• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2013"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN

KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM

PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

TIOMARNI LUMBAN GAOL

117032160/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF THE FACTORS OF DEMOGRAPHY,

SOCIO-ECONOMY, AND NEEDS ON COMMUNITY BEHAVIOR IN

SEARCHING FOR MEDICATION AT MEDAN KOTA

SUBDISTRICT, IN 2013

THESIS

By

TIOMARNI LUMBAN GAOL

117032160/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN

KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM

PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TAHUN 2013

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIOMARNI LUMBAN GAOL

117032160/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

Judul Tesis

: PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,

SOSIOEKONOMI DAN KEBUTUHAN

TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT

DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DI

KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2013

Nama Mahasiswa

: Tiomarni Lumban Gaol

Nomor Induk Mahasiswa : 117032160

Program Studi

: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi

: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M)

Ketua

Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

pada Tanggal : 02 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M

Anggota

: 1. Drs. Tukiman, M.K.M

2. dr. Heldy BZ, M.P.H

(6)

PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, SOSIOEKONOMI DAN

KEBUTUHAN TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM

PENCARIAN PENGOBATAN DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Tiomarni Lumban Gaol

117032160/IKM

(7)

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Namun program pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah

belum sepenuhnya sesuai dengan faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan masyarakat. Di Kecamatan Medan Kota ditemukan sarana pelayanan

kesehatan yang beragam sehingga perlu dikaji pencarian pengobatan yang dilakukan

masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi,

sosioekonomi dan kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di

Kecamatan Medan Kota dilakukan terhadap 138 orang kepala keluarga sebagai

sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara

statistik mengunakan uji regresi logistik

ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor

kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan

Medan Kota. Faktor kebutuhan paling dominan memengaruhi pencarian pengobatan

dengan nilai signifikan 0,000 dan nilai regresi logistik 8,564.

Disarankan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap tentang

penyakit dan pencarian pengobatan bagi masyarakat, melalui penyuluhan serta

sosialisasi program kesehatan, sehingga setiap masyarakat yang mengalami gangguan

kesehatan akan berupaya mencari pengobatan. Tenaga kesehatan supaya memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(8)

ABSTRACT

One of the attempts to achieve the highest public health standard is by

performing health services. However, health service program performed by the

government is still not adequately in line with the factors of socio-demography,

socio-economy, and public needs. Varied the health service facilities are found in

Medan Kota Sub district therefore, it is necessary to study the search for medication

by people.

The aim the research was to know the influence of the factors of

socio-demography, socio-economy, and public needs on the behavior of searching for

medication in Medan Kota Sub district. The samples consisted 0f 138 families, and

the data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using

multiple logistic regression tests at

α=5%.

The result of the research showed that socio-demography (age, sex,

education, knowledge, and attitude), socio-economy (occupation and income), and

public needs had influence to the search medication at Medan Kota Sub district. The

need factor had the most dominant influence on to the search medication to the

search medication with significance value of 0,000 and logistic regression value of

8,564.

It is recommended that knowledge and the change in attitude about disease

and the search for medication by people should be increased through counseling and

socialization of health program so that people who are sick will attempt to search for

medication. It also recommended that to health officer should make health service in

health facilities which are line with public needs.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bimbingan

dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis

ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus sebagai dosen

penguji tesis

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Drs. Tukiman, M.K.M, Anggota Komisi Pembimbing.

(10)

6. dr. Heldy BZ, M.P.H selaku Dosen Penguji Tesis.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Camat Medan Kota beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dilakukan

penelitian di wilayahnya.

9. Seluruh Lurah di wilayah Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia

memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

10. Seluruh penduduk Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku

Terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Pardamean

Manurung dan anak-anakku tersayang Raja Manurung, Yossie Agustina Manurung,

Partio Wenna Manurung, Titian Asnita Manurung serta seluruh keluarga yang telah

memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan

pendidikan S2 ini.

Medan, Juli 2013

Tiomarni Lumban Gaol

117032160/IKM

(11)

RIWAYAT HIDUP

Tiomarni Lumban Gaol lahir di Medan tanggal 12 Oktober 1962. Anak dari

pasangan bapak Alm. M. Lumban Gaol dan Ibu E. Banjarnahor. Penulis anak

pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD St. Antonius Medan selesai tahun

1974, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Medan selesai tahun

1977, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 5 Medan selesai

tahun 1981, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Akademi Keperawatan

Universitas Darma Agung Medan selesai tahun 1985, Akta III di IKIP Medan selesai

tahun 1995, S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan selesai tahun 2001. Pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

Mulai bekerja tahun 1986-1999 sebagai staf pengajar di Sekolah Perawat

Kesehatan Herna Medan, tahun 2000-sekarang sebagai staf pengajar di Akademi

Keperawatan RSU Herna Medan.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT ...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

RIWAYAT HIDUP ...

iv

DAFTAR ISI ...

vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...

x

DAFTAR LAMPIRAN ...

xi

BAB 1. PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Permasalahan ...

8

1.3 Tujuan Penelitian ...

8

1.4 Hipotesis...

8

1.5 Manfaat Penelitian ...

8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...

9

2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan ...

9

2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...

11

2.3 Perilaku ...

14

2.3.1 Pengertian Perilaku ...

14

2.3.2 Domain Perilaku ...

15

2.3.3 Perilaku Kesehatan ...

18

2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ...

19

2.5 Landasan Teori ...

23

2.6 Kerangka Konsep ...

23

BAB 3. METODE PENELITIAN ...

24

3.1 Jenis Penelitian ...

24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...

24

3.2.1 Lokasi Penelitian ...

24

3.2.2 Waktu Penelitian ...

24

3.3 Populasi dan Sampel ...

24

3.3.1 Populasi...

24

3.3.2 Sampel ...

25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...

26

3.4.1 Data Primer ...

26

3.4.2 Data Sekunder ...

26

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...

27

(13)

3.6 Metode Pengukuran ...

28

3.7 Metode Analisis Data ...

29

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...

31

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Kota ...

31

4.2 Analisis Univariat ...

31

4.2.1 Sosiodemografi Responden ...

31

4.2.2 Sosioekonomi Responden ...

37

4.2.3 Kebutuhan Responden ...

39

4.2.4 Pencarian Pengobatan ...

40

4.3 Analisis Bivariat ...

45

4.4 Analisis Multivariat ...

47

BAB 5. PEMBAHASAN ...

48

5.1 Pengaruh Sosiodemografi terhadap Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota ...

48

5.2 Pengaruh Sosioekonomi terhadap Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota ...

54

5.3 Pengaruh Kebutuhan terhadap Pencarian Pengobatan

di Kecamatan Medan Kota ...

56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...

67

6.1 Kesimpulan ...

67

6.2 Saran ...

68

DAFTAR PUSTAKA ...

69

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

3.1

Distribusi Jumlah KK dan Sampel Menurut Kelurahan di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

25

3.2

Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ...

29

4.1

Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota Tahun

2013 ...

32

4.2

Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

32

4.3

Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013 ...

32

4.4

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pencarian

Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

33

4.5

Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

35

4.6

Distribusi Responden Menurut Kategori Sosiodemografi tentang

Pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

37

4.7

Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

37

4.8

Distribusi Reponden Menurut Penghasilan di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

38

4.9

Distribusi Responden Menurut Kategori Sosioekonomi di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

38

4.10 Distribusi Responden Menurut Kebutuhan Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

39

4.11 Distribusi Responden Menurut Kategori Kebutuhan di Kecamatan

(15)

4.12 Distribusi Responden Menurut Jenis Penyakit di Kecamatan Medan Kota

Tahun 2013 ...

40

4.13 Distribusi Reponden Menurut Lama Menderita Sakit sehingga Mencari

Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

41

4.14 Distribusi Responden Menurut Cara Pencarian Pengobatan di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

41

4.15 Distribusi Reponden Menurut Anjuran Melakukan Kunjungan Ulang ke

Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

42

4.16 Distribusi Reponden Menurut Kepatuhan Melakukan Kunjungan Ulang

ke Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

42

4.17 Distribusi Responden Menurut Pencarian Pengobatan jika Tidak Sembuh

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

43

4.18 Distribusi Responden Menurut Kategori Pencarian Pengobatan di

Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

44

4.19 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosiodemografi

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

45

4.20 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosiodemografi

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 ...

46

4.21 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Sosioekonomi di Kecamatan

Medan Kota Tahun 2013 ...

46

4.22 Pencarian Pengobatan menurut Faktor Kebutuhan di Kecamatan Medan

Kota Tahun 2013 ...

47

4.23 Hasil Uji Pengaruh Sosiodemografi, Sosioekonomi dan Kebutuhan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1 Kuesioner Penelitian ...

72

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77

3. Hasil Uji Univariat ... 80

4. Hasil Uji Bivariat ... 88

5. Hasil Uji Multivariat ... 91

6. Master Data Penelitian... 92

7. Surat Izin Penelitian ... 95

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut,

pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah dan berkesinambungan (Depkes

RI, 2009).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Adapun yang dimaksud pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun

masyarakat. Dalam Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

pemerintah Indonesia mencantumkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama

dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, oleh karena itu pemerintah

mempunyai tanggung jawab untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan

kesehatan (Depkes RI, 2009).

(19)

Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok

atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian

pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi

(Ilyas, 2003). Variasi pencarian pengobatan di masyarakat dipengaruhi dengan

jumlah sarana pelayanan kesehatan yang semakin bertambah serta jenis, metode serta

peralatan pelayanan kesehatan yang tersedia di sarana pelayanan kesehatan juga

semakin beragam.

Menurut Notoatmodjo (2007), pencarian pengobatan oleh masyarakat terkait

dengan respons seseorang apabila sakit serta membutuhkan pelayanan kesehatan.

Respons tersebut antara lain : (1) tindakan mengobati sendiri, (2) mencari pengobatan

ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional, (3) mencari pengobatan dengan membeli

obat-obat ke warung-warung obat, (4) mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta,

yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit,

(5) mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh

dokter praktek.

Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku pemanfaatan pelayanan

kesehatan digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model, salah satu dari

model tersebut adalah "model pemanfaatan pelayanan kesehatan". Di dalam model

pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization) menurut Dever (1984) dikemukakan

bahwa faktor yang memengaruhi pemanfaatan atau penggunaan pelayanan kesehatan,

adalah (1). fakor sosio kultural, meliputi norma dan nilai yang ada di masyarakat, dan

(20)

teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan; (2) faktor organisasi, meliputi

ketersediaan sumber daya, keterjangkauan lokasi, dan keterjangkauan sosial; (3)

faktor interaksi konsumen-provider, faktor yang berhubungan dengan konsumen

meliputi kebutuhan yang dirasakan, dipengaruhi: faktor sosio demografi, faktor sosio

psikologis, dan faktor epidemiologis penyakit; selain itu ada faktor lain yang

berhubungan dengan provider

Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri dari kebutuhan yang

dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat

provider (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan menurut konsumen dipengaruhi

oleh faktor sosio demografi dan faktor sosio psikologis. Kebutuhan yang dirasakan

terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari kebutuhan fisiologis dan

psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.

Felt need timbul bila

individu menginginkan pelayanan kesehatan dan berhubungan dengan persepsi

individu terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan yang dirasakan membuat individu

mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari

felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan atau

pemanfaatan dari pelayanan kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka

banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan

masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi

oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya

merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut.

(21)

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi

barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan untuk menggunakan pelayanan

kesehatan dan tidak inginnya menggunakan pelayanan kesehatan yang ada

(Tjiptoherijanto, 2008).

Menurut Sutojo (2004), dalam mengkaji kebutuhan pelayanan kesehatan

masyarakat menghendaki agar status kesehatannya dapat lebih optimal. Untuk itu

masyarakat sering melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang akan ia

gunakan serta dikaitkan dengan faktor demografi serta faktor sosioekonomi yang

menunjukkan kemampuannya dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Penelitian Setyawan (2007) yang menyatakan ada hubungan antara sikap dan

minat masyarakat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan modern, selain

itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-faktor pendukung antara lain

biaya pengobatan, hasil pengobatan, kepercayaan kepada sarana pengobatan, kondisi

waktu berobat, keberadaan sarana, pelayanan pengobatan dan situasi di sarana

pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh masyarakat. Menurut

WHO (1999) salah satu faktor yang menyebabkan. seseorang berperilaku dalam hal

pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber dana yang dimiliki

antara lain kesempatan dan kemampuan membayar.

Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan pencarian pengobatan seperti

penelitian Wicaksono (2005) tentang faktor–faktor yang memengaruhi penentuan

pemilihan pengobatan pada penduduk Kelurahan Gowongan Kecamatan Jetis

(22)

Kotamadya Yogyakarta menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh pada

penentuan pemilihan pengobatan adalah pendidikan dan status ekonomi

Penelitian Hendrawan (2005) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku dalam pencarian pengobatan di Kabupaten Serang menyatakan bahwa

terdapat hubungan faktor kepercayaan terhadap pengobatan dengan pemilihan upaya

pengobatan. Demikian juga penelitian Assegaf, dkk (2010) yang dimuat pada jurnal

MKM Vol.05 No.01 Desember 2010 menyimpulkan bahwa pilihan pencarian

pengobatan oleh ibu untuk anaknya yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut

di wilayah kerja Puskesmas Bakunase berturut-turut adalah terbanyak memilih

pengobatan medis (berobat ke sarana pelayanan kesehatan) sebesar 69,23%,

selanjutnya pengobatan sendiri sebesar 23,08% dan masih ada ibu yang memilih

pengobatan tradisional (berobat ke dukun) sebesar 7,69%. Jenis penggunaan sarana

pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bakunase adalah Puskesmas/Pustu

sebesar 50,85%, Rumah Sakit sebesar 13,56%, dan dokter/bidan praktek sebesar

35,59%.

Hasil Penelitian Tinendung (2011) tentang pola pencarian pengobatan pada

masyarakat Suku Pak-Pak di Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten

Dairi Sumatera Utara menyimpulkan secara umum pola pencarian pengobatan yang

paling dominan digunakan masyarakat adalah dengan melakukan pengobatan sendiri.

Pola pengobatan sendiri menjadi dominan dikarenakan umumnya masyarakat

memiliki pengetahuan dan tekhnik khusus dalam meramu obat yang sesuai terhadap

penyakitnya dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada dilingkungan sekitar.

(23)

Melihat potensi besar dan manfaat yang luar biasa ini, melalui dinas Kesehatan

maupun dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan bantuan masyarakat setempat

diharapkan dapat melestarikan tekhnik tersebut dengan merangkumnya dalam bentuk

buku, sehingga dapat menambah pustaka bangsa dan dapat dikembangkan maupun

diwariskan pada masyakat yang lain.

Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh jumlah dan

jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Oleh karena itu pada

wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti : puskesmas, rumah

sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan serta praktek dokter, maka pilihan

masyarakat semakin beragam untuk melakukan pencarian pengobatan.

Kecamatan Medan Kota merupakan salah satu wilayah di Kota Medan yang

terdapat cukup banyak sarana pelayanan kesehatan. Menurut Profil Kecamatan

Medan Kota (2011) bahwa di wilayah tersebut terdapat 17 unit sarana pelayanan

kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai

pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan ibu dan anak. Dengan keragaman sarana

pelayanan kesehatan yang ada memungkinkan masyarakat di Kecamatan Medan Kota

memiliki banyak pilihan untuk mencari pengobatan dalam penyembuhan penyakit

yang dideritanya.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada Januari 2013 terhadap

10 orang penduduk di Kecamatan Medan Kota ditemukan bahwa sebanyak 6 orang

(60%) mencari pengobatan ke rumah sakit swasta, 3 orang (30%) mencari

pengobatan balai pengobatan, sedangkan yang mencari pengobatan ke puskesmas

(24)

hanya 1 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan variasi

perilaku pencarian pengobatan pada masyarakat Kecamatan Medan Kota.

Permasalahan pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan

Kota jika dikaji dari aspek konsep sehat-sakit sebenarnya sudah baik, karena

masyarakat sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pada saat menderita

sakit. Namun dalam kajian ini peneliti mencoba untuk merumuskan permasalahan

tentang variasi pencarian pengobatan ditinjau dari faktor sosiodemografi, sosio

ekonomi dan kebutuhan. Faktor-faktor yang memengaruhi variasi perilaku pencarian

pengobatan tersebut akan dikaji mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan

yang dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007).

Berdasarkan uraian di atas serta didukung penelitian-penelitian sebelumnya,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku masyarakat dalam

pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota, sehingga dapat diketahui

pelayanan kesehatan yang dikehandaki masyarakat saat ini, serta dapat dibuat suatu

pengelompokan atau pola pencarian pengobatan oleh masyarakat berdasarkan faktor

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap), sosio

ekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan)

masyarakat. Konsep mengkaji pencarian pengobatan akan lebih jelas apabila

dilakukan pada wilayah yang terdapat sarana pelayanan kesehatan yang beragam dan

hal ini dapat diwakili oleh Kecamatan Medan Kota yang terdapat 17 unit sarana

pelayanan kesehatan.

(25)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian

adalah : bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan

masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota tahun

2013 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan

Kota tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan

masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota tahun

2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1.

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

merumuskan kebijakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2.

Hasil penelitian ini dijadikan perbandingan dan referensi pada penelitian

selanjutnya.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan

Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas (2003), yang dimaksud dengan

pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian

pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo

(1993), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok

atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian

pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi

(Ilyas, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), respons seseorang apabila sakit adalah

sebagai berikut:

a. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Dengan alasan

antara lain : (a) bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan

atau kerja mereka sehari-hari, (b) bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau

gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan

bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya,

(27)

(c) fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugas kesehatan

kurang ramah kepada pasien, (d) takut disuntik dokter dan karena biaya mahal.

b. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah

diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat

tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan

pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan

kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan.

c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy), seperti dukun.

d. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist

shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.

e. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah

atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai

pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan khusus yang diselenggarakan oleh

dokter praktek (private medicine).

Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007), ada tiga faktor-faktor

penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu : (1) mudahnya menggunakan

pelayanan kesehatan yang tersedia, (2) adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap

pelayanan kesehatan yang ada dan (3) adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

(28)

2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Andersen dalam Notoatmodjo (2007) mendeskripsikan model sistem

kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai

model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behaviour model of health service

utilization).

Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu

mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda

yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga

kelompok :

a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.

b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya.

c. Kepercayaan kesehatan (health belief),

seperti pengetahuan dan sikap serta

keyakinan penyembuhan penyakit.

2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics)

Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat

seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya

terhadap pelayanan kesehatan. Andersen membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :

(29)

a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam

asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang

informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,

jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk

terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut

Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat

pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics)

Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen dalam

Notoatmodjo (2007) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan

pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari

kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :

a. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang

paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya

rasa sakit yang diderita.

b. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari

dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan

penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003)

(30)

Menurut Dever (1984) faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan

pelayanan kesehatan adalah :

a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai sosial yang ada di

masyarakat, dan (2) teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber

daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi

penggunaan pelayanan kesehatan. (2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan

lokasi berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan

tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.

(3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas

kesehatan terhadap konsumen. (4) karakteristik struktur organisasi formal dan

cara pemberian pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai

struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.

c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan

(1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen

berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan pelayanan

kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh : (a) faktor sosiodemografi, yaitu

umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial

ekonomi, (b) faktor sosio psikologis, yaitu persepsi sakit, gejala sakit, dan

(31)

keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (c) faktor epidemiologis,

yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor resiko.

(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari :

(a) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan

pengetahuan konsumen tentang penyakit yang dideritanya, (b) karakteristik

dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian

petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.

2.3 Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku menurut Sarwono (2002) adalah sesuatu yang

dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata.

Sedangkan menurut Morgan perilaku tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku

adalah sesuatu konkrit yang bisa diobservasi, direkam maupun dipelajari.

Walgito (2003) mendefinisikan perilaku dan aktivitas ke dalam pengertian yang

luas, yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert

behavior), demikian pula aktifitas-aktifitas tersebut disamping aktifitas motoris, juga

termasuk aktifitas emosional dan kognitif

.

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

(32)

adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons,

maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

2.3.2 Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu

di dalam tiga domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari ranah pengetahuan

(knowlegde), ranah sikap (attitude), dan ranah tindakan (practice).

a. Pengetahuan (Knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman

langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,

kondisi fisik.

2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode

dalam pembelajaran.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan

(Notoatmodjo, 2003).

(33)

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu

faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap

kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka kemungkinan

masyarakat akan menggunakan fasilitas kesehatan juga akan berubah seiring dengan

pengetahuan seperti apa yang diketahuinya.

Di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang dipengaruhi oleh

perilakunya yang terbentuk dari pengetahuannya. Seseorang cenderung untuk

bersikap tidak menggunakan jasa pelayanan kesehatan disebabkan karena adanya

kepercayaan dan keyakinan bahwa jasa pelayanan kesehatan tidak dapat

menyembuhkan penyakitnya, demikian juga sebaliknya.

b. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau

ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari

orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau

menyebabkan kita menolaknya (Wahid, 2007).

Allport dalam Anwar (1997) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga

komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

(34)

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan

seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap

objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan faktor

penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada

pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap

positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan

kebutuhan dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang

untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.

Perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit

dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain juga disebabkan sikap atau persepsi dan

konsep masyarakat sendiri tentang sakit (Azwar, 2009). Persepsi sakit merupakan

pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra. Setiap orang mempunyai persepsi

yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Green (1980) dalam

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan motivasi

individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit

maka ia cenderung memanfaatkan pelayanan kesehtan bila mengalami sakit.

c. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan

(35)

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

dan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3 Perilaku Kesehatan

Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari dorongan yang

ada dalam diri manusia dan dorongan ini merupakan salah satu usaha untuk

memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia dan dengan adanya dorongan

tersebut menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus

yang mengarah pada tujuan (Foster dan Anderson, 2005).

Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku kesehatan

terkait dengan : Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari

penyakit, Perilaku peningkatan kesehatan dan Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Foster dan Anderson (2005)

membuat perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan,

yaitu :

1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang

meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendektesinya

dalam tahap asimptomatik.

(36)

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa

sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan

pengobatan mandiri yang tepat.

3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan

kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit,

hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Need terhadap pelayanan kesehatan dapat didasari kepada pengertian tentang

merit goods. Margolis (1982) dalam Tjiptoherijanto (2008) mengatakan merit goods

ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat

dipahami akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori

permintaan yang biasa. Diargumentasikan bahwa need terhadap pelayanan kesehatan

merupakan fungsi dari

need

terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh

pengalaman masa lalunya.

Pembahasan mengenai

need

yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak

seluruh

need

akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking

need

dalam pengertian

ceteris paribus. Kita akan lebih memilih satu

need

untuk

dipenuhi dibanding

need

yang lain, bila

need

yang dipilih tadi akan memberikan

manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih tetapi

kemungkinan untuk memenuhi suatu

need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat

yang terkandung dibelakangnya yaitu biaya dan manfaat yang lebih besar.

Need

(37)

bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas.

Need

adalah sesuatu yang

dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan

dalam kasus ini pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari

perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).

Konsep

need

merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk

mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need (dengan segala akibat yang

ditimbulkannya) dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat

juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih

baik untuk memasukkan sekaligus

need

ketika melakukan pengujian beroperasinya

suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat

need

dapat memberikan dasar yang

cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan

tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama

penyatuan kesepakatan tentang

benefits value yang sering masih berbeda antara satu

orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya.

Bidang

social policy

pada umumnya dan pelayanan kesehatan khususnya,

masyarakat sering dikatakan berada dalam keadaan membutuhkan (in need), namun

seringkali apa yang dimaksud dengan

need

tidak jelas. Spek dan Bradshaw dalam

Tjiptoherijanto (2008), telah mencoba untuk membuat suatu kerangka pikir tentang

siapakah yang sebenarnya mengatakan (melakukan), tentang apa (bagi) siapa.

Formula Spek melibatkan tiga kelompok yaitu masyarakat, ahli medis, dan

perorangan untuk menjawab pertanyaan : ”Apakah seseorang itu sakit?” dan ”apakah

seseorang itu sedang membutuhkan pelayanan umum?”. Dan pertanyaan ketiga

(38)

mengenai : ”Apakah seseorang itu meminta pelayanan umum?”. Bradshaw

mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai

need

yang lazim digunakan

oleh peneliti dan praktisi social policy, yaitu :

a.

Normative Need

terjadi manakala masyarakat memiliki standar pelayanan

kesehatan yang berada di bawah definisi

desirable

oleh para ahli. (standar

desirable disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain).

b.

Felt Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini

berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga

dengan jelas akan berbeda dengan persepsi orang lainnya.

c.

Expressed Need

adalah

need

yang dirasakan tadi kemudian dikonversikan ke

dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas

(permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para

ekonom yang mencakup persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap

pelayanan kesehatan).

d.

Comparative Need

terjadi manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan

status kesehatan tertentu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan

kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata

mendapatkan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).

Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang

subjektif, karena merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di

masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk

(39)

menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu

pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.

Adapun tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, oleh karena itu

pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan

derajat kesehatan, karena sifatnya yang subjektif, maka tuntutan terhadap kesehatan

sangat dipengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka

banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan

masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi

oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya

merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut

(Jefkins, 2002).

Kebutuhan

adalah

keinginan

masyarakat

untuk

memperoleh

dan

mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai

kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai

kemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008).

Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat

membutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan

atau pelayanan kesehatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini

bukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan

modern (puskesmas dan sebagainya) tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional

(dukun dan sebagainya) yang kadang-kadang menjadi pilihan masyarakat yang

(40)

pertama. Itulah sebab rendahnya penggunaan puskesmas atau tidak digunakannya

fasilitas-fasilitas pengobatan modern seperti puskesmas dengan ruang rawat inap

(Depkes RI, 2004).

2.5 Landasan Teori

Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan Kota

sebagai fokus penelitian ini mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan yang

dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007) yang secara

umum mencakup seluruh aspek, maka dalam penelitian ini difokuskan pada aspek

sosio demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap),

sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) serta kebutuhan (kebutuhan yang

dirasakan).

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sosiodemografi

-

Umur

-

Jenis Kelamin

-

Pendidikan

-

Pengetahuan

-

Sikap

Sosioekonomi

-

Pekerjaan

-

Penghasilan

Perilaku pencarian

Pengobatan

Kebutuhan yang dirasakan

(sakit ringan, sedang atau berat)

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

survey dengan pendekatan

cross sectional yang merupakan penelitian untuk

mengetahui pengaruh variabel independen (sosiodemografi, sosioekonomi dan

kebutuhan) terhadap variabel terikat (perilaku pencarian pengobatan) pada saat yang

bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota, dengan pertimbangan di

wilayah tersebut ditemukan sarana pelayanan kesehatan yang bervariasi untuk dipilih

masyarakat, yaitu 17 unit sarana pelayanan kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas,

6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan

ibu dan anak.

Pelaksanaan penelitian selama 6 bulan dari bulan Januari sampai Juni 2013

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di

Kecamatan Medan Kota sebanyak 20.728 KK berdasarkan Profil Kecamatan Medan

Kota Tahun 2012.

(42)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah Kepala Keluarga yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan

Kota. Besar sampel (sample size) ditentukan menggunakan rumus penentuan besar

sampel uji hipotesis data proporsi satu populasi dengan rumus sebagai berikut:

n =

2 2

d

Q

P

Keterangan:

n

: Besar sampel minimal yang diperlukan

α

: Taraf kemaknaan 10% (1,96)

P

: Proporsi di populasi yang sakit (10%) berdasarkan data kesakitan

penduduk tahun 2012.

Q

: 1 - 0,10 = 0,90

d

: Limit dari error atau presisi absolut (5%)

Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel 138 KK. Besar sampel di

ditentukan secara proporsional pada 12 kelurahan di Kecamatan Medan Kota yaitu:

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk dan Sampel Menurut Kelurahan

di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

No

Kelurahan

Jumlah KK

Besar Sampel

1

Pasar Baru

1.043/20.728 x138

7

2

Pusat Pasar

1.240/20.728 x138

8

3

Sei Rengas I

1.745/20.728 x138

12

4

Mesjid

929/20.728 x138

6

5

Pandau Hulu I

1.310/20.728 x138

9

6

Kota Matsum III

1.859/20.728 x138

12

7

Pasar Merah Barat

1.545/20.728 x138

10

8

Teladan Timur

2.570/20.728 x138

17

9

Teladan Barat

1.396/20.728 x138

9

10

Sitirejo I

2.270/20.728 x138

15

11

Sudirejo I

2.770/20.728 x138

18

12

Sudirejo II

2.052/20.728 x138

14

Jumlah

20.728

138

(43)

Kriteria KK yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah :

a.

Kepala Keluarga yang berdomisili di wilayah Kecamatan Medan Kota.

b.

Pernah mengalami sakit dalam 1 bulan terakhir dan memanfaatkan salah satu

sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Kecamatan Medan Kota

c.

Bersedia menjadi responden dan mampu berkomunikasi dengan jelas.

Cara pengambilan sampel untuk setiap kelurahan disesuaikan dengan kriteria

yang telah ditetapkan (sampel bersyarat), misalnya untuk Kelurahan Pasar Baru,

diambil 7 KK dari 1.043 KK yang ada, caranya adalah: peneliti mencari sampel pada

setiap lingkungan, sehingga diperoleh sampel yang menyebar dan mewakili setiap

lingkungan untuk masing-masing kelurahan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung

dengan berpedoman atau menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden tentang pribadi atau hal-hal yang perlu diketahui. Metode ini digunakan

untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

yang terdapat di kuesioner secara lisan pada responden. Dalam penelitian ini

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner semi terbuka dengan pilihan jawaban dan

alasan.

(44)

3.4.2 Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah penduduk Kecamatan

Medan Kota, serta data tentang gambaran umum wilayah penelitian serta data lainnya

yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan

reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang

penduduk di Kecamatan Medan Kota yang tidak terpilih menjadi sampel penelitian.

Untuk mengetahui sejauhmana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan

kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner

yang telah dipersiapkan, dengan melihat nilai koefisien korelasi item pertanyaan

dengan total nilai pertanyaan pada setiap variabel (corrected item total correlation).

Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai corrected item total

> nilai r tabel (0,361) pada

α =5%.

Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan

tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner

yang telah dipersiapkan dengan formula

cronbach alpha. Item pertanyaan dalam

kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha > 0,6 (Arikunto, 2006).

Hasil uji coba kuesioner terhadap 30 orang untuk menguji validitas dan

reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan/pernyataan untuk variabel

pengetahuan, sikap, kebutuhan dan pencarian pengobatan diperoleh nilai

corrected

(45)

item total

> 0,361 dan nilai

cronbach

alpha > 0,6 sehingga dapat disimpulkan

bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel (Lampiran-2).

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah pengertian variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

a. Sosiodemografi adalah karakteristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi

penduduk di Kecamatan Medan Kota secara sosial kependudukan. Sosiodemografi

ini diukur melalui indikator : (a) umur, (b) jenis kelamin, (c) pendidikan,

(d) pengetahuan dan (e) sikap.

b. Sosioekonomi adalah karakteristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi

penduduk di Kecamatan Medan Kota secara sosial ekonoomi. Sosioekonomi ini

diukur melalui indikator : (a) pekerjaan dan (b) penghasilan.

c. Kebutuhan adalah gangguan kesehatan atau penyakit yang dirasakan oleh

penduduk di Kecamatan Medan Kota sehingga membutuhkan pengobatan.

Kebutuhan ini diukur melalui indikator kebutuhan dengan indikator penyakit yang

ringan sakit sakit sedang dan sakit berat atau parah.

d. Perilaku pencarian pengobatan adalah sarana pelayanan kesehatan yang dipilih

penduduk di Kecamatan Medan Kota yang sakit sebagai tempat mendapatkan

pengobatan penyakit yang dideritanya. Jika pencarian pengobatan ke : puskesmas,

rumah sakit, balai pengobatan dan praktek dokter akan dinyatakan sebagai perilaku

(46)

pencarian pengobatan yang baik, sedangkan jika tidak berobat atau mencari

pengobatan ke alternatif dinyatakan pencarian pengobatan tidak baik.

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala ordinal disesuaikan

dengan jenis masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel

Perta

nyaan

Skor Pilihan

Jawaban

Kategori

Skala

Ukur

Sosiodemografi

23-42 tahun

43-61 tahun

Laki-laki

Perempuan

Tinggi =2

Rendah =1

Benar = 2

Salah = 1

Tidak tahu =1

Baik (41-50)

Sedang (29-40)

Kurang (17-28)

Ordinal

a. Umur

b.

Jenis

Kelamin

c. Pendidikan

1

1

1

d. Pengetahuan

8

e. Sikap

8

Sangat Setuju=4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat Tidak

Setuju=1

Sosioekonomi

a.Pekerjaan

b.Penghasilan

1

1

Bekerja = 2

Tidak bekerja= 1

>UMK =2

≤UMK =1

Baik (4)

Sedang (3)

Kurang (2)

Ordinal

Kebutuhan

3

Ya = 2

Tidak = 1

Tinggi (6)

Sedang (5)

Rendah (3-4)

Ordinal

Perilaku

Pencarian

Pengobatan

3

Baik = 2

Tidak baik = 1

Baik (5-6)

Tidak baik (3-4)

Ordinal

(47)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan analisis univariat yaitu

analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana

hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara

menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai

sesuai dengan kategori yang telah ditentukan

Kemudian analisis bivariat dengan tabulasi silang yang betujuan untuk

menganalisis hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel

dependen menggunakan uji chi square.

Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic

regression test) karena variabel terikat yaitu perilaku pencarian pengobatan

dikategorikan dalam 2 kelompok (baik dan tidak baik). Uji regresi logistik dilakukan

untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dengan

persamaan sebagai berikut: (Hastono, 2001).

Logit P (Y) = b

0

+ b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ b

3

X

3

+ µ

Dimana

Y

= Perilaku pencarian pengobatan

b

0

= Konstanta

b

1 –

b

3

= Koefisien Regresi

X

1

= Sosiodemografi

X

2

= Sosioekonomi

X

3

= Kebutuhan

µ

= Error of Term

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Sosiodemografi -  Umur -  Jenis Kelamin -  Pendidikan -  Pengetahuan -  Sikap Sosioekonomi -  Pekerjaan -  Penghasilan  Perilaku pencarian Pengobatan
Tabel 3.1   Distribusi  Jumlah  Penduduk  dan  Sampel  Menurut  Kelurahan                         di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
Tabel 3.2  Aspek Pengukuran Variabel Penelitian  Variabel  Perta nyaan  Skor Pilihan Jawaban  Kategori  Skala Ukur  Sosiodemografi    23-42 tahun  43-61 tahun  Laki-laki  Perempuan  Tinggi =2  Rendah =1  Benar = 2  Salah = 1  Tidak tahu =1  Baik (41-50)
Tabel 4.1   Distribusi  Reponden  Menurut  Umur  di  Kecamatan  Medan  Kota  Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku pencarian pengobatan terhadap nyeri odontogenik pada masyarakat dengan rentang usia 21 – 50 tahun di Kelurahan Gundaling II, Kecamatan Berastagi yang paling banyak

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang

Dari uraian diatas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan pembahasan mengenai “Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Publik

Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi mahasiswa di Youtube channel beauty

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemauan Masyarakat Menjadi

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen terhadap keputusan dalam pembelian beras premium di Pasar

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Perilaku pencarian Pengobatan Terhadap penyakit Tidak Menular Di Desa Pucangan-Kartasura, dapat ditarik kesimpulan mayoritas informan

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Faktor yang Berpengaruh pada Penerimaan Diri Self Acceptance Terhadap Perilaku Pengobatan Klien