• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA WALISONGO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA WALISONGO KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA WALISONGO

KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

ERLIANA FITRI ROHANIAH

NIM. 11114257

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA WALISONGO

KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

ERLIANA FITRI ROHANIAH

NIM. 11114257

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh

kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kemurnian dan ketulusan hati, karya ini kupersembahkan kepada: 1. Almamaterku tercinta yaitu IAIN Salatiga

2. Kedua orang tua Bapakku Mujiyono dan Ibuku Muryani yang senantiasa tiada putus untuk mendo’akanku, mengasihiku setulus hati, mencintaiku

dengan segenap jiwa dan raga, memotivasiku dengan semangat yang luar biasa, selalu membantuku baik moril, materiil, maupun spiritual. Sehingga aku dapat menatap dan menyongsong masa depan yang lebih baik.

3. Adikku Merlina Fitria Muthoharoh, terimakasih atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses dalam penyelesaian skripsi ini bisa berjalan dengan lancar

4. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini

5. Untuk kakakku David Riyanto, terimakasih atas motivasinya selama ini dan tiada bosannya untuk menungguku dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Temanku SNJ, Rahma, Lilis, dan kost Alfa-Afa yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi

Ya Allah, terima kasih Engkau telah mengelilingiku dengan orang-orang yang senantiasa memberikanku cinta, perhatian, dukungan, dan nasehat yang tiada pernah hentinya. Kepadanyalah kupersembahkan karyaku ini. Teriring do’a

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo Karangmalang Sragen Tahun Ajaran 2018/2019”

Alhamdulillah dapat diselesaikan dengan curahan cinta dan kasih sayangnya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang berkat syafaat dan barokah-Nya kita dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.

Penulis skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Institut Agama Islam Negeri Salatiga dan sekaligus sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kulih.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga 4. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik

(10)

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Sarjana

7. Kepala sekolah SMA Walisongo bapak Ahmad Aliif Khumaid, S.Si. M.Pd dan keluarga besar SMA Walisongo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, memberikan dukungan, dan motivasinya sehingga proses skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar untuk menempuh gelar Sarjana ini

8. Bapak Bahron Nur Wahyudi selaku guru Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo, terimakasih sudah bersedia meberikan waktunya kepada penulis untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi penulis hingga selesainya tugas akhir ini

(11)
(12)

ABSTRAK

Rohaniah, Erliana Fitri. 2018. Implementasi Manajemen Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M. Pd.

Kata Kunci : Manajemen Pembelajaran dan Pendidikan Agama Islam

SMA Walisongo Karangmalang adalah salah satu sekolah swasta menengah atas yang berhasil menduduki sebagai sekolah Islam rujukan di kabupaten Sragen. Sekolah tersebut mampu meningkatkan mutu pembelajarannya melalui pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan cara tertib Manajemen. Manajemen Pembelajaran di SMA Walisongo dilakukan mulai dari menyusun perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan menyiapkan materi, metode, dan media, kemudian juga mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Hal tersebut bertujuan agar dalam penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas dapat terencana dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses implementasi manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas. Hal ini menarik untuk dilakukan penelitian agar memberikan pemahaman kepada para guru dalam melaksanakan tertib manajemen. Selain itu, peneliti juga akan memberikan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat tentang manajemen pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi lapangan dan di dalam kelas, kemudian dokumentasi.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR... i

LEMBAR BERLOGO... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Penegasan Istilah... 10

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori... 14

1. Manajemen Pembelajaran... 14

a. Pengertian Manajemen Pembelajaran... 14

b. Fungsi Manajemen Pembelajaran... 17

1) Perencanaan... 18

2) Pelaksanaan ... 21

3) Evaluasi ... 37

c. Prinsip Manajemen Pembelajaran... 42

2. Pendidikan Agama Islam... 46

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 46

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 47

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 49

B. Kajian Pustaka... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 54

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 55

C. Sumber Data... 55

D. Prosedur Pengumpulan Data... 56

E. Analisis Data... 58

F. Pengecekan Keabsahan Data... 61

(15)

1. Latar Belakang SMA Walisongo... 63

a. Kondisi Letak Geografis... 63

b. Kondisi Letak Demografis... 63

c. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat... 63

d. Kondisi Politik dan Keamanan... 64

e. Kondisi Perkembangan IPTEK... 64

f. Kondisi Kebijakan Pemerintah... 65

2. Profil Sekolah... 65

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Walisongo... 67

a. Visi... 67

b. Misi... 67

c. Tujuan... 68

B. Analisi Data... 74

(16)

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanakan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Walisongo Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2018/2019... 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 88 B. Saran... 90 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

1. Gambar 3.1 Model Analisis Data... 61

2. Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan... 69

3. Tabel 4.2 Struktur Organisasi... 71

4. Tabel 4.3 Data Siswa... 72

5. Tabel 4.4 Data Ekstra Kurikuler... 72

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Selesai Melaksanakan Penelitian 4. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing 5. Lembar Konsultasi

6. Laporan SKK

7. Pedoman Wawancara 8. Transkip Wawancara 9. Pedoman Observasi 10.Lembar Observasi 11.Silabus

12.RPP 13.Prota 14.Promes

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian, maka akan dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat di dalam kehidupan bermasyarakat (Hamalik, 2001: 79). Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan (Farikhah, 2015: 239).

Di dalam pendidikan formal, khususnya dalam mengkaji bidang studi pendidikan agama, sekolah melalui bidang studi yang relevan khususnya materi pendidikan agama harus dapat menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk religius seperti yang diamanatkan di dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dengan nilai-nilai religius yang diperoleh dari sekolah, anak akan menjadi pemeluk agama yang baik yang dapat menciptakan kerukunan hidup umat beragama, kerukunan hidup antar umat agama dan kerukunan hidup antar umat agama dengan pemerintah atau manusia yang rasional yang diimbangi dengan ketaqwaan (Ihsan, 2013: 31).

(20)

bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat (Akbar, 2000: 19).

Tujuan utuh dari pengalaman belajar harus dapat menampilkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak pengiring adalah pendidikan karakter yang harus dikembangkan, tidak dapat dicapai secara langsung, baru dapat tercapai setelah beberapa kegiatan belajar berlangsung. Dalam penilaian hasil belajar, semua guru akan dan seharusnya mengukur kemampuan siswa dalam semua ranah (Kelana, 2000: 78). Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok utuh siswa sebenarnya. Artinya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotor) (Dali, 2017: 71).

Pendidikan Islam perlu menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang mampu memilih tanpa kehilangan peluang jati dirinya (Mansur, 2005: 1). Peran strategis pendidikan Islam sebagai lembaga yang mampu menyiapkan para alumninya yang berkepribadian, beriman, dan bertawakal. Jadi, pendidikan Islam mempunyai peran membentuk anak didik mempunyai kepribadian utama atau insan kamil sesuai dengan ajaran Islam (Islami). Dengan demikian seorang guru seharusnya bukan hanya sekedar menjadi tenaga pengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik. Karena itu dalam Islam, seorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam (Azra, 1998: 167).

(21)

berbagai lembaga Pendidikan Agama Islam, yaitu madrasah, pesantren, dan sekolah Islam atau sekolah yang dikelola organisasi atau yayasan Islam yang diyakini dalam pengembangannya untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Islam, melalui materi, proses, kegiatan, dan metode pendidikan yang Islami dalam rangka meraih kualitas pribadi muslim sejati dan masyarakat Islam terbaik.

Untuk mendapatkan generasi muda atau penerus bangsa yang beriman dan bertaqwa, diperlukan adanya pendidikan, pembentukan, dan penanaman nilai-nilai keagamaan. Salah satu bentuk pendidikan dalam generasi muda adalah melalui pendidikan formal yaitu sekolah. Maka dalam pembelajaran di sekolah tersebut sangat penting adanya salah satu materi Pendidikan Agama Islam.

Sejauh ini dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam proses pembelajarannya dilaksanakan secara searah saja. Informasi hanya dimiliki oleh guru, peserta didik hanya bertugas mendengar dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Maka tidak heran jika peserta didik hanya mengetahui atau hafal dengan mendapatkan nilai sempurna tanpa ada realisasi perubahan sikap yang lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut maka guru Pendidikan Agama Islam harus bisa menerapkan atau mengimplementasikan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan baik. Agar tujuan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk membentuk peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia tersebut bisa tercapai.

(22)

semakin baik dan manajemen yang tidak sesuai zaman perlu ditinggalkan (Farikhah, 2015: 250). Karena pendidikan pada hakekatnya mengembangkan potensi daya manusia menuju kedewasaan sehingga mampu hidup mandiri dan mampu mengembangkan tata kehidupan bersama yang lebih baik sesuai dengan tantangan atau kebutuhan zamannya. Dengan kata lain pendidikan pada hakekatnya mengembangkan human dignity yang memanusiakan manusia sehingga benar-benar mampu menjadi khalifatullah fi al-ardhi. Oleh karena itu berikan ruang lebih banyak bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan jati diri dan menempuh cita-citanya (Mansur, 2001: 22).

Seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran tidak cukup hanya dengan menjelaskan materi-materi Pendidikan Agama Islam saja, akan tetapi juga bisa melaksanakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh guna untuk mencapai tujuan bersama dalam proses pelaksanaan pembelajaran tersebut, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan sekolah, dan guru dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini sekolah atau guru diberi kebebasan untuk memilih strategi atau metode, dan teknik-teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakter siswa, karakter guru, dan kondisi nyata sumber daya manusia yang tesedia di sekolah. Maka dari itu, sekolah perlu menerapkan Manajemen Pembelajaran agar pembelajarannya dapat berjalan dengan baik karena alurnya jelas.

(23)

Pendidikan Agama Islam dengan melakukan penyiapan RPP, silabus, dan perangkat pembelajaran lainnya di awal tahun ajaran baru. Hal itu bertujuan agar dalam penerapan pembelajaran di kelas dapat terencana dengan baik.

Dalam pelaksanaannya, penulis menemukan bahwa guru di SMA Walisongo selalu mempersiapkan materi, metode dan media pembelajarannya dengan baik. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran itu tentunya tidak akan membosankan siswa.

Kemudian untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran itu sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau tidak, maka SMA Walisongo selalu mengadakan evaluasi hasil yang dilakukan di akhir semester. Rapat evaluasi itu diadakan oleh para dewan guru untuk membahas bagaimana hasil dari pembelajaran tersebut, dan apa saja yang harus diperbaiki.

(24)

SMA Walisongo ini berada di lingkup sebuah pondok pesantren di Sragen, yaitu pondok pesantren Walisongo. SMA Walisongo adalah sekolah yang memegang peran penting dalam pembelajaran keagamaan yang sudah dicantumkan dalam visi sekolah yaitu “Membentuk Generasi yang Beriman, Bertaqwa, Berbudi, dan Terampil”. Dengan

adanya visi tersebut, maka sekolah harus berusaha sebaik mungkin untuk mencapai misi yang telah ditetapkan yang salah satu misi tersebut berisikan “Terwujudnya manajemen sekolah yang transparan dan partisipatif, melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dan suasana pergaulan sehari-hari yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan ”.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, maka SMA Walisongo juga mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Ekstrakurikuler tersebut dijadwalkan setiap sore harinya habis sholat Azar dihalaman sekolah tersebut. Ekstrakurikuler tersebut meliputi Administrasi, Bulutangkis, Fotografi, Jurnalistik, Nahwu Shorof, Multimedia, Musik Modern, Pramuka, PMR, Pidato, Melukis, Menjahit, Tatarias, Sepak Bola, Jaringan, Teater, Qiro’ah, Menari, Kaligrafi, dan Musik Rebana.

Sehingga pada saat siswa telah selesai menempuh pendidikannya di SMA Walisongo, siswa mempunyai akhlak yang baik, insan yang bertaqwa kepada Allah SWT, serta memiliki budaya dan budi pekerti luhur dalam bermasyarakat, serta mampu bersaing dengan dunia luar. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam mempunyai peran untuk mewujudkan hal tersebut suapaya para siswa ketika lulus dari sekolah tidak berperilaku menyimpang dari ajaran Islam.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil sebuah judul “Implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

(25)

semoga pihak sekolah berkenan memberikan waktu dan perhatiannya pada peneliti sehingga peneliti dapat dengan mudah memperoleh data dengan maksimal.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan dari uraian di atas, dalam pembinaan keagamaan, maka penulis membatasi fokus penelitian dengan ruang lingkup manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Maka permasalahan akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2018/2019?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanakan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

Walisongo Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2018/2019.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(26)

Mengembangkan pengetahuan tentang manajemen pembelajaran, khususnya dalam proses pelaksanaan implementasi manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi sekolah

Diharapkan semakin termotivasi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dan selalu memandang kedepan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Manfaat bagi guru

Sebagai wawasan bagaimana guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola manajemen pembelajaran agar tercapai tujuannya untuk membentuk ketaqwaan para peserta didik kepada Allah SWT.

c. Manfaat bagi siswa

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menumbuhkan daya tarik siswa untuk lebih mendalami materi Pendidikan Agama Islam yang telah disampaikan oleh guru pendidik.

d. Manfaat bagi penulis

Sebagai bahan untuk memperluas ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru tenaga Pendidik Agama Islam yang profesional dan berakhlakul karimah.

(27)

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam menafsirkan judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penegasan atau pengertian pada istilah-istilah dalam judul tersebut yang sekaligus menjadi batasan dalam pembahasan selanjutnya:

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya (Arikunto, 2005: 76).

2. Manajemen

Menurut Lawrence A. Appley dan Oeng Liang Lee dalam bukunya Saefullah (2012: 3) menjelaskan bahwa manajemen sebagai seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran untuk melaksanakan aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan nilai-nilai estetika kepemimpinan dalam mengarahkan, memengaruhi, mengawasi, dan mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk mencapai tujuan.

(28)

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dengan konsekuensi adanya keterlibatan aktif peserta didik dan pendidik (siswa dan guru). Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang secara profesional. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai serta memiliki tujuan (Fathurrahman, 2009: 8).

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Daradjat, 2011: 86).

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan sebagai pedoman hidup demi keselamatan dan kesejahteraan dunia dan akhirat.

F. Sitematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tentang penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya disusun sebagai berikut:

(29)

Pada bab ini meliputi: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini meliputi: Landasan Teori, Kajian Pustaka. BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini meliputi: Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data.

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini meliputi: Paparan Data, Analisis Data. BAB V : PENUTUP

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen Pembelajaran

a. Pengertian Manajemen Pembelajaran

Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, mengurus, atau mengelola. Dari arti tersebut, secara substantif, makna manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan. Dengan demikian, muncul pertanyaanapa yang dikelola, bagaimana mengelolanya, untuk apa dikelola, dan siapa yang bertindak sebagai pengelola (Athoillah, 2010: 13).

Hasibuan (1996: 1) menjelaskan bahwa manajemen dalam bahasa Inggris to manage, yaitu mengatur. Oleh karena itu, menurutnya pertanyaan yang muncul adalah apa yang diatur, mengapa harus diatur, siapa yang mengatur, bagaimana mengaturnya, dan dimana harus diatur.

Menurut Lawrence A. Appley dan Oeng Liang Lee dalam bukunya Saefullah (2012: 3) menjelaskan bahwa manajemen sebagai seni dan ilmu, dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran untuk melaksanakan aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan nilai-nilai estetika kepemimpinan dalam mengarahkan, memengaruhi, mengawasi, dan mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk mencapai tujuan.

(31)

mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian even (kejadian, peristiwa, kondisi) yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Komsiyah, 2012: 1).

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dengan konsekuensi adanya keterlibatan aktif peserta didik dan pendidik (siswa dan guru). Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang secara profesional. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai serta memiliki tujuan (Fathurrahman, 2009: 8).

Pembelajaran adalah salah satu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar, dengan harapan dapat membangun kreativitas siswa (Nazarudin, 2007: 163).

Asmadawati (Jurnal Forum Paedagogik, No. 2, Juli 2014: 29) mengatakan bahwa proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam situasi tertentu. Pelaksanaan proses pembelajaran bukan satu pekerjaan yang mudah dan dapat terjadi begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mesti direncanakan dan didesain sedemikian rupa mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu, sehingga pelaksanaannya dapat dicapai hasil yang diharapkan.

(32)

pikir, perasaan, tingkah lakunya. Sumber belajar harus dapat membuat perubahan itu terjadi (Mufarrok, 2009: 3). Untuk itu ia perlu memikirkan bahan pembelajaran yang dibutuhkan agar terjadinya perubahan-perubahan serta bagaimana cara menangani bahan pembelajaran yang di maksud secara baik dan tepat.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pembelajaran adalah usaha untuk mengelola pembelajaran yang dirancang guru dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dengan harapan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

b. Fungsi Manajemen Pembelajaran

Di dalam proses pembelajaran terdapat hal penting yang paling esensi agar proses itu lebih berkualitas yaitu guru, keterlibatan siswa dalam belajar dan faktor penunjang seperti kurikulum, sarana dan prasarana serta dukungan partisipatif dari masyarakat dan orang tua. Keterkaitan antara unsur tersebut menunjukan bahwa dalam sebuah sistem pendidikan dalam hal ini, proses pembelajaran berlangsung secara menyeluruh dan dibangun secara konstruksional melibatkan semua unsur sebagai input. Input inilah yang pada akhirnya diharapkan menjadi dasar bagi output dan outcome sebuah sekolah yang berkualitas.

(33)

Menajemen pembelajaran terkait dengan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.

Secara operasional, kegiatan manajerial yang berproses pada sistem pembelajaran di sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanaan menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan fungsi sentral dari pembelajaran dan harus berorietasi masa depan. D. Moore yang dikutip oleh Rosyada (2004: 122) menulis bahwa perencanaan berupaya mengapresiasi keragaman dan berupaya menciptakan pembelajaran yang efektif. Perencanaan ini setidaknya harus merumuskan tujuan pembelajaran, pemaparan, dan evaluasi hasil.

Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya (Suryobroto, 2009: 27). Agar dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Untuk itu, guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain:

a) Menentukan Alokasi Waktu

(34)

b) Menyusun Program Tahunan (Prota)

Program tahunan merupakan rencana program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan, yakni dengan menetapkan alokasi dalam waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya (Mulyasa, 2006: 251).

c) Menyusun Program Semesteran (Promes)

Program semesteran merupakan penjabaran dari program tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan (Sanjaya, 2011: 53).

d) Menyusun Silabus

(35)

pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Makmun, 2009: 217).

e) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Makmun, 2009: 122). Komponen-komponen dalam menyusun RPP meliputi identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator tujun pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sarana dan sumber belajar, penilaian dan tindak lanjut (Mulyasa, 2006: 222).

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini termasuk di dalamnya kegiatan pengorganisasian dan kepemimpinan (Dali, 2017: 188).

(36)

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi tiga kegiatan, yaitu:

a) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru melakukan kegiatan membuka pelajaran. Menurut Abimanyu dalam bukunya Rusman (2011: 81) membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi atau suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa terfokus pada hal-hal yang akan dipelajari.

Membuka pelajaran merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru dalam kegiatan balajar mengajar untuk mengkondisikan siswa agar perhatian dan motivasinya tumbuh sehingga baik secara fisik maupun psikis memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan pembelajaran, dengan begitu perhatian siswa akan terpusat pada apa yang dipelajarinya.

Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran ini antara lain (Supriyadi, 2011: 124):

(1) Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan

(2) Siswa mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan

(3) Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran.

(4) Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.

(37)

(6) Siswa dapat mengetahui keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu.

b) Kegiatan Inti

Proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mengantarkan siswa pada kompetensi ideal dan terus terkontrol. Artinya, jika pada pelaksanaan pembelajaran siswa belum dapat tercapai hasil maksimal, maka guru harus menganalisis sejauh mana proses pembelajaran dilakukan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan kata lain tanpa peran guru, tentu saja proses pembelajaran itu tidak akan berjalan dengan baik, bahkan bisa menjadi tidak berjalan.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya ada beberapa hal agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai yaitu:

(1) Materi Pembelajaran

(38)

Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran memiliki arti yang sangat penting, sebab dari materi tersebut substansi tujuan pembelajaran termuat dan terjabarkan sesuai dengan keinginan pihak siswa (santri di pondok pesantren). Materi pembelajaran adalah substansi yang disampaikan dalam proses pembelajaran, dan tanpa materi itu proses pembelajaran tidak dapat berjalan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, pengajar (pembelajar) harus menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam kegiatan mengajarnya. Penggunaan materi pembelajaran disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan belajar, serta pelaksanaannya diharapkan dapat memberi motivasi dan minat siswa (Farikhah, 2015:289).

(2) Pengelolaan Kelas

Menurut Uzer Usman yang dikutip oleh Suryobroto (2009: 49) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Belajar memerlukan konsentrasi. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang efektif. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah agar siswa di kelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efesien. Mengelola kelas meliputi dua kegiatan yaitu:

(39)

(b) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, dalam arti guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku siswa agar tidak merusak suasana kelas.

(3) Metode Pembelajaran

Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 1999: 23).

Dalam menyampaikan materi, metode pembelajaran merupakan strategi penyampaian yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Oleh karena itu, dalam menyampaikan pelajaran guru hendaknya dapat menentukan metode mana yang akan digunakan, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi serta karakteristik siswa (Dali, 2017: 189).

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efesiensi pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah kedewasaan, maka penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Macam-macam metode pembelajaran menurut Djamarah (2002: 82) adalah sebagai berikut:

(a) Metode Proyek

(40)

Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut. (b) Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

(c) Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak, sementara waktunya sedikit. Agar materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya dilaksanakan dirumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi akan merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok. Tugas yang diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.

(41)

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa diharapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaksi, tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.

(e) Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan rolep laying dapat dikaitkan sama. Dalam pemakaiannya sering disilih gantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

(f) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

(g) Metode Problem Solving

(42)

dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari kesimpulan.

(h) Metode Karyawisata

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti umum. Karyawisata disini berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Teknik karyawisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

(i) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa terhadap guru. Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah. Sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

(j) Metode Latihan

Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

(k) Metode Ceramah

(43)

ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.

(4) Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Djamarah, 2002: 136). Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Sanaky, 2009: 4).

Mengacu kepada dua pendapat ini dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah: (a) Bentuk saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi, atau bahan pelajaran, (b) Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, (c) Bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, dan (d) Bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang siswa untuk belajar baik cetak, audio, visual atau audio visual (Sadiman, 2009: 8).

(5) Sarana Pembelajaran

(44)

pembelajaran hanya mengandalkan guru semata sebagai sumber belajar tanpa dibantu dengan sarana (Dali, 2017: 186).

c) Akhir Pembelajaran (1) Evaluasi

Melakukan evaluasi dengan tujuan untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Dalam pernyataan ini juga ditegaskan bahwa evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian (Mas’udi, Jurnal Evaluasi Sistem Pembelajaran, No. 2, Juli

-Desember 2014: 319).

Sedangkan Arifin (2012: 32) mengatakan bahwa penilaian proses dan hasil belajar, dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: (a) Penilaian Formatif (formative assessment)

Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback) bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. Soal-soal penilaian formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pembelajaran yang akan dinilai.

(45)

kemampuan peserta didik. Penilaian formatif sesungguhnya merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referenced assessment). Apa yang dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai penilaian formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Kiranya lebih tepat jika penilaian pada akhir satuan pelajaran itu dipandang sebagai penilaian sub-sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses pembelajaran, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya.

(b) Penilaian Sumatif (summative assessment)

Istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total obtained by adding together items, numbers or amounts”.

(46)

Agar fungsi memprakirakan ini dapat berjalan dengan baik, maka Anda perlu memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, pelajaran berikutnya harus mempunyai hubungan dengan pelajaran yang sudah ditempuhnya. Kedua, pelajaran berikutnya masih berhubungan dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, dapat dipergunakan untuk menentukan bahan pelajaran berikutnya. Keempat, sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope) materi pelajaran, termasuk metode, media dan sumber belajar yang dipergunakan dalam serangkaian kegiatan pembelajaran. (c) Penilaian Penempatan (placement assessment)

Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan hinggamana peserta didik telah menguasi kompetensi dasar sebagaimana yang tercantum dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan peserta didik menghadapi program baru, sedangkan tujuan yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran dengan kemampuan peserta didik.

(47)

kemampuan-kemampuan minimal untuk mempelajari suatu unit materi pelajaran atau belum sama sekali.

(d) Penilaian Diagnostik (diagnostic assessment)

Penilaian diagnostik dianggap penting agar Anda dapat mengetahui kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya. Untuk itu, anda memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Penilaian diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajagi pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik. Dengan kata lain, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk dapat mengikuti materi pelajaran lain. Penilaian diagnostik semacam ini disebut juga test of entering behavior.

(2) Penutup

(48)

1) Bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran

2) Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pelajaran

remedial, program pengayaan, pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok

5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3) Evaluasi

Hakikatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya, evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi program, bukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar hanya merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi lima jenis, yaitu (Arifin, 2012: 31):

a) Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat meramal kemungkinan implementasi program dan tercapainya keberhasilan program pembelajaran.

(49)

baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat dihindarkan.

c) Evaluasi dampak, yaitu untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan program pembelajaran.

d) Evaluasi efisiensi ekonomis, yaitu untuk menilai tingkat efisiensi program pembelajaran. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga, dan waktu yang diperlukan dalam program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama. e) Evaluasi program komprehensif, yaitu untuk menilai program

pembelajaran secara menyeluruh, seperti pelaksanaan program, dampak program, tingkat keefektifan, dan efisiensi.

Evaluasi ini bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mengambil langkah perbaikan bila terdapat kesenjangan hasil dari proses pembelajaran itu. Evaluasi dari seluruh sistem pembelajaran. Bila tidak ada evaluasi, maka tidak bisa dikatan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak. Evaluasi dalam proses pembelajaran merupakan umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya (Dali, 2017: 189).

(50)

apabila dalam prosesnya memenuhi prinsip-prinsip dan persyaratan tertentu. Evaluasi berarti menilai tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu (Farikhah, 2015: 295).

Fungsi evaluasi dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan dalam berbagai tindakan pendidikan. Penilaian evaluasi bermakna baik bagi siswa, guru, dan sekolah. Di pondok pesantren, santri memperoleh hasil yang memuaskan dan mempunyai motivasi untuk belajar lebih giat agar lain kali mendapatkan hasil yang lebih memuaskan lagi.

Penciptaan rangkaian umpan balik yang terus menerus merupakan elemen penting dalam proses jaminan mutu. Evaluasi juga harus menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak boleh tertinggal sampai akhir studi. Hasil dari proses evaluasi harus dibicarakan dengan peserta didik dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi. Sikap melibatkan seluruh elemen akan sangat membantu dalam membangun kecakapan analitis para peserta didik. Institusi pendidikan harus siap untuk melakukan langkah-langkah perbaikan terhadap kinerja peserta didik dan semua sumber daya pendidikan yang belum sesuai dengan harapan.

Dalam rangka mengumpulkan informasi hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu melalui cara tes dan non tes, yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Farikhah, 2015: 297):

a) Tes

(51)

ditetapkan. Pengertian tes secara umum adalah sejumlah pertanyaan atau perintah yang harus dijawab atau dilakukan oleh testee (orang yang dites) dalam keadaan dikuasai oleh tester (orang yang mengetes).

Tes sebagai alat evaluasi hasil belajar dilihat dari pola jawaban diklasifikasikan menjadi:

(1) Tes obyektif pilihan ganda, menjodohkan, dan benar salah (2) Tes jawaban singkat, isian, melengkapi, memberi nama, dan

(3) Tes uraian jawaban terpimpin, jawaban terbatas, dan jawaban terbuka.

b) Non Tes

Non tes mengandung makna bahwa pengumpulan informasi atau pengukuran dalam rangka kegiatan evaluasi hasil belajar dapat juga dilakukan melalui observasi, wawancara, dan angket. Tentu saja informasi yang akan diungkapkan dalam non tes ini lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan kemampuan psikomotorik, hasil belajar efektif yang bersifat kualitatif.

Menyusun tes hasil belajar yang baik memerlukan pemikiran yang cermat karena kegiatan ini berkaitan dengan beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu. Hal-hal yang dimaksud adalah prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:

(1) Mengukur secara jelas hasil belajar

(2) Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar materi yang digunakan

(52)

(4) Didesain sesuai dengan kegunaan tertentu untuk memperoleh hasil yang diinginkan

(5) Dibuat sereliabel mungkin sehingga selanjutnya dapat diuji validitasnya

(6) Digunakan untuk memperoleh cara belajar bagi siswa dan cara pembelajaran sumber belajar yang melakukan pembelajaran.

Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan untuk menetapkan keputusan peningkatan hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran (Farikhah, 2015: 298).

c. Prinsip Manajemen Pembelajaran

Proses pembelajaran tidak mudah laksana membalikkan kedua telapak tangan. Semua memerlukan rangkaian kaidah dan prinsip yang harus dilalui dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam tenda-tenda pendidikan. Prinsip pembelajaran dalam dunia pendidikan dilahirkan dari rahimnya teori psikologi belajar. Oleh karena itu dalam prinsip pembelajaran ini lebih melihat dan menatap pada pengembangan aspek psikologis diri siswa yang dianggap memiliki serpihan kelemahan dalam belajar.

(53)

1) Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat respon yang terjadi sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari siswa. Siswa harus aktif membuat respon, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan saja

2) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga dibawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa. Implikasinya adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa sebelum pelajaran dimulai, agar siswa bersedia belajar lebih giat. Juga penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar

3) Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan. Implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan (feedback) berupa penghargaan terhadap keberhasilan siswa. Juga siswa sering diberikan latihan dan tes agar pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru dikuasainya sering dimunculkan pula

(54)

5) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah. Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga negatif

6) Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya adalah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran. Antara lain dengan menunjukkan apa yang akan dikuasai siswa setelah selesai proses belajar mengajar, bagaimana menggunakan apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana prosedur yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran dan sebagainya

7) Kegiatan belajar yang dibagi-bagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa. Implikasinya adalah guru harus menganalisa pengalaman belajar siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disertai latihan-latihan dan hasilnya

8) Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model. Implikasinya adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa, model, realita, film, program video komputer, drama, demonstrasi dan lain-lain

(55)

komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku atau keterampilan yang kompleks

10) Belajar akan lebih cepat, efesien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju pada yang lebih kompleks kemajuan siswa dalam menyelesaikan pembelajaran harus diinformasikan kepadanya

11) Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat berfariasi, ada yang maju dengan penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi pembelajaran selanjutnya. Siswa mendapat kesempatan maju menurut kecepatan masing-masing

12) Dengan persiapan siswa dapat membangkitkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Implikasinya adalah pemberian kemungkinan bagi siswa untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber yang telah ditetukan, agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

(56)

hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Daradjat, 2011: 86).

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan sebagai pedoman hidup demi keselamatan dan kesejahteraan dunia dan akhirat.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tujuan pendidikan nasional dikemukakan dengan jelas, bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila juga merupakan tujuan Pendidikan Agama Islam, karena peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana yang dimaksudkan GBHN, hanya dapat dibina melalui pendidikan Agama yang intensif dan efektif. Untuk mencapai hal tersebut, maka pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara:

1) Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga mencerminkan sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya

(57)

Pendidikan Agama mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu, dan amal, yang pada dasarnya berisikan:

1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap Agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak mengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan mental dan kepribadian. Dari sikap yang demikian itulah justru kadar keimanan dapat “diukur” dan dengan keimanan itu pulalah nantinya anak

akan menjadi manusia dewasa yang dalam hidupnya mengindahkan dan memuliakan Agama sehingga memungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan dunia yang bertentangan dengan ajaran Agamanya serta bertanggung jawab terhadap baik buruknya suatu masyarakat dan negara dimana ia berada.

(58)

3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan, serta dapat memahami dan menghayati ajaran Agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh. Sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah shalat dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya (Daradjat, 2011: 88).

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungi sebagai berikut (Majid, 2005: 134):

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersbut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2) Penanaman Nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

(59)

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsional.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

B. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dicantumkan untuk mengetahui perbedaan penelitian yang terdahulu untuk mempermudah apa yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, salah satunya adalah Rizki Putra Pradana, 2014 dengan skripsinya yang berjudul “Implementasi Manajemen

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Pakem Sleman Yogyakarta”.

(60)

Pakem Sleman yang diantaranya adalah prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efesiensi, dan efektifitas.

Thoyibin Mustofa, 2014 dengan skripsinya yang berjudul “Implementasi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 2 Polanharjo Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Penulis tersebut membahas tentang Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan hasil penelitiannya bahwa implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 2 Polanharjo Klaten dilaksanakan dengan baik, yaitu guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan membuat perangkat belajar RPP, silabus, dan materi. Kemudian melakukan pengorganisasian dan pelaksanaan pembelajaran sesuai pada perencanaannya serta mengevaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi. Selain itu, guru juga mengkoordinasi shalat berjama’ah yaitu kegiatan di luar pembelajaran untuk membiasakan siswa melaksanakan

ibadah. Adapun faktor pendukung implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 2 Polanharjo Klaten yaitu kerjasama antar guru, baik keadaan lingkungan belajar kondusif untuk melaksanakan proses pembelajaran, jadwal pelajaran dan jadwal sholat mendukung, sedangkan faktor penghambatnya yaitu belum adanya buku pedoman, sehingga guru harus mencari materi sendiri, latar belakang siswa berbeda-beda, sehingga guru sulit mengkoordinasi, dan siswa belum menguasai bahasa Arab dan belum mampu membaca Al-qur’an dengan baik, sehingga guru sulit untuk menjelaskan materi yang disampaikan.

(61)

Dengan hasil penelitiannya bahwa penelitian itu menunjukan bahwa Implementasi Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Multiple Intelligences di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu sudah berjalan dengan cukup baik melalui proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun untuk proses pembelajarannya adalah dengan menggunakan metode maupun media pembelajaran yang sesuai dengan modalitas gaya belajar siswa.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penggunaan media yang telah disiapkan juga digunakan dengan baik dan kedisiplinan peserta didik terbentuk dengan baik serta penilaian terhadap laporan hasil belajar siswa berjalan dengan baik. Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pendidik guru agama Islam atau sekolah yang ingin menerapkan pembelajaran PAI dengan pendekatan Multiple Intelligences.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peneliti terdahulu yang dilaksanakan oleh Rizki Putra Pradana, Thoyibin Mustofa, dan Harun Nur Zakki tidak sama dengan yang akan peneliti laksanakan. Ada beberapa perbedaan dan beberapa alasan tentang pengambilan judul ini diantaranya adalah sebagai berikut: Lokasi penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu terletak di SMA N 1 Pakem Sleman Yogyakarta, SMP Negeri 2 Polanharjo Klaten, dan di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu, sedangkan lokasi yang akan diobservasi oleh peneliti pada kali ini terletak di SMA Walisongo Karangmalang Sragen. Penelitian ini juga untuk mengetahui manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Walisongo.

(62)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam setiap melaksanakan penelitian ilmiah seorang peneliti harus menggunakan metode atau cara. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan pada subjek penelitian sehingga akan menghasilkan penelitian yang optimal dan kredibel. Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah melalui data yang diperoleh secara sistematis dan akurat, sehingga dapat diterima kebenarannya. Dalam hal ini Nasution dalam bukunya Sugiyono (2012: 283) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada dasarnya adalah mengamati orang dan lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah yang sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, antropologi dan sejumlah penelitian perilaku lainnya termasuk ilmu pendidikan. Penelitian kualitatif di bidang pendidikan tidak dilaksanakan di laboratorium, tetapi di lapangan tempat peristiwa pendidikan itu berlangsung secara natural atau alami.

(63)

pengumpulan data penelitian, karena sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dalam fenomena yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA Walisongo desa Plumbungan, kecamatan Karangmalang, kabupaten Sragen. Sedangkan pelaksanaan penelitiannya yaitu pada 23 Juli 2018 sampai 13 Agustus 2018.

C. Sumber Data

Penelitian ini berfokus di SMA Walisongo Karangmalang Sragen. Untuk sumber informasi atau data diperoleh dari SMA Walisongo Karangmalang Sragen. Adapun sumber data yang akan diambil oleh peneliti yaitu:

1. Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti tanpa ada perantara. Data ini disebut juga dengan data asli atau baru yang diperoleh dari lapangan oleh peneliti. Sumber ini diperoleh dengan cara observasi dan mewawancarai kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan perwakilan siswa di SMA Walisongo, mengenai manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Walisongo.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui perantara dahulu. Data yang diperoleh peneliti berasal dari sumber yang sudah tersedia atau tertulis. Data yang diperoleh peneliti ini berasal dari, dokumen, arsip data, dan data lainnya yang berguna bagi peneliti untuk melengkapi sumber data primer yang telah diperoleh.

D. Prosedur Pengumpulan Data

(64)

1. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2005: 220).

Metode ini digunakan peneliti yaitu untuk mengumpulkan data-data dengan jalan menjadi partisipan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan objek penelitian, yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi, fasilitas pendukung proses belajar mengajar dengan mendatangi secara langsung lokasi penelitian yaitu di SMA Walisongo.

2. Metode Interview

Metode interview adalah metode wawancara atau dialog percakapan. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005: 135).

Peneliti menggunakan metode ini karena wawancara penting untuk dilakukan. Sebab, dengan wawancara kita akan secara langsung dapat berdialog dengan beberapa responden untuk mendapatkan data. Peneliti akan mewawancari dari beberapa responden, diantaranya adalah kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa.

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
7.Tabel 4.3  Daftar Ekstra Kurikuler
8.Tabel 4.4  Sarana dan Prasarana

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian Bimbingan dan Konseling Islam dengan Islamic Transcendental Meditation yang dilakukan konselor dapat dikatakan berhasil karena

Data prestasi siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

DAGADU IDENTIK DENGAN JOGJA // DEMIKIAN PULA SEBALIKNYA / JOGJA TERASA KURANG LENGKAP TANPA DAGADU // BEGITU KIRA-KIRA GAMBARAN YANG TEPAT UNTUK PRODUK OLEH-OLEH

The character names same with five datum, in Datum 6 shows conflict of involving social position in Carter Kane between Sadie Kane.. It is about a position

Penelitian tenta ng “ pengaruh peraturan perpajakan, sosialisasi perpajakan, kesadaran dan persepsi wajib pajak terhadap ketaatan membayar.. pajak “ membutuhkan kajian

Sistem kelistrikan microgrid yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ditampilkan pada gambar 2.3 dimana kebutuhan daya sistem disuplai oleh pembangkit