• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN

MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Kelas X SMK N 7 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh: Gres Oktavina Dimara

NIM : 111334002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN

MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Kelas X SMK N 7 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : Gres Oktavina Dimara

NIM : 111334002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang selalu menuntun perjalananku dan senantiasa memberi kekuatan di dalam hidupku.

Bapa dan Mama yang senantiasa memberikan perhatian. dukungan dan doanya selama ini.

Kakak dan adik saya yang selalu memberikan semangat dan dukungan

Keluarga, Sahabat, Teman

Teman seperjuangan skripsi

(6)

MOTTO

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,

Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius, 11:26)

“Akulah pokok-pokok anggur dan kamulah ranting-rantingya.

Barangsiapa tinggal didalam aku dan aku didalam dia, dia berbuah banyak, sebab diluar aku kamu tidak dapat

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 januari 2019

Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Gres Oktavina Dimara

Nomor Mahasiswa : 111334002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN

MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA.

Studi Kasus Kelas X SMK N 7 Yogyakarta

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 januari 2019

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN

MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Kelas X SMK N 7 Yogyakarta

Gres Oktavina Dimara Universitas Sanata Dharma

2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa, (2) hubungan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa SMK 7 Yogyakarta yang dilakukan pada bulan juni 2018. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X SMK 7 Yogyakarta. Sampel sebanyak 95 siswa diambil dengan teknik

purposive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan analisis dengan menggunakan korelasi Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,249; p = 0,015); (2) tidak ada hubungan signifikan dan

positif antara motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa ( r hitung = 0,094; p =

(10)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION ABOUT TEACHER’S TEACHING SKILLS AND STUDENT LEARNING

MOTIVATION AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study on Students of SMK 7 Yogyakarta

GresOktavinaDimara

Sanata Dharma University Yogyakarta

2018

This study aims to find out: (1) the relationship between students perception about teacher’s teaching skills and student learning achievement; (2) the relationship between student learning motivation and student learning achievement.

This research is a case study conducted at SMK 7 Yogyakarta in June 2018. The population of this study were all students at SMK 7 Yogyakarta. The samples were 95 students taken by purposive sampling technique. Data were collected by questionnaire and analyzed by using product moment correlation.

The results of this study show that: (1) there is positive and significant

relationship between student perception about teacher’s teaching skills and student learning achievement (r hitung = 0,249; p = 0,015); (2) there is no positive and

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRCT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

(12)

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 6

A. Tinjuan Teoritik ... 6

1. Persepsi Tentang Keterampilan Mengajar Guru ... 6

2. Prestasi Belajar ………. 23

3. Motivasi Belajar ……… 28

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ………... 37

C. Kerangka Berfikir ... 38

1. Hubungan keterampilan guru dengan prestasi belajar ... 38

2. Motivasi belajar dengan prestasi belajar ... 39

D. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu ... 41

1. Tempat Penelitian ... 41

2. Waktu Penelitian ... 41

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

1. Subjek Penelitian ... 41

2. Objek Penelitian ... 41

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

(13)

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 42

E. Variable Penelitian dan Pengukuran Variabel ... 42

1. Variable Penelitian ... 42

2. Pengukuran Variabel ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Kuesioner (Angket) ... 46

2. Observasi ... 47

G. Pengujian Instrumen Penelitian... 47

1. Pengujian Validitas ... 47

2. Pengujian Reliabilitas... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

1. Teknik Analisis Deskriptif ... 49

2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 51

3. Pengujian Hipotesis ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 53

A. Sejarah Singkat Berdirinya SMK 7 Yogyakarta ... 53

B. Tujuan, Visi, dan Misi SMK 7 Yogyakarta ... 53

C. Lokasi Penelitian ... 54

D. Lembaga ... 55

E. Kerjasama Dengan Du/Di ... 55

F. Program Keahlian, Data Siswa, Data Guru ... 56

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

(14)

1. Persepsi Siswa tentang Keterampilan Mengajar Guru ... 58

2. Motivasi Belajar ... 59

3. Prestasi Belajar Siswa ... 60

B. Uji Prasyarat Analissi Data ... 61

1. Pengujian Normalitas ... 61

C. Pengujian Hipotesis ... 63

1. Hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa ... 63

2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar ... 63

D. Pembahasan ... 66

1. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa ... 66

2. Hubungan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Skror item-item pertanyaan ... 43

Tabel 3.2 Indikator Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru ... 44

Tabel 3.3 Indikator Motivasi Belajar siswa ... 46

Tabel 3.4 Tingkat Keterhandalan Variabel ... 49

Tabel 3.5 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 50

Tabel 3.6 Rentang Skor Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Motivasi Belajar Siswa ... 50

Tabel 3.7 Interval Skor Prestasi Belajar ... 51

Tabel 3.8 Interprestasi Koefisien Korelasi ... 52

Tabel 5.1 Deskripsi Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru ... ... 58

Tabel 5.2 Deskripsi Motivasi Belajar... 59

Tabel 5.3 Interval Skor Prestasi Belajar ... 60

Tabel 5.4 Keterampilan Mengajar Guru ... 61

Tabel 5.5 Interprestasi motivasi Belajar... 62

Tabel 5.6 Interprestasi Koefisien Korelasi ... ... 63

(16)

Tabel 5.8 . Hasil Pengujian Korelaso Variabel Motivasi Belajar Siswa dengan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrument Penelitian ... 76

Lampiran 2 Data Induk ... 82

Lampiran 3 Deskripsi Data ... 91

Lampiran 4 Uji Normalitas ... 93

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan,

dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung

yang mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

dengan kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidkan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidkan Akuntansi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

(19)

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaiakn skripsi ini dengan baik;

5. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi,

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuan serta bantuan bagi penulis selama proses

perkuliahan;

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi

Pendidkan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang

telah membantu administrasi kemahasiswaan selama proses perkulihan;

7. Ibu Sri Wahyuni selaku orang tua wali saya yang ada di yogya atau biasa

saya panggil Mak, terimakasih atas semua bantuan doa, perhatian, kasih

sayang dan motivasi tentang kehidupan yang selalu diberikan kepada saya

sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan lancar.

8. Kepada Bapak saya Alm. Laurens Dimara terimakasih karena sudah

memberikan panutan yang baik kepada kita selaku anak dan Ibu saya

Katerina Wanane yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian,

dukungan, nasihat dan doa selama saya kuliah dan menyelesaikan skripsi;

9. Kakakku yang selalu memberikan perhatian dan dukungan selama penulis

kuliah dan penyelesaikan skripsi.

10.Terimakasih kepada ade ku Elisabeth Wanane yang selalu menemani saya

dan memberikan motivasi kepada saya agar dapat menyelesaikan skripsi

(20)

11.Bapak Pdt. Larry Nathan Kurniadi yang telah memberikan dukungan

melalui perhatian dan motivasi-motivasi sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi.

12.Semua keluarga besarku terimakasih atas, dukungan dan doa yang

diberikan selama ini;

13.Semua teman-teman seperjuangan PAK 2011. Terimaksih atas dukungan

dan kebersamaannya;

14.Sahabatku Cahyo Nugroho, Fransisca Ayu Dewi, Diah Triwahyuni, Maria

C. Stefany, Lince Elisabeth Kendi, Maria Mahardika Faan, Margaretha

Erlin, Dessy Rehi, Heidy Fabiola, Ayu Gayatri, Paul Dias, Beata, Mami,

Mas Dian, teman-teman Abigail Fitri, Venna, Talenta, Ellisa dsb.

Terimaksih untuk semua bantuan, dukungan dan kebersamaanya;

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, untuk bantuan

dan dukunganya selama ini;

16.Dalam penyusunan skiripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari

kesempurnaan karena atas keterbatasan dan kekurangannya. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan guna untuk

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Penulis

(21)

1 BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah tindakan khas manusia yang berarti pendidikan

berlangsung dari, oleh, dan untuk manusia. Pendidikan merupakan masalah

yang penting bagi setiap negara terlebih bagi negara yang sedang

berkembang termasuk Indonesia. Pendidikan erat kaitannya dengan sistem

pengajaran yang digunakan, baik materi, anak didik, lingkungan dan lain

sebagainya. Dalam dunia pendidikan, guru merupakan figur sentral dalam

penyelenggaraan pendidikan, karena guru adalah sosok yang sangat

diperlukan untuk memacu keberhasilan peserta didiknya. Betapapun

baiknya kurikulum yang dirancang ahli dengan ketersediaan peralatan dan

biaya peralatan serta biaya yang cukup sesuai dengan pendidikan, namun

pada akhirnya keberhasilan pendidikan secara profesional terletak ditangan

guru.

Dengan demikian berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung

pada pertanggung jawaban guru dalam melakasanakan tugasnya. Guru

merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada

pada posisi yang sangat strategis bagi seluruh upaya reformasi pendidikan

yang berorientasi pada pencapaian kualitas. Posisi guru menjadi sangat

(22)

peningkatan kualitas pendidikan dalam suatu sistem persekolahan akan

menjadi tidak berarti jika tidak disertai oleh adanya guru profesional.

Guru merupakan penentu prestasi belajar siswa dimana prestasi belajar

merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan proses belajar

mengajar, indikator pencapaian prestasi belajar dapat ditunjukan salah

satunya dengan menggunakan evaluasi belajar berupa tes atau ulangan

harian yang nantinya dengan nilai dari evaluasi tersebut dapat diketahui

seberapa besar pencapaian prestasi belajar seorang siswa. Dengan

menganalisis prestasi belajar siswa maka akan menjadi evaluasi bagi semua

komponen pendidikan untuk tetap berupaya meningkatkan mutu

pendidikan. Dengan demikian prestasi belajar menempati posisi penting

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Proses belajar mengajar akan cenderung menimbulkan kebosanan

dalam diri siswa jika tidak diimbangi dengan keterampilan guru dalam

menyampaikan materi dengan aktif, kreatif, dan inovatif. Selain itu dari

pihak siswa itu sendiri juga harus mempunyai motivasi dorongan untuk

selalu berprestasi dengan belajar tekun, rajin, dan disiplin dalam mengikuti

setiap proses belajar mengajar. Keterampilan mengajar guru dalam

menyampaikan materi disertai dengan dorongan dalam diri siswa untuk

tetap berprestasi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar ekonomi

peserta didik. Berdasarkan karakteristik tersebut maka diduga prestasi

belajar siswa ditentukan oleh keterampilan mengajar guru dan motivasi

(23)

Guru sebagai seorang pendidik harus mampu mengolah kegiatan

belajar mengajar sedemikian rupa sehingga suasana menjadi fun

(menyenangkan), demokratis dan terbuka. Seorang guru juga dituntut untuk

memiliki beberapa kompetensi menurut Hamalik (2003:36) “Proses belajar

dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola,

struktur dan misi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh

kompetensi guru yang mengajar mereka dan membimbing”.

Guru yang kompeten dalam hal ini adalah keterampilan dalam

mengadakan pembelajaran yang lebih mampu menciptakan lingkungan

belajar yang efektif, menyenangkan dan lebih mampu mengelola kelasnya

sehingga proses belajar para siswa dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Dalam proses pembelajaran motivasi dari dalam diri sendiri juga turut

menentukan hasil belajar, sebaik apapun sarana belajar, susunan kurikulum,

kondisi sekolah namun ketika tidak didukung motivasi berprestasi dari

dalam diri peserta didik itu sendiri maka hasil belajar tidak akan bisa

maksimal. Motivasi berprestasi dapat ditandai dengan seberapa besar

intensitas kemauan belajar siswa nantinya.

Berdasarkan permasalahan yang terpapar diatas, penulis tertarik untuk

menyelidiki “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Keterampilan

Mengajar Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

Siswa Smk Negeri 7 Yogyakarta” penelitian ini merupakan penelitian

(24)

B. Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui prestasi

belajar siswa SMK 7 Yogyakarta. Ada banyak faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar siswa. Agar penelitian lebih terarah maka peneliti

hanya menunjukan sejauhmana hubungan persepsi siswa tentang

keterampilan mengajar guru dan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar

siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Adakah hubungan positif antara persepsi siswa tentang keterampilan

mengajar guru dengan prestasi belajar siswa?

2. Adakah hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk menyediakan

bukti tentang

1. Ada tidaknya hubungan yang positif antara persepsi siswa tentang

keterampilan guru dengan prestasi belajar siswa.

2. Ada tidaknya hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan

(25)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tentang faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Sehingga dapat di jadikan sebagai

perencanaan pembelajaran yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

2. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini guru sebagai fasilitator dapat memberikan

masukan yang positif terhadap peserta didiknya sehingga dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan

dunia pendidikan yang memberikan informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar.

4. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan di dunia kerja secara nyata. Karena

penulis juga menempuh pendidikan di fakultas Keguruan dan ilmu

Pendidikan, maka jika kelak menjadi seorang pendidik harus menjadi

(26)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritik

1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar guru

a. Pengertian Persepsi

Menurut Slameto (2003:102), Persepsi adalah proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui

persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan

lingkungannnya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera

penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman. Menurut

Walgito (2004:88), persepsi merupakan pengorganisasian,

penginterprestasikan terhadap stimulus yang diinderakan sehingga

merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated

dalam diri individu. Kotler (2000:54) menjelaskan persepsi sebagai

proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan

gambaran keseluruhan yang berarti.

Mangkunegara berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses

pemberian arti atau makna terhadap lingkungan(Arindita, 2002:49).

Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan

stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap

(27)

perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003:101)

mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu

sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada

lingkungan mereka. Leavitt membedakan persepsi menjadi dua

pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas(Rosyadi, 2001: 95).

Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan,

bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas

mengartikannya sebagaimana seseorang memandang atau mengartikan

sesuatu.

Irwanto (2002:71) mengungkapkan persepsi merupakan proses

diterimanya rangsangan berupa objek, kualitas, hubungan antar gejala,

maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti.

Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan

terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep

yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut.

b. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Menurut Walgito (2005:101) terdapat beberapa faktor yang

berperan dalam persepsi. Faktor tersebut antara lain:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

(28)

yang bersangkutan dan langsung mengenai syaraf penerima yang

bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang

dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensori sebagai alat

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat

untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas

indivindu yang ditunjukan kepada suatu atau sekumpulan objek

(Walgito, 2010:101). Slameto (2010:102) menyatakan bahwa bagi

para guru mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang

bersangkutan dengan persepsi sangat penting karena:

a) Makin baik suatu objek, orang, peristiwa, atau hubungan

diketahui, makin baik objek, orang peristiwa, atau hubungan

tersebut dapat di ingat;

b) Dalam pengajaran menghindari salah pengertian merupakan

(29)

salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang

keliru atau yang tidak relevan;

c) Jika dalam pengajaran seorang guru perlu mengganti benda

yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda

tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar dan

potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang

keliru.

Dari beberapa pengertian persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi,

mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan

pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya

untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti terhadap

suatu objek. Suatu proses yang memungkinkan seseorang mengerti

akan objek atau peristiwa atau objek yang lain berdasarkan

rangsangan yang diterima.

c. Keterampilan Mengajar Guru

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan

melibatkan berbagai komponen yang saling berkaitan. Oleh karena

itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan

berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar guru.

Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi

pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari

(30)

DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar

adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara

paling efisien dan efektif. Dalam hal ini sebisa mungkin guru

dalam mengajar menggunakan cara-cara yang lebih singkat dan

tepat, tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mengajar namun

siswa dapat mencerna dengan tepat materi yang diajarkan. Alvin

W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar

adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing

seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan

skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan

knowledge (pengetahuan). Berdasarkan pengertian tersebut maka

yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah

seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam

melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta

membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada

lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar

guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap

kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Hasibuan dan Moedjiono (2009:58) mengutarakan

macam-macam keterampilan dasar mengajar guru yang diutamakan

(31)

1) Keterampilan memberikan penguatan

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru

dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa

yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

2) Keterampilan bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari

seseorang yang dikenal. Respons yang diberikan dapat berupa

pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil

pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang

mendorong kemampuan berfikir.

3) Keterampilan menggunakan variasi

Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam

konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi

kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa

senantiasa menunjukkan ketekuan, keantusiasaan, serta berperan

serta aktif.

4) Keterampilan menjelaskan.

Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang

diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan

hubungan. Penekanan dalam memberikan penjelasan adalah

(32)

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk

menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian

siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup

pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti

pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran

menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui

tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam

proses belajar-mengajar.

6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai

perbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya

melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang

untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat

dikerjakan dengan membagi kelas ke dalam kelompok –

kelompok yang lebih kecil. Guru harus mampu membimbing

beberapa kelompok kecil tersebut bahkan perorangan.

7) Keterampilan mengelola kelas.

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru

untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal

dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi

gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan siswa ketika terjadi

(33)

pembelajaran ataupun memberikan kegiatan remedial bagi siswa

yang dinilai kurang memenuhi standar penilaian.

8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan

melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka

kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau

pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu

masalah.

Turney (Usman, 2010:74) mengemukakan ada 8 (delapan)

keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan

dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:

a) Keterampilan bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon

dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat

berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan

hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif

yang mendorong kemampuan berpikir.

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan

peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik

akan memberikan dampak positif terhadap siswa.

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang tidak

dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar karena

(34)

dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru

maupun pada siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu

memberikan informasi akan berubah menjadi banyak

mengundang perhatian siswa, sedangkan siswa yang

sebelumnya secara pasif mendengarkan keterangan guru akan

berubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya,

menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Hal ini

akan menimbulkan cara belajar yang aktif. Beberapa

komponen keterampilan bertanya sebagai berikut:

1. Keterampilan dasar bertanya yang meliputi pengungkapan

pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan agar

siswa dapat menjawab dengan tepat, pemindahan giliran

menjawab, penyebaran pertanyaan, pemberian waktu

berfikir, pemberian tuntutan.

2. Keterampilan bertanya lanjutan, meliputi: pengubahan

tuntutan tingkat kognitif pertanyaan, pengaturan urutan

pertanyaan secara logis. Pertanyaan melacak sejauh mana

kemampuan berfikir siswa. Keterampilan mendorong

terjadinya interaksi antar siswa.

b) Keterampilan memberikan penguatan.

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon

bersifat verbal ataupun non verbal yang bertujuan

(35)

penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau

koreksi. Komponen keterampilan memberikan penguatan

meliputi penguatan verbal berupa kata-kata atau kalimat yang

diucapkan guru; penguatan gestural dalam bentuk mimik,

gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan

kesan kepada siswa; penguatan dengan cara mendekati siswa

untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah

laku, atau penampilan siswa; penguatan dengan memberikan

kegiatan yang menyenangkan, penguatan dengan sentuhan;

penguatan dengan tanda-tanda untuk menunjang tingkah laku

siswa yang positif.

Dalam menggunakan komponen harus bervariasi,

pemberian penguatan lebih baik dilakukan secara langsung dan

segera. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan secara

tidak penuh dapat diberikan. Memberikan penguatan diartikan

dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu

tingkahlaku tertentu siswa yang memungkinkan tingkahlaku

tersebut timbul kembali.

c) Keterampilan mengadakan variasi.

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks

proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk

mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar

(36)

antusiasme, serta penuh partisipasi. Komponen keterampilan

memberi variasi meliputi: variasi suara, pemusatan perhatian,

kesenyapan, kontak pandang, gerakan badan dan mimik, serta

perubahan posisi guru.

d) Keterampilan menjelaskan.

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara

lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan

adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian

informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan

urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.

Komponen keterampilan menjelaskan meliputi kejelasan

menyampaikan materi, penggunaan contoh dan ilustrasi,

memberikan penekanan, pengorganisasian, pemberian umpan

balik.

e) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan

yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar

untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun

perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga

usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap

kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah

kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran

(37)

dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa

yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian

siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses

belajar-mengajar. Komponen keterampilan membuka dan menutup

pelajaran meliputi dua hal.

1. Membuka pelajaran

Menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi,

memberikan acuan berupa gambaran yang jelas kepada siswa

mengenai hal-hal yang akan dipelajari, membuat kaitan

antara aspek-aspek yang relevan dari mata pelajaran yang

dikenal siswa.

2. Menutup pelajaran

Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu akhir

kegiatan, beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menutup

pelajaran yaitu meninjau kembali dengan cara merangkum

inti pelajaran dan membuat ringkasan, mengevaluasi dengan

berbagai bentuk evaluasi.

f) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang

melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang

informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,

pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi

(38)

menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah

melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir,

berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Komponen

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil meliputi:

Pemusatan perhatian, memperjelas permasalahan, menganalisa

pandangan siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi,

menutup diskusi.

g) Keterampilan mengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan

dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar

mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian

tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,

pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas

oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Komponen keterampilan mengelola kelas meliputi:

1. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan

pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dengan cara

menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian,

memusatkan perhatian kelompok, memberikan

(39)

2. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi

belajar yang optimal dengan cara memodifikasi tingkah laku,

mengeloa kelompok, menemukan dan memecahkan tingkah

laku yang menimbulkan masalah.

h) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu

berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang

untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan

perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian

terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih

akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan

perorangan meliputi keterampilan melakukan pendekatan secara

pribadi, keterampilan mengorganisasi, dan keterampilan

membimbing dan memudahkan belajar. Keterampilan mengajar

kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan yang

cukup kompleks dan memerlukan penguasaan keterampilan

sebelumnya, yakni keterampilan bertanya, memberi penguatan,

mengadakan variasi, menjelaskan, dan membimbing diskusi

(40)

Menurut Soekartawi (1995:33) pengajar dituntut untuk berperan

serba bisa, antara lain:

1. mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar)

yang diberikan kepada siswanya;

2. mempunyai keahlian dalam memberikan pengajaran;

3. mampu memberikan motivasi kepada siswa;

4. mampu bertindak sebagai manajer di kelas;

5. mampu bertindak sebagai pemimpin;

6. mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan;

7. mempunyai keahlian sebagai ahli lingkungan

8. mampu menjadi penggerak inisiatif;

9. mampu membuat suasana di kelas tetap terkontrol;

10. mampu membuat atau memberikan humor

11. mau menerima umpan balik dari siswa

12. mau menerapkan hasil-hasil penelitian di dalam bahan ajar.

Menurut Soekartawi (1995:40) melakukan persiapan atau

perencanaan pengajaran adalah tahapan yang sangat penting,

karena pada kegiatan persiapan dan perencanaan inilah pelaksanaan

pengajaran akan berjalan dengan dengan baik pula. Tahapan

kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan, yaitu:

a. Mempelajari silabus. Dalam setiap lembaga atau instansi

pendidikan kadang kala dijumpai adanya perbedaan dalam

(41)

dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: silabus telah disiapkan

oleh jurusan, faklutas, universitas atau lembaga pendidikan yang

bersangkutan dan silabus disiapkan sendiri oleh pengajar.

b. Menetapkan tujuan dan kelompok sasaran

Walaupun tujuan ini telah ditetapkan di silabus, akan lebih baik

perlu ditetapkan apa tujuan instruksional umum (TIU) dan

tujuan intruksional khusus (TIK). Hal ini dikarenakan tujuan

yang ditetapkan disilabus adalah sangat singkat. TIU biasanya

merupakan goals atau tujuan dari bahan ajar yang diberikan,

yaitu tujuan relative yang ingin dicapai, sedangkan TIK

(biasanya dinamakan objective) berisi tujuan yang sifatnya

operasional yang harus dikuasai oleh siswa.

c. Membuat satuan acara pengajaran (SAP)

SAP adalah penjabaran yang lebih yang lebih terperinci dari

bahan ajar yang diberikan untuk tujuan mencapai TIU dan TIK.

d. Memilih model instruksi yang relevan

Tiap pengajar mempunyai kesenangan atau keahlian di dalam

memilih model instruksi yang dipakai sehari-hari di kelas.

Model intruksi yang digunakan sebaiknya sesuai dengan bahan

ajar atau ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Membuat cara evaluasi

Agar siswa dapat membuat persiapan atau dapat menyiapkan

(42)

dengan cara evaluasi, evalusai inipun dapat berupa ujian lisan,

tertulis, mengumpulkan tugas-tugas, quis atau lain sebagainya.

f. Menetapkan tempat waktu

Penempatan waktu dan tempat biasanya bukanlah tugas seorang

pengajar.

g. Menetapkan buku wajib dan pilihan

Buku tersebut perlu dituliskan dengan jelas di silabus atau saat

pertemuan perdana.

h. Membagikan hand out

Proses komunikasi dalam pembelajaran hendaknya ada umpan

balik karena sangat diperlukan untuk memperbaiki penampilan

kemunikator dan juga isi bahan ajar.

i. Melaksanakan evaluasi

Dalam penelitian ini keterampilan guru yang dimaksud adalah

persepsi siswa yang berkaitan dengan keterampilan mengajar

guru. karena dalam proses belajar mengajar, keterampilan

mengajar guru mempengaruhi secara langsung proses

pembelajaran di dalam kelas. Berkaitan dengan keterampilan

mengajar guru, siswa mempunyai pandangan atau persepsi yang

berbeda antar satu siswa dengan siswa yang lain. Hal ini terkait

dengan kemampuan siswa dalam menerima informasi yang

masuk, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda. Persepsi

(43)

positif menunjukkan keaktifan belajar siswa, meningkatnya

motivasi dan prestasi belajar siswa. Respon negatif

menunjukkan tingkah laku siswa yang tidak mendukung dalam

proses belajar. Keterampilan guru dalam mengajar diharapkan

dapat menumbuhkan respon positif siswa. Peranan guru sangat

menentukan dalam usaha meningkatkan prestasi belajar. Untuk

itu guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses

pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan keterampilan

mengajar yang dimiliki, diharapkan guru akan mampu menarik

perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan, membuat siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan sehingga

siswa lebih termotivasi melakukan proses pembelajaran. Oleh

sebab itu, keterampilan mengajar penting dimiliki oleh setiap

guru karena membuat proses pembelajaran lebih efektif.

2. Prestasi Belajar

Menurut Hamalik (2001:23) belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman atau dalam arti belajar

merupakan suatu proses, kegiatan, dan bukan suatu hasil maupun

tujuan. Winkel (1987:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia

dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan saling

(44)

nilai sikap yang bersikap kostan atau menetap dan berbekas. Perubahan

itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku

atau yang masih tinggal tersembunyi, mungkin juga perubahan hanya

penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah dipelajari. Menurut

pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Gagne (1985) dalam (Winkel, 1987:72); prestasi adalah hasil yang telah

dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985) dalam

(Winkel, 1987:72) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan

menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, sikap dan keterampilan.

a. Prinsip Belajar

Ada beberapa yang menjadi prinsip-prinsip belajar.

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional;

b) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi

(45)

c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar

dengan efektif;

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2) Sesuai hakikat belajar

a) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap

menurut perkembangannya;

b) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

discovery;

c) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan

pengertian yang diharpakan.

3) Sesuai Materi / Bahan yang dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah

menangkap pengertiannya;

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.

4) Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat

belajar dengan tenang;

b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

(46)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

1) Faktor-faktor Intern

Di dalam faktor intern terdapat tiga faktor yaitu:

a) Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmani terdapat faktor kesehatan, kesehatan

adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan juga sangat

berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar peserta didik.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu. Agar peserta didik dapat belajar dengan

baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terlihat

fres dengan cara istirahat yang cukup, makan yang teratur dan

yang terpenting adalah olahraga dan ibadah.

b) Faktor Psikologis

Dalam psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang

tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi

belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

2) Faktor-faktor Ekstern

Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat

dikelompokan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor

sekolah dan masyarakat.

(47)

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa, cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga

suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar

dan tugas rumah.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan

belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan

instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa

berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar

sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim

disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir

kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang

lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari

peserta didik” menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar

tertentu.

d. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

(48)

e. Tipe kegiatan belajar

John Travers menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar

gerakan, belajar pengetahuan, dan belajar pemecahan masalah. Ada

pula yang menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar

informasi, belajar konsep, belajar prinsip, belajar keterampilan dan

belajar sikap. Secara eksplisit, kategorisasi kegiatan belajar yang

bermacam-macam tersebut dapat dirangkum menjadi tipe kegiatan

belajar:

1) Ketrampilan

2) Pengetahuan

3) Informasi

4) Konsep

5) Sikap

6) Pemecahan masalah

3. Motivasi Belajar

a. Konsep Dasar Motivasi

Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya “daya

dorong”,”keingingan”,”kebutuhan”, dan “kemauan”. Motif yang

telah aktif disebut “motivasi”. Mc. Donald (Sardiman, 1986:73)

menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “perasaan/feeling” dan

(49)

(Darsono,2000:6), motivasi adalah keseluruhan daya penggerak

psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan

memberi arahan pada kegiatan belajar, demi tercapainya tujuan

belajar.

Menurut Sardiman (2006:85) menyatakan bahwa motivasi

berfungsi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang

dikerjakan. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang akan

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

Menurut Uno(2008:30), motif berprestasi yaitu motif untuk berhasil

dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motif untuk

memperoleh kesempurnaan, dalam hal ini adalah dorongan untuk

mencapai tujuan diri secara ideal. Motivasi bila dihubungkan dengan

pembelajaran, dalam hal ini adalah prestasi, maka akan

menggambarkan dorongan akan berprestasi yang berbeda-beda pada

diri seseorang. Motivasi berprestasi seseorang dapat dipelajari secara

fisik, ketika seseorang mempunyai dorongan berprestasi, maka akan

ada kecenderungan perbedaan sikap yang menuju ke arah positif

untuk mencapai tujuan tertentu.

Berikut adalah karakteristik seseorang yang mempunyai

motivasi berprestasi: Menyelesaikan tugas dengan hasil sebaik

mungkin, bekerja tidak atas dasar untung-untungan, berfikir dan

(50)

kerjanya secara logis, lebih mementingkan prestasi ketimbang upah

yang akan diterimanya, realistik menilai dirinya, tidak boros,

konsumtif, tetapi produktif, menghargai hadiah yang diterimanya,

cenderung berorientasi ke dalam (inner orientation) kendati cukup

tanggap terhadap stimulasi lingkungan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanya

rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang

berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau

aktivitas tertentu yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

b. Peranan Motivasi Berprestasi

Dalam proses belajar mengajar, motivasi mempunyai posisi

penting terhadap keberhasilan belajar seorang siswa, siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi tentu data pencapaian

prestasinya lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi rendah, semakin tinggi motivasi siswa maka ia akan

belajar lebih giat, disiplin, tidak mudah menyerah. Sebaik apapun

sarana belajar, perangkat pembelajaran, susunan kurikulum, dan

kondisi sekolah namun ketika tidak didukung motivasi berprestasi

dari dalam diri siswa itu sendiri maka hasil belajar tidak akan bisa

maksimal.

Motivasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

(51)

didukung adanya motivasi. Menurut Sardiman (2009:85) motivasi

berperan sebagai pendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam

hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan, menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak

dicapai kemudian motivasi juga berperan untuk menyeleksi

perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan

guna mencapai tujuan. Motivasi berprestasi dapat ditandai dengan

seberapa besar intensitas kemauan belajar siswa yang nantinya akan

menentukan hasil belajar. Menurut Anni (2004:133) siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi akan belajar lebih lama

dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

rendah. Walaupun telah mengalami kegagalan, namun kegagalan itu

diartikan karena kurang berusaha dan bukan karena faktor eksternal.

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki keinginan dan

harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan, mereka

akan berusaha lebih keras untuk mencapai keberhasilan.

Oleh karena itu siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi cenderung mengalami kesuksesan dalam

mengerjakan tugas – tugas belajar sekolah, sesulit apapun proses

belajar yang dialaminya, ia tetap berusaha. Motivasi dapat berfungsi

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang

melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Dengan didasari

(52)

menghasilkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa

akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya.

c. Jenis dan Teori Motivasi

Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap memiliki

motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk

melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya

orang lain.Tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland,

berkaitan dengan motivasi berprestasi yaitu:

1) Kebutuhan akan prestasi / pencapaian

Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk

memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian,

atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki

pencapaian prestasi yang tinggi memiliki kecenderungan selalu

ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan

yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki niat yang tinggi di

antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang

dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan

untuk menghadapi tantangan.

2) Kebutuhan akan kekuasaan

Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur

atau memimpin orang lain

(53)

3) Kebutuhan akan afiliasi / keanggotan

Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan

untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik

dengan orang lain. Seseorang merasa ingin disukai dan diterima

oleh sesamanya. Mc.Clelland mengatakan bahwa kebutuhan yang

kuat akan afiliasi ini akan mencampuri objektifitas seseorang.

Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan

apapun agar orang lain suka akan keputusannya.Menurut Mc

Clelland dalam (Hasiah,2005) motivasi berprestasi terdiri atas dua

komponen utama yaitu pikiran-pikiran yang menggambarkan

prestasi dan kreativitas atau usaha yang berhubungan dengan

prestasi. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

mempunyai ciri-ciri antara lain: suka bekerja keras untuk

mencapai keberhasilan, selalu khawatir mengalami kegagalan,

cenderung bertindak dan menetapkan suatu pilihan yang realistis,

senang berkompetisi dan bertanggungjawab atas pilihan dan

perbuatannya.

Sedangkan Maslow (Irwanto, 2002:204) mengungkapkan

tentang teori motivasi bahwa dalam motivasi terdapat suatu

hierarki atau tingkatan dalam hal ini yaitu pada tingkat yang

paling bawah kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan fisik,

kemudian pada tingkatan yang lebih tinggi kebutuhan akan rasa

(54)

dihargai, kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri atau

kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dimana manusia

mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas atau

potensinya setinggi mungkin.

Teori yang diungkapkan Maslow merupakan kebutuhan

motivasi dasar manusia hingga tingkat pengembangan aktualisasi

diri. Sedangkan Mc. Clelland mengungkapkan kebutuhan

motivasi lebih luas, lebih dari sekedar kebutuhan dasar motivasi

seseorang yaitu kebutuhan akan berprestasi, berkuasa dan

berafiliasi. Teori motivasi juga dikembangkan oleh Atkinson

(Irwanto,2002:208) menyatakan terdapat kelompok orang yang

mempunyai motivasi yaitu orang yang lebih termotivasi untuk

berprestasi daripada menghindari kegagalan dan kelompok orang

yang termotivasi oleh ketakutan akan gagal. Orang yang

termotivasi untuk berhasil akan mempunyai penampilan terbaik

pada tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang sedang.

Sedangkan orang yang termotivasi menghindari kegagalan akan

menyelesaikan tugas dengan baik pada tingkat kesulitan tinggi.

Ada beberapa jenis motivasi, menurut Sardiman (2005:89)

jenis-jenis motivasi antara lain:

a) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

(55)

dalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Pada motif ini siswa belajar karena belajar dianggap bermakna

bagi dirinya. Tujuan yang hendak dicapai terletak pada belajar

itu sendiri yang meliputi keterampilan, sikap, menambah

pengetahuan, dan pengalaman.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya rangsangan dari luar. Pada motivasi ini siswa

belajar bukan karena dapat memberikan makna baginya,

melainkan mengharap sesuatu dibalik kegiatan belajar itu.

Karakteristik siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

menurut Djaali (2007:103) : (1) Menyukai situasi atau tugas yang

menuntut tanggungjawab pribadi atas hasilnya bukan atas dasar

untung-untungan dan anggapan akan ketentuan nasib; (2)

Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang; (3) Senang

bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain; (4)

Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan

balik dengan nyata untuk menentukan baik atau tidak hasil

pekerjaannya; (5) Mampu menangguhkan keinginannya demi

masa depan yang lebih baik; dan (6) Tidak bekerja untuk sekedar

mendapat uang atau status melainkan mengejar lambang atau

(56)

Ada beberapa temuan dari Heackhausen dalam (Mulyani,

2006:15-16) mengenai karakteristik individu yang mempunyai

motivasi berprestasi sebagai berikut.

a. Berorientasi sukses

Bahwa individu diharapkan pada situasi berprestasi ia akan

merasa optimis bahwa kesuksesan akan diraihnya dan dalam

mengerjakan tugas seseorang lebih terdorong oleh harapan

untuk sukses daripada menghindar tetapi gagal.

b. Berorientasi ke depan

Bahwa seseorang mempunyai kehendak dan tujuan di masa

mendatang dengan memperhatikan waktu. Seseorang

cenderung memikirkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya

dalam waktu yang akan datang, tidak cepat puas terhadap apa

yang diperoleh sekarang, lebih menghargai dan memanfaatkan

waktu luang, serta ia lebih dapat menangguhkan pemuasan

untuk mendapatkan penghargaan dimassa mendatang.

c. Suka tantangan

Seseorang lebih suka jenis tugas yang cukup rawan antara

sukses dan gagal. Hal itu menjadikan pendorong baginya untuk

melaksanakan dengan sungguh-sungguh, situasi prestasi yang

mengandung resiko yang cukup untuk gagal dan suka akan

perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan potensi

(57)

langsung akan mempengaruhi kualitas dan pencapaian prestasi

siswa.

d. Ulet dan Tangguh

Seseorang bila dihadapkan suatu tugas yang berat sekalipun

tidak mudah menyerah, tetap bekerja dengan baik untuk

mencapai prestasi terbaiknya dibanding dengan orang lain,

dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukkan keuletannya,

ketepatan waktu, dan tidak mudah putus asa serta berusaha

sesuai dengan kemampuannya. Adanya motivasi berprestasi

dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang

sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung

jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan

membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

seperti yang dikemukakan di atas penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui 2 pokok permasalahan yaitu persepsi siswa tentang

kleterampilan mengajar guru dan motivasi belajar siswa. Setelah

ditemukan penelitian yang relevan dengan variabel persepsi siswa tentang

keterampilan mengajar guru, motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh:

1. Rumini yang berjudul : Hubungan Persepsi Siswa Tentang

Keterampilan Dasar Guru Mengajar Ketersediaan Fasilitas Belajar di

(58)

Pendidikan Akuntansi angkatan “2010-2011” pada hasil penelitian

disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan atau saling

berhubungan.

2. Dyah Tri Wahyuni : Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Guru Akuntansi, Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Sekolah, Motivasi

Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa” Studi kasus Prodi Pendidikan

Akuntansi Angkatan “ 2011-2012” pada hasil penelitian disimpulkan

bahwa ada pengaruh positif dan signifikan atau saling berhubungan.

C. Kerangka berfikir

1. Hubungan keterampilan guru dengan prestasi belajar

Keterampilan mengajar guru merupakan faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar yang berasal dari luar individu (eksteren). Sudah

menjadi kodrat manusia tidak terlepas dari pengaruh interaksi dengan

guru. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh kompetensi guru, hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rumini (2010-2011).

Penelitian ini membuktikan bahwa “ada hubungan yang positif antara

ketersediaan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar”.

2. Motivasi belajar dengan prestasi belajar

Hamzah (2012:3) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan

yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

(59)

kebutuhannya. Motivasi belajar lebih sedikit akan mempengaruhi hasil

belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan mempunyai

banyak peluang untuk melakukan kegiatan belajar dengan penuh

semangat guna menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Siswa

dengan semangat motivasi yang tinggi akan nampak dalam minat

mengerjakan tugas belajar tanpa mengenal bosan. Hal ini membuktikan

adanya hubungan positif antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar siswa sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Dyah Tri

Wahyuni (2011-2012).

D. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini yaitu:

1. Ha: Ada hubungan positif dan signifikan presepsi siswa tentang

keterampilan mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa.

2. Ha: Ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar siswa

(60)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi mengenai

hubungan persepsi siswa tentang keterampilan guru, motivasi belajar

terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu jenis penelitian ini

merupakan penelitian korelasial. Penelitian korelasial adalah penelitian

yang dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua atau

beberapa variabel (Arikunto, 2009:247). Peneliti ingin mengetahui

hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi

belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Jenis Penelitian ini

merupakan studi kasus, studi kasus merupakan penelitian terperinci dan

mendalam terhadap suatu lembaga, organisasi dan gejala tertentu dalam

kurun waktu tertentu (Arikunto, 2006:143). Jenis penelitian studi kasus ini

bila digabungkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini hanya berlaku bagi subjek yang diteliti saja dan tidak

berlaku bagi objek penelitian yang lain. Penelitian hanya terbatas pada

Gambar

Tabel 5.8 . Hasil Pengujian Korelaso Variabel Motivasi Belajar Siswa dengan
Tabel 3.1 Skor item-item pertanyaan
Table 3.2 Indikator Persepsi Siswa Tentang Keterampilan
Tabel 3.3 Indikator Motivasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

B Kotoran sapi tingkatkan kesejahteraan

Berangkat dari persoalan ini, penulis berpendapat bahwa keterhubungan antara negara dan BUMN dalam kaitannya dengan penyertaan modal dan pengelolaan asset BUMN harus dipilah secara

The instrument of the research is a data card to write and categorize the backchannel types and functions from Conversation Analysis (CA) approach to analyze a conversation

Untuk pembuktian pengalaman pekerjaan, penyedia agar membawa kontrak pekerjaan(ASLI (ASLI (ASLI (ASLI dan REKAMAN) dan REKAMAN) dan REKAMAN) yang merupakan kontrak

Bahan Ajar Matrikulasi Fisika Dasar – Teknik Sipil FST Undana 2009 12 Usaha yang dilakukan oleh gaya tak konservatif yang bekerja pada sebuah partikel sama

Hasil analisis terhadap skor kemenarikan dari semua faktor strategis yang dijelaskan dalam QSPM tersebut menunjukkan bahwa total skor kemenarikan (TAS) pada faktor eksternal

Metode gaya lateral ekivalen adalah suatu representasi dari gaya gempa setelah disederhanakan dan dimodifikasi, dimana gaya inersia yang bekerja pada suatu massa akibat

pada hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Hal ini penting untuk menjaga motivasi belajar