebagai ranula.

(42)

Pasien dirujuk ke rumah sakit umum untuk mendapatkan perawatan bedah dengan anastesi total. Tanggal 21 Desember 2009 pasien masuk RSUP H. Adam Malik dan dipersiapkan untuk mendapatkan perawatan bedah dengan teknik marsupialisasi. Tanggal 22 Desember 2009 dokter gigi spesialis bedah mulut melakukan operasi dengan bantuan dokter spesialis anastesi untuk memberi anastesi total. Dilakukan aspirasi cairan dan biopsi sebagian kecil jaringan. Diperoleh cairan kental yang keruh dan massa dasar mulut, kemudian dikirimkan ke bagian patologi. Tanggal 24 Desember 2009 pasien sudah boleh pulang, keadaan rongga mulut membaik, pembengkakan telah hilang (Gambar 3.4).

Hasil pemeriksaan dari bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik menunjukkan keterangan :

Makroskopis : diterima jaringan dari bawah lidah/ventral lidah dengan volume ± 1 cc, konsistensi kenyal dan berwarna abu-abu.

(43)
(44)

BAB 4

DISKUSI

4.1 Mukokel

Pada kasus mukokel yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diagnosa mukokel dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang dilakukan dokter gigi di Departemen Ilmu Penyakit Mulut RSGMP FKG USU. Dari anamnesis yang dilakukan, diperoleh data bahwa pasien mempunyai kebiasaan minum susu dengan botol atau dot dan juga menggesek-gesekkan bagian ventral lidahnya. Kedua hal tersebut kemungkinan besar merupakan etiologi yang akhirnya menyebabkan trauma pada duktus glandula saliva dan menimbulkan mukokel pada pasien. Bila mukokel terjadi pada permukaan anterior ventral lidah, kebiasaan menjulurkan lidah dapat menambah iritasi selain trauma.1 Mukokel terjadi disebabkan luka pada glandula saliva minor yang biasanya karena trauma yang menyebabkan ekstravasasi mukus yang terjadi pada 92% kasus mukokel. Sedangkan 8% kasus lain terjadi disebabkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar sehingga terbentuk retensi mukus.16

(45)

adalah massa atau pembengkakan pada permukaan ventral lidah mulai dari medial mengarah agak ke lateral kiri. Dengan ukuran massa ± 4 cm x 1,5 cm x 1,5 cm, berwarna translusen dan terdapat fluktuasi. Berdasarkan literatur dan gambaran klinis tersebut, diketahui mukokel yang berada pada lidah atau permukaan ventral lidah merupakan mukokel yang berkaitan dengan glandula Blandin-Nuhn. Mukokel ini jarang ditemui, diperkirakan 2-8% dari keseluruhan kasus mukokel.1 Mukokel ini tertanam/terlekat pada otot-otot bagian ventral lidah yang dekat dengan midline. Jinbu, dkk melaporkan ditemukannya kasus mukokel yang berkaitan dengan glandula Blandin-Nuhn pada 26 orang pasien (9,9%) diantara 263 orang pasien dengan usia

yang bervariasi, dengan perincian 13 orang diantaranya berusia 15 tahun ke bawah dan sisanya tidak ada pasien yang berusia di atas 36 tahun. Harrison menuliskan, dari 400 kasus mukokel hanya 9 diantaranya yang melibatkan glandula saliva di lidah. Ditemukan 3 orang (8,3%) diantara 36 orang pasien anak-anak yang usianya 9, 12, dan 14 tahun yang mengalami mukokel yang melibatkan glandula Blandin-Nuhn. Selain itu hanya 2 kasus mukokel pada lidah yang ditemui pada 68 orang pasien nonpediatric, keduanya berusia 19 tahun. Harrison menyimpulkan bahwa mukokel

(46)

laporan kasus pada literatur menuliskan mukokel Blandin-Nuhn lebih sering terjadi pada perempuan.1

Mukokel Blandin-Nuhn yang terjadi pada permukaan anterior lidah dan pada midline cenderung lebih polipoid dengan dasar pedunculated (bertangkai). Karena trauma yang terus menerus oleh gigi-geligi rahang bawah, permukaan mukokel ini dapat merah dan granular, atau putih dan keratotik.1 Pada kasus ini hal tersebut tidak terlihat, diduga akibat letak mukokel tidak persis pada anterior lidah tetapi agak di tengah dan mengarah lebih ke kiri, sehingga trauma oleh gigi-geligi rahang bawah tidak berulang-ulang terjadi.

Berdasarkan literatur, pemeriksaan pendukung yang meliputi pemeriksaan laboratorium dan histopatologis dapat membantu untuk menegakkan diagnosis yang tepat.27 Pada pemeriksaan histopatologis hasil yang diperoleh hanya kesimpulan bahwa tidak ada tanda-tanda keganasan. Menurut literatur gambaran histopatologis dari mukokel yang etiologinya trauma adalah berupa jaringan granulasi yang dikelilingi jaringan ikat yang memadat dengan gambaran inflamasi yang bervariasi. Sedangkan mukokel yang etiologinya obstruksi berupa mukus yang dikelilingi epitel kolumnar atau kuboidal.

(47)

sentimeter (cm).1,11,12,17-22 Maka dalam hal ini massa yang ditemukan pada rongga mulut pasien tersebut didiagnosis sebagai mukokel yang besar.

Berdasarkan beberapa literatur didapatkan data bahwa kebanyakan mukokel terjadi pada individu muda, yaitu 70% pada usia di bawah 20 tahun, dengan prevalensi tertinggi pada usia 10 - 20 tahun.1 Pada kasus ini pasien berusia 6 tahun, usia yang termasuk di bawah 20 tahun dimana 70% dari kasus mukokel ditemukan. Mukokel pada anak-anak merupakan kasus yang tidak asing. Kemungkinan besar diakibatkan adanya trauma lokal, dimana kebanyakan pasien atau orang tua pasien tidak dapat mengingat dengan jelas kapan atau bagaimana tepatnya trauma terjadi. Demikian informasi yang sering menjadi sorotan pada kasus-kasus mukokel yang ditemukan. Tetapi hingga saat ini belum ada literatur yang menuliskan penyebab tingginya prevalensi mukokel pada populasi anak-anak atau individu muda.17

Rencana perawatan yang ditetapkan pada pasien anak berbeda dengan pasien dewasa. Anak-anak atau individu muda membutuhkan tindakan dan perlakuan tambahan ataupun dosis khusus dalam pemberian anastesi dan sedasi.17 Pembedahan dilakukan dengan anastesi total karena dikhawatirkan menghadapi kendala dan kesulitan dalam pembedahan massa apabila dilakukan pembedahan dengan anastesi lokal, sebab anak lebih sulit untuk ditenangkan. Maka butuh tenaga dokter spesialis anastesi untuk memberikan anastesi total pada anak.

(48)

kebiasaan buruk lain yang dapat mengakibatkan trauma sehingga trauma pada rongga mulut dapat lebih dihindari.

4.2 Ranula

(49)

Pada literatur disebutkan bahwa ranula tidak disertai rasa sakit, dan keluhan yang diungkapkan pasien umumnya adalah mulut pasien yang terasa penuh, demikian pula pada kasus ini. Jika hal ini dibiarkan, maka pembengkakan dapat terus bertambah dan gangguan pada rongga mulut pasien pun bertambah. Gangguan yang terdapat di rongga mulutnya menyebabkan anak sulit untuk mengunyah, menelan, berbicara, dan bernafas. Dalam jangka waktu yang panjang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis anak. Anak menjadi lemah, pertumbuhannya terganggu, dan dapat kekurangan gizi.

Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan radiografi dalam membantu penegakan diagnosa. Umumnya, pemeriksaan radiografi tidak diindikasikan untuk pemeriksaan mukokel dan ranula oral. Radiografi dilakukan bila diduga penyebab terjadinya ranula atau mukokel adalah sialolith.1 Dalam hal ini tidak ada kecurigaan terhadap sialolith. Radiografi dilakukan untuk keperluan dokter spesialis bedah mulut apabila diduga mukokel atau ranula terletak pada daerah yang dekat dengan syaraf dan pembuluh darah vital.

(50)

pembedahan yang tidak sempurna pada ranula oral atau simpel dapat menyebabkan terjadinya ranula servikal. Diketahui bahwa hampir setengah dari kasus ranula servikal terjadi setelah dilakukan perawatan bedah pada ranula oral, yaitu sebesar 45%. Bila ranula ini hanya dirawat dengan marsupialisasi saja, maka tingkat rekurensinya tinggi. Umumnya lesi akan timbul kembali 6-8 minggu setelah pembedahan.1

Pada literatur dituliskan dari penelitian 1303 kasus kista yang terjadi pada glandula saliva, hanya 42 kasus yang merupakan ranula, dengan perbandingan laki-laki : perempuan sebesar 1 : 1,3, dengan rentang usia 3 - 61 tahun.6 Kasus ini sebetulnya jarang ditemui. Tetapi usia pasien termasuk dalam rentang usia pasien ranula yang dijumpai pada penelitian tersebut. Ranula mempunyai prevalensi 0,2 kasus per 1000 orang dan menempati peringkat 41 pada penelitian prevalensi penyakit mulut di Minnesota.

Perawatan bedah pada pasien menggunakan anastesi total. Tujuannya untuk mengkondisikan pasien menjadi lebih kooperatif.

(51)

Pada pembedahan dilakukan aspirasi cairan dan pengangkatan sebagian kecil dasar massa. Diperoleh cairan kental dan agak keruh kemudian dikirimkan ke bagian patologi. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan gambaran mikroskopis berupa sediaan jaringan bawah lidah yang dilapisi epitel pipih berlapis. Pada dermis tampak kelompokan-kelompokan kelenjar berbentuk tubular sampai bulat yang dilapisi epitel kuboid dengan epitel gepeng pada bagian basalnya. Dan tidak dijumpai tanda-tanda keganasan. Dilihat dari gambaran mikroskopis mukokel dan ranula berdasarkan beberapa literatur akan diperoleh dua macam gambaran. Pertama, gambaran yang menunjukkan tidak adanya epithelial lining yang disebut sebagai pseudocyst. Umumnya bagian dindingnya akan menunjukkan jaringan granulasi

dengan fibroblas, dengan pembuluh kecil yang berploriferasi, dan menunjukkan tanda-tanda reaksi inflamasi kronis ataupun akut. Dengan gambaran demikian maka diketahui massa tersebut diakibatkan trauma yang menimbulkan ekstravasasi mukus. Kedua, gambaran yang menunjukkan adanya epithelial lining yang disebut sebagai true cyst. Umumnya bagian dinding kista terutama terdiri dari kuboidal hingga

(52)

jaringan, maka ranula yang dialami pasien diduga merupakan ranula yang diakibatkan obstruksi duktus glandula saliva yang disebut kista retensi mukus. Karena gambaran histopatologisnya menunjukkan gambaran epitel kuboid dan epitel pipih, dan tidak dijumpai jaringan granulasi. Namun, hal yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada kasus ini tidak diketahui karena tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pasca operasi dokter gigi mengedukasi pasien untuk menghindarkan trauma pada daerah bekas luka operasi agar rekurensi tidak terjadi.

(53)

BAB 5

KESIMPULAN

Penulis dapat menyimpulkan bahwa mukokel dan ranula merupakan penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva dengan gambaran klinis yang sama, yaitu massa lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan, yang diameternya bervariasi dan keduanya sering terjadi pada anak-anak. Perbedaannya adalah lokasi massa. Mekanisme terjadinya mukokel dan ranula serta gambaran histopatologisnya pun sama, tergantung kepada etiologinya masing-masing.

Gambar

Gambar  Halaman
Gambar 2.1     Glandula saliva 14
Gambar 2.2    Mukokel ekstravasasi   mukus25
Gambar 2.3    Mukokel retensi mukus25
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sezer,dkk (2004) bahwa prevalensi lesi-lesi mukosa mulut kurang dari 1 % dari kasus Tuberkulosis paru, dan frekuensi

Terhadap 26 pasien penderita HIV/AIDS dengan kandidiasis oral disertai lesi klinis pada rongga mulut (oral), yang datang ke Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan diambil spesimen

Rahmawati : Ciri Patologis Dan Pengobatan Lesi Ulseratif Di Rongga Mulut Pada Pasien Penderita Tuberkulosis, 2003... Rahmawati : Ciri Patologis Dan Pengobatan Lesi Ulseratif Di

Seorang anak perempuan berusia 9 tahun dengan diagnosis ranula sublingualis rongga mulut sangat cemas dan merasa takut yang berlebihan dalam menerima perawatan.. Untuk

Pewarnaan mukosa mulut, dorsum lidah, gigi terjadi karena adanya ikatan antara khlorheksidin dengan protein pada jaringan mulut, mukosa oral dan permukaan gigi yang kasar serta

Teman-teman, saya akan melakukan pemeriksaan intra oral (rongga mulut) dengan cara meminta anda untuk membuka rongga mulut selama 1 menit dengan tujuan untuk saya melihat

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah kelainan yang ditandai dengan ulser yang rekuren terbatas pada mukosa rongga mulut, pada pasien tanpa tanda-tanda lain dari

Pada hasil pemeriksaan rongga mulut dan gigi geligi pada pasien dengan a nemia dapat d itemukan pucatnya mukosa, atrofi lidah dan candidiasis.. Kepucatan pada mukosa sulit