BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigi merupakan struktur putih kecil yang ada di dalam mulut manusia dan
menjadi salah satu organ yang sangat penting dalam proses pencernaan dalam
tubuh. Gigi digunakan untuk mengoyak, mengikis, memotong dan mengunyah
makanan.Gigi memiliki peran penting dalam tubuh manusia, kesehatan gigi
merupakan investasi bagi masa depan sehingga kita harus menjaga kesehatan
gigi dan rongga mulut kita (Suryanegara, 2000).
Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum
dan kualitas hidup. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan,
infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan
penyakit lainnya, sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit,
mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial (WHO,
2012).
Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi menjadi
hal yang penting, khususnya bagi perkembangan anak. Karies gigi adalah salah
satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan
yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi.
Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi
terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal
(Sinaga, 2013).
Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan ada abad terakhir
tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah
klinik yang signifikan. Anak yang berisiko karies tinggi harus mendapatkan
perhatian khusus karena perawatan intensif dan ekstraharus segera dilakukan
untuk menghilangkan karies atau setidaknya mengurangi risiko karies tinggi
menjadi rendah pada tingkatan karies yang dapat diterima pada kelompok umur
tertentu sehingga target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO.
Di Indonesia, hasil Survei Riset Kesehtan Dasar tahun 2016, antara lain:
prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi mulut adalah 25,9%,
prevalensi nasional karies aktif adalah 45,4%, dan penduduk dengan masalah
gigi-mulut dan menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi
adalah 31,1% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Prevalensi karies aktif di provinsi Jawa Tengah sebesar 43,5%.
Pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI sebesar 45,6% mengalami
peningkatan dibandingkan dengan cakupan tahun 2015 sebesar 41% dan dari
keseluruhan murid yang perlu perawatan sebanyak 50,4% (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2016).
Kegiatan kesehatan gigi anak usia sekolahdilaksanakan melalui kegiatan
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi massal di SD/MI merupakan
salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat
memahami cara dan waktu yang tepat untuk melakukan sikat gigi (Prokes Jawa
Tengah, 2015)
Tingginya angka karies gigi menunjukkan bahwa tenaga medis pada
bidang kesehatan gigi perlu memperkenalkan pendidikan kesehatan gigi sedini
mungkin pada anak agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan
gigi dan mulut secara baik dan benar.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti
pada bulan Desember 2017 di SD Negeri Paberasan Kecamatan Sampang
Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah didapatkan siswa siswi kelas III
hingga kelas V adalah 65. Sebagian besar siswa-siswi di SD Negeri Paberasan
Kecamatan Sampang mengalami karies gigi yang mengakibatkan gigi
berlubang. Siswa-siswi mengaku sering mengkonsumsi makanan atau jajan
yang manis karena rasanya yang enak. Makanan gula adalah makan yang
banyak tersedia di kantin atau warung sekitar sekolah sehingga siswa-siswi
dengan mudah mengkonsumsi makanan gula yang menyebabkan karies gigi.
Berdasarkan Laporan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas
Sampang, jumlah siswa siswi SD Negeri Paberasan yang pernah diperiksa
kesehatan gigi dan mulutnya adalah sebanyak 35 siswa yang terdiri dari siswa
kelas I dan II. Dari data tersebut jumlah siswa dengan kasus karies adalah 30
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti
suatu permasalahan yaitu prevalensi konsumsi gula dan karies gigi di Sekolah
Dasar Negeri Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat didentifikasi bahwa
angka kejadian karies gigi pada anak berdasarkan data dari hasil Prevalensi
karies aktif di provinsi Jawa Tengah sebesar 43,5%. Pemeriksaan kesehatan
gigi murid SD/MI sebesar 45,6% mengalami peningkatan dibandingkan
dengan cakupan tahun 2015 sebesar 41% dan dari keseluruhan murid yang
perlu perawatan sebanyak 50,4% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2016).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan penelitian “Adakah hubungan prevalensi karies gigi dengan
konsumsi gula pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar Negeri Paberasan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Prevalensi Karies Gigi dengan Konsumsi
Gula di Sekolah Dasar Negeri Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten
Cilacap.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden di Sekolah Dasar Negeri
Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap
b. Mengetahui kebiasan konsumsi gula yang dilakukan siswa Sekolah
Dasar Negeri Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap..
c. Mengetahui kejadian karies gigi di Sekolah Dasar Negeri Paberasan
Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap
d. Mengetahui hubungan konsumsi gula dengan kejadian karies gigi di
Sekolah Dasar Negeri Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian khususnya mengenai prevalensi karies gigi dan konsumsi
gula pada anak.
b. Merupakan suatu pengalaman untuk menemukan masalah dan
bagaimana pemecahnya.
2. Bagi Objek Penelitian
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu menyelesaikan
masalah yang tengah dihadapi.
b. Memberikan informasi kepada sisawa mengenai karies gigi.
3. Bagi Dunia Keilmuan
a. Sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan
dan bisa dikembangkan bagi oleh peneliti selanjutnya dalam ruang
lingkup yang sama
E. Penelitian Terkait
1. Yabao, dkk(2005) yang berjudul “Prevalence of dental caries and sugar
consumption among 6-12 years old schoolchildren in La Trinidad, Benguet,
Philippines”. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dengan rancangan crossectional. Hasil peneltian prevalensi karies gigi pada
gigi primer adalah71,7% dan pada gigi permanen, 68,2%. Kesimpulan hasil
penelitian menunjukkan bahwa karies gigi sangat lazim dan meningkat
dengan konsumsi gula yang meningkat. Ini mungkin karena kelalaian
kesehatan mulut dan peningkatan mengkonsumsi makanan mengandung
gula.
Persamaan : Sama-sama meneliti tentang karies gigi dan konsumsi gula.
Perebedaan : penelitian di atas dilakukan di Philippines, sedangkan
penelitian ini dilakukan di SDN Paberasan Kecamatan Sampang.
2. Marsela Liwe, dkk (2015) yang berjudul “Prevalensi karies gigi molar satu
permanen pada anak umur 6-9 tahun di sekolah dasar kecamatan tomohon
selatan”. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif observasional
dengan pendekatan potong lintang.. Hasil penelitian menunjukkan
prevalensi karies pada anak-anak di SD kecamatan Tomohon Selatan
mencapai 68,1% dengan jumlah 49 anak.. Berdasarkan jenis kelamin angka
kejadian karies tertinggi didapatkan pada anak laki-laki mencapai 26 anak
(68,4%). Berdasarkan usia angka kejadian karies tertinggi didapatkan pada
merupakan yang paling tinggi angka kejadian kariesnya yaitu 32 gigi
(37,2%) dan berdasarkan tingkat keparahan karies kejadian karies dentin
yang paling tinggi yaitu mencapai 40 gigi (46,51%).
Persamaan : Sama-sama meneliti tentang karies gigi
Perbedaan : Penelitian diatas meneliti karies gigi molar satu permanen
sedangkan penelitian ini meneliti tentang karies gigi dan konsumsi gula.
3. Kartika, H. Y (2013) yang berjudul “Hubungan kejadian karies gigi dengan
konsumsi makanan kariogenik dan status gizi pada anak Sekolah Dasar
kelas III dan IV SDN Kadipaten I dan II Bojonegoro”. Jenis penelitian ini
adalah menggunakan rancangan cross sectional. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat karies gigi sedang 23.8% dengan indeks
DMF-Trata-rata 4.0 . Frekuensi konsumsi makanan kariogenik sebanyak 73%
mengkonsumsi 3-6x sehari.Terdapat 15.8% anak memiliki status gizi sangat
kurang. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa:ada hubungan antara
kejadian karies gigi dengan konsumsi makanan kariogenik
(p=0.009 ;r=0.298) ,ada hubungan antara karies gigi dengan status gizi
(p=0.008 ; r=0.303). Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa ada
hubungan antara kejadian karies gigi dengan konsumsi makanan
karieogenik, dan ada hubungan antara karies gigi dengan status gizi.
Persamaan : sama-sama meneliti tentang karies gigi.