• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN (SBK) OLEH GURU DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN ADIMULYO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN (SBK) OLEH GURU DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN ADIMULYO - repository perpustakaan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Permainan

Bermain merupakan salah satu sarana untuk mengoptimalkan

perkembangan anak dan dapat melatih anak dalam menemukan sesuatu dari

pengalaman yang diperoleh daridunia sekitar.Hidayatullah (2008:4)

mengemukakan bahwa bermain merupakan cara anak untuk bereksplorasi

dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan

sesuatu dari pengalaman bermain. Sementara menurut Joan Freeman dan

Utami Munandar dalam Ismail (2007:16) mengemukakan bahwa bermain

merupakan suatu bentuk aktivitas yang membantu anak mencapai

perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral dan

emosional.

Bermain sebagai bentuk aktifitas anak dalam membantu anak

mencapai perkembangan dan mendapatkan pengalaman dari dunia sekitar,

salah satu bentuk aktifitasnya diwujudkan dalam bentuk kompetisi.Hal ini

dijelaskan oleh Loy, Mcpherson, dan Kenyon dalam Hidayatullah (2008:5)

yang menjelaskan bahwa permainan adalah berbagai bentuk kompetisi

bermain dan hasil dari kompetisi tersebut ditentukan oleh: (a) ketrampilan

fisik, (b) strategi, (c) atau kesempatan, (d) yang dilakukan secara perorangan

(2)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain

merupakan cara anak usia pra sekolah maupun usia sekolah untuk

bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Bermain sebagai bentuk aktifitas

anak diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang membantu anak berkembang

secara fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.Kegiatan tersebut

merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan yaitu kegiatan dalam bentuk

kompetisi bermain baik secara sendiri maupun secara universal.

B. Permainan Tradisional

1. Pengertian Permainan Tradisional

Kearifan lokal adalah hasil dari pola pikir masyarakat yang

bersumber dari kebiasaan dan pengalaman yang dialami oleh

masyarakat.Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia yaitu

permainan tradisional.Ismail (2007:105) mengemukakan bahwa

permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung

nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang

harus dilestarikan keberadaannya.Pendapat lainnya disampaikan oleh

Kurniati (2016:2) permainan tradisional pada hakikatnya adalah suatu

aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu,

yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat

dan diajarkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

(3)

Permainan tradisional merupakan salah satu kebudayaan bangsa

yang diwariskan secara turun temurun yang dan berkembang di wilayah

perdesaan sehingga sering disebut juga permainan rakyat.Yunus dalam

Perdani (2013:341)menjelaskan bahwa permainan tradisional sering

disebut juga permainan rakyat, merupakan permainan yang tumbuh dan

berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan

tradisional merupakan salah satu jenis permainan yang tumbuh dan

berkembang di daerah tertentu.Permainan tradisional mengandung

nilai-nilai budaya dan tata nilai-nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara

turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.Permainan

tradisional disebut sebagai permainan rakyat yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat pedesaan.

2. Manfaat Permainan Tradisional

Permainan tradisional yang sarat dengan nilai-nilai budaya

mengandung unsur rasa senang, dan hal ini akan membantu

perkembangan anak ke arah lebih baik di kemudian hari. Permainan ini

juga dapat membantu anak dalam menjalin relasi sosial baik dengan

teman sebayanya (peer group) maupun dengan teman yang usianya lebih

muda atau lebih tua.Permainan ini juga dapat melatih anak dalam

memanajemen konflik dan belajar mencari solusi dari permasalahan yang

(4)

Permainan tradisional memiliki sisi positif bagi pelakunya.

Khamdani (2010:99) menjelaskan sisi positif yang timbul dari permainan

tradisional yaitu sebagai berikut:

a. Permainan tradisional biasanya dilakukan dalam suasana suka

cita. Permainan tersebut membuat jiwa anak akan terlihat secara

utuh dan suasana keceriaan yang dibangun dari permainan

tersebut akan melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang

menyenangkan. Hal inilah yang menumbuhkan kehidupan

masyarakat dalam suasana rukun.

b. Kerukunan dapat dibangun secara bersama-sama. Permainan

dilakukan secara wajar, dalam hal ini para pelaku akan bekerja

sama dalam membuat aturan main. Para pelaku mulai belajar

untuk mematuhi aturan yang dibuat atas dasar kesepakatan

bersama.

c. Keterampilan anak akan terasah ketika membuat sesuatu

permainan dari bahan di sekitarnya. Daya kreasi anak dalam

mengasah ketrampilannya membuat kemampuan motorik anak

menjadi terasah. Pada sisi lain, proses kreatif merupakan tahapan

dalam mengembangkan daya cipta, karsa, dan imajinasi anak.

d. Pemanfaatan bahan untuk membuat permainan tidak terlepas dari

sumber daya alam di lingkungan sekitar. Akibatnya, akan terjalin

interaksi antara anak dan lingkungan sekitar. Kebersamaan

dengan alam menjadi bagian terpenting dalam proses pengenalan

(5)

e. Hubungan erat dapat melahirkan penghayatan terhadap kenyataan

hidup manusia. Alam merupakan sesuatu yang harus dihayati

keberadaannya. Oleh sebab itulah alam tidak dapat dipisahkan

dalam kehidupan manusia.

f. Melalui permainan tradisional anak memperoleh kesempatan

berkembang sesuai pertumbuhan jiwanya. Permainan tradisional

memberikan kesempatan anak mengembangkan perkembangan

dirinya sesuai dengan pertumbuhan jiwanya.

Selain terdapat sisi positif permainan tradisional bagi pelakunya,

terdapat juga sisi negatif dari permainan tradisional, Kurniati

(2016:25-28) menjelaskan kekurangan dari permainan tradisional yaitu sebagai

berikut:

a. Kata dalam lagu-lagu yang dinyayikan pada beberapa permainan

tradisional menjurus pada hal-hal yang bernuansa kasar, hal ini

dapat memberikan efek negatif bagi anak karena memang belum

sesuai dengan perkembangan mereka. Sebagai solusi dari

permainan ini redaksi kalimat diganti.

b. Bermain permainan tradisional bersifat pura-pura atau tidak

senyata-nyatanya. Kegiatan bermain ini dilakukan tidak sesuai

dengan kehidupan nyata sehingga anak-anak berperan menjadi

(6)

c. Bermain permainan tradisional dianggap mengganggu aktivitas

terutama dalam kegiatan pembelajaran karena dapat menimbulkan

kebisingan dan keributan dan hal ini dapat mengganggu proses

pembelajaran di kelas lain.

Adapaun dalam permainan tradisional memiliki ciri khas yang

membedakannya dengan permainan modern. Karakteristik permainan

tradisional menurut Perdani (2013:341-342) yaitu sebagai berikut:

a. Permainan tradisional lebih menggunakan alam sekitar sebagai

sumber bermain dan sebagai sumber alat permainan. Alat dan

bahan diperoleh dari alam sekitar sebagai contohnya, misalkan

mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, egrang yang

dibuat dari bambu atau kayu atau batok kelapa, permainan

tembak-tembakan dari tulang daun pisang atau bambu kecil, dan

lain sebagainya.

b. Permainan tradisional lebih sering dimainkan dengan jumlah

pemain yang ramai, walau beberapa dapat dimainkan hanya

berdua atau bertiga. Hal ini merupakan kekuatan dari permainan

tradisional, yaitu mengutamakan interaksi sosial dengan

mengutamakan kerjasama, kekompakan, saling asah asih asuh,

dan melatih emosi juga moral anak dalam hal ini anak selain

dituntut untuk bermain jujur juga bermain dengan adil dan penuh

(7)

c. Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan

moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran,

tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dorongan

berprestasi, menghargai orang lain, keakraban, toleransi, aktif,

kreatif, kemandirian, kepedulian terhadap lingkungan sekitar,

solidaritas, sportivitas, dan taat pada aturan.

d. Memiliki sifat yang fleksibel, yaitu permainan tradisional dapat

dimainkan di dalam ruangan maupun di luar ruangan (walau lebih

banyak dimainkan di luar ruangan atau di lapangan) dan peraturan

permainan pun dapat disesuaikan dengan kesepakatan para

pemain.

e. Pengalaman yang didapat dari pemainnya merupakan pengalaman

yang bersifat emosional yang lahir dari kontak fisik dan kontak

mata juga komunikasi antarpemain. Pengalaman tersebut

menjadikan pengalaman yang berharga ketika dewasa nanti.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat

permainan tradisional yaitu dapat membantu anak menjalin komunikasi

dengan teman sebaya, dapat mengatasi permasalahan, dapat dilakukan

bersama-sama dalam suasana sukacita, melatih kreativitas dalam

memanfaatkan alam sekitar sebagai lahan permainan dan juga mencari

alat dan bahan yang digunakan untuk membuat permainan tradisional,

melatih ketrampilan sosial, moral, emosional, fisik dan mental anak dan

(8)

3. Jenis-jenis Permainan Tradisional

Permainan tradisional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permainan

untuk bermain dan permainan untuk bertanding.Kurniati (2016:3)

menjelaskan ada dua jenis permainan tradisional yaitu permainan untuk

bermain dan permainan untuk bertanding.Permainan untuk bermain lebih

bersifat untuk mengisi waktu senggang, sedangkan permainan untuk

bertanding kurang memiliki sifat tersebut. Permainan rakyat tradisional

untuk bertanding terdiri dari tiga kelompok, yaitu:

a. Permainan yang bersifat strategis (game of strategy), seperti

permainan galah asin.

b. Permainan yang lebih mengutamakan kemampuan fisik (game of

physical skill), seperti permainan bakiak.

c. Permainan yang bersifat untung-untungan (game of change).

Berikut ini jenis-jenis permainan tradisional yang masih banyak

dilakukan oleh anak-anak, yaitu congklak, cublak-cublak suweng, egrang

dan layang-layang.

1) Congklak

Permainan ini merupakan permainan yang menitikberatkan

pada penguasaan berhitung.Permainan congklak dimainkan oleh

dua orang anak.Lokasi untuk melakukan permainan ini dilakukan

di halaman atau ruangan.Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk

permainan ini adalah congklak, biji-bijian atau batu. Prosedur

(9)

a) Anak-anak mempersiapkan congklak dengan cara menyimpan

biji atau batu di setiap lekukan sebanyak 7 buah.

b) Setelah semuanya siap anak-anak secara bersamaan

memainkan congklak sesuai dengan jumlah batu yang dimiliki.

c) Pemain yang pertama kali berhenti, maka pemain tersebutakan

dikatakan lasut (berhenti) dan harus menghentikan

permainannya dan menunggu giliran pemain lainnya untuk

bermain congklak.

d) Permainan ini dilanjutkan secara terus dengan memindahkan

satu batu ke batu lainnya. Setiap kubangan hanya boleh diisi

satu batu.

e) Permainan ini akan berhenti apabila batu atau biji yang ada di

arena kubangan telah habis disimpan di gunung. Gunung

tersebut merupakan base camp tempat menyimpan batu

pemain.

f) Pemain yang memiliki jumlah batu terbanyak dinyatakan

sebagai pemenang.

Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan congklak

adalah

a) Nilai kejujuran

Permainan congklak dilakukan oleh 2 anak yang bertujuan untuk

mengajarkan nilai kejujuran pada anak yaitu masing-masing anak

(10)

lawannya.Permainan ini dilakukan dengan memindahkan batu

atau biji-bijian pada lubang yang telah disediakan.Pada saat

memindahkan batu atau biji-bijian tersebut, pemain harus jujur

memindahkan baik di lubang miliknya maupun lubang milik

lawan dan tidak boleh memasukkannya ke lubang induk milik

lawan.

b) Nilai kecerdasan

Permainan ini mengajarkan kemampuan berhitung anak dan

melatih otak kiri anak untuk berpikir.Selain itu permainan

congklak melatih anak untuk mengatur strategi agar dapat

mengalahkan lawan.

c) Nilai sosial

Permainan ini mengajarkan nilai sosial pada anak yaitu melatih

anak menjalin hubungan yang baik dengan teman.Selain itu juga

melatih kerjasama dan melatih mengontrol emosi pada anak

(Kurniati, 2016:93).

2) Cublak-Cublak Suweng

Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak, minimal tiga

anak.Akan tetapi lebih baik antara 6 sampai delapan anak.Tujuan

dari permainan ini adalah Pak Empo(pemain yang bertugas untuk

menebak) menemukan anting (suweng) yang disembunyikan

(11)

Pada awal permainan beberapa anak berkumpul dan

mengundi atau menentukan salah satu dari pemain untuk menjadi

Pak Empo.Biasanya pengundiannya melalui pingsut atau undian

biasa.Setelah ada yang berperan sebagai Pak Empo, semua

pemain duduk melingkar.Sedangkan Pak Empo berbaring

telungkup di tengah-tengah pemain.Masing-masing anak menaruh

telapak tangannya menghadap ke atas di punggung Pak

Empo.Salah seorang pemain mengambil kerikil atau benda (benda

ini dianggap sebagai anting).Lalu pemain semua bersama-sama

menyanyikan cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari

telapak tangan yang satu ke yang lainnya, begitu terus sampai

lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali.

Setelah sampai di bait terakhir Pak Empo bangun dan pemain

lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan kiri

pemain tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu.Hal ini untuk

mengecoh Pak Empo yang sedang mencari “suwengnya”.Masing

-masing pemain mengacungkan jari telunjuk dan

menggesek-gesekan telunjuk kanan dan kiri (gerakannya) persis seperti orang

mengiris cabai. Masing-masing pemain semua tetap menyanyikan

Sir-sir pong dele gosong secara berulang-ulang sampai Pak Empo

menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.

Ketika Pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai

dari awal lagi (Pak Empo berbaring).KetikaPak Empo berhasil

(12)

menemukan pemain yang menyembunyikan antingnya maka

orang tersebut berganti peran menjadi Pak Empo.Permainan

selesai ketika masing-masing pemain sepakat menyelesaikannya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan cublak-cublak suweng

menurut Herawati dalam Nugrahastuti, dkk (2016-269-270) adalah

sebagai berikut:

a) Nilai kerjasama

Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak sehingga rasa

kebersamaan antar anak menjadi kuat.Permainan cublak-cublak

suweng dimainkan dengan gerak dan lagu. Lagu cublak-cublak

suweng dinyanyikan bersama-sama disertai dengan gerakan yang

sama antar pemainnya sehingga nuansa permainan ini menjadi

suasana kebersamaan.

b) Nilai Kreatifitas

Permainan cublak-cublak suweng melatih anak berpikir

kreatif.Permainan ini menggunakan alat yang disebut dengan

suweng, alat yang biasa digunakan adalah biji-bijian, namun

apabila biji-bijian tidak ada bisa menggunakan alat lainnya seperti

kerikil atau kancing baju.

c) Nilai kerukunan

(13)

Pada saat memainkan cublak-cublak suweng, biasanya anak

menjadi senang dan memiliki kesempatan untuk

bersosialisasi.Rasa senang pada diri anak menjadikan anak

memiliki peran dalam permainan tersebut. Anak-anak yang

pendiam, jahil, aktif maupun pasif dalam permainan akan ikut

serta dalam permainan ini sehingga tercipta suasana kerukunan

antar pemain (Nugrahastuti,dkk, 2016:269-270).

3) Egrang

Egrang merupakan sebuah permainan yang memanfaatkan

galah atau tongkat untuk berdiri dan berjalan diatas permukaan

alas.Egrang telah berkumandang selama ratusan tahun yang

lampau.Permainan ini mengandaikan pemain lebih tinggi dari

tinggi manusia ketika berdiri.Bahan yang biasa dipakai sebagai

egrang adalah bambu atau kayu.Tongkat egrang biasanya

dilengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri atau tali

pengikat.Tempat ini bertujuan untuk meletakkan kaki selama

berjalan dengan egrang.

Seseorang yang akan menggunakan egrang perlu proses

belajar karena memerlukan keseimbangan. Ketika keseimbangan

badan tidak tercapai, seseorang akan terjatuh. Egrang dapat

berbentuk pendek, tetapi dapat pula tinggi. Satu hal yang pasti,

orang yang menggunakan egrang akan berada pada posisi yang

lebih tinggi. Untuk menggunakan egrang, seseorang harus

(14)

kedua tangan berpegangan pada tongkat yang panjang.Kaki mulai

dilangkahkan secara perlahan seperti ketika seseorang

berjalan.Permainan ini menuntut unsur ketangkasan, kreativitas

dan keseimbangan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan egrang adalah sebagai

berikut:

a) Nilai kerjasama

Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak sehingga rasa

kebersamaan antar anak menjadi kuat.Permainan egrang

dimainkan oleh beberapa anak dalam hal ini permainan egrang

biasa dilakukan untuk bertanding.Apabila jumlah anak lebih dari

dua anak makan dibentuk kelompok.Oleh sebab itu permainan ini

dapat melatih kerjasama antar kelompok.

b) Nilai kerja keras

Permainan ini membutuhkan ketrampilan dari pemainnya karena

pemain memanfaatkan galah atau bambu untuk berdiri di atasnya.

Untuk terampil dalam bermain egrang para pemain harus berlatih

dahulu untuk menyeimbangkan badan karena orang yang

menggunakan egrang akan berada pada posisi lebih tinggi. Oleh

sebab itu nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain

untuk berlatih menggunakan egrang dan berusaha untuk

(15)

Permainan ini melatih anak untuk menghargai orang lain.

Permainan ini dilakukan dengan cara bertanding antar

masing-masing kelompok dan masing-masing-masing-masing kelompok saling

menghargai keputusan yang diperoleh setelah selesai permainan

dan tidak berbuat curang pada saat berlangsungnya permainan.

Oleh sebab itulah permainan ini menjunjung sportivitas yang

tinggi antar kelompok (Khamdani, 2010:25).

4) Ular Naga

Permainan ular naga dapat mengembangkan kepemimpinan

dan kerjasama antarteman.Permainan ini berguna untuk melatih

gerakan dasar berjalan, kemampuan bahasa dan bernyanyi, serta

melatih kesabaran untuk antri dan bekerjasama antar

teman.Permainan ini tidak membutuhkan perlengkapan apapun.

Permainan ini dimulai dengan meminta dua orang teman

yang paling tinggi untuk menjadi gapura.Caranya dengan saling

berpegangan tangan di antara keduanya. Anak-anak yang lain

berbaris ke belakang sambil bernyanyi. Anak yang paling depan

berjalan memasuki gapura kemudian memutar diikuti anak-anak

lainnya. Ketika lagu yang dinyanyikan berhenti, anak yang

tertangkap di gapura akan diberikan pilihan rahasia untuk

bergabung menjadi anggota dari salah satu penjaga gapura.

Gapura yang paling banyak pengikutnya akan menjadi pemenang,

sementara yang kalah harus menangkap orang yang paling

(16)

Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan ular naga adalah

sebagai berikut:

a) Nilai kerjasama

Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak sehingga rasa

kebersamaan antar anak menjadi kuat.Permainan ular naga

dimainkan oleh beberapa anak dalam hal ini permainan ular

nagamelatih kerjasama anak supaya tidak menjadi milik

gapura.Oleh sebab itu permainan ini dapat melatih kesabaran anak

yaitu anak-anak antri dan berurutan untuk melewati gapura.

b) Nilai sportivitas

Permainan ular naga dilakukan oleh beberapa anak baik anak

laki-laki maupun anak perempuan.Permainan ini dilakukan dengan

masing-masing anak melewati gapura yang dijaga oleh dua anak,

pada saat anak memasuki gapura dan lagu berhenti, maka anak

tersebut harus berhenti untuk menerima pilihan yang ditentukan

berdasarkan kesepakatan kelompok. Permainan ini melatih anak

untuk tidak berbuat curang dan harus menghargai keputusan dari

kelompok pada saat berlangsungnya permainan (Khamdani,

(17)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapatjenis-jenis permainan tradisional yang mengandung nilai kebudayaan serta

ketrampilan yang terkandung di dalamnya seperti congklak, egrang,

cublak-cublak suweng, ular naga dan lompat tali. Permainan tersebut

digunakan oleh guru sebagai media untuk menciptakan suasana kelas

yang menyenangkan, permainan tradisional yang digunakan oleh guru

dalam proses pembelajaran SBK adalah cublak-cublak suweng yaitu

dengan cara guru meminta 5 anak untuk bermain sebagai pemegang

suweng dan salah satu anak sebagai Pak Empo.

Inovasi permainan ini dengan cara anak-anak bernyanyi lagu

cublak-cublak suweng disertai dengan gerakan sehingga terlihat menarik. Selain

permainan cublak-cublak suweng, guru juga memanfaatkan permainan

egrang yaitu guru menyuruh anakmembuat egrang sesuai dengan

kreatifitas anak untuk dipertandingkan dengan teman-temannya. Oleh

karena itu, diharapkan guru dapat menggunakan permainan tradisional

sebagai media untuk pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran Seni

Budaya dan Ketrampilan (SBK), dengan begitu dapat tercipta suasana

kelas yang menyenangkan bagi siswa.

C. Mengelola Pengajaran Permainan Anak

Menentukan dan memelihara lingkungan belajar yang produktif

merupakan bagian penting dari tanggung jawab guru.Guru dapat diartikan

(18)

Guru adalah semua orang yang mempunyai kewenangan dan tanggung

jawab terhadap pendidikan anak, baik secara individual ataupun klasikal,

baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mengingat demikian berat tugas

dan pekerjaan guru, maka guru harus memenuhi persyaratan-persyaratan

pokok yang mungkin seimbang dengan posisi untuk menjadi guru.Zakiyah

Darajat dkk dalam Sagala (2011:21) menjelaskanbahwa tidak sembarang

orang dapat melaksanakan tugas guru. Tetapi orang-orang tertentu yang

memenuhi persyaratan yang dipandang mampu, yakni (1) bertaqwa kepada

Allah SWT, (2) berilmu, (3) berkelakuan baik, dan (4) sehat jasmani .

Menentukan dan memelihara lingkungan belajar yang produktif

merupakan bagian penting dari tanggungjawab guru. Strategi dalam

mengelola aktivitas anak yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Merencanakan untuk aktivitas maksimum bagi anak;

2. Guru menempatkan posisi yang tepat pada saat mengjar;

3. Memberikan peralatan yang cukup untuk meningkatkan watu

latihan dan mengurangi waktu menunggu;

4. Membuat kelompok dengan jumlah anggota yang kecil;

5. Menghindari permainan yang mengeliminasi atau menyisihkan

pelajaran;

6. Mempersiapkan peralatan sebelum mulai pelajaran;

7. Menjaga keterlibatan anak melalui suatu aktivitas;

8. Merencanakan aktivitas yang memberikan kesempatan anak

(19)

Adapun peran guru adalah memberikan pengalaman belajar untuk

mencapai hasil atau tujuan tertentu. Mulyasa (2011:37-62) menjelaskan

peran guru dalam mengelola situasi pembelajaran dengan menggunakan

permainan tradisional yaitu sebagai berikut:

a.Guru sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing, guru diibaratkan sebagai pembimbing

perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya guru

bertanggung jawab terhadap kelancaran perjalanan tersebut.Istilah

perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik proses belajar di

kelas maupun di dalam kelas. Sebagai pembimbing, guru harus

merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,

menetapkan jalan yang ditempuh, menggunakan petunjuk

perjalanan, serta menilai kelancaran perjalanan tersebut.Hal tersebut

dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan anak, tetapi guru

memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.

b. Guru sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut

guru untuk bertindak sebagai pelatih. Guru harus berperan sebagai

pelatih, yaitu bertugas melatih anak dalam pembentukkan

kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing anak. Oleh

sebab itu, guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua

(20)

c. Guru sebagai Pendorong Kreativitas

Sebagai orang yang kreatif, guru harus menyadari bahwa

kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal, oleh karena

itu semua kegiatan harus ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh

kesadaran itu. Guru adalah seorang kreator dan motivator untuk

mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.

Guru harus berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam

memahami kebutuhan anak sehingga anak akan menilainya bahwa

guru tersebut merupakan sosok yang kreatif karena melakukan

sesuatu yang berbeda atau tidak monoton.

d. Guru sebagai Evaluator

Evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks

karena tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian

merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses

untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh

anak. Guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang

memadai yaitu seperti melaksanakan penilaian dengan teknik yang

sesuai yaitu teknik tes dan nontes, jumlah instrumen yang

diperlukan, dan kemudian dianalisis untuk membuat tafsiran tentang

kualitas prestasi belajar anak, baik dengan acuan kriteria (PAP)

maupun dengan acuan kelompok (PAN). Selain menilai hasil belajar

anak, guru juga perlu menilai dirinya sendiri, baik sebagai

(21)

Berdasarkan penjelasan tentang permainan tradisional dalam

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat ditarik simpulan bahwa

guru harus menjadi pengajar, pembimbing, pendorong kreativitas dan

evaluator bagi siswa.Setiap pembelajaran termasuk pembelajaran dengan

memanfaatkan permainan tradisional diperlukan peran guru untuk

mendampingi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan

sebagai bentuk media untuk menyampaikan materi yang diajarkan.

D. Pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) 1. Pengertian Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK)

Pembelajaran seni budaya dan ketrampilan di sekolah merupakan

bentuk integrasi dari bidang ilmu pendidikan, bidang ilmu seni dan ilmu

pengetahuan.Pembelajaran mencakup seni musik, seni tari dan seni

drama dan juga dibekali keterampilan yang bertujuan agar anak dapat

berekspresi, berkreasi dan berapresiasi terhadap karya seni. Pengertian

mata pelajaran seni budaya dan keterampilan sesuai yang diamanatkan

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu

mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek

kehidupan. Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan diberikan di

sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap

kebutuhan perkembangan anak, yang terletak pada pemberian

pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan bereskpresi atau berkreasi dan

berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui

(22)

2. Tujuan Pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK)

Tujuan dari mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) di

sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah adalah untuk mengembangkan

sikap dan kemampuan siswa agar bisa berkreasi, berkreativitas, dan

menghargai kerajinan atau keterampilan seseorang.Secara umum mata

pelajaran SBK bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan

anak agar mampu berkreasi dan peka dalam kesenian, atau agar dapat

memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi. Susanto

(2014:265-266) menjelaskan tujuan pembelajaran SBK agar anak

memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan ketrampilan b. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan

ketrampilan

c. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan d. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan

dalam tingkat lokal, regional, maupun global.

3. Ruang lingkup

Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan diajarkan di sekolah

karena mengandung keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan

dengan memperhatikan perkembangan anak dalam mencapai

multi-kecerdasan. Susanto (2014:263-264) menjelaskan mata pelajaran SBK

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Seni rupa, aspek ini berkaitan dengan kemampuan visual dan

ketrampilan tangan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan,

dan nilai dalam menghasilkan karya seni. Pada jenjang Sekolah

(23)

cetak-b. Seni musik, aspek ini berkaitan dengan kemampuan musikal dan

vokal. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) pembelajaran mencakup

kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik,

apresiasi kaya musik.

c. Seni tari, aspek ini berkaitan dengan kemampuan mengolah

anggota tubuh. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) pembelajaran

mencakup ketrampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan

tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.

d. Seni drama, aspek ini berkaitan dengan kemampuan penjiwaan

dan bermain peran. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD)

pembelajaran mencakup ketrampilan pementasan dengan

memadukan seni musik, seni tari dan peran.

e. Keterampilan, dalam aspek ini berkaitan segala aspek kecakapan

hidup (life skills) yang meliputi keterampilan personal,

keterampilan sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan

akademik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) di Sekolah Dasar merupakan mata

pelajaran yang mengandung seni dan ketrampilan. Pembelajaran SBK di

sekolah bersifat unik, bermakna dan bermanfaat bagi anak karena proses

pembelajarannya memberikan pengalaman estetik sehingga anak dapat

berekspresi atau berkreasi dengan kemampuan yang dimilikinya selain

itu dapat melatih anak untuk menghargai karya orang lain melalui

apresiasi karya seni. Pembelajaran SBK di sekolah dasar terdiri dari seni

(24)

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk

menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai

penelitian, namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah

dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai permainan

tradisional, penelitian yang relevan dilakukan oleh:

1. Penelitian Prima Nataliya (2015) dengan judul Efektifitas Penggunaan

Media Pembelajaran Permainan TradisionalCongklak Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Siswa Sekolah Dasar, hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan

berhitung siswa SD sebelum dan setelah diberikan media pembelajaran

berupa permainan tradisional congklak dengan nilai t =-5,776 dan p

=0,000<0,05, yaitu rata-rata kemampuan berhitung siswa SD setelah

diberikan media pembelajaran berupa permainan tradisional congklak

lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan siswa SD sebelum

diberikan media pembelajaran berupa permainan tradisional congklak.

Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran berupa permainan

tradisional congklak efektif untuk meningkatkan kemampuan berhitung

siswa SD.

2. Penelitian Laila Hikmawati (2016) dengan judul Kemampuan Guru

Dalam Memanfaatkan Permainan Tradisional di PAUD Sarwo Agung

Bejiharjo Kara, hasil penelitianmenunjukkan bahwa kemampuan guru

(25)

baik yaitu guru terlibat langsung dan berperan sebagai pemandu serta

pelaksana permainan tradisional. Sebelum pembelajaran dimulai, guru

sudah menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi materi ajar,

sarana pembelajaran dan perangkat evaluasi hasil belajar. Guru memulai

pembelajaran dengan kegiatan belajar sambil bermain yang meliputi

bermain ombak banyu, lompat tali dan sundamandah.

3. Penelitian Pallab Ghosh (2015) dengan judul Traditional Sports and

Games Culture Around West Bengal, hasil penelitian menujukkan bahwa

permainan yang berasal dari daerah West Bengal, sebuah negara yang

terletak di wilayah timur Indiatersebut merupakan daerah pedesaan.

Anak-anak bermain di dalam ruangan maupun luar ruangan dengan

menggunakan permainan yang memiliki nilai dan warisan budaya, oleh

karena itu permainan menjadi sumber latihan yang sangat penting baik

fisik maupun mental anak.

4. Penelitian Rusiana dan Nuraeniningsih (2016) dengan judul Teaching

English To Young Learners Through Traditional Games, hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan permainan berperan penting dalam

pembelajaran bahasa inggris di SD. Pembelajaran dilakukan dengan cara

guru membuat situasi pembelajaran dalam hal ini siswa memiliki

kesempatan untuk menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi,

pertukaran informasi dan mengekspresikan pendapat. Permainan

(26)

Adapun persamaan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti

dengan keempat penelitian yang relevan tersebut adalah permainan

tradisional dapat dimanfaatkan oleh dalam proses pembelajaran dengan cara

melibatkan guru dan siswa. Guru dapat terlibat dalam memandu

pelaksanaan kegiatan dan siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar

dengan menggunakan permainan tradisional. Ketrampilan yang diperoleh

anak melalui bermain permainan tradisional dapat menjadi sumber latihan

fisik dan mental anak.

Perbedaan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dengan

keempat penelitian yang relevan tersebut adalah penelitian yang akan

dilaksanakan menekankan pada proses pembelajaran yang menggunakan

permainan tradisional oleh guru dalam mata pelajaran Seni Budaya dan

Ketrampilan (SBK). Metode yang akan digunakan dalam penelitan adalah

metode survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

F. Kerangka Pikir

Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan

bervariasi merupakan suatu tuntutan yang harus dilaksanakan oleh guru

sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Berbagai kegiatan yang dapat

menunjang proses pembelajaran digunakan guru salah satunya dengan

memanfaatkan permainan tradisional. Permainan tradisional selain sebagai

sarana bermain anak-anak juga dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai media

(27)

Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam bentuk yang

berbeda yaitu suasana pembelajaran dengan menggunakan sarana permainan

tradisional anak. Melalui permainan tradisional dalam pembelajaran di kelas

ini diharapkan siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar. Setelah siswa

menjadi tertarik dalam belajar, siswa tersebut mengenal jenis-jenis

permainan tradisional di sekolah dan siswa akan melakukan permainan

tradisional di sekolah.

Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar Variasi kegiatan

dalam situasi pembelajaran SBK

Penggunaan Permainan tradisional dalam pembelajaran SBK

Siswa mengenal dan melakukan

permainan tradisional di

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian mendapati tahap kesediaan guru di negeri Pahang terhadap VLE1BestariNet dari aspek sikap, literasi, fasiliti dan akses teknologi secara

Meskipun produksi biogas total tertinggi dihasilkan dari substrat dengan komposisi campuran rumput gajah dan kotoran sapi 40:60, tetapi setelah substrat mencapai

” Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah

Berdasarkan hasil penelitian dengan persamaan regresi yang menggunakan variabel laba akuntansi dan arus kas menunjukkan bahwa variabel laba akuntansi lebih mempunyai

Fenomena fisis yaitu degradasi kekuatan tarik dan peran irganok 245 sebagai penghambat oksidasi pada polipaduan PP- NR sesuai dengan perubahan kristalinitas dan morfologi dari

Leksem [b฀a฀i] adalah sebuah kegiatan dengan ciri semantis yang dilakukan oleh satu atau beberapa manusia, dalam posisi duduk, berdiri, berbaring, atau bertelungkup,

Program pembelajaran IPBA secara physical science, efektif ditinjau dari dua aspek yaitu: (1) lebih unggul secara signifikan dalam meningkatkan pengetahuan IPBA

[r]