9.1
ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA
KARYA
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Serang, tema pembangunan Kabupaten Serang Tahun 2012 adalah “ Serang yang Islami, Maju, Adil, Sejahtera dan Harmonis” Oleh karena itu pada tahun 2012 pembangunan di Kabupaten Serang dititikberatkan pada sektor pendidikan dalam rangka menciptakan masyarakat yang berdaya saing tinggi
9.2
PROFIL APBD
Profil APBD Kabupaten/Kota berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Struktur APBD Kabupaten Serang selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
ASPEK
Tabel-9.1:
Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Serang tahun 2008 – 2012
No K O M P O N E N 2008 2009 2010 2011 2012
I
Pendapatan Asli Daerah 61,863 67,966 84,787 99,003 122,583
Pajak Daerah
Dari tabel 9.1 di atas terlihat APBD Kabupaten Serang trend capaian pendapatan daerah setiap tahun dari Rp 482,880 miliar (2008) meningkat Rp 522,176 miliar (Tahun 2009) meningkat lagi Rp 544,426 miliar (2010) dan Rp 722,387 miliar (2011) serta menjadi Rp 891,918 miliar (2012), atau rata-rata setiap tahunnya mengalami peningkatan sekitar 17,14 %.
Untuk Dana Perimbangan, peranannya selama 5 tahun terakhir dalam membentuk total Pendapatan Daerah cenderung mengalami kenaikan, dari Rp 398,057 miliar (2008) meningkat Rp 431,991 miliar (2009) meningkat lagi Rp 434,890 miliar (2005) dan Rp 623,383 miliar (2010) serta menjadi Rp 747,835 miliar (2011). Kenaikan tersebut lebih disebabkan oleh adanya kenaikan Dana Alokasi Umum (DAU) Rp 327,760 miliar pada tahun 2008; Rp 346,946 miliar pada tahun 2009; Rp 372,524 miliar pada tahun 2010; Rp 548,389 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp 605,720 miliar pada tahun 2012.
Lebih jauh lagi, peningkatan ini menggambarkan masih ketergantungan terhadap keuangan pusat. Berpijak dari hal tersebut, ke depan komponen dana perimbangan akan sangat ditentukan oleh pos Bagi Hasil Pajak dan Penerimaan dari Provinsi, dimana kedua komponen tersebut tidak akan lepas dari usaha keras yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serang untuk dapat memperoleh dana sharing sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), meskipun selama 5 tahun terakhir peranannya masih pada posisi ke-2 setelah Dana Perimbangan namun memiliki perkembangan (trend) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tabel 9.2.1.1 pada tahun 2008 sebesar Rp 61,863 miliar; tahun 2009 Rp 67,966 miliar; tahun 2010 Rp 84,787 miliar; tahun 2011 Rp 99,003 miliar dan tahun 2012 sebesar Rp 122,583 miliar dengan rata-rata peningkatan sebesar 18,80 %
Pendapatan Asli Daerah (PAD) meskipun peranannya tidak begitu besar dalam pembentukan Pendapatan Daerah, namun peningkatan PAD memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan yang konsisten dari tahun ke tahun, dan ini tampaknya harus tetap dijaga untuk dapat lebih berperan dalam ikut menentukan besaran perolehan pendapatan daerah untuk masa-masa mendatang.
Selanjutnya untuk komponen Lain-Lain Pendapatan yang Sah yang dalam hal ini dikelola, melalui Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dari Pemerintah, dalam 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menurun (dari Rp 22,959 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 21,500 miliar pada tahun 2012), peranan tersebut juga relatif kecil dalam ikut menyumbang pembentukan total pendapatan daerah.
9.3
KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH
Untuk mendukung sumber pembiayaan dalam komponen proyek cost recovery, Pemerintah Daerah Kabupaten Serang telah memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Era liberalisasi perdagangan dan investasi menuntut BUMD untuk mampu memenuhi segala permintaan dan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya dengan pelayanan prima dan bersekala internasional. Oleh Karena itu BUMD harus mengubah paradigma usahanya dari budaya usaha yang berorientasi pada prosedur birokrasi yang kaku menjadi perusahaan daerah yang memiliki budaya korporasi dengan perilaku bisnis yang profesional dan enterpreneur.
Tabel 9.2
Laporan Neraca PDAM Kabupaten Serang
Periode 2008-2012 (Dalam Juta Rupiah)
U R A I A N 2008 2009 2010 2011 2012
AKTIVA :
Aktiva Lancar 6.760 8.416 7.540 9.983 10.288
Investasi Jangka Panjang 50 50 50 50 50
Aktiva Tetap 15.886 14.936 14.833 14.602 14.724 Aktiva lain-lain 2.519 1.355 1.693 1.855 1.436
Aktiva Tak Berwujud - - - - 38
Total Aset/Aktiva 25.216 24.758 24.177 26.491 26.537
Pasiva:
Hutang Lancar 3.972 2.562 2.532 4.665 4.263
Total Hutang/Pasiva 3.972 2.562 2.532 4.665 4.263 Total Modal & Cadangan 19.576 19.905 20.843 19.876 20.296 Jumlah laba (rugi) 1.526 2.140 583 1.782 1.806
Jumlah Pasiva 25.216 24.758 24.177 26.491 26.537
Sumber : PDAM Kabupaten Serang
Tabel 9.3
Laporan Laba Rugi PDAM Kabupaten Serang
Periode 2008-2012 (Dalam Juta Rupiah)
U R A I A N 2008 2009 2010 2011 2012
PENDAPATAN USAHA :
Pendapatan Penjualan Air 7.266 7.475 7.709 12.525 12.949
Pendapatan Sambungan Baru 866 63 83 76 45
Pendapatan Operasi Non Air 1.635 969 1.370 1.321 967 Pendapatan Mitra Kerja 1.846 3.011 2.355 2.886 1.452
Jumlah Pendapatan Usaha 11.615 11.519 11.518 16.809 15.415
Biaya Langsung Usaha
LABA (RUGI) KOTOR USAHA 6.779 6.803 6.868 11.000 8.768
Biaya tidak langsung
LABA (RUGI) USAHA 1.305 1.140 681 2.054 414
PENDAPATAN (BIAYA) LAIN-LAIN
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 1.359 1.062 1.037 2.164 517
PAJAK PENGHASILAN (524) (514) (376) (1.162) (300)
PAJAK TANGGUHAN 57 66 (130) (201) 250
LABA (RUGI) BERSIH 892 614 530 800 467
Sumber : PDAM Kabupaten Serang
Sementara Biaya Langsung Usaha yang terdiri : biaya sumber air, biaya pengolahan air, dan biaya transmisi & distribusi mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif, namun secara umum biaya langsung usaha cenderung menurun, sehingga laba kotor usaha relatif mengalami kenaikan. Jika dikurangi dengan biaya tidak langsung yang berupa biaya umum & administrasi, pendapatan (biaya) lain-lain,serta pengurangan pajak penghasilan dan pajak tangguhan, maka laba bersih PDAM Kabupaten Serang cenderung menurun, yaitu Rp 892,035 juta (2008) turun menjadi Rp 614,728 juta (2009), turun kembali menjadi Rp 530,134 juta (2010), kemudian naik Rp 800,904 juta (2011) dan kembali turun menjadi Rp 467,463 juta (2012)
Sementara arus kas PDAM Kabupaten Serang dapat digambarkan pada tabel 6.4 sebagai berikut :
Tabel 6.4
Laporan Arus Kas PDAM Kabupaten Serang
Periode 2008-2012 (Dalam Juta Rupiah)
U R A I A N 2008 2009 2010 2011
1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi 2.559 306 3.248 2.463
2. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi (5.873) (1.332) (2.017) (1.745)
3. Arus Kas Dari Aktivitas
Pendanaan 3.874 1.534 (1.564) 271
Kenaikan (Penurunan) Kas 560 509 (334) 989
Saldo Kas Awal 1.464 2.025 2.534 2.200
Saldo Kas Akhir 2.025 2.534 2.200 3.190
Secara umum arus kas dari aktivitas operasi selama 4 tahun fluktuasi yang sangat tajam , dimana tahun 2008 Rp 2,559 miliar turun tajam menjadi Rp 306 juta pada tahun 2009, kemudian meningkat lagi menjadi 3,248 miliar dan kembali turun menjadi 2,463 miliar tahun 2010. Sementara arus kas dari kegiatan investasi memiliki nilai negatif (defisit) yang merupakan penurunan dari aktiva tetap. Demikian pula halnya dengan arus kas dari aktivitas pendanaan mengalami fluktuasi penurunan. Namun pada akhirnya Kas dan setara kas akhir periode PDAM Kabupaten Serang selama 4 tahun cenderung mengalami kenaikan dari Rp 2,025 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 3,190 miliar pada tahun 2011.
9.4
PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA
9.4.1 PROYEKSI APBD 5 TAHUN KEDEPAN
Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima (5) tahun terakhir menggunakan asumsi dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima (5) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1. Menetukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiappos pendapatan yang terjadi dari PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK, DBH), dan lain-lain pendapatan yang sah.
2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :
Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)
3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya
Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel-9.6) maka diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya dalam lima (5) tahun kedepan.
Tabel-9.9:
Proyeksi Pendpatan APBD Kabupaten Serang dalam 5 Tahun Kedepan
Komponen APBD Realisasi Persentase
Pertumbuhan
Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)
1. Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintan adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta kayra.
Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
2. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untukmenutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. PinjamanDaerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain,
Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah – Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
- Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi /tidak bisa dihindari oleh pegawai,
belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai sesuai peraturan daerah yang berlaku .
- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
lembaga keuanganbank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhipersyaratan sebagai berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidakmelebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikanpinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerahjuga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuankeuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt ServiceCost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5.DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligusmemberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut:
9.5
ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI
PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
9.5.1 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.
b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya
c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis sebelumnya d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta berdasarkan hasil sebelumnya.
Dengan mengambil data Laporan Keuangan APBD kabupaten/Kota …..tahun 20..
sampai dengan tahun 20.., maka dapat dihitung NPS maupun DSCRnya dari masing-masing tahun. Dari hasil perhitungan kedua indikator tersebut, dikemukakan bahwa
NPS tahun 20.. sebesar Rp. ……….. dan tahun 20.. meningkat menjadi Rp. ………… atau
rata-rata meningkat sebesar … %. Dan untuk DSCR tahun 20.. sebesar ….kali, tahun 20.. sebesar .. kali atau diatas/dibawah rata-rata minimal 2,5 kali.
Perkembangan NPS dan DSCR Kabupaten/Kota ……….. tahun 20.. sampai dengan 20..
Tabel-9.11:
AnalisisNet Public Saving(NPS) dan Debt ServiceCost Ratio (DSCR)
Kabupaten/Kota………. Tahun …… - ……..
No Uraian 20….. 20….. 20….. 20…. 20…. Rata-rata
I Penerimaan Daerah 1. Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Bagi Hasil 4. Dana Alokasi Khusus II Belanja Wajib - Pembayaran Kegiatan Lanjutan III Net Public Saving (Rp)
Net Public Saving (%) IV Debt Service Cost Ratio (Rp)
Debt Service Cost Ratio (%)
9.5.2 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah, dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah Daerah Kabupaten Serang telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:
Pembahasan RAPBD menggunakan dokumen RPIJM sebagai referensi Peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi belanja daerah
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:
Meningkatkan penerimaan melalui pajak-pajak daerah
3. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada
Dilakukan identifikasi keperluan operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur untuk membuat perkiraan pendanaan yang diperlukan