• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - NUR ASIH WULANDARI .... BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - NUR ASIH WULANDARI .... BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan suatu lingkungan belajar yang mewadahi siswa

untuk mengembangkan dirinya. Sekolah menurut Syamsu dan Sugandhi

(2011: 42-43) perlu diciptakan sebagai lingkungan belajar yang memfasilitasi

perkembangan siswa, baik aspek fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun

moral-spiritual. Lingkungan belajar meliputi aspek penataan. Penataan

tersebut menyangkut aspek prasarana dan sarana, seperti ruang kantor, kelas,

laboratorium, olahraga, kesenian, atau tempat ibadah dan fasilitas

pembelajaran yang lain. Aspek kebersihan, seperti keindahan, ketertiban,

penghijauan; aspek human relationship, seperti hubungan yang harmonis

antara pimpinan sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan

siswa; dan aspek kualitas pembelajaran sebagai suri tauladan dari pimpinan

dan guru-guru dalam berakhlak mulia. Hal tersebut diharapkan dapat

mendukung adanya suatu pembelajaran yang efektif di sekolah dasar.

Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan

saja terfokus kepada hasil yang dicapai siswa, namun bagaimana proses

pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,

kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan

perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka

(2)

pengaturan ruang belajar yang meliputi penataan lingkungan dan pengaturan

ruang kelas yang di dalamnya terdapat interaksi guru dan siswa dalam proses

pembelajaran. Pengaturan ruang belajar dalam hal ini lebih ditekankan pada

pengaturan ruang kelas.

Pengaturan ruang kelas dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan

oleh guru. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya kegiatan pembelajaran di

sekolah yang sering dilakukan adalah pembelajaran di dalam kelas. Kelas

sebagai salah satu prasana sekolah memiliki berbagai sarana, seperti meja,

tempat duduk, papan tulis, rak buku, penghapus, LCD proyektor, dan

sejenisnya dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Apabila penataan ruang

kelas tertata rapi maka proses pembelajaran juga dapat berjalan dengan baik.

Pengaturan ruang kelas perlu ditanamkan pada diri guru akan arti

penting atau urgensi pengaturan ruang kelas dalam kegiatan pembelajaran.

Hal tersebut dikarenakan agar guru sebagai seorang pemimpin di kelas

mampu mengatur ruang kelasnya menjadi ruang kelas yang kondusif, selain

itu guru juga harus memiliki kemampuan dalam hal pengaturan tempat duduk

siswa, pengaturan media pendidikan, pengaturan tanaman-tanaman dan

tumbuh-tumbuhan serta memberikan aromaterapi (Zainab, 2014:2).

Pengaturan ruang kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan

potensi kelas. Kelas dalam hal ini memiliki peranan dan fungsi tertentu dalam

menunjang keberhasilan pada proses interaksi edukatif. Pengaturan tersebut

akan memberikan dorongan dan rangsangan terhadap siswa untuk belajar,

(3)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaturan

kelas itu penting. McCorskey dan Mcvetta dalam penelitian Roy (2014)

menjelaskan bahwa pengaturan tempat duduk merupakan salah satu faktor

penting dalam pengaturan kelas karena dapat berkontribusi untuk kedua

dampak positif dan negatif pada pembelajaran klasikal dan belajar siswa.

Penelitian hipotesisnya telah membuktikan bahwa komunikasi yang efektif

antara guru dan siswa di dalam kelas adalah kunci keberhasilan mereka dalam

belajar dan pembelajaran. McAndrew dalam penelitian tersebut juga

berpendapat bahwa melalui penelitian tentang ekologi kelas terkait dengan

pengaturan tempat duduk, peneliti dapat memahami bagaimana lingkungan

kelas mempengaruhi siswa dan interaksi mereka dengan guru dan siswa

lainnya.

Tidak semua guru mampu dan mau mengatur ruang kelas khususnya

pengaturan tempat duduk. Pengaturan tempat duduk penting untuk dilibatkan

dalam proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut dikarenakan dalam

pengaturan tempat duduk terdapat interaksi siswa dan guru sehinga dapat

menghambat petumbuhan dan perkembangan siswa pada proses pembelajaran

apabila tidak dikonsep dengan baik.

Sistem pendidikan yang seringkali menjadikan sesuatu yang tidak lazim

menjadi lazim mengkibatkan adanya pergeseran nilai yang kurang baik

terhadap perkembangan siswa. Pengaturan tempat duduk yang sudah

dilakukan di sekolah dasar dengan mempertimbangkan beberapa hal yang

(4)

lebih diperhatikan kembali oleh guru kelas agar proses pembelajaran bisa

menjadi lebih baik. Selain itu terdapat berbagai macam bentuk pengaturan

tempat duduk yang digunakan. Hal tersebut menuntut guru untuk lebih

cermat lagi dalam memilih gaya pengaturan yang sesuai dengan kondisi kelas

dan siswa.

Sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta merupakan jenjang

pendidikan dasar yang menduduki posisi strategis dan penentu utama bagi

pembentukan basis kerangka berpikir siswa. Pendidikan di sekolah dasar

merupakan pendidikan dalam rangka pembentukan sikap, pengetahuan dan

ketrampilan dasar siswa. Hal ini yang menjadikan perlu adanya suatu

peningkatan kualiatas pendidikan di sekolah dasar.

Secara umum, sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta memiliki

beberapa perbedaan. Beberapa perbedaan menurut pendapat Amirudin

Mahmud (2015) antara lain dilihat dari sisi kepemilikkan, iuran SPP, tenaga

pendidik dan kependidikan, serta fasilitas yang terdapat di sekolah.

Dilihat dari segi tenaga pendidik dan kependidikan, sekolah negeri

mayoritas pegawai negeri sedangkan swasta adalah pegawai swasta. Apabila

didasarkan pada kualitas yang dilihat dari segi prasarana atau fasilitas,

sekolah swasta relatif lebih baik karena sekolah yang sudah memperoleh

kepercayaan masyarakat lebih mudah memungut biaya sedangkan sekolah

negeri sulit melakukannya. Namun demikian tidak sedikit sekolah negeri

(5)

mengusulkan bantuan ke pemerintah, sebaliknya tidak sedikit sekolah swasta

yang berfasilitas minim karena kurang dipercaya masyarakat.

Apabila dilihat dari aspek tenaga pendidik dan kependidikan harusnya

sekolah negeri lebih baik, sebab mereka mayoritas pegawai negeri yang

gajinya lebih dari cukup. Berbeda dengan sekolah swasta tenaga pendidik dan

kependidikan bukan pegawai negeri, namun bisa jadi gurunya lebih

berkualitas sehingga semua tergantung pada pendidik dan tenaga

kependidiknya.

Pengambilan keputusan baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah sebaiknya berdasarkan kebutuhan sekolah. Pemerintah

harus membuat skala prioritas dalam pemberian bantuan atau fasilitas

pendidikan lainnya. Skala prioritas dibuat berdasarkan kondisi real di

lapangan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian dan kajian, sehingga

ketimpangan dan kesenjangan dapat diminimalisir. Selain itu proses

pembelajaran di sekolah dasar juga dapat berjalan baik dengan adanya

fasilitas yang mendukung optimalisasi pembelajaran baik di sekolah dasar

negeri maupun swasta.

Ketidaksesuaian pemilihan gaya pengaturan tempat duduk siswa dapat

menghambat proses pembelajaran. Hal ini yang menjadikan penting adanya

pengaturan tempat duduk siswa dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

Penelitian dilakukan di sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta yang

berbasis agama. Hal tersebut dikarenakan perbedaan lingkungan belajar dan

(6)

penelitian dengan harapan bisa memberikan informasi yang lebih luas terkait

implementasi pengaturan tempat duduk di sekolah dasar.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini difokuskan pada

implementasi pengaturan tempat duduk siswa dalam pembelajaran di sekolah

dasar negeri dan swasta yang terdapat di Kecamatan Wangon.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka inti dari

permasalah pokok yang harus ditemukan jawabannya dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana pola pengaturan tempat duduk siswa dalam pembelajaran di

sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Wangon?

2. Apa saja aspek pertimbangan dalam pengaturan tempat duduk siswa dalam

pembelajaran di sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Wangon?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pengaturan tempat duduk siswa dalam

pembelajaran di sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Wangon?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan pola pengaturan tempat duduk siswa dalam

pembelajaran di sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Wangon.

2. Mengetahui aspek-aspek pertimbangan dalam pengaturan tempat duduk

siswa dalam pembelajaran di sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan

(7)

3. Mengetahui respon siswa terhadap pengaturan tempat duduk siswa dalam

pembelajaran di sekolah dasar negeri dan swasta Kecamatan Wangon

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak untuk memperoleh

informasi dan menjadi referensi tentang pengaturan tempat duduk siswa

dalam pembelajaran di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

beberapa pihak antara lain :

a. Peserta didik

Terciptanya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga

baik untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam belajar.

b. Bagi guru

Sebagai acuan bagi guru dalam mengatur tempat duduk siswa di kelas

agar mendukung optimalisasi pembelajaran.

c. Bagi sekolah

Memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar matematika dengan model

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Mayoritas warga kampung nelayan pesisir Muara Angke memiliki keberanian menjadi wirausahawan karena tekanan ekonomi yang mendesak. Selain itu, mereka memiliki minat

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi