• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II WACHYU WULANDARI FARMASI'12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II WACHYU WULANDARI FARMASI'12"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengobatan Sendiri

Menurut Tan dan Rahardja tahun 2002, pengobatan sendiri atau swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat-obat atas inisiatif sendiri dan tanpa nasehat dokter.

Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain aman bila digunakan sesuai aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80% keluhan sakit bersifat self-limiting), efisiensi biaya, dan efisiensi waktu. Bila digunakan secara benar obat bebas dan obat bebas terbatas sangat membantu dalam pengobatan sendiri secara aman dan efektif, namun jika penggunaannya tidak sesuai aturan pemakaian menyebabkan terjadinya kegagalan terapi (Susi et al, 2008).

Kegagalan terapi dalam pengobatan sendiri terjadi jika resiko yang diperoleh tidak sama dengan manfaat yang didapat dari penggunaan obat atau dengan kata lain tidak rasional. Ketidakrasionalan terjadi dikarenakan (Depkes RI, 2008):

a. Pemilihan obat tidak tepat, artinya obat yang dipilih bukan obat yang terbukti paling bermanfaat, paling aman, paling sesuai dan paling ekonomis.

b. Cara penggunaan obat yang tidak tepat, meliputi besarnya dosis, cara pemberian obat, frekuensi pemberian dan cara pemberian.

c. Pemberian obat tidak disertai dengan penjelasan yang sesuai, kepada pasien atau keluarga.

(2)

Penggunaan pengobatan sendiri yang sesuai aturan dan kondisi penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang rasional. Akan tetapi di masyarakat tidak semua pengguna obat mematuhi aturan penggunaan obat yang benar. Ketidakpatuhan konsumen dalam menggunakan obat akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan seperti kelebihan dosis (Overdose) yaitu menggunakan obat lebih dari dosis yang dianjurkan untuk satu kali pakai, dan kurangnya dosis (Underdose) yaitu menggunakan obat kurang dari jumlah yang dianjurkan untuk sekali pakai (Widodo,2006).

Menurut Widodo tahun 2006, akibat dari ketidakpatuhan penggunaan obat dalam menggunakan obat dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan dimana obat menjadi sama sekali atau kurang berarti bagi penanganan penyakit. Resiko terhadap keracunan obat terutama bila takaran obatnya berlebihan akan memerlukan perawatan tambahan dan meningkatnya biaya perawatan, hal ini dikarenakan tidak efektifnya obat sehingga penyakit tidak membaik atau justru semakin bertambah parahnya penyakit yang diderita.

B. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan jenis obat yang dijual bebas dipasaran dengan berbagai merek dagang yang dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat.

1. Obat Bebas

(3)

Suatu obat dimasukkan dalam golongan obat bebas bukan karena khasiatnya rendah, tapi karena memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Menteri Kesehatan untuk digolongkan menjadi obat bebas, diantaranya memiliki rasio khasiat yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri, tidak menimbulkan kecanduan, penggunaannya, relatif lebih aman bila digunakan secara tepat dan untuk penyakit yang sering dialami masyarakat seperti sakit kepala, batuk, demam, influenza,dll (Tan & Rahardja, 2002).

Kemanjuran dan keamanan obat bebas akan baik hanya jika digunakan secara tepat sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan untuk obat yang digunakan. Penggunaan yang tidak tepat pada obat bebas dapat membahayakan penggunanya, minimal tidak efektif untuk pengobatan. 2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun dalam penggunaannya harus memperhatikan peringatan-peringatan tertentu karena pada dasarnya obat ini merupakan obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat. Seharusnya obat jenis ini hanya bisa dijual bebas ditoko obat yang berizin seperti apotek karena dipegang oleh tenaga ahlinya yaitu apoteker dan asisten apoteker sehingga harapannya pasien memperoleh informasi obat tepat. Contoh obat bebas terbatas adalah obat-obat flu, obat pilek, dan antiseptik. Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna biru, juga disertai peringatan dalam kemasannya.

Adapun peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya :

P1. Awas! Obat keras. Bacalah Aturan Pakainya

P2. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Bagian Luar dari Badan P3. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan

(4)

C. Metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif)

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sistem pengobatan sendiri diantaranya yaitu persepsi masyarakat terhadap penyakit, ketersediaan obat dilingkungan tersebut, tingkat ekonomi dan tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang (pendidikan), serta pengaruh informasi atau iklan yang ada (Sartono, 2000).

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku pengobatan sendiri adalah dengan memberikan edukasi menggunakan metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif).

Metode CBIA merupakan metode penyampaian informasi obat dengan melibatkan subyek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis, dan melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang dikandung serta informasi lain seperti indikasi, kotraindikasi, dosis, efek samping, cara penyimpanan, dan cara pembuangan obat. Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi seputar obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu menyikapi promosi iklan obat pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar karena dari banyak survey diketahui bahwa ibu rumah tangga adalah “key person” dalam penggunaan obat di rumah tangga. Dengan metode CBIA

(Cara Belajar Ibu Aktif) diharapkan :

a) Audien mampu menelaah tentang informasi yang disampaikan. b) Audien dapat segera memilih obat yang sesuai dengan kebutuhan. c) Mampu mencari informasi mengenai kandungan bahan aktif, efek

samping yang dapat timbul, cara pemakaian, dan kontraindikasi. (Suryawati,2005).

Ada beberapa komponen informasi dalam proses edukasi yaitu: 1. Kandungan bahan aktif

(5)

Kebanyakan masyarakat tidak tahu bahwa pada sekian banyak merek obat tersebut sering kali mengandung bahan aktif yang sama.

Di sini dikenalkan kepada responden bahwa banyak obat dengan nama dagang yang berbeda tetapi memiliki kandungan bahan aktif yang sama sehingga khasiat dari obat yang digunakan pun sama. Harapannya dalam memilih obat responden tidak lagi menghubungkan secara langsung antara gejala sakit yang dirasakan dengan nama dagang obat.

2. Indikasi

Menurut Widodo tahun 2006, indikasi yaitu kegunaan obat dalam pengobatan penyakit. Dalam memilih obat bebas dan obat bebas terbatas informasi mengenai indikasi obat sangat penting. Dengan mencocokkan gejala sakit yang dirasakan dengan indikasi yang tertera dalam kemasan. 3. Kontraindikasi

Kontraindikasi merupakan penggunaan yang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat tersebut (Widodo, 2006). Informasi ini penting untuk dipahami dan dicocokkan dengan kondisi kesehatan orang tersebut. 4. Dosis dan aturan pakai

Dosis merupakan besarnya obat yang boleh digunakan dalam sekali pakai dan dalam sehari sesuai berat badan, atau umur pengguna. Untuk dapat menghasilkan efek yang diinginkan, maka jumlah atau dosis obat haruslah tepat. Karena sesuai dari sifat obat bahwa apabila jumlah dosisnya kurang (Underdosis) maka obat tersebut tidak akan memberikan efek, sedangkan bila jumlah dosisnya berlebih (Overdosis) maka obat menimbulkan efek toksik (efek racun).

(6)

Salah satu cara agar obat dapat diminum sesuai takaran adalah adanya aturan pakai. Aturan pakai atau aturan minum merupakan hal yang penting dalam penggunaan obat karena berhubungan dengan konsentrasi obat di dalam tubuh. Ketepatan dosis berkaitan dengan selang waktu pamakaian. Seperti diketahui bahwa obat yang masuk tubuh akan mengalami proses absorpsi (penyerapan), distribusi (peredaran), dan pengeluaran (eliminasi) dari dalam tubuh. Berapa lamanya obat bereaksi berbeda-beda untuk setiap obat, sehingga frekuensi atau selang waktu minum obat perlu diatur dengan benar.

5. Efek samping

Responden harus diperkenalkan secara dini bahwa setiap obat tidak hanya mempunyai efek terapi tetapi juga efek samping. Efek samping berarti efek-efek tidak diinginkan yang muncul akibat penggunaan obat. Efek samping obat merupakan reaksi yang sifatnya merugikan si pemakai. Resiko efek samping obat dapat diperbesar oleh penggunaan obat yang tidak rasional. Pemakaian yang berlebihan baik dalam jenis maupun dosis, jelas akan meningkatkan resiko efek samping. Jika selama mengkonsumsi obat timbul gejala lain yang dirasakan maka segera menghubungi apoteker atau dokter (Widodo, 2006).

6. Peringatan dan perhatian

Peringatan yang biasanya terdapat dalam kemasan obat antara lain : • Obat dapat menyebabkan rasa kantuk.

Obat yang menyebabkan rasa kantuk dan memperlambat daya reflek seseorang contohnya seperti obat batuk, flu serta alergi. Biasanya peringatan ini ditulis “Jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin setelah minum obat ini”.

• Peringatan mengenai tempat penyimpanan obat

(7)

matahari”. Sinar panas yang berlebihan akan merusak hampir semua obat-obatan oleh karena itu lebih baik obat disimpan ditempat yang sejuk. Sebaiknya obat yang disimpan dibiarkan pada kemasan aslinya, dan jangan menyimpan obat di lemari es kecuali petunjuknya memang demikian, dan jangan mencampur obat dalam satu wadah dengan makanan dan kosmetik. Jika obat disimpan di lemari es jangan disimpan ditempat yang beku karena pembekuan dapat merusak obat-obatan. Jika disimpan pada suhu kamar sebaiknya diantara suhu 150 hingga 300C (Widodo, 2006).

7. Tanggal kadaluwarsa

Yang dimaksud kadaluwarsa merupakan waktu yang menunjukkan batas akhir obat masih memenuhi persyaratan seperti semula, sehingga setelah batas waktu tersebut khasiatnya tidak dijamin masih 100%. Informasi tentang tanggal kadaluwarsa dalam kemasan biasanya ditulis dengan expired date sering disingkat ED.

Contoh informasi kadaluwarsa dalam kemasan obat untuk kadaluwarsa tanggal 10 desember 2012 bisa ditulis dengan beberapa cara :

• ED 6 04 12

• EXP. DATE 6 April 2012

• Sebaiknya digunakan sebelum 6 04 12

Terkadang informasi tanggal kadaluwarsa tidak tercantum tanggal, hanya bulan dan tahun, misalnya ED 04 12 artinya tanggal kadaluwarsa obat adalah bulan April tahun 2012. Umumnya obat yang dikeluarkan oleh apotek sudah dicek kadaluwarsanya tetapi jika ingin digunakan kembali pada waktu lain perlu ditanyakan batas kadaluwarsanya pada apoteker (Widodo, 2006).

(8)

digunakan. Selain dapat digunakan untuk keluarga besar dengan metode ceramah waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat.

D. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi yang sifatnya satu arah yakni dari penceramah kepada audiens. Metode ceramah didalam pelaksanaannya memerlukan beberapa faktor penting agar mencapai hasil yang maksimal, yaitu adanya ruangan yang bisa ditempati sekelompok orang, pembicara yang menguasai masalah yang akan diberikan, pembicara yang bisa memikat dan menarik perhatian sasaran, bersifat sabar dan ramah, serta ahli dalam bidang tersebut. Ceramah sebaiknya dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama, cukup 30 menit10 menit pertama untuk memberi penjelasan singkat tetapi jelas 20 menit berikutnya untuk tanya jawab. Ceramah jangan diberikan pada responden yang dalam keadaan lemah atau sakit (Notoatmodjo: 2003).

Kelemahan dari metode ceramah yaitu tidak terjadi timbal balik antara audien dengan penceramah sehingga hasil yang didapat kurang efektif karena digunakan pada kelompok dalam jumlah besar. Selain itu pada metode ceramah dalam penyampaian informasi tergantung dari indera pendengaran saja sehingga hasilnya kurang efektif jika dibandingkan dengan metode yang menggunakan indera penglihatan (Notoatmodjo: 2003).

E. Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah propinsi Jawa Tengah. Dalam administrasi pemerintahan Kabupaten Banyumas terbagi dalam 27 Kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 329 desa / kelurahan.

(9)

kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas adalah sebanyak 1.170 jiwa per kilometer persegi (BPS Banyumas, 2010).

Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Banyumas terdiri dari 18 rumah sakit swasta, 4 rumah sakit pemerintahan, 13 puskesmas rawat inap, dan 26 puskesmas pembantu (Anonim, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Hasil pengukuran responsivitas pada sampel fotokonduktor dengan variasi tegangan panjar menunjukkan bahwa respon arus mengalami peningkatan pada panjang gelombang λ >

Metode penelitian yang akan di gunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode penelitian Deskrptif kuanitatif, Dengan metode deskriptif kuanitatif

(dibimbing oleh: Wahyuni, S.FT., M.Kes dan Umi Budi Rahayu, S.FT.,S.Pd.,M.Kes) Kadar VO 2 max berhubungan dengan kemampuan kerja otot seseorang. Jika seseorang melakukan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Agar propaganda ideologi dan cara hidup liberalis dan pluralis itu diterima oleh orang Islam, maka diikuti pula dengan bantuan fasilitas, popularitas dan juga