• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM de1e903fcf BAB III3. Bab 3 Kebijakan dan Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM de1e903fcf BAB III3. Bab 3 Kebijakan dan Strategis"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan

kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase

lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu

diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain

itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan

kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Dalam pelaksanaan pembangunan Infrastruktur keciptakayaan, Ditjen cipta Karya

menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi

pemerintah daerah provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan

masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pendekatan Strategi Pelaksanaan

Membangun Sistem 1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar) 3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan

Fasilitasi Pemda 1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain

Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

BAB

(2)

Pendekatan Strategi Pelaksanaan

3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan

bangunan dan lingkungan. Pemberdayaan

Masyarakat

1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.

2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut

berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun

menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam

implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

Mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres No. 2) Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional bahwa sistem perencanaan pembangunan

nasional merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jagka panjang, jangka menengah dan

tahunan. Salah satu Norma strategi pembangunan nasional yang perlu diterapkan untuk

mendapatkan perhatian dalam hal pembangunan bidang keciptakaryaan adalah segala

aktivitas pembangunan yang dilakukan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung

lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Mengacu pada sasaran utama serta analisis

yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan

tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, maka arah kebijakan umum

pembangunan nasional 2015-2019 diantaranya adalah : Mempercepat Pembangunan

Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan

untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai kese- imbangan pembangunan,

mempercepat penyediaan infrastruk- tur perumahan dan kawasan permukiman (air minum

dan sanitasi) serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi

untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal

perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran

kerjasama Pemerintah-Swasta.

Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran

visi dan sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran

nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal

Cipta Karya merupakan penjabaran dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan

(3)

dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung

kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan

dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai

masyarakat yang lebih sejahtera.”.

Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah:

Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang

berkualitas dengan prinsip “infrastruktur untuk semua” melalui pembangunan yang

terpadu, inklusif dan berkelanjutan.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk

penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana

pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan

keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi serta keserasian antarsektor;

penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis

nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Uraian berikut ini akan menjelaskan tentang kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah

nasional dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

1. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota;

d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan

(4)

f. pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat;

g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut ditempuh kebijakan dan strategi penataan

ruang wilayah nasional yang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan

struktur ruang dan pola ruang.

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: peningkatan akses pelayanan

perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;

serta peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,

telekomunikasi, energi dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh

wilayah nasional. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat

pertumbuhan ekonomi wilayah adalah sebagai berikut :

a. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh

pusat pertumbuhan;

c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan

lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

adalah sebagai berikut :

a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan

pelayanan transportasi darat, laut dan udara;

b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan

terisolasi;

c. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak

terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan

tenaga listrik;

d. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem

(5)

mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

a. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW dan PKL. PKN, PKW dan PKL dapat

berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar,

kawasan perkotaan sedang atau kawasan perkotaan kecil. Selain sistem perkotaan

nasional tersebut juga dikembangkan PKSN untuk mendorong perkembangan

kawasan perbatasan negara. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau

beberapa provinsi. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sedangkan Pusat Kegiatan

Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk

mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

4. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara

Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dirumuskan berdasarkan

visi dan misi, rencana pembangunan daerah serta karakteristik dan isu strategis tata

ruang wilayah provinsi.

Atas dasar tersebut, maka rumusan tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berbasis pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan serta

kelautan dan perikanan terkait pariwisata guna mendukung peningkatan taraf hidup

masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang merata di

seluruh wilayah provinsi serta menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan hidup

dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Kebijakan yang ditempuh untuk mewujudkan penataan ruang wilayah provinsi adalah :

a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui

berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di

(6)

b. meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor

terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan

struktur ruang secara terpadu;

c. menetapkan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan

sumberdaya alam secara optimal, seimbang dan berkesinambungan;

d. menetapkan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan

dan pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar;

dan

e. pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan

secara profesional dan berkelanjutan.

Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

No. Pusat Kegiatan

Standar Infrastruktur

Minimal Lokasi Fungsi Utama

1 Pusat Pusat Ekspor dan Impor

 Kesehatan : Rumah Sakit Umum Tipe A

 Pendidikan : Universitas/ Akademi

Kota Kendari  Pusat pemerintahan kota dan provinsi

 Pintu primer transportasi udara regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional-nasional

 Pusat transportasi laut barang kontainer regional-nasional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional-nasional-global

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional-nasional

 Pusat jasa kesehatan regional – nasional

Kota Bau-bau  Pusat pemerintahan kota

 Pintu sekunder transportasi udara regional-nasional

(7)

Kegiatan Minimal

 Pusat transportasi laut (fery) regional - nasional

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional-nasional

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional-nasional  Pusat jasa kesehatan regional  Pusat distribusi BBM

regional-nasional (Terminal Transit BBM)

2 Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW)

Transportasi : bandara pusat penyebaran tersier, dan/atau pelabuhan regional/pengumpan primer, dan/atau terminal penumpang tipe B, jalan nasional, jalan provinsi Ekonomi : pasar induk

regional, perbankan regional dan/atau

nasional, pusat ekspor dan impor

Kesehatan : Rumah Sakit Umum Tipe B

Pendidikan : Perguruan Tinggi D3

Unaaha  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian tanaman

pangan, perkebunan dan

perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Lasolo  Pusat pelayanan pemerintahan

kecamatan

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

(8)

No. Pusat Kegiatan

Standar Infrastruktur

Minimal Lokasi Fungsi Utama

Raha  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pintu sekunder transportasi udara regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional - nasional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Kolaka  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat Kawasan Industri

Pertambangan

 Pintu sekunder transportasi udara regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional - nasional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Pasarwajo  Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat transportasi laut (umum)

regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional

(9)

Kegiatan Minimal

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Wangi-wangi  Pusat pemerintahan kabupaten  Pintu sekunder transportasi

udara regional-nasional nasional - internasional

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional - internasional  Pusat jasa keuangan

regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional- nasional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi rumput laut dan perikanan regional-nasional  Pusat jasa kesehatan regional

Latao  Pusat pelayanan pemerintahan

kecamatan

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi perkebunan, perikanan dan kehutanan

 Pusat jasa kesehatan regional

3 Pusat

Kegiatan Lokal (PKL)

 Transportasi : terminal penumpang tipe C, jalan provinsi, jalan kabupaten

 Ekonomi : pasar,

perbankan regional

Lasusua  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat transportasi laut (umum) regional-nasional

(10)

No. Pusat Kegiatan

Standar Infrastruktur

Minimal Lokasi Fungsi Utama

dan/atau nasional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional- nasional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi perkebunan dan

perikanan

 Pusat jasa kesehatan

Andoolo  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan

lokal

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan

Torobulu  Pusat pemerintahan kecamatan

 Pusat kawasan industri regional - nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat pelayanan umum regional

Kasipute  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan

lokal

(11)

Kegiatan Minimal

Buranga  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Kulisusu  Pusat pemerintahan kecamatan

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan

lokal

Lakudo  Pusat pemerintahan kecamatan

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan

lokal

Asera  Pusat pemerintahan kecamatan

 Pusat kawasan industri pertambangan

 Pusat transportasi laut (umum) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Wanggudu  Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat jasa transportasi darat regional

(12)

No. Pusat Kegiatan

Standar Infrastruktur

Minimal Lokasi Fungsi Utama

lokal

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian dan perkebunan

B. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang

wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan

ruang wilayah Kabupaten Buton Utara memiliki fungsi :

a. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang

wilayah Kabupaten Buton Utara;

b. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buton Utara; dan

c. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah Kabupaten Buton Utara.

Didalam menentukan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Buton Utara

dirumuskan berdasarkan:

a. Visi dan misi pembangunan wilayah Kabupaten Buton Utara;

b. Karakteristik wilayah kabupaten;

c. Isu strategis; dan

d. Kondisi objektif yang diinginkan.

Sedangkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Buton Utara dirumuskan dengan

kriteria :

a. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah Propinsi Sulawesi

Tenggara dan penataan ruang nasional;

b. Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

c. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan amanah UU Penataan Ruang No.26 Tahun 2007 tujuan umum penataan

ruang adalah :

Aman; masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi

(13)

mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam

suasana yang tenang dan damai;

Produktif; proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu

memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus

meningkatkan daya saing;

Berkelanjutan; kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat

ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi

yang akan datang.

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

A. Arahan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019

adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan

kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus

ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum

dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta

meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah

satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat

pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional

untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan

infrastruktur dasar (perumahan,air bersih, sanitasi dan listrik). Adapun sasaran

pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan

kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk

bertempat tinggal pada hunian layak yang disukung oleh prasarana, sarana

utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak

dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup

penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam

RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

(14)

c. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

d. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip

jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

e. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

f. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan

dasar;

g. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan.

B. Arahan Rencana Pengembangan Wilayah dan Indikasi Program di 35 WPS

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung

pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS

merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan

yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan

peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019

telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan

pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu

pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan

keberpihakan terhadap maritim.

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Visi dan Misi Penataan Ruang Kabupaten Buton Utara; secara umum visi penataan ruang Kabupaten Buton Utara adalah untuk mewujudkan keseimbangan pertumbuhan antar

wilayah menuju masyarakat Kabupaten Buton Utara sejahtera, terbebas dari keterisolasian

wilayah. Sementara itu, misi penataan ruang Kabupaten Buton Utara yang tertuang pada

kebijakan Pemerintahan Kabupaten Buton Utara terkait dengan penataan ruang meliputi :

a. Mewujudkan keseimbangan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Buton Utara;

b. Mewujudkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buton Utara;

c. Meningkatkan sarana dan prasarana/infrastruktur kabupaten yang menjamin

aksesibilitas publik, nyaman dan berwawasan lingkungan;

d. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat Kabupaten Buton Utara;

e. Mewujudkan pemantapan fungsi lindung dan optimasi fungsi budidaya diseluruh

(15)

pengendalian pemanfaatan ruang dalam pengembangan wilayah Kabupaten Buton

Utara;

g. Mewujudkan berbagai kemudahan bagi pengembangan investasi serta peningkatan

kerjasama regional; dan

h. Mewujudkan integrasi program pembangunan yang didukung seluruh pemangku

kepentingan.

Sedangkan berdasarkan kebijakan RPJMD Kabupaten Buton Utara 2016 -2021 yang dapat

dijadikan dasar penataan ruang diantaranya :

1. Pengembangan Wilayah meliputi :

 Mempersiapkan prasarana dan sarana selengkap mungkin agar dapat

menarik investor lebih banyak ke daerah Buton Utara.

 Membuka isolasi daerah yang potensial dan memperlancar komunikasi antar wilayah di dalam daerah Buton Utara.

 Menjadikan kegiatan pertanian (tanaman pangan dan perkebunan) sebagai andalan bagi pembangunan ekonomi daerah Buton Utara terlebih dengan

masih sedikitnya penduduk daerah Buton Utara.

 Integrasi masyarakat asli dengan pendatang hendaknya semakin harmonis melalui penciptaan lapangan pekerjaan, pendidikan yang seimbang dan

merata serta adil.

 Menggalakkan kegiatan pariwisata dengan menata obyek -obyek wisata secara lebih menarik dan berguna khususnya bagi masyarakat perkotaan dan

sekitarnya dan tentunya juga masyarakat Buton Utara sesuai pangsa pasar

yang ada. Penekanan obyek wisata adalah pada kekayaan alam asli yang

belum terjamah khususnya untuk kegiatan rekreasi outdoor.

 Tetap menjaga keseimbangan terhadap pengembangan sistim pertahanan di daerah perbatasan sambil juga membuka komunikasi perdagangan, sosial

budaya, transportasi dengan wilayah sekitar.

2. Pengelolaan Kawasan Perkotaan meliputi :

 Mewujudkan sistem dan ketersediaan perumahan yang layak yang didukung dengan sarana, prasarana sosial ekonomi yang memadai terutama bagi

masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah di perkotaan;

(16)

 Penegakan hukum dalam rangka penataan bangunan perkampungan tradisional, serta penataan kawasan hijau dan hutan kota serta kawasan

strategis lainnya yang menunjang pembangunan perkotaan;

 Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang pelayanan sosial ekonomi masyarakat di daerah pinggiran serta daerah perdesaan;

 Rencana pengembangan dan penataan Ibukota Kabupaten Buton Utara;  Mempertahankan kawasan/ruang terbuka hijau, minimal 30%.

3. Pengelolaan Kawasan Perdesaan meliputi :

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah perdesaan melalui pengembangan jaringan jalan.

 Peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.

 Penetapan pusat-pusat pengumpul/akumulasi bagi hasil-hasil pertanian  Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.

4. Pengembangan sarana sosial dan ekonomi meliputi :  Pembangunan sarana pendidikan;

 Pembangunan sarana kesehatan;  Pembangunan sarana peribadatan;  Pembangunan sarana olah raga dan;  Pembangunan sarana perdagangan. 5. Pengembangan utilitas wilayah meliputi :

 Pembangunan dan pengembangan pelayanan jaringan listrik;  Pengembangan pelayana air bersih;

 Pengembangan jaringan telekomunikasi;

Karakteristik Wilayah Kabupaten Buton Utara; Ciri khas wilayah perencanaan adalah:

Pola ruang eksisiting wilayah perencanaan dapat dikelompokkan menjadi 3 karakteristik spesifik, yaitu :

 Kawasan pesisir dengan potensi sumber daya laut dan pesisir, kebun, dan hutan

mangrove;

 Kawasan perbukitan yang membentang dari selatan sampai ke utara wilayah Buton

Utara yang didominasi pemanfaatan ruang berupa hutan;

 Kawasan landai berada di daerah tengah Kabupaten Buton Utara dengan

(17)

 Perkotaan Buranga dan Kulisusu berfungsi sebagai pusat kegiatan seluruh

wilayah/kabupaten; dengan konsentrasi kegiatan penduduk tersebar di Tri

Wacuwacu, Waculaea, Eelahaji,Tomoahi, Kalibu, Jampaka, Loji, Bangkudu,

Lipu, Lakonea, Linsowu, Lemo, Rombo, Bone Lipu, Waode Angkalo, Langere,

Koepisino, Buranga/UPT.Buranga dan Eensumala;

 Perkotaan Kulisusu diarahkan sebagai pusat pemerintahan, fasilitas pelayanan

umum, perdagangan dan jasa skala kabupaten serta permukiman perkotaan;  Perkotaan Buranga dan Kotawo sebagai kawasan pengembangan kota

ekowisata;

 Sistem jaringan transportasi utama yang terdiri dari jalan nasional sebagai jalan

kolektor primer K1 di Kabupaten Buton Utara yaitu ruas jalan yang menghubungkan

Labuan – Maligano (Muna);

 Jalan propinsi sebagai jalan kolektor primer K2 di Kabupaten Buton Utara meliputi

ruas jalan Lawele (Buton melewati Desa Mata sebagai batas Kabupaten Buton

Utara) – Bubu, Bubu – Ronta, Ronta – Lambale, dan ruas jalan Lambale – Ereke.  Kemudian jalan lokal primer K4 yang merupakan kewenangan kabupaten meliputi

ruas jalan Maligano (Kabupaten Muna) – Ronta, Ereke – Ea Ode Buri – Labuan, Wa Ode Buri – Lelamo, Ereke – Lemo, Bonerombo – Bonelipu, Lasiwa - Langkumbe dan ruas jalan Labuan – Korolabu;

 Sedang jalan lokal primer yang merupakan kewenangan kabupaten meliputi ruas

jalan Bonelipu – Lantagi, Morindino – Lahumoko, Bubu – Pantai, Kioko – Pantai, Negapaea – Pantai, SPG 3 Ronta – Wa Ode Angkalo, Ronta – Gunung Sari, Ronta – Pelabuhan, Soloy Agung – Pelabuhan, Soloy Agung – Rahmat Baru, Lambale – Dampala Jaya, Kasulatombi – Karya Bakti, Karya Bakti – Marga Karya, Langkumbe – Triwacu Wacu, Triwacu Wacu – Bumi Lapero, Bumi Lapero – Langere, Langere – Peropaea dan ruas jalan Buranga – Koburono;

 Selanjutnya jalan kolektor sekunder yang merupakan kewenangan kabupaten

meliputi : Jalan Engkineke, Jalan Mataolea, Jalan Tancigolo, Jalan Minaminanga,

Jalan Membuku dan Jalan Maola Daud;

 Jalan lokal sekunder yang merupakan kewenangan kabupaten meliputi Jalan Tesau’ea, Jalan Watanta, Jalan Laode Gola, Jalan Walebe, Jalan Pendidikan, Jalan Ima Ea, Jalan Yos Sudarso, Jalan Mata Air, Jalan Pelabuhan, Jalan Sugito

(18)

Mata, Jalan Laode Ode, Jalan Hansip, Jalan Waka Aka (kompleks Bumi Saraea),

Jalan Waode Bilahi,Jalan Kihajar Dewantoro, Jalan Rakia Pande, Jalan Laode Gure,

Jalan Gauma Langga, Jalan Mesjid Agung, Jalan Moji Mohalo, Jalan Balubi, Jalan

Tasikana, Jalan Takaora, Jalan Bunga Ija, Jalan By Pass, Jalan Kadacua, Jalan Wasunda, Jalan Kumapa, Jalan Galangan, Jalan Ipe Hawaki, Jalan Hatibi’Ea, Jalan Lapomi, Jalan PNPM, Jalan Dahlia, Jalan P Jalan Hatibi’Ea, Jalan Lapomi, Jalan PNPM, Jalan Dahlia, Jalan PPK I, Jala Cempaka, Jalan Simpang Dermaga, Jalan L,

Jalan Nusa I Cempaka, Jalan Simpang Dermaga, Jalan L, Jalan Nusa Indah, Jalan

Kamboja, Jalan Bunga Seroja, Jalan PPK II, Jalan Melati, Jalan Mawar III, Jalan

Mawar II, Jalan Mesjid, Jalan Mawar I, Jalan Anggrek, JaLan Flamboyan, Jalan

Teratai, Jalan Sakura, dan Jalan Wacu Loia; dan Flamboyan, Jalan Teratai, Jalan

Sakura, dan Jalan Wacu Loia;

 Adapun rencana pengembangan jaringan jalan yang tersebar di Kabupaten meliputi

ruas jalan Karya Bhakti – Kotawo, ruas Jalan Jampaka – Tomoahi – Lelamo, ruas

Jalan Bubu – Jembatan Dempa (Batas Kabupaten Buton Utara dengan Kabupaten

Muna), ruas Jalan Simpang 4 SMA 1 – Simpang Perum PNS, ruas Jalan Simpang 4 Kel Lipu – Jalan baru Tancigolo, ruas Jalan Wakaka – Simpang Tiga Kadacua, ruas Jalan Simpang 3 Eelahaji – Simpang 3 Kadacua, ruas Jalan Simpang 3 Eks Kantor DPRD – SMKN 1 Wa Ode Buri, ruas Jalan Wasunda – Simpang 3 Eks Kantor DPRD, ruas Jalan Wakaka – Simpang 4 Kompleks SOR, ruas jalan Simpang 4 Eks Kantor DPRD – Jalan Poros Laode Gure, Ruas Jalan Simpang 3 Lasora – Minaminanga, ruas Jalan Simpang 3 Lasora – Jalan Poros La Ode Gure, ruas Jalan Simpang 3 Pasar Kulisusu – Simpang 4 Kompleks SOR, ruas Jalan Simpang 3 Pasar Kulisusu – Jalan Lakone, ruas Jalan Kompleks Rujab Pejabat Daerah Butur, ruas Jalan Kompleks Rujab Pejabat Daerah Butur – Jalan Poros La Ode Gure, ruas Jalan Tambang, ruas Jalan La Ode Gure – Jalan Lingkar Kompleks SOR, ruas Jalan Engkineke – Jalan Lingkar Kompleks SOR, ruas Jalan Lingkar Kompleks SOR, ruas Jalan Simpang 4 Mataolea – Pantai Lasee, ruas Jalan Simpang SDN 14 Wa Ode Buri – Jalan Poros Lelamo,dan ruas Jalan Wakaka – Pantai Lasee;

 Sebaran fasilitas utama berupa fasiltas kesehatan (puskesmas), fasilitas pendidikan

mengikuti perkembangan masing-masing kecamatan, namun, fasilitas umum yang

berskala kabupaten atau melayani beberapa kecamatan seperti RSUD, PLN

(19)

tsunami dan sebagain kecil abrasi pantai dan banjir (tidak terlalu luas), kawasan

perbukitan dan perkebunan pada bagian utara rentan dengan bahaya gempa dan

longsor. Hampir 60% dari kawasan Buton Utara adalah kawasan rawan bencana alam tsunami, longsor, banjir, kebakaran hutan dan gempa.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Bagian ini berisikan rangkuman dari rencana masing-masing sektor di lingkup Cipta Karya, baik untuk

sektor pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, air minum, dan

sanitasi

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

A. Visi dan misi pengembangan kawasan permukiman

Permukiman yang layak huni merupakan lingkungan tempat tinggal sekaligus tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Hal ini menjadi urusan

wajib Pemerintah Daerah untuk dapat melaksanakan penyelenggaraan pengembangan

permukiman. Namun, fungsi dan peran Pemerintah Daerah tak bisa terlepas dari fungsi

dan peran Pemerintah Pusat dalam turbinwas sebagai fasilitator dan motivator. Sinergi

harmonis Pemerintah Pusat dan Daerah mampu mewujudkan misi pengembangan

permukiman yang mendukung pembangunan nasional. Untuk menjalankan fungsi dan

peran penting tersebut Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum

menetapkan visi Pengembangan Kawasan permukiman yaitu : Terwujudnya

Permukiman Perkotaan dan Perdesaan yang layak, Produktif, berdaya saing dan

berkelanjutan melalui penyediaan Infrastruktur yang andal dalam pengembangan

permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan

penyehatan lingkungan permukiman serta penataan bangunan dan lingkungan.

B. Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman Kab/Kota

Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan

dan penyelenggaraan dalam pengembangan kawasan permukiman yang dilaksanakan

oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja

program adalah meningkatnya kontribusi penanganan kawasan permukiman pada

kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, kawasan permukiman

khusus, dengan sasaran kegiatan dan indikator diantaranya :

1. Peraturan pengembangan kawasan permukiman dengan indikator tersusunnya 10

(20)

2. Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan

indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan

permukiman di 507 kab./kota

3. Pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan dengan indikator

meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan

4. Pembangunan dan pengembangan kawasan Khusus dengan indikator

meningkatnya kualitas permukiman di 3.0991 Ha kawasan khusus

5. Pendampingan pemberdayaan masyarakat dengan indikator terselenggaranya

pendampingan masyarakat di 11.607 Kelurahan.

6. Fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan

pengembangan kota ayak huni dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di 18

kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan.

7. Peritisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan inkubasi

d 10 kota baru.

Adapun pengelompokan kegiatan pengembangan kawasan permukiman berdasarkan strategi

pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem Permukiman

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perkotaan

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perdesaan

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kawasan Khusus

Fasilitasi Pemda

Provinsi/Kabupaten/Kota

Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan Permukiman

Pengaturan Pengembangan Kawasan Permukiman Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman

Perintisan Inkubasi Kota Baru

(21)

Sampai saat ini belum terbentuk PDAM di Kabupaten Buton Utara namun telah

dibentuk UPTD (Unit Pelayan Teknis Daerah) yang membidangi air minum. Selain

itu terdapat pula Badan Usaha Milik Swasta (BUS) yang mengelola air minum di

Kabupaten Buton Utara, yaitu PT. IDRAP. Beberapa sistem penyediaan air minum

telah terbangun di Buton Utara, baik yang didanai oleh APBN, PNPM, PAMSIMAS

dan juga Swasta (PT. IDRAP).

Berdasarkan data lapangan, diperoleh bahwa dari 59,139 jiwa penduduk Buton

Utara terdapat 14,811 jiwa yang telah terlayani oleh air minum dengan sistem

Jaringan Perpipaan atau Tingkat Pelayanan Air Minum adalah 25.04%. Adapun

jumlah penduduk yang dilayani Jaringan Perpipaan yang dibangun oleh PNPM,

PAMSIMAS Swasta dan Swadaya masing-masing adalah 5,377 jiwa 216 jiwa

8028 jiwa dan 1,190 jiwa.

Berdasarkan hasil survei lapangan diperoleh bahwa saat ini belum tersedia SPAM

Ibu Kota Kabupaten. Namun demikian telah terbangun intake dan instalasi

pengolahan air dan reservoar, yang di danai oleh APBN tahun 2010. Masalahnya

SPAM tersebut belum dapat melayani masyarakat dikarenakan pipa distribusi ke

pelanggan belum terpasang.

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Dalam upaya mendukung pencapaaian target RPJMN 2015-2019 maka Ditjen

Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,

dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (Air Limbah dan Drainase) serta

Pengembangan persampahan yang dialaksanakan oleh direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman yang menitik beratkan pada kontribusi

pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat yang terdiri dari pelayanan Air Limbah,

Pelayanan Persampahan, dan Pelayanan Drainase.

Pengelompokan kegiatan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

berdasarkan Strategi Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya adalah

(22)

Tabel 3.4 Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kota

Infrstruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kawasan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Infrastruktur Tempat Pemprosesa Akhir

Infrtastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah Infrastruktru Drainase

Fasilitasi Pemda Provinsi Kabupaten/Kota

Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Memberdayakan Masyarakat Infrastruktur air Limbah Sistem Terpusat Skala Komunal Infrastruktur TPST/3R

1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

a. Visi Misi Sanitasi

b. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Penetapan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi yang

paling sesuai untuk suatu wilayah yang akan membantu perumusan program dan kegiatan

yang paling sesuai dengan kondisi Kelurahan/desa berdasarkan sistem yang diusulkan.

Sistem sanitasi ditentukan berdasarkan pentahapan implementasi jangka pendek (1-2

tahun), jangka menengah (5 Tahun) dan jangka panjang (10-15 Tahun), sedangkan zona

sanitasi menjelaskan dimana sistem tersebut akan diterapkan dalam wilayah kajian yang

telah disepakati sebelumnya.

Tahapan pengembangan air limbah Kabupaten Buton Utara yang terbagi atas 4

penanganan antara lain:

Penanganan air limbah jangka pendek dengan sistem Onsite Komunal, sistem

onsite komunal ini dipersiapkan untuk perencanaan sistem terpusat jangka

pendek.

Penanganan air limbah jangka menengah dengan sistem Onsite Komunal, sistem onsite komunal ini dipersiapkan untuk perencanaan sistem terpusat jangka menengah.

Penanganan air limbah jangka menengah dengan sistem Onsite individual.

(23)

a. Maksud

Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen

perencanaan strategis sanitasi Kabupaten Buton Utara yang dapat dijadikan rujukan

perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Buton Utara dalam jangka menengah (5

tahunan).

b. Tujuan Umum

Kerangka kerja Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini disusun sebagai rencana

pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi

Kabupaten Buton Utara mulai Tahun 2013 hingga Tahun 2018.

c. Tujuan Khusus

 Kerangka kerja Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini dapat memberikan gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Buton Utara selama 5 tahun

yaitu Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2018.

 Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah pelaksanaan

kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi.

 Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan

pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam

pembangunan sanitasi Kabupaten Buton Utara.

3.2.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan A. Program Tata Bangunan dan Lingkungan

Rencana Strategis Penataan Bangunan adalah menyelenggarakan kegiatan

pengaturan, pembinaan, pengawasan dan penyelenggaraan dalam pembinaan

Penataan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Penataan Bangunan.

Untuk mencapai hal tersebut maka Ditjen Cipta Karya menetapkan indikator

sasaran kinerja sebagai berikut :

1. Layanan perkantoran dengan indikator jumlah bulan layanan pendukung

kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan bina

penataan bangunan yang terselenggara selama 60 bula

2. Terwujudnya 744 kawasan tematik perkotaan yang terdiri dari :

- Terwujudnya 537 kawasan Ruang terbuka hijau (RTH) - Terwujudnya Kebun Raya Prioritas

(24)

3. Tersusunya 250 RTBL sebagai dokumen induk penaaan kawasan

permukiman

4. Terwujudnya 32 Bangunan gedung negara yang berstatus bangunan gedung

hijau

5. Tersedianya 10 NSPK terkait penataan bangunan dan lingkungan selama

periode 2015 – 2019

6. Tercapainya seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki perturan

daerah Bangunan Gedung

7. Tercapainya 60% Bangunan Gedung yang telah memiliki IMB

8. Terwujudnya fasilitasi ruang terbuka Publik di 1200 kecamatan untuk

menonton film bertema Revolusi mental di Seluruh Indonesia

Adapun pengelompokan kegiatan bina Penataan Bangunan berdasarkan

strategi pendekatan pembangunan bidang cipta karya adalah sebagai berikut ;

Tabel 3.5 Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem Permukiman Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan penataan Bangunan

Fasilitasi Pemda

Provinsi/Kabupaten/Kota

Fasilitasi pemenuhan SPP dan pengembangan Kota layak huni, kota Hijau dan Kota cerdas

Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan

Pembinaan dan Pengawasan bangunan Gedung di Kab/Kota

Memberdayakan Masyarakat Ruang Terbuka Publik Percontohan

(25)

No. Konsep Pengembangan Arahan Pengembangan Rencana Pengembangan

3.2.5. Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Berisikan rangkuman dari uraian masing-masing sektor ke dalam satu tabel :

Tabel 2.7 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

NO PRODUK RENCANA STATUS

(ADA/TDK) ARAHAN PEMBANGUNAN

INDIKASI PROGRAM

KEGIATAN LOKASI

1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman

2. Rencana Penyediaan Air Minum

Penyediaan Prasarana dan Sarana Air minum bagi Masyarakat berpenghasilan rendah

Penyediaan Prasarana dan Sarana Air minum bagi Masyarakat berpenghasilan Instalasi Air Bersih Kab. Buton Utara Pembangunan Sistem

Penyediaan Air Minum Peningkatan cakupan sistem penyediaan air Minum

(26)

NO PRODUK RENCANA STATUS

(ADA/TDK) ARAHAN PEMBANGUNAN

INDIKASI PROGRAM

KEGIATAN LOKASI

/Nelayan ( Pemasangan Instalasi Air Minum + Pemasangan Sambungan Rumah (SR)

Penambahan Kapasitas Pengolahan Air Minum IPA Baruga 20 L/Dtk Kota Kendari 3. Rencana Sanitasi Kota

Peningkatan Kemampuan Air Limbah Kota Kendari dan DED Optimalisasi IPLT Kota Kendari

(27)

Gambar

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Tabel 3.3 Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman
Tabel 3.4 Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman
+3

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, Market Brief ini disusun sedemikian rupa untuk menjawab peluang yang terbuka dengan menyampaikan informasi-informasi terkait yang bermanfaat bagi

Pengamatan dan wawancara ketiga di TK Nusa Indah Palembang dengan Ibu Een Menjelaskan Bahwa kurikulum yang digunakan di TK tersebut telah menggunakan kurikulum

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Bila terdapat dokumen Business Requirements List yang terpisah dari dokumen Functional Specification maka tuliskan disini ringkasannya.. Namun apabila tidak ada maka

Arahan pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi dua, yaitu kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. 1) Kawasan permukiman perkotaan yang

Bab III berisi tentang eksistensi metode dakwah di kalangan remaja perkotaan yaitu forum komunikasi remaja “ROMANSA” bab ini terbagi dalam empat sub bab, yaitu sub bab

(1) Dengan nama retribusi Izin Gangguan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Gangguan kepada orang pribadi atau Badan Hukum yang melakukan kegiatan atau

Hipotesis 2 menyatakan bahwa terdapat pengaruh manipulasi aktivitas riil terhadap dividen perusahaan LQ 45, untuk pengujian hipotesis 2 apakah terdapat Pengaruh manipulasi