• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja ROMANSA di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja ROMANSA di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja

“ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Dakwah

Jurusan / prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Oleh : AHMAD SOLEH

071211017

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2012

(2)

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 5 (lima) ekslampar

Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

IAIN Walisongo Semarang

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara:

Nama : Ahmad Soleh NIM : 71211017 Fak. / Jur. : Dakwah / KPI

Judul Skripsi : METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel.

Tambakaji Ngaliyan Semarang)

Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan.

Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 14 Juni 2012

Pembimbing,

Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi dan Tata Tulis

Dr. H. Moh. Zuhri, M.Ag Drs. H. Ahmad Anas M.Ag

NIP. 1948515 196709 1001 NIP. 19660513 199303 1002

(3)

iii

PENGESAHAN

SKRIPSI

METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA”

di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)

Disusun oleh AHMAD SOLEH

71211017

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 25 Juni 2012

Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji

Penguji I Penguji II

Drs. H. Ahmad Anas, M.Ag Dr. H. Muchlis Yahya, M.Si NIP. 19660513 199303 1002 NIP. 19611017 198803 1002

Penguji III Penguji IV

Dra. Hj. Siti Sholihati, M.A Dra. Hj. Umul Baroroh, M.Ag NIP. 19631017 199103 2001 NIP. 19660508 199101 2001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Moh. Zuhri, M.Ag Drs. H. Ahmad Anas, M.Ag

NIP. 1948515 196709 1001 NIP. 19660513 199303 1002

(4)

iv DEKLARASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 16 Juni 2012

Ahmad Soleh

NIM: 71211017

(5)

v

ABSTRAKSI

Skripsi yang berjudul : Metode Dakwah di Kalangan Remaja Perkotaan (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel.

Tambakaji Ngaliyan Semarang). Mempunyai permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Metode dakwah pada forum komunikasi remaja “ROMANSA” di

Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang ?

2. Apa hasil-hasil yang telah dicapai forum komunikasi remaja “ROMANSA”

dalam dakwahnya?

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber kajian dalam hal ini dibagi menjadi dua sumber utama dan sumber penunjang.

Sumber utama adalah sumber yang diambil dari bahan-bahan yang langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsuung pada obyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini diperoleh wawancara langsung dari pengurus Romansa dan perwakilan dari masyarakat Tambakaji. Sumber penunjang adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia, sehingga dapat melengkapi sumber utama.

Adapun bentuk dakwah yang dilakukan Romansa, pertama adalah metode ceramah yang membahas permasalahan-permasalahan pada remaja. Kedua adalah dakwah melalui pendidikan dan pengajaran agama Islam dan yang ketiga adalah metode bil hal.

Berdasarkan dakwah yang telah dilakukan oleh Romansa melalui metode dakwahnya dapat dikatakan cukup efektif, berikut hasil-hasil yang telah dicapai Romansa dalam dakwahnya : Pertama remaja di Tambakaji lebih bisa menghargai dan menghormati yang lebih tua, menurunya tingkat kenakalan remaja di Tambakaji. Kedua Romansa telah mengadakan TPQ sebagai sarana belajar mengaji anak, sehingga anak-anak di Tambakaji mayoritas fasih dalam membaca Al Quran. Ketiga Romansa mengadakan pesantren kilat untuk remaja saat bulan Ramadhan hal ini dengan harapan remaja Tambakaji lebih banyak melakukan aktifitas positif saat Ramadhan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keberlangsungan dakwah pada masa kini masih banyak bersifat lisan.

Mengingat masyarakat perkotaan lebih bersifat rasional, maka hal ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan dakwah yang lebih luas cakupanya.

2. Dakwah yang telah dilakukan Romansa yaitu melakukan dakwah dari segi metode, melalui metode ceramah, metode pendidikan dan pengajaran agama dan metode bil hal.

Semua perilaku dakwah dalam organisasi Islam lebih meningkatkan kinerja serta

mengkaji eksistensi organisasi keagamaan khususnya di kalangan remaja

perkotaan.

(6)

vi

Motto















































Artinya : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

perjalanan yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah yang lebih mengetahui

tentang siapa tersesat dari jalan – Nya dan Dia – lah yang lebih

mengetahui orang – orang yang mendapat petunjuk”.( Qs. An

Nahel: 125)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Buah karya yang sederhana ini penulis persembahkan kepada :

Ayah Rusnali(Alm) dan ibunda Akuri tercinta, Terimakasih atas segala dukungan dan kasih sayang yang

engkau curahkan kepada saya

Terimakasih juga atas kebaikan kakak-kakak, keponakan- keponakan serta cucu-cucuku yang selalu berikan dukungan

kepada saya

Semoga Allah membalas kebaikan kalian berlipat ganda dan Allah selalu memberikan kalian kemudahan dalam segala

urusan yang diridhoi-Nya

Terima kasih kepada sahabat-sahabatku

The king of gabrud(Torik), kang maskun, kang midun, kang colek, serta temen-temen fakultas Dakwah angkatan 2007

Wabil khusus buat Khafidhoh yang insyaAllah menjadi pendamping hidupku

Yang selalau menemaniku dalam suka maupun duka serta memberikan semangat, motifasi dan dukungannya

Semoga Allah melipat gandakan pahala atas semua kebaikan

yang telah engkau korbankan untukku

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah yang maha pengasih dan maha penyayang yang tidak pilih kasih dan tidak pilih sayang, pencurahan segala nikmat dan taufiq serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada terkasih Nabi Agung Muhammad SAW pembawa rahmat bagi umat, shalawat salam juga semoga terlimpah pada para sahabat, keluarga dan para pengikutnya.

Dalam penyusunan skripsi ini disamping atas usaha kemampuan dan kemauan penulis juga atas prakarsa dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang begitu besar pengorbananya demi terselesainya skripsi. Maka penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat.

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin M,Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon M,Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

3. Bapak Dr. H. Moh Zuhri, M,Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

H. Ahmad Anas, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan

serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, yang telah banyak memberikan Ilmu pengetahuan kepada penulis dalam bangku perkuliahan.

5. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan bantuan moril dan spiritual serta do’a yang tak terhingga.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur, semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dengan limpahan kebaikan. Amin.

Pada akhirnya, penulis sadari betapa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi dengan harapan yang sangat besar semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya penulis.

Semarang, 15 Juni 2012 Penulis,

Ahmad Soleh

NIM: 71211017

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

DEKLARASI... iv

ABSTRAKSI... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Tinjauan Pustaka... 7

E. Metode Penelitian... 9

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II DAKWAH, ORGANISASI DAN REMAJA A. Kajian Tentang Dakwah Islam... 17

1. Pengertian Dakwah... 17

2. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah... 21

3. Subyek dan Obyek Dakwah... 25

4. Metode Dakwah... 29

(11)

xi

B. Organisasi... 34

1. Pengertian Organisasi... 34

2. Bentuk-bentuk Organisasi... 34

3. Syarat-syarat Organisasi... 39

C. Remaja... 41

1. Pengertian Remaja... 41

2. Klasifikasi Remaja... 42

3. Karakteristik Remaja... 44

BAB III METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA KEL. TAMBAKAJI NGALIYAN SEMARANG A. Letak Geografis Kelurahan Tambakaji... 47

1. Situasi dan Kondisi Geografis... 47

2. Situasi dan Kondisi Sosiso Ekonomi... 48

3. Situasi dan Kondisi Sosio Religius... 49

4. Tingkat Pendidikan... 49

5. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 50

B. Bentuk-bentuk Aktifitas dan Kreatifitas Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji... 51

1. Pembinaan Keagamaan... 52

2. Kesejahteraan dan Kemasyarakatan... 53

3. Seni, Budaya dan Olahraga... 55

C. Metode Dakwah Pada Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA”di Kel. Tambakaji... 59

1. Metode Ceramah... 60

2. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama... 62

3. Metode Bil Hal... 63

D. Hasil-hasil Yang Dicapai “ROMANSA” Dalam Dakwahnya... 64

1. Hasil Dari Metode Ceramah... 65

2. Hasil Dari Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama.. 66

(12)

xii

3. Hasil Dari Metode Bil Hal... 67 BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH FORUM KOMUNIKASI

REMAJA ROMANSA DI KEL.TAMBAKAJI NGALIYAN SEMARANG

A. Analisis Terhadap Aktifitas Dakwah... 68 B. Analisis Terhadap Metode Dakwah... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 76

B. Saran-saran... 77

C. Penutup... 78

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam, karena berkembang tidaknya ajaran agama Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan aktifitas dari berhasil tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan penyebaran.

Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat Islam, dengan memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep Islam ( Saefudin, 1996 : 1 ).

Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam.

Banyak para ahli ilmu dakwah memberikan definisi menurut versi sudut pandang yang berbeda. Meskipun demikian akan lebih terasa kalau semuanya itu saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan beberapa devinisi dakwah :

Amrullah Ahmad berpendapat sebagai berikut :

“Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang

dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman

dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur

utuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak

manusia pada dataran kenyataan indifidual dan sosio kultural

dalam mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi

(14)

2

kehidupan dengan menggunakan cara tersebut ( amrullah, 1984:

2)”..

Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yang akan digunakan dan cara penerapannya, karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering dinilai dari segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi oleh dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang berhasil di suatu tempat tidak dapat dijadikan tolak ukur daerah lain ( Abdullah, 1993 : 1 ).

Secara umum Allah telah memberikan pedoman tentang dasar metode dakwah, sebagaimana tercantum dalam Al Qur‟an surat An – Nahl ayat 125 :















































Artinya : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah yang lebih mengetahui tentang siapa tersesat dari jalan – Nya dan Dia – lah yang lebih mengetahui orang – orang yang mendapat petunjuk “ (Departemen Agama RI, 2005:

282).

(15)

3

Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Qur‟an surat An – Nahl ayat 125 maka jelaslah bahwa dakwah Islam tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu cara atau metode saja, namun berbagai cara dapat dilakukan sesuai objek dakwah dan kemampuan masing– masing pelaksanaan dakwah atau pimpinan dakwah.

Materi dakwah maupun metodenya yang tidak tepat, sering memberikan gambaran ( image ) dan persepsi yang keliru tentang Islam.

Demikian pula kesalahpahaman tentang makna dakwah, menyebabkan kesalahlangkahan dalam operasional dakwah. Sehingga dakwah sering tidak membawa perubahan apa – apa, padahal tujuan dakwah adalah untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah ( Hafiduddin, 1998 : 67 ).

Tambakaji yang termasuk sebagai daerah swasembada memiliki

penduduk yang mayoritas beragama Islam. Meskipun demikian tidak

semua masyarakat Tambakaji melaksanakan semua syariat Islam dengan

baik. Kehidupan masyarakat Tambakaji yang didominasi oleh orang tua

dan remaja, dari kalangan orang tua bapak-bapak ataupun ibu-ibu

masyarakat Tambakaji sudah cukup baik dalam melaksanakan syariat

Islam. Dengan melaksanakan berbagai aktifitas-aktifitas Islami, salah satu

kegiatan Islami yang sudah dilaksanakan oleh bapak-bapak maupun ibu-

ibu yaitu perkumpulan yasin tahlil rutin.

(16)

4

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, khususnya untuk kalangan remaja di Tambakaji, masih jauh dari harapan umat Islam pada umumnya yang dapat melaksanakan syariat Islam dengan baik, hal ini disebabkan karena dampak arus globalisasi yang pada dasar sasaranya adalah remaja. Karena suatu keadaan tentang remaja adalah penuh kegoncangan, belum mempunyai prinsip hidup kuat. Keadaan seperti itu sangat memerlukan agama dan membutuhkan suatu pegangan atau kekuatan luar yang dapat membantu mereka dalam mengatasi dorongan- dorongan dan keinginan-keinginan baru yang belum pernah mereka kenal sebelum itu (Daradjad, 1976: 13).

Melihat perkembangan zaman yang semakin modern dan sasaran dakwahnya di kalangan remaja, nampaknya kurang tepat jika dakwah khususnya dikalangan remaja perkotaan menggunakan dakwah bil lisan.

Hal ini mengingat masyarakat kota khususnya kalangan remaja tidak terlalu suka untuk digurui. Masyarakat kota cenderung percaya dengan hal-hal yang bersifat rasional. Tidak semua remaja di Tambakaji terpengaruh oleh dampak globalisasi. Hal ini dibuktikan sebagian remaja di Tambakaji ada yang sudah melaksanakan syariat Islam, dan juga membentuk suatu organisasi dakwah, yang sasaran utama dakwahnya adalah remaja.

Kondisi semacam ini rupanya memang merupakan problematika

utama dakwah di masa kini. Dengan kata lain bagaimana agar dakwah

Islamiah khususnya di kalangan remaja perkotaan yang selama ini bersifat

(17)

5

bil – lisan dapat dilengkapi dengan dakwah Islamiah secara lebih lengkap, luas dan menyeluruh. Sehingga nilai–nilai Islam benar–benar dapat dipahami, dihayati serta diamalkan sepenuhnya sehingga agama dapat membawa umatnya ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup. Sedangkan sementara ini kondisi umat boleh dikatakan masih banyak yang hidup dengan pola agraris yang disebut dengan peradaban gelombang pertama, dan baru sedikit yang berpola hidup industry sebagai peradaban gelombang yang kedua. Ketertinggalan umat Islam semacam ini jelas terkait erat dengan pola dakwah yang berlangsung selama ini.

Di samping materi juga masalah metode dan media dakwah khususnya di kalangan remaja perkotaan dalam menghadapi perkembangan zaman perlu adanya optimalisasi fungsi dan perkembangannya. Sehingga sudah saatnya untuk mengadakan evaluasi, pembaharuan, dan pengembangan dakwah.

Dalam melaksanakan dakwah itu tidak hanya dilakukan oleh perorangan saja, akan tetapi dilaksanakan secara kerja sama atau dengan kata lain adalah dengan membentuk organisasi dakwah Islam.

Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai rangkaian aktifitas menyusun

suatu kerangka yang menjadi wadah. Bagi segenap kegiatan usaha dakwah

organisasi inilah yang merupakan sesuatu kekuatan bagi umat Islam yang

disusun dalam satu kesatuan baik material, spiritual, maupun fisik material

( Saefudin, 1996 : 2 ).

(18)

6

Menyadari akan kenyataan ini, maka penulis mencoba mengkaji atas permasalahan–permasalahan tersebut, yang sudah dilakukan oleh forum komunikasi remaja Romansa di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang, dengan bentuk skripsi yang berjudul “Metode Dakwah di Kalangan Remaja Perkotaan (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang di ajukan adalah:

1. Bagaimana Metode dakwah pada forum komunikasi remaja

“ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang ?

2. Apa hasil-hasil yang telah dicapai forum komunikasi remaja

“ROMANSA” dalam dakwahnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui metode dakwah pada forum komunikasi

remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan

Semarang.

(19)

7

b. Untuk mengetahui hasil dari kreatifitas metode dakwah pada forum komunikasi remaja “ROMANSA” di Kel.

Tambakaji Ngaliyan Semarang.

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan menambah wacana keilmuan di bidang ilmu dakwah.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh praktisi dakwah tentang metode dakwah khususnya di kalangan remaja perkotaan.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan informasi dasar yang penulis gunakan dalam menyusun penelitian ini dan untuk menghindari penulisan yang sama, maka penulis menyajikan beberapa rujukan.

Pertama, skripsi Winarsih ( 2004 ), dengan judul Telaah Terhadap

Komunikasi dalam Organisasi Remaja Masjid Di Kel. Kalipancur

Semarang ( Studi Kasus Antar Remaja Islam “ AKARI” ). Dalam

penelitian ini Winarsih menerangkan bahwa aktifitas dan kreatifitas antar

remaja islam ( AKARI ) berisi suatu penyampaian ide mengenai berbagai

aktifitas Islami yang berkreasi yang dilaksanakan oleh anggota AKARI

dan di dukung oleh mayarakat setempat dalam suatu wadah organisasi.

(20)

8

Penelitian ini adalah penelitian kwalitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata – kata, gambar bukan angka – angka.

Kedua, skripsi Edi Switno ( 1995 ), dengan judul Perkembangan Dakwah Dalam Menghadapi Perkembangan Sosio Cultural Masyarakat Modern “ Sebuah Analisis tentang Metode dan Materi Serta Media Dakwah”. Dalam penelitian ini Edi Switno menerangkan bahwa disamping materi juga masalah metode dan media dakwah dalam perkembangan zaman perlu adanya optimalisasi fungsi dan pengembangan. Sehingga sudah saatnya untuk mengadakan evaluasi, pembaharuan dan pengembangan dakwah. Dalam penelitian ini digunakan metode pengmpulan data dengan library research sebagai sumber pengumpulan data primer.

Ketiga, skripsi Aproni ( 2000 ), dengan judul Pengaruh Pembinaan

Keagamaan di Luar Sekolah Terhadap Perilaku Sosial Remaja di

Kelurahan Tambakaji Semarang. Dalam penelitian ini Aproni

menerangkan bahwa sampai sejauh mana pengaruh pembinaan keagaaan

di luar sekolah yang terdapat di kelurahan Tambakaji yang berupa

pendidikan, pengajian, perkumpulan remaja, maupun Peringatan Hari

Besar Islam ( PHBI ) dalam membentuk perilaku kehidupan sosial remaja

Tambakaji yang meliputi segala segi kehidupan manusia, baik jasmani

maupun rohani, sehingga dalam kehidupan sehari–harinya para remaja

dapat berbuat dan berperilaku positif baik dalam kaitanya sebagai makhluk

individu, social maupun sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

(21)

9

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang ada di Kelurahan Tambakaji Semarang yang berjumlah 500 orang, sedangkan sampel yang di ambil 50 orang atau sekitar 10% hal ini di dasarkan pada pendapat bahwa, jika subyeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat di ambil 10%

atau 20% sampai 25%. Adapun teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling sampel secara acak tanpa pandang bulu.

Dari berbagai judul penelitian yang penulis uraikan di atas, maka terlihatlah perbedaan penelitian dengan penelitian yang penulis ajukan.

Perbedaan ini terlihat jelas pada daerah dan pemfokusan obyek penelitiannya kemudian berdasarkan perbedaan itu, maka akan berbeda pula karakteristik masyarakatnya. Baik dalam bidang kebudayaannya, pendidikan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat tersebut.

Berdasarkan perbedaan itu, sehingga akan menghasilkan penelitian yang berbeda pula.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

a. Kualitatif

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dan lebih mudah

bila berhadapan dengan kenyataan ganda metode yang menyajikan

secara langsung hakekat hubungan antara penelitian dan respon

lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

(22)

10

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola ini yang dihadapi (Lexy J. Moelong, 2001: 39).

Dengan metode ini, penajaman akan difokuskan pada persepsi remaja Kelurahan Tambakaji terhadap kegiatan-kegiatan yang dikoordinasikan oleh organisasi ROMANSA sebagai media dakwah.

b. Deskriptif

Deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka (Noeng Muhadjir, 1996: 5).

Dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan- keadaan nyata yang sekarang, kondisi informasi tentang organisasi ROMANSA dan masyarakat Kel. Tambakaji.

Metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada penelitian dilakukan dan memberikan sebab-sebab dari satu gejala tertentu.

2. Definisi Konseptual dan Operasional

Ada kunci dasar dalam memahami penelitian ini yaitu, metode dakwah dan remaja.

Metode dakwah secara konseptual di artikan sebagai cara–cara

tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟I (komunikator) kepada mad‟u

untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang ( Munir,

2003 : 7 ).

(23)

11

Adapun metode –metode dakwah di antaranya yakni :

a. Metode Ceramah

Suatu cara lisan dalam rangka pengajian yang disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u atau dapat dikatakan menyajikan keterangan kepada orang lain agar dapat dimengerti apa yang telah disampaikan tersebut (Abdullah, 1989 : 54).

b. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama

Pengajaran adalah alat perantara untuk pencapaian tujuan pendidikan, sedang pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dakwah.

c. Metode Tanya Jawab

Metode ini biasanya digunakan bersamaan dengan metode lain seperti di dalam metode ceramah, metode tanya jawab biasanya digunakan menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) untuk menyemangatkan mad‟u (Ulih, 1975 : 18).

d. Metode Keteladanan

Metode keteladanan atau dikenal dengan istilah direct method yakni suatu cara memperlihatkan sikap gerak-gerak, kelakuan, perbuatan dengan harapan orang lain melihat, menerima, memperhatikan dan mencontoh (Abdullah, 1989 : 107).

e. Metode Bil Hal

Dakwah yang bersifat menanamkan, meresapkan dan

mengamalkan ajaran Islam.

(24)

12

Remaja secara konseptual diartikan yaitu suatu masa dari manusia yang paling banyak mempengaruhi, sehingga membawanya dari masa anak – anak menuju kepada masa dewasa, meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial ( Darajat, 1976 : 35 )

Menurut Zakiah Daradjat remaja adalah “masa peralihan dari anak- anak menuju dewasa, pada masa seorang akan mengalami perubahan yang cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan, sikap maupun cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Daradjat, 1988 : 101). Zakiah Daradjat memberi batasan bahwa masa remaja yang ditandai dengan terjadinya peruubahan pada individu, biasanya dimulai pada usia 13 atau 14 tahun sampai usia 21 tahun (Daradjat, 1978 : 25 ).

Kartini Kartono juga berpendapat bahwa remaja adalah “masa

penghubung atau atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa

dewasa. Pada masa ini anak (remaja) pada umumnya mengalami satu

bentuk krisis berupa keseimbangan jasmani dan rohani (Kartono, 1979 :

149)”. Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa

remaja adalah suatu masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, di

mana pada masa ini seseorang akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik jasmani maupun rohani yaitu antara usia 13

tahun hingga 21 tahun.

(25)

13 3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah subyek darimana data bisa diperoleh (Arikunto, 1998: 115). Ada dua macam sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada obyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1997: 91). Data ini diperoleh wawancara langsung dari pengurus Romansa.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian (Azwar, 1997: 92). Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia.

4. Metode Pengumpulan Data

Field research adalah penelitian yang dilaksanakan di lapangan, atau terjun langsung pada kancah penelitian, yaitu Kelurahan Tambakaji guna memperoleh data pokok tentang aktifitas forum komunikasi remaja

“ROMANSA“. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode

sebagai berikut :

(26)

14 a. Observasi / Pengamatan

Yaitu “pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena- fenomena yang diselidiki“ ( Sutrisno Hadi, 1986 : 136 ) metode ini digunakan secara langsung mengamati terhadap situasi dan kondisi remaja. Dengan pengamatan atau pendekatan secara sistematik fenomena–fenomena yang diselidiki aktifitas forum komunikasi remaja

“ROMANSA” melalui metode dakwahnya.

b. Interviuew/Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang diselidiki dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan (Sutrisno, 1989 : 193). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari pihak yang diwawancarai. Hal ini penulis lakukan dengan cara mengadakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan visi dan misi, aktifitas dakwah serta metode-metode dakwah pada forum komunikasi remaja “ROMANSA”.

c. Dokumentasi

Yaitu pemberian bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti

kutipan-kutipan) transkrip, notulen penelitian ini adalah sumber data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen tertulis, metode

ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada hubungannya

dengan permasalahan.

(27)

15 5. Metode Analisis Data

Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy J.Moleong dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan saham uraian dasar (Moleong, 1996: 15).

Semua data yang terkumpul, baik dari hasil observasi dan wawancara penulis kumpulkan untuk dianalisis secara kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode berfikir induktif : yaitu suatu proses berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus–kasus yang bersifat khusus dan terbatas ( Mundiri, 1991 : 11 – 12).

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran secara menyeluruh dari sisi skripsi ini yang akan memudahkan bagi pembaca untuk memahami, penulis memberikan sistematika beserta penjelasan secara garis besarnya bahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisn skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab

yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan skripsi, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode

penelitian skripsi yang meliputi jenis penelitian, definisi konseptual dan

operasional metode pengumpulan data, metode analisis data dan

sistematika penulisan.

(28)

16

Bab II merupakan landasan teori yang mendasari penulisan dalam pembahasan skripsi. Dalam hal ini akan diuraikan dalam sub bab pertama yang membahas kajian tentang dakwah yang terdiri dari pengertian, subjek dan objek, dasar dan tujuan serta metode dan media dakwah. Sedangkan sub bab kedua akan membahas mengenai pengertian organisasi, bentuk- bentuk organisasi, unsur-unsur organisasi, dan syarat organisasi. Sub bab ketiga akan mengupas masalah pengertia remaja, klasifikasi remaja, karakteristik remaja.

Bab III berisi tentang eksistensi metode dakwah di kalangan remaja perkotaan yaitu forum komunikasi remaja “ROMANSA” bab ini terbagi dalam empat sub bab, yaitu sub bab pertama yang akan menjabarkan mengenai letak geografis kelurahan Tambakaji, sub bab kedua akan membahas aktifitas dan kreatifitas organisasi forum komunikasi remaja

“ROMANSA”. Sub bab ketiga membahas tentang metode dakwah yang efektif pada organisasi forum komunikasi remaja “ROMANSA”. Sub bab ke empat membahas tentang hasil-hasil dakwah pada forum komunikasi Romansa.

Bab IV berisi tentang analisis metode dakwah forum komunikasi remaja “ROMANSA” bab ini meliputi analisis terhadap aktifitas dan metode-metode dakwah forum komunikasi remaja “ROMANSA”.

Bab V adalah merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan,

saran –saran dan penutup.

(29)

17 BAB II

DAKWAH, ORGANISASI DAN REMAJA

A. Kajian Tentang Dakwah Islam 1. Pengertian Dakwah

a. Arti Dakwah Menurut Bahasa (Etimologi)

Ditinjau dari segi etimologi, dakwah berasal dari bahasa arab, terambil dari akar kata da‟a ( اػد ), mempunyai arti seruan, himbauan atau panggilan (Yunan, 1998 : 199). Dalam kamus Marbawi, dakwah mempunyai arti seperti ةوػد (ajak, mengutuk, menyumpah) ةوػد (dakwah) ةوػد (panggilan kenduri, menjemput makan) (Al Marbawi, tt : 203).











































(Depag RI, 2007 : 264) Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”

( Al Anfal : 24 )

(30)

18

b. Arti Dakwah Menurut Istilah (Terminologi)

Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah terdapat beraneka ragam pendapat. Hal ini tergantung pada sudut pandang mereka di dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut. Sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan lainnya senantiasa teerdapat perbedaan dan kesamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan disajikan beberapa definisi dakwah sebagai berikut :

1) Menurut Munir Mulkhan dalam bukunya “Ideologisasi Gerakan Dakwah” bahwa dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat manusia dalam hal konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma‟ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang di perbolehkan akhlaq dan membimbing pengalamanya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara (Mulkhan, 1996 : 52).

2) Muhammad Al-Bayevold dalam bukunya “Islam Agama Dakwah

Bukan Revolusi“ menyatakan bahwa dakwah adalah perubahan

sosial menuju masyarakat idaman, meninggalkan sikap egoistis dan

kecenderungan materialis menuju ke arah kebersamaan dan

kemaslahatan untuk tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.

(31)

19

3) Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya “Dasar-Dasar Strategi Dakwah” memberikan pengertian dakwah dari dua segi atau dua sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengembangan. Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT, agar mentaati Syariat Islam (memeluk Islam) supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat (Asmuni, 2000: 20 ).

Dari beberapa definisi dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah usaha untuk mengajak kepada seluruh umat manusia dengan menyampaikan ajaran Islam agar tercapai perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga ahirnya dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut:

a. Da’i

Da‟i atau juru dakwah merupakan poros dari suatu proses

dakwah. Secara etimologi, da‟i berarti penyampai, pengajar dan

peneguh ajaran ke dalam diri mad‟u. Menurut muhammad Al-Ghozali

juru dakwah adalah para penasehat, para pemimpin, dan para pemberi

(32)

20

peringatan yang memberi nasehat dengan baik, mangarang dan berkhutbah (Syabibi, 2008: 96).

b. Maddatu Al Dakwah (Pesan Illahiyah)

Yaitu ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya, yang dapat dikutip, dan ditafsirkan dari sumbernya (Al-Quran dan Hadits) atau dapat pula dikutip dari rumusan yang telah disusun oleh para ulama atau da‟i. Di dalam dakwah pesan illahiyah dapat disebut juga sebagai materi dakwah, yaitu pesan-pesan yang harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah (Anshari, 1993: 145).

c. Tariqatu Al Dakwah (Metode)

Adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang mubaligh(komunikator) untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang (Tasmara, 1997: 43).

d. Wasilah (media)

Yaitu sarana yang digunakan dalam berdakwah. Dapat berupa sarana langsung tatap muka atau sarana bermedia apabila dakwah dilakukan jarak jauh, seperti telepon, televisi, radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

e. Mad’u (yang didakwahi)

Yaitu sasaran dakwah atau peserta dakwah baik perseorangan maupun kolektif.

f. Atsar (efek)

Adalah suatu efek dari mad‟u setelah didakwahi.

(33)

21 2. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah

a. Dasar Hukum Dakwah

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawarkan lagi. Oleh karenanya dakwah melekat erat bersamaan pengakuan dirinya sebagai seorang muslim maka secara otomatis pula, dia itu menjadi seorang juru dakwah. Hal ini berdasar pada firman Allah :















































Artinya :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (An Nahl : 125) (Depag RI, 2007 : 421).

Kata ud‟u ( عدا ) yang diterjemahkan dengan seruan sebagaimana di atas adalah bentuk fiil amr yang menurut kaedah ushul fiqh :

بوجوهنسيلاا يف مصلاا “pokok dalam perintah (amr) menunjukan wajib perbuatan yang diperintahkan”(Nazar, 2000 : 28).

Artinya bahwa setiap fiil amr adalah perintah dan setiap perintah

adalah wajib dan harus dilaksanakan selama tidak ada dalil lain yang

memalingkanya dari kewajiban itu kepada sunnah atau hukumnya

yang lain. Hanya saja terdapat perbedaan pendapat para ulama tentang

status kewajiban itu apakah wajib ain atau wajib kifayah.

(34)

22

Perbedaan pendapat ini bertumpu pada penafsiran ayat 104 surat Ali Imron :































Artinya :”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imron : 104).

Bahwa kata (ىكُي) menurut pendapat pertama huruf ٍي diberi makna littab‟idh maka hukum dakwah adalah fardhu„ain, yakni setiap orang Islam tanpa terkecuali, sebagaimana pendapat M. Natsir :

“....dakwah suatu kewajiban penuh atas umat Islam sendiri, yang tidak mungkin dan dan tidak boleh diupahkan kepada orang lain, dan tidak bisa ditopang oleh dakwah orang lain. Ia harus dirasakan sebagai fardlu “ain”, suatu kewajiban yang tidak seorang muslim atau muslim manapun yang dapat terlepas diri dari padanya (Natsir, 1991: 118-119).

Sedangkan untuk pendapat kedua, bahwa kata ٍي diberi pengertian littab‟idh (sebagian) sehingga menunjukan pada fardlu kifayah, seperti halnya oleh Jalaludin dalam tafsirnya diterangkan sebagai berikut :

فك ضسفسكذاي ٌلا ضؼبتهن ٍي تيلاا مك وزهيلاتيا

مكب قيهيلاو

دحا ناك مْاج

“Min adalah untuk arti sebagian karena apa yang telah disebutkan

(dakwah) itu adalah fardlu kifayah, tidak wajib atas seluruh umat dan

tidak patut untuk setiap orang, seperti orang yang bodoh” (Al Jalalain,

2000 : 58).

(35)

23

Dari keterangan tersebut di atas dapat dimbil suatu pengertian bahwa kewajiban berdakwah merupakan tanggung jawab dan tugas setiap muslim dan muslimah di manapun dan kapanpun berada.

Tugas dakwah ini wajib dilaksanakan bagi laki-laki dan wanita Islam yang baligh dan berakal. Hanya saja kemampuan masing-masing. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim :

غطتسي ىهَاف ِديب ِسيغيهفاسكُي ىكُي ىاز ٍي فؼضا كنارف ّبهقبف غطتسي ىن ٌاف َّاسهبف

ًيلاا ) ىهسي ِاوز(ٌا

“barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemunkaran maka rubahlah dengan kekuasaanya dan apabila tidak mampu (dengan kekuasaanya) maka rubahlah dengan ucapanya dan apabila tidak mampu dengan ucapan maka rubahlah dengan hatinya dan yang demikian itu paling lemahnya iman.

b. Tujuan Dakwah

Dakwah yang pada dasarnya mengajak ke arah yang lebih baik tentunya mempunyai tujuan yang diharapkan. Tujuan ini dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah.

Dakwah yang tidak ada tujuan merupakan pekerjaan sia-sia yang akan menghamburkan pikiran, tenaga, dan biaya.

Tujuan dakwah dalam perspektif menejemen dakwah, terbagi atas

dua bagian, yakni tujuan-tujuan dakwah secara herarkinya terbagi menjadi

tujuan utama dan tujuan departemental.

(36)

24

Pertama, sebagai tujuan utama dakwah, yang dimaksud adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Dalam hal ini yang menjadi tujuan utama dakwah adalah terwujudnya kebahagian di dunia dan di akhirat yang diridlai Allah AWT (Rosad, 1998: 21).

Memahami tujuan utama dakwah tersebut di mana tujuan tersebut dalam kehidupan manusia merupakan final tujuan hidup, maka dapatlah dikatakan bahwa pada dasarnya dakwah merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan dirinya menuju pada kehidupan yang paripurna, yaitu kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat nanti. Disinilah letak kelanggengan dakwah bila manusia menyadari akan arti dan fungsi serta tujuan akhirat nanti.

Disinilah letak kelanggengan dakwah bila manusia menyadarinya, guna mencapai tujuan ahir tersebut. Sudah barang pasti segala aktifitas dakwah senantiasa harus terarah menuju pada tercapainya kehidupan yang Islami baik dalam individu mapn secara komunitas, dengan menjadikan Al Quran dan Hadits Nabi sebagai “ term of reference-nya”.

Kedua, tujuan departemental dakwah, tujuan departemental ini

merupakan tujuan perantara untuk mencapai tujuan ahir. Yang dimaksud

tujuan departemental dakwah adalah nilai-nilai atau hasil-hasil yang

hendak dicapai dalam aktifitas dakwah pada bidang garapan dakwah

dalam segala aspek kehidupan manusia (Rosad, 1998 : 27).

(37)

25

Dari pemahaman terhadap pengertian di atas dapat dipahami bersama bahwa medan dakwah atau ruang gerak dakwah Islamiah adalah segala aspek kehidupan manusia dengan mengupayakan agar kehidupan manusia dalam segala aspeknya bersendikan nilai-nilai Islam. Maka pada tiang-tiang bidang kehidupan ditentukan tujuan departemental sebagai perantara pada tercapainya tujuan akhir. Penetapan tujuan departemental ini erat sekali kaitanya dengan upaya penyusunan strategi dakwah agar dakwah dapat berhasil secara efisien dan efektif.

Dalam satu rumusan yang sederhana, dapat dikatakan tujuan dakwah sebagai berikut :

 Bagi setiap pribadi muslim, dengan melakukan dakwah berarti bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban agamanya, yaitu Islam.

 Tujuan dari pada komunikasi dakwah ini, adalah terjadinya perubahan tingkah laku sikap atau perbuatan yang sesuai dengan risalah Al Quran dan Sunnah (Toto, 1987 : 47).

 Tujuan dakwah ialah ingin merbah situasi dan bukan sebaliknya, dari situasi jahiliah ke situasi tauhid dari situasi tanpa moral ke situasi ahlakul karimah dan sekular serta serba materialistik ki situasi Islam menuju ridho Allah semata (Natsir, 1991 : 9).

3. Subyek Dan Obyek Dakwah a. Subyek Dakwah

Subyek dakwah atau da‟i adalah pelaksana dari pada kegiatan

dakwah, baik perorangan atau individu maupun bersama-sama yang

terorganisir (Aminudin, 1986: 40). Pada dasarnya da‟i adalah

pembantu dan penerus dakwah para Rasul yang mengajak manusia

pada jalan Allah. Dengan demikian da‟i atau mubaligh sebagai

(38)

26

komunikator, penerus dakwah Rasul, sudah barang tentu usahanya tidak hanya menyampaikan pesan semata-mata, tetapi da‟i harus mengerti dan memahami dari efek komunikasinya terhadap komunikan, maka setiap mubaligh harus mampu mengidentifisir dirinya sebagai pemimpin dari kelompok atau jamaahnya (Toto, 1998:

84). Di samping itu juga sebagai seorang pelaku utama untuk mempengaruhi perubahan sikap dari komunikanya, yang dikenal dengan “agent of change” (Toto, 1998: 91).

Tugas juru dakwah adalah mengajak dan menyeru kepada manusia supaya manusia itu mau mengikuti petunjuk Allah dan hidup menurut ajaran agama Islam. Adapun manusia itu menerima petunjuk dan mengikuti ajakanya ataupun seruan da‟i, hal itu adalah uruusan Allah. Dalam hal ini Allah telah memberikan garis besarnya :

: ٌاسًػ لا(

02

) ... غهبنا كيهػاًَاف ا ونوت ٌاو ...

Artinya : “....Dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan(ayat-ayat Allah) ”....(Q.S Ali Imron:

20) (Depag RI, 2007: 78).

Sebab yang menentukan bahwa manusia menerima dakwah atau menolaknya adalah Hidayah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al An‟am ayat 125 : yang artinya sebagai berikut :

“Dan barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan

petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk

memasuki agama islam. Dan barang siapa Allah menghendaki

akan sesatnya, niscaya Allah akan menjadikan dadanya sesak

lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit.

(39)

27

Demikian Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (Depag RI, 2007: 23).

Agar pesan dalam dakwah itu sampai pada orang yang menerimanya, dimengerti, dipahami dan dihayati oleh penerima, seorang da‟i dituntut persyaratan-persyaratan pengetahuan agama yang luas, pengetahuan kemasyarakatan dan inforamasi umum yang aktual. Lebih dari itu dituntut pula persyaratan untuk memiliki sifat- sifat mulia, watak yang luhur dan bukti perbuatan nyata (Anwar, 1993: 174).

b. Objek dakwah

Dakwah merupakan aktifitas lanjutan tugas Rasulullah SAW, sehingga obyek yang dituju juga sasaran risalah Muhammad SAW, yakni seluruh umat manusia tanpa terkecuali, baik pria maupun wanita, beragama maupun tidak beragama, pemimpin maupun rakyat biasa, mereka disebut mad‟u atau penerima dakwah (Sanwar, 1998: 66).

Sebagai sasaran dakwah adalah manusia sebagai pribadi/individu maupun anggota masyarakat. Manusia sebagai individu tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sedangkan masyarakat itu sendiri terdiri dari atau terbentuk dari para individu.

Antara individu dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik,

saling mengisi, saling membentuk dan saling mempengaruhi. Atau

terjadi hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana

kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Hal ini yang

(40)

28

disebut dengan interaksi sosial. Berkaitan dengan pengaruh sosio kultural terhadap perkembangan dan pertumbuhan individu cukup berarti. Dalam hal ini Emile Dorkheim, memberikan suatu pendapat mengenai pengaruh kesadaran kelompok terhadap jiwa perseorangan :

“Jiwa kelompok adalah menjadi dasar dari kesadaran kolektif, sedang jiwa perseorangan merupakan dasar dari kesadaran individual, akan tetapi kesadaran kelompok itulah yang kemudian dapat menguasai jiwa perseorangan itu. Hal ini nampak dalam hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan nilai atau norma-norma sosial yang tidak dimiliki oleh individu- individu dalam masyarakat tetapi lama kelamaan terbentuk oleh masyarakat. Setiap individu dapat dipaksa olehmasyarakat untuk menerimanya. Suatu sistem yang mengikat kehidupan orang sekaligus meurpakan lingkungan yang dapat mempengaruhi dan menguasai segala bentuk kehidupan manusia adalah apa yang kita sebut masyarakat (Arifin, 1997 : 56-57)”.

Adapun orang-orang yang menjadi obyek, oleh Shalahudin Sanusi, dikelompokan menurut aspek-aspek berikut ini :

1) Biologis

Dapat dibagi kepada menurut jenis kelamin yaitu laki-laki dan wanita, menurut umur yaitu anak-anak, pemuda dan orang tua.

2) Geografis

Digolongkan kepada masyarakat desa dan kota.

3) Ekonomi

Dapat digolongkan menurut keadaan perekonomian, tingkat kekayaan dan pendapatanya kepada orang kaya, orang sedang dan orang miskin.

4) Agama

Digolongkan kepada orang Islam dan bukan Islam.

(41)

29 5) Pendidikan

Dapat digolongkan kepada orang yang berpendidikan tinggi, menengah dan rendah.

6) Pekerjaan

Dapat dikategorikan kepada golongan buruh, petani, pengusaha, pegawai, seniman dan militer.

7) Kelompok

Kelompok ini terdiri dari pada kelompok primer ke kelompok sekunder dan kelompok tertier. Kelompok primer adalah keluarga, kelompok sepermainan dan tetangga. Kelompok sekunder seperti organisasi petani dan sebagainya. Sedangkan kelompok tertier seperti kelompok sepak bola dan sebagainya (Sanusi, 2001 : 99).

4. Metode Dakwah

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai

“cara yang telah teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud” (Purwadarminta, 1985: 649). Dengan demikian metode berarti cara untuk mencapai tujuan dakwah.

Dalam berdakwah dikenal beberapa metode dakwah, tetapi kajian

ini hanya akan dibahas mengenai metode yang berkaitan erat dengan

skripsi ini, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung

berkenaan dengan judul skripsi ini antara lain:

(42)

30 a. Metode Ceramah

Yakni “ suatu cara lesan dalam rangka pengajian dakwah yang dilaksanakan oleh da‟i kepada mad‟u atau dapat dikatakan amenyajikan keterangan kepada orang lain agar dapat dimengerti apa yang disajikan (Dzikron, 1989: 54). Metode ini sebagaimana telah disinggung dalam Al Quran surat An Nahl 125 dengan menggunakan

ػوًنا ظ تُسحنات

(memberi nasehat yang baik).

b. Metode Tanya Jawab

Metode ini biasanya digunakan bersamaan dengan metode lain yaitu metode ceramah juga melengkapi metode di atas dalam rangka mencapai tujuan dakwah, tanya jawab wajar pula digunakan menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) untuk

menyemangatkan mad‟u. Tanya jawab ini sering pula disebut dengan questioning.

c. Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama

Pengajaran adalah alat perantara bagi pencapaian tujuan pendidikan, sedang pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tjuan dakwah (Asmuni, 2000: 159).

Pendidikan agama sebagai metode dakwah pada dasarnya

membina (melestarikan) fitrah anak yang dibawa sejak kecil atau sejak

lahir, yaitu fitrah beragama (perasaan berTuhan). Karena pendidikan

Islam merpakan proses pengarahan perkembangan kehidupan dan

(43)

31

keberagamaan peserta didik ke arah kehidpan Islami (mulkhan, 1996:

237).

d. Metode Keteladanan

Metode keteladanan atau dikenal dengan istilah “demonstration method” atau “direct method” yakni suatu cara memperlihatkan sikap gerak-gerik, kelakuan, perbuatan dengan harapan orang dapat melihat, menerima, memperhatikan, dan mencontoh(Kadir, 1991: 35). Sehingga dilihat dari sudut dakwah, metode demonstrasi itu sangat menimbulkan kesan yang besar, karena panca inderaa dan bathin sekaligus dapat dipekerjakaan.

e. Metode Bil Hal

Dakwah bil hal atau dakwatul hal, adalah cara untuk menanamkan, meresapkan dan mengamalkan ajaran Islam dengan sebenarnya tanpa melalui banyak bicara, untuk pemenuhan kebuutuhan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Karenanya tepat apabila pada era pembangunan dewasa ini, ditetapkan program dakwah bil ha sebagai prioritas dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat uumat terutama dari golongan berpenghasilan rendah (Hamka dan Rafik, 1998: 322).

Setelah mengenal metode dakwah, da‟i juga harus memahami

prinsip-prinsip dakwah. Prinsip-prinsip tersebut menurut Achmad

Mubarok dalam pengantarnya di buku Psikologi Dakwah terangkum

dalam:

(44)

32

1. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri, dan kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh masyarakat.

2. Secara mental da‟i harus siap menjadi ahli waris para nabi yakni mewarisi perjuangan yang berisiko, al’ulama waratsat al ambiya‟.

Semua nabi harus mengalami kesulitan dalam berdakwah kepada kaumnya meski sudah dilengkapi mukjizat

3. Da‟i harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah.

4. Da‟i harus juga menyelami alam pikiran masyarakat sehingga kebenaran Islam tidak disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat.

5. Dalam menghadapi kesulitan da‟i harus bersabar, jangan bersedih atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak napas terhadap tippu daya mereka, karena sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap pembawa kebenaran akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap nabi-pun harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da‟i harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Allah Swt.

6. Citra positif adalah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah,

sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas dakwah

menjadi kontradiktif. Citra positif bisa dibangun dengan

kesungguhan dan konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra buruk

dapat dibangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal.

(45)

33

7. Da‟i haruus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah dengan hal-hal yang bersifat universal yakni al-khair (kebajikan), yad’una ila al-khair, baru kepada amr ma’ruf dan kemudian nahi munkar. Al khair adalah kebaikan universal yang datang secara normatif dari Tuhan, kemudian keadilan dan kejujuran, sedangkan al-ma’ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang sebagai kepantasan.

Sedangkan prinsip-prinsip dakwah jika ditinjau dari da‟i makna persepsi dari masyarakat secara jama‟ adalah:

a. Dakwah sebagai tabligh, wujudnya adalah ketika mubaligh menyampaikan ceramah atau pesan dakwah kepada masyarakat (mad‟u)

b. Dakwah sebagai ajakan

c. Dakwah sebagai pekerjaan menanam, dapat diartikan sebagai dakwah mengandung arti mendidik manusia agar mereka bertingkah laku sesuai dengan hukum Islam, karena bagaimanapun juga mendidik adalah pekerjaan nilai-nilai ke dalam jiwa manusia.

d. Dakwah sebagai akulturasi nilai, dan

Dakwah sebagai pekerjaan membangun (Wahyu, 2010: 22-25).

(46)

34 B. Organisasi

1. Pengertian Organisasi

a. Menurut pendapat Richad A. Jonshon, Fremont E. Kast, and James E.

Rosenz Weig yang dikutip oleh Sutarto (1993: 32-33) bahwa organisasi adalah

“ The organization is an assemblage of people, matreals, machines, and other resovrcer geared to task accomplishment trough a series of interactions and integrated into a social system”

Organisasi adalah kumpulan orang, barang, dan mesin dan sumber- sumber lain yang menghubungkan penyempurnaan tugas melalui rangkaian saling pengaruh dan bersatu padu ke dalam suatu sistem sosial.

b. Sutarto (1993: 36) sendiri berpendapat bahwa organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Bentuk-bentuk Organisasi

Sebelum dikemukakan tentang macam-macam bentuk organisasi akan diajukan terlebih dahulu beberapa pendapat. Beberapa pendapat yang dikemukakan di sini hanyalah yang berbeda dan itupun hanya dibatasi sampai lima pendapat ;

1) Lyman A. Keith dan Carlo E. Gebullini a. Line Srtuktur

b. Functionalization

c. Staff-and-servise division kemudian diubah menjadi line and staff an staff structure

a. Stuktur jalur b. Fungsional

c. Staf dan satuan pelayanan, kemudian berubah menjadi struktur

jalur dan staf

(47)

35

2) Lawrence L. Bethel, Frankin S. Atweter, George H. E Smith dan harvey A. Stockman Jr.

a. Line or military b. Line and staff c. Functional (pure) d. Line and functional staff

e. Line, functional, staff, and committee a. Jalur atau militer jalur staf

b. Jalur dan staf c. Fngsional (murni) d. Jalur dan staf fungsional

e. Jalur staf fungsional dan panitia 3) Robert Y. Durrand

a. Line and staff b. Line

c. Fuunctional a. Jalur dan staf b. Jalur

c. Fungsional 4) Dalton E. Mc Farland

a. Line organization b. Staff stucture c. Functional structre a. Organisasi jalur b. Stuktur staf

c. Struktur fungsional 5) William R. Spriegel

a. The line, military, or scalar organization b. The functional organization

c. The committee

a. Organisasi jalur, militer, atau hirarki b. Organisasi fungsional

c. Panitia

(48)

36

Dalam beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan sementara bahwa bentuk organisasi dapat dibedakan menjadi bentuk jalur;

fungsional; jalur dan staf; jalur dan staf fungsional; jalur dan staf fungsional dan panitia; staf; panitia.

Guna lebih memperjelas dapat diikuti terlebih dahulu pendapat dari The Liang Gie yang membedakan adanya bentuk organisasi ditinjau dari pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggungjawab, dan ditinjau dari jumlah orang yang memegang pimpinan. Ditinjau dari segi yang pertama dibedakan bentuk lurus (jalur) bentk lurus dan staf, bentuk fungsional, ditinjau dari segi yang kedua dibedakan menjadi bentuk pimpinan tunggal dan bentuk pimpinan dewan.

Atas dasar beberapa pendapat tersebut di atas dengan perubahan seperlunya dan pendapat yang terahir ini juga dengan perubahan seperlunya ahirnya dapat disusun macam-macam bentuk organisasi secara skematis sebagai berikut :

Bentuk-bentuk Organisasi

Ditinjau dari jumlah pucuk ditinjau dari saluran wewenang

pimpinan : 1. Bentuk jalur

1.Bentuk tunggal 2. Bentuk fungsional 2.Bentuk jamak 3. Bentuk jalur dan staff

4. Bentuk fungsional dan staff 5. Bentuk jalur

6. Bentuk jalur, fungsional dan staff

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh telah dianalisa statistik menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan komposisi media tanam dan perlakuan pupuk NPK

Nama Parthenon itu sendiri berarti pemujaan Dewi Athena Parthenos yang berarti wanita yang bisa menikah tetapi tidak menikah, yang menurut cerita Dewi Athena lahir dari kepala

Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan digesti dengan parameter ukuran bijih monasit, konsumsi asam sulfat, suhu digesti, waktu digesti dan konsumsi air pencuci

#enggunaan barbiturat barbiturat sebagai sebagai hipnotik hipnotik sedatif sedatif telah telah menurun menurun secara secara nyata karena efek terhadap SS# kurang spesifik

informasi adalah kesenjangan informasi yg dipicu oleh kesenjangan digital, antara lain disebabkan oleh :.. ● Ketidakseimbangan harga perangkat dan daya beli

Dalam persepsi ekonomi penjual tuak di Desa Palang Kabupaten Tuban terhadap penjualan tuak adalah nilai yang menguntungkan dari berjualan tuak, yaitu berjualan

Telah dirancang suatu system pengendalian Tone control jarak jauh yaitu dengan menggunakan PC Komputer maka si operator dapat mengendalikan peralatan tone control tersebut

Para Tenaga Kerja Indonesia yang terancam hukuman mati masih banyak terjadi di Arab Saudi yang menyebabkan pemerintah Indonesia seharusnya lebih bertindak tegas agar