• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kependudukan - ANALISIS EFEKTIVITAS SIMPANG TAK BERSINYAL JALAN GATOT SUBROTO DAN JALAN GEREJA DI PURWOKERTO UNTUK 10 TAHUN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kependudukan - ANALISIS EFEKTIVITAS SIMPANG TAK BERSINYAL JALAN GATOT SUBROTO DAN JALAN GEREJA DI PURWOKERTO UNTUK 10 TAHUN - repository perpustakaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kependudukan

Data kependudukan berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Banyumas. Jumlah penduduk menurut Kecamatan atas satu

Kabupaten Banyumas pada tahun 2015 seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Lumbir 44.189

18 Karanglewas 62.270

19 Kedungbanteng 54.062

20 Baturraden 50.824

21 Sumbang 80.644

22 Kembaran 79.166

23 Sokaraja 83.171

24 Purwokerto Selatan 75.564

25 Purwokerto Barat 51.892

26 Purwokerto Utara 63.524

27 Purwokerto Timur 58.246

28 Jumlah Total 1.635.909

(2)

Dari data di atas didapat jumlah penduduk untuk kawasan lokasi

penelitian adalah 58.246 jiwa, dengan demikian Kecamatan Purwokerto

Timur menurut MKJI 1997 termasuk kota dengan ukuran sangat kecil, nilai

Fcs = 0,82.

B. Pertumbuhan Lalu Lintas

Data pertumbuhan kendaraan berdasarkan Unit Pelayanan Pendapatan

dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Kabupaten Banyumas tahun 2013

– 2014 seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Kendaraan Bermotor Kabupaten Banyumas 2013-2014

Jenis Kendaraan Tahun

2013 2014

Sepeda motor, Scooter 257.712 274.395

Jumlah Total 297.450 315.694

Sumber : UP3AD Kabupaten Banyumas 2014

Untuk memprediksi pertumbuhan lalu lintas digunakan persamaan

sebagai berikut :

Pt = Po

(3)

i = angka pertumbuhan lalu lintas (%)

n = jumlah tahun (2013-2014)

Pt = jumlah kendaraan 2014

Po = jumlah kendaraan 2013

Dari persamaan tersebut diperoleh pertumbuhan lalu lintas sebesar :

315694 = 297450

1,061 =

i = 0,061

Pertumbuhan lalu lintas 6,1%

C. Geometrik Simpang

Kondisi geometrik dan fasilitas jalan data ini diperoleh dengan cara

pengukuran langsung dilapangan. Pengukuran dilakukan pada malam hari

agar tidak mengganggu kelancaran lalu litas. Persimpangan Jl. Gatot Subroto

dan Jl. Gereja yang mempunyai geometrik dan fasilitas jalan sebagai berikut :

Tabel 4.3. Geometrik dan Fasilitas Jalan

No Keterangan

7 Jenis perkerasan Aspal Aspal Aspal

(4)

Gambar 4.1. Geometri Jalan

D. Lalu Lintas

Hasil pengamatan dilakukan selama 3 hari dalam satu minggu pada

tanggal 17, 18, dan 19 April 2017 pada hari sibuk anggapan 12 jam pada

simpang tiga Jl. Gatot Subroto dan Jl. Gereja dapat dilihat pada lampiran.

Kendaraan yang melewati simpang Jl. Gatot Subroto dan Jl. Gereja

dihitung dengan pencacahan di lapangan dan dimasukan dalam tabel

pencacahan volume lalu lintas berdasarkan klasifikasi kendaraan menurut

MKJI tentang simpang tak bersinyal.

E. Jam Puncak

Hasil data survey dilakukan pendataan per lima belas menit, agar

diperoleh titik puncak yang optimal. Selanjutnya untuk perhitungan data per

(5)

Tabel 4.4. Hasil Analisa Jam Puncak SMP/Jam

Arah Arus Hari Jam Smp/jam

Jl. Gatot Subroto I –

Jl. Gatot Subroto II

Senin 06.15 – 07.15 1142

Jl. Gatot Subroto I

Senin 12.00 – 13.00 589,5

Sumber : Hasil survei, 2017

F. Tingkat Pelayanan 2017

Ukuran kinerja suatu simpang ditentukan oleh kapasitas, derajat

kejenuhan, peluang antrian berdasarkan MKJI, 1997.

1. Tingkat Pelayanan

a. Kapasitas simpang (C)

C = x x x x x x x

C = 2700 x 1,08 x 1 x 0,82 x 0,93 x 1,35 x 1,01 x 1,03

C = 2930 smp/jam

b. Derajat kejenuhan (DS)

DS =

(6)

Derajat kejenuhan untuk semua ruas 0,93 > 0,75 (Jenuh)

Hasil perhitungan diatas dapat dilihat di lampiran pada formulir Analisis

2017, USIG I – II simpang tak bersinyal.

2. Pemecahan Masalah

Sekenario I, Perubahan teknis simpang dari kondisi awal

simpang tak bersinyal menjadi simpang bersinyal dengan menggunakan

2 fase.

Gambar 4.2. Perencanaan Traffic Light Skenario I

Dari hasil perencanaan didapat tingkat pelayanan sebagai berikut :

a. Penentuan waktu sinyal

Waktu siklus

C = 65 detik

Waktu hijau :

giB = 40 detik

(7)

giD = 40 detik

b. Kapasitas simpang (C)

C =

S x

= 2361 x = 1453 smp/jam

= 1476 x = 454 smp/jam

= 2613 x = 1608 smp/jam

c. Derajat kejenuhan (DS)

DS =

DSB

=

=

0,68

DSC =

=

0,49

DSD =

=

0,41

DStotal =

=

0,54 > 0,75

Dari perhitungan diatas didapat :

a. Ruas Jl. Gatot Subroto I = 0,68 < 0,75

b. Ruas Jl. Gereja = 0,49 < 0,75

c. Ruas Jl. Gatot Subroto II = 0,41 < 0,75

Derajat kejenuhan untuk semua ruas = 0,54 < 0,75 (Tidak jenuh)

Hasil perhitungan diatas dapat dilihat di lampiran pada formulir Skenario

I, SIG I – IV simpang bersinyal.

(8)

1. Tingkat Pelayanan

Dari hasil perencanaan didapat tingkat pelayanan sebagai berikut :

a. Penentuan waktu sinyal

Waktu siklus

C = 65 detik

Waktu hijau :

giB = 40 detik

giC = 20 detik

giD = 40 detik

b. Kapasitas simpang (C)

C =

S x

= 2354 x = 1449 smp/jam

= 679 x = 209 smp/jam

= 2613 x = 1680 smp/jam

c. Derajat kejenuhan (DS)

DS =

DSB

=

=

0,86

DSC =

=

1,42

DSD =

=

0,39

(9)

Dari perhitungan diatas didapat :

1. Ruas Jl. Gatot Subroto I = 0,86 > 0,75

2. Ruas Jl. Gereja = 1,42 > 0,75

3. Ruas Jl. Gatot Subroto II = 0,39 < 0,75

Derajat kejenuhan untuk semua ruas = 0,67 < 0,75 (Tidak Jenuh)

Hasil perhitungan diatas dapat dilihat di lampiran pada formulir Analisis

2022, SIG I – IV simpang bersinyal.

2. Pemecahan Masalah

Total DS = 0,67 < 0,75 (tidak jenuh), namun pada ruas jalan

utara dan barat memiliki DS yang melebihi kriteria yaitu 0,86 pada ruas

jalan barat dan 1,42 pada ruas jalan utara, maka perlu diadakannya

skenario II, yaitu perubahan waktu siklus dari 65 detik menjadi 90

detik. Perubahan waktu hijau untuk jalan utara dari 20 detik menjadi 25

detik serta jalan barat dan timur dari 40 detik menjadi 65 detik.

a. Penentuan waktu sinyal

Waktu siklus

C = 90 detik

Waktu hijau :

giB = 65 detik

giC = 25 detik

giD = 65 detik

(10)

C =

S x

= 2354 x = 1700 smp/jam

= 1447 x = 402 smp/jam

= 2613 x = 1887 smp/jam

c. Derajat kejenuhan (DS)

DS =

DSB

=

=

0,74

DSC =

=

0,74

DSD =

=

0,33

Dstotal =

=

0,55 < 0,75

Dari perhitungan diatas didapat :

a.Ruas Jl. Gatot Subroto I = 0,74 < 0,75

b.Ruas Jl. Gereja = 0,74 < 0,75

c.Ruas Jl. Gatot Subroto II = 0,33 < 0,75

Derajat kejenuhan untuk semua ruas = 0,55 < 0,75 (Tidak Jenuh)

Hasil perhitungan diatas dapat dilihat di lampiran pada formulir Skenario

II, SIG I – IV simpang bersinyal.

H. Tingkat Pelayanan 2027

(11)

Dari hasil perencanaan didapat tingkat pelayanan sebagai berikut :

a. Penentuan waktu sinyal

Waktu siklus

C = 90 detik

Waktu hijau :

giB = 65 detik

giC = 25 detik

giD = 65 detik

b. Kapasitas simpang ( C )

C =

S x

= 2455 x = 1773 smp/jam

= 1560 x = 433 smp/jam

= 2568 x = 1855 smp/jam

c. Derajat kejenuhan ( DS )

DS =

DSB

=

=

0,77

DSC =

=

0,76

DSD =

=

0,38

(12)

Dari perhitungan diatas didapat :

a.Ruas Jl. Gatot Subroto I = 0,77 > 0,75

b.Ruas Jl. Gereja = 0,76 > 0,75

c.Ruas Jl. Gatot Subroto II = 0,38 < 0,75

Derajat kejenuhan untuk semua ruas = 0,61 < 0,75 (Tidak Jenuh)

Hasil perhitungan diatas dapat dilihat di lampiran pada formulir Analisis

2027, SIG I – IV simpang bersinyal.

2. Pemecahan Masalah

Total DS = 0,61 < 0,75 (tidak jenuh), namun pada ruas jalan

barat memiliki derajat kejenuhan (DS) yang melebihi kriteria yaitu 0,77

pada ruas jalan barat dan 0,76 pada ruas jalan utara, maka perlu

diadakannya skenario III, Perubahan waktu siklus dari 90 detik menjadi

105 detik. Perubahan waktu hijau untuk jalan utara dari 25 detik

menjadi 30 detik serta jalan barat dan jalan timur dari 65 detik menjadi

75 detik.

a. Penentuan waktu sinyal

Waktu siklus

C = 105 detik

Waktu hijau :

giB = 75 detik

(13)

giD = 75 detiks

b. Kapasitas simpang (C)

C =

S x

= 2455 x = 1832 smp/jam

= 1560 x = 446 smp/jam

= 2568 x = 1834 smp/jam

c. Derajat kejenuhan (DS)

DS =

DSB

=

=

0,74

DSC =

=

0,74

DSD =

=

0,38

Dstotal =

=

0,58 > 0,75

Dari perhitungan diatas didapat :

1. Ruas Jl. Gatot Subroto I = 0,74 < 0,75

2. Ruas Jl. Gereja = 0,74 < 0,75

3. Ruas Jl. Gatot Subroto II = 0,38 < 0,75

Derajat kejenuhan untuk semua ruas = 0,58 < 0,75 (Tidak Jenuh)

Hasil perhitungan diatas dapat dilihat di lampiran pada formulir Skenario

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2015
Tabel 4.2. Jumlah Kendaraan Bermotor Kabupaten Banyumas 2013-2014
Tabel 4.3. Geometrik dan Fasilitas Jalan
Gambar 4.1. Geometri Jalan
+3

Referensi

Dokumen terkait

scenario dari Sistem Informasi Investasi di Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Provinsi Jawa Barat yang menunjukkan interaksi antara User (Investor)

Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan

Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S ® -2 adisi asam sitrat sebanyak 600 µg/mL.. Hasil Analisis Kandungan Jumlah Kafein dan Asam Sitrat dalam

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata pada peningkatan proses matematisasi siswa ditinjau dari gaya kognitif impulsif kelas eksperimen 1

ANNISA DWI RISKAWATI, D1514010, SISTEM PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) MELALUI E-REGISTRATION DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA KARANGANYAR, Program Studi

Di dalam BMT Bina Umat Sejahtera Lasem pembiayaan dana modal kerja dengan akad Mudharabah digunakan untuk membiayai atau membantu usaha nasabah yang mengalami

“Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah

Menurut Shimp (2003:11), “Kesadaran Merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu