BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengobatan Sendiri
Jenjang pelayanan kesehatan dari bawah adalah perawatan sendiri,
pelayanan kader, pelayanan puskesmas, dan pelayanan rujukan. Perawatan
sendiri merupakan bagian paling besar dari pelayanan kesehatan.
Meningkatnya perawatan sendiri berkaitan dengan perubahan pola
penyakit dari infeksi akut ke infeksi kronis (Supardi, 1997).
Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit menggunakan
obat, obat tradisional atau cara lain tanpa petunjuk dokter (Supardi,dkk,
2000). Pengobatan sendiri merupakan salah satu upaya untuk mencapai
kesehatan bagi semua (Health for all by the year 2000) yang
memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Supardi, 1997).
Tujuan pengobatan sendiri yaitu untuk peningkatan kesehatan,
pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah
perawatan dokter. Sedangkan peranan pengobatan sendiri adalah untuk
penanggulangan secara cepat dan efektif, keluhan yang tidak memerlukan
konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada
keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas (Supardi,
1997).
Faktor – faktor yang mendasari sesseorang melakukan pengobatan
sendiri:
1. Sudah terbiasa dan mengenal obat yang digunakan,
2. Untuk mengatasi keluhan yang sifatnya ringan, seperti batuk, sakit
kepala dan pilek,
Upaya untuk mengobati diri sendiri merupakan salah satu cara yang
mudah dan praktis untuk mengatasi gejala penyakit yang ringan. Namun harus
dijamin bahwa praktek self medication ini dijamin aman bagi penggunaany. Oleh
sebab itu ada beberapa hal yang harus diingat saat orang melakukan self
medication antara lain :
1. Kenalilah dengan baik gejala atau keluhan yang dirasakan apakah sifatnya
akut atau merupakan gejala berulang yang pernah dialami sebelumnya.
2. Pilihlah obat yang paling dikenali, atau setidak-tidaknya pernah menggunakan
obat tersebut sebelumnya.
3. Jika ragu terhadap obat yang akan dipilih, tanyakanlah kepada orang yang
mempunyai pengalaman menggunakan obat tersebut.
4. Pada saat membeli, perhatikan bahan aktifnya, apakah sesuai dengan gejala
diderita.
5. Sedapat mungkin dipilih obat dengan kandungan zat berkhasiat dan kenalilah
indikasinya hingga efek sampingnya.
6. Perhatikan tanggal kadaluarsa obat.
7. Obat jangan diminum jika berubah warna, bau, rasa atau ujud/konsistensinya.
8. Obat hanya diminum jika timbul gejala, apabila sudah hilang hentikan minum
obat.
9. Batasi lama pemakaian hingga 3-5 hari, jika gejala tidak berkurang, segeralah
kedokter (Ristiana, 2005)
Keuntungan swamedikasi adalah aman dan efektif apabila sesuai petunjuk
karena kebanyakan sakit bersifat self limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa
konsultasi dokter, biaya pembelian obat relatif lebih murah, hemat waktu karena
tidak perlu menggunakan fasilitas atau profesi kesehatan,kepuasan karena ikut
berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan,menghindari rasa malu atau
stres apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga
kesehatan, dan membantu pemerintah untuk mengatasi keterbatasan jumlah
Pengobatan sendiri juga mempunyai beberapa kekurangan seperti obat
yang digunakan dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan
sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah memilih
obat, kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan
seperti timbulnya reaksi efek samping, sensitivitas atau resistensi,penggunaan
obat yang salah informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif
akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit bertindak objektif karena
pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu
dan lingkungan sosialnya (Supardi dkk, 1997).
B. Informasi Umum Obat
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (DepKes, 1992).
1. Penggolongan Obat
Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
c. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin
Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus
diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan
aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada
kemasan obat bebas dan bebas terbatas.
C. Pengetahuan
Dalam pemahaman umum pengetahuan adalah keseluruhan
pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia
tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf, 2001).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia mamiliki rasa
ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu seduatu. Sesuatu itulah yang
Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa pengetahuan adalah hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presepsi terhadap obyek.
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat
yang berbbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam enam tingkat
pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam
tingkatan ini adalah meningkatkan kembali sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Pada tingkaaatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar juga.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisin (Analysis)
Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi
yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berikatan satu
sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berikatan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
D. Sikap
Sikap (attitude) menurut Sarwono (2006), adalah kesiapan atau
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu baik
terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek
rangsangan. Teori yang sering dipakai berupa teori rangsangan balas
(stimulus-response theory) ataua teori penguat (reinforcement-theory) ini
dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial.
Allen, Guy dan Edgley (Azwar, 2005), mengatakan bahwa sikap
adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisis
untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap
merupakan respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.
Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif (cognitif), komponen efektif (affective) dan komponen
konatif (conatif). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang
benar bagi obyek sikap. Komponen efektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu obyek sikap.
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Interaksi antara ketiga
komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan
dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus
mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja diantara ketiga
komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi ketidak
selarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap
sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali (Azwar, 2005).
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan pada hakekatnya
adalah proses pendelegasian kewenangan oleh pemerintah kepada masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan. Keberhasilan pembangunan termasuk
bidang kesehatan sangat tergantung pada keberhasilan dalam membina
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengobatan sendiri adalah
pengetahuan tentang obat tradisional, kepecayaan terhadap khasiat obat
trdisional dan ketersediaan obat tradisional di rumah berhubungan dengan
penggunaan obat tradisional dan sikap terhadap obat berhubungan dengan
penggunaan obat (Supardi, 1997).
E. Penyuluhan
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi
atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau
mningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan
terjadinya perilaku sehat (Notoatmojo, 2005a).
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan
tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik
individu,kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat (Rumondang, 2008).
1. Metode penyuluhan
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan penyuluhan
(Notoatmodjo, 2005b):
a. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu
ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Metode ceramah
merupakan metode yang paling sering digunakan karena
kelebihannya yaitu Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan, ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi
yang perlu ditonjolkan, melalui ceramah guru dapat mengontrol
b. Metode Diskusi kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan
tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran)
dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
c. Metode Curah pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota
mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas
pendapatpendapat tadi dilakukan kemudian.
d. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang
atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
e. Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia
dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih
untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
f. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan
prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
g. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5
orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
h. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
2. Media Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2005b), penyuluhan tidak dapat lepas dari
media karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk
dipahami. Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas
informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada
hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian,
sasaran dap at mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu
memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan, media dibagi menjadi 3 (tiga) (Notoatmodjo, 2003) yakni:
a. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan yaitu:
1) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan
kesehatan dalam bentuk lembar balik, dimana tiap lembar
berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang
berkaitan dengan gambar tersebut.
2) Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
3) Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau
simbol untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.
4) Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk
kalimat, gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang
dilipat.
5) Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
6) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan.
7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah
kesehatan.
2) Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya
jawab, sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.
3) Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video
yang berhubungan dengan kesehatan.
4) Slide dan Film strip
c. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi
dengan pesan kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan
kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada