• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VII-I SMP NEGERI 3 KERTOSONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VII-I SMP NEGERI 3 KERTOSONO"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SISWA KELAS VII-I SMP NEGERI 3 KERTOSONO Oleh

Aimmatus Sholihah1

Abstract: Action Research this class as one of the efforts in the process of learning mathematics through the implementation of cooperative learning model type STAD, this type has a system of grouping small ie 4 students are heterogeneous, according to the problems faced by students, among others: The low activity of students in activities learning, poor learning outcomes of students in learning mathematics. This class action research, aims to increase the activity and results of learning mathematics. VII-I grade students of SMP Negeri 3 Kertosono. With the implementation procedure of Class Action Research consists of three cycles, each cycle consists of four stages, namely Planning, Implementation, Observation and Reflection. Based on the results of classroom action research, student mastery of the learning material to show improvement. This can be demonstrated by the average daily test results (average daily tests first without STAD cooperative learning) 69 to 72 (daily test II) and 78 (daily test III) after using STAD cooperative learning.

Keywords: increased activity, learning outcomes, STAD cooperative

(2)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional, maka pendidikan nasional berfungsi mengemban kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Masnur Muslich,2007: 2).

Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional banyak tergantung dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang efektif. Salah satu komponen yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran adalah metode, guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat sehingga tercipta situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar aktif dengan harapan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Metode yang terbaik adalah metode yang sesuai dengan keadaan. (Sukarno,1981:58). Keadaan yang dimaksudkan antara lain usia siswa, kelengkapan sarana dan sifat materi pelajaran.

Bagi siswa SMP dirasa kurang baik, bila kadar ceramah di dalam PBM mendominasi. Harus ada metode alternatif yang lebih sesuai dengan siswa sesuai itu. Dalam konteks lain, metode pengamatan atau observasi acap kali memerlukan biaya yang kadang kali relatif mahal dan tidak semua sekolah dapat menyediakan. Selain metode, dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal ari upaya kualitas pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2007:85) Kegiatan pembelajaran Matematika diharapkan lebih diarahkan pada kegiatan –kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif, baik secara fisik, sosial maupun psikis, dalam memahami konsep, sesuai dengan tujuan pendidikan adalah untuk mendidk dan memberi bekal kamampuan dasar kepada siswa untuk

(3)

dan lingkungannya serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Etin Solihatin dan Raharjo,2005).

Memerhatikan tujuan yang terkandung dalam pendidikan , dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran (Matematika) mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal dan bermoral semenjak dini. Hal ini yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran Matematika adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran Matematika dengan metode yang menarik, menantang dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi Matematika apa adanya (konvensional) sehingga pembelajaran Matematika cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Di sisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika masih rendah. Setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan ketiga, siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat ke teman lain.

Pembelajaran Matematika sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akhirnya banyak kritikan yang ditujukan kepada guru-guru yang mengajarkan Matematika, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi Matematika oleh siswa dan kurangnya variasi dalam proses pembelajaran.

Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan siswa. Dikatakan demikian, karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang

(4)

dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memerhatikan apa yang disajikan guru.

Hasil identifikasi masalah diketahui bahwa pembelajaran matematika di kelas masih berjalan monoton, belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, belum ada kolaborasi antara guru dan siswa, metode yang digunakan bersifat konvensional, rendahnya kualitas pembelajaran matematika, rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran matematika.

Agar pembelajaran Matematika menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD. Oleh karena itu, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk membuktikan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kertosono?

b. Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kertosono?

3. Tujuan

Adapun tujuan PTK ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

a. cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kertosono

(5)

b. cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kertosono

4. Hipotesis Tindakan

a. Jika pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), maka aktivitas siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kertosono akan meningkat

b. Jika pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), maka hasil belajar siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kertosono akan meningkat

5. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis menjadi sumbangan pemikiran pada tataran konsep bagaimana sebuah budaya belajar yang efektif diciptakan sekaligus sebagai referensi bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.

b. Secara praktis bias menjadi rujukan guru dalam mengefektifkan pembelajaran matematika atau untuk penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

B. METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

PTK memiliki ciri menekankan pada proses dan bukan hasil. Penulis (guru/peneliti)an jenis ini lebih banyak mengamati perilaku subyek Penulis (guru/peneliti)an dan melibatkan kata-kata, frasa, maupun kalimat untuk mendapatkan informasi yang atas fenomena yang sedang terjadi. Menurut Mills (2001:6) bahwa penelitian tindakan (action research) adalah Penulis (guru/peneliti)an yang dilakukan guru untuk dirinya sendiri dengan melakukan 4 (empat) langkah dalam prosesnya, yaitu mengidentifikasi fokus, mengumpulkan data, menganalisa dan menginterpretasi data dan mengembangkan rencana tindakan dan sebagian besar Penulis (guru/peneliti)an tindakan menggunakan

(6)

metode naratif dan deskriptif. Melihat ciri-ciri tersebut, PTK bisa dikategorikan penelitian deskriptif kualitatif. Ary et.al (1979: 295)

Descriptive research studies are designed to obtain information concerning the current status of phenomena. They are directed toward determining the nature of situation as it exists at the time of the study. There is no administration or control of a treatment as is found in experimental research. The aim is to describe “what exists” with respect to variable or condition in a situation

2. Subyek dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kertosono Kabupaten Nganjuk untuk mata pelajaran (Matematika). Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas VII-I tahun pelajaran 2014 / 2015 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang, terdiri dari 16 siswa laki – laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Semester Dua (genap), yaitu bulan Pebruari sampai dengan April 2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah (kalender pendidikan), karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar yang efektif di kelas. Pemilihan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang aktivitas siswa dan hasil belajarnya rendah.

3. Kehadiran Peneliti dan Peran Penelitian

Sesuai dengan jenis dan karateristiknya, dalam Penelitian tindakan kelas, kehadiran dan keterlibatan peneliti sangatlah urgen karena berperan sebagai instrument kunci (key instruments). Kehadiran peneliti dilokasi Penelitiansebagai instrument kunci yang dimaksud adalah peneliti bertindak sebagai perencana, observer, penganalisis data, sekaligus pembuat laporan hasil peneliti. Selain kehadiran peneliti, kehadiran peserta didik sebagai subjek penelitian juga sangat penting sebab tanpa kehadiran mereka penelitian ini tidak dapat berlangsung.

(7)

Secara ringkas kehadiran peneliti dalam penelitian ini memiliki tugas:

a. Melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran dan kemudian mengevaluasi situasi pembelajaran tersebut.

b. Merencanakan tindakan, meliputi: menyusun berkas perlengkapan pembelajaran (skenario pembelajaran) dan menyusun angket.

c. Bertindak sebagai pengajar yang membuat rancangan pembelajaran sekaligus menyampaikan bahan ajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Mengumpulkan data e. Menganalisis data

f. Melaporkan hasil penelitian

4. Prosedur Penelitian a. Siklus 1

Siklus pertama dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut

1) Perencanaan (Planning).

a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b) Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD. c) Membuat lembar kerja siswa

d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas

e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2) Pelaksanaan (Acting)

a) Membagi siswa dalam delapan kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

b) Menyajikan materi pelajaran c) Diberikan materi diskusi

(8)

d) Dalam diskusi kelompok, guru memotivasi dan mengarahkan kelompok.

e) Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

f) Guru memberikan kuis atau pertanyaan

g) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan

h) Penguatan dan kesimpulan secara bersama – sama i) Melakukan pangamatan atau observasi

3) Pengamatan (Observing)

a) Situasi kegiatan belajar mengajar b) Keaktifan siswa

c) Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok

4) Refleksi (Reflecting)

a) Sebagian besar (75 % dari siswa) berani dan mampu menjawab pertanyaan dari guru

b) Sebagian besar (75 % dari siswa) berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain

c) Sebagian besar (75 % dari siswa) berani dan mampu untuk bertanya tentang materi pelajaran pada hari itu. d) Lebih dari 80 % anggota kelompok aktif dalam

mengerjakan tugas kelompoknya

e) Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan

b. Siklus 2 dan Siklus 3

Siklus 2 dan siklus 3 dilakukan sama dengan siklus 1 dengan berbagai modifikasi tanpa mengubah sintaks utama metode pembelajaran yang dipilih.

5. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas

Sebelum Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dibuat berbagai input instrumen yang akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam Penelitian.

(9)

Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa : (1) Lembar Kerja Siswa ; (2) Lembar Pengamatan diskusi ; (3) Lembar evaluasi. Dalam persiapan juga disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat sesuai heterogen.

Indikator keberhasilan siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru teman sejawat serta kolaborator. a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar.

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran model kooperatif dengan tipe STAD dan aktivitas serta hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

c. Teman Sejawat dan Kolaborator

Teman Sejawat dan Kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi Penelitian Tindakan Kelas secara komprehesif, baik dari sisi siswa maupun guru.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam PTK ini adalah melalui pengamatan (observasi), tes, dan wawancara.

8. Teknik dan Prosedur Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode/teknik analisis deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek

(10)

Teknik analisa deskriptif ini memiliki prosedur analisis data dengan menggunakan Miles and Huberman’s procedure (1992). Prosedur ini mempunyai tiga langkah utama:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam reduksi data, aktivitas analisis berbentuk penyelesian (selecting), memfokuskan (focusing), menyederhanakan (simplifying), mengabstraksi (abstracting), dan mentransfor-masian (transferring) data baku (data kasar) yang dijaring dari catatan lapangan menjadi data bermakna.

b. Penayangan Data (Data Display)

Maksud data display adalah mencakup perakitan, pengorganisa-sian (assembling) data dari informasi yang berhasil dikumpulkan dengan berbagai cara untuk konsumsi penarikan kesimpulan dan penetapan kegiatan selanjutnya. Maka display disini adalah menjadikan data dapat dilihat secara utuh dan secara akumulatif dalam suatu tampilan.

c. Gambaran Simpulan atau Verifikasi

Gambaran simpulan atau verifikasi merupakan salah satu langkah kegiatan analisis. Berkenaan dengan arah pemikiran induktif untuk mendapatkan simpulan akhir, semua simpulan “sementara” harus diverifikasi agar mampu diperoleh simpulan yang mantap. Proses lain yang dilakukan oleh Penulis (guru/peneliti) dalam penguju keabsahan data adalah dengan cara melakukan trianggulasi data, dimana Penulis (guru/peneliti) membandingkan antara satu data dengan data lain yang diperoleh.

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

1) Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar (Matematika): dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Matematika). Kemudian dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah.

(11)

2) Hasil Belajar : dengan menggunakan nilai rata – rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah,

3) Implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD : dengan menganalisis tingkat keberhasilan implementasi tipe STAD kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1. Deskribsi Hasil Penelitian

Deskri hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana berikut.

a. Siklus Pertama (satu pertemuan)

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replainning, seperti berikut ini.

1) Perencanaan (Planning)

a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b) Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD. c) Membuat lembar kerja siswa.

d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas.

e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan sebagian kelompok belum memahami langkah–langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD secara utuh dan menyeluruh. Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan upaya sebagai berikut.

(12)

a) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerja sama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.

b) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan koaborasi dengan tema teman sejawat dapat disimpulkan : a) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok b) Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

c) Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah tertentu.

3) Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

a) Hasil obsevasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1

Hasil Observasi Siklus 1. Aktivitas Guru dalam PBM

Kelompok Perolehan Skor Skor Ideal Persentase (%) Keterangan

Balok 11 16 69 Kubus 14 16 88 Tertinggi Prisma 12 16 75 Limas 11 16 69 Kerucut 8 16 50 Terendah Bola 10 16 63 Tabung 11 16 69 Lingkaran 11 16 69 Jumlah 87 128 552 Rerata 11 16 69

(13)

Balok Kubus Prisma Limas Kerucut Bola Tabung Lingkaran skor 29 atau 66% sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran secara kooperatif.

Hasil Evaluasi Siklus 1. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata – rata hanya mencapai 70 atau 70 %.

Grafik 1

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1

90 – 80 – 70 – 60 – 50 – 40 – 30 – 20 – 10 – 0 – Kelompok

4) Refleksi dan Perencanan Ulang (Reflecting and Replanning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut.

a) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini diperoleh

(14)

dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 66 %.

b) Sebagaian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Mereka belum merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.

c) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata – rata 70.

d) Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar. e) Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam

mempresentasikan kegiatan.

f) Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.

g) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.

h) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

i) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

b. Siklus Kedua (Dua pertemuan)

Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replaning.

1) Perencanaan (planning)

Planing pada siklus kedua berdasarkan replanning siklus pertama yaitu

a) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran

b) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

(15)

d) Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

2) Pelaksanaan (Acting)

a) Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

b) Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain. c) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan

sudah mulai tercipta.

3) Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

a) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II

Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase (%) Keterangan

Balok 12 16 75 Kubus 14 16 88 Tertinggi Prisma 13 16 81 Limas 11 16 69 Kerucut 10 16 63 Terendah Bola 11 16 69 Tabung 12 16 75 Lingkaran 12 16 75 Jumlah 95 118 595 Rerata 88 16 74

(16)

Balok Kubus Prisma Limas Kerucut Bola Tabung Lingkaran Grafik 2

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II

90 – 80 – 70 – 60 – 50 – 40 – 30 – 20 – 10 – 0 – Kelompok

a) Hasil Observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus kedua tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari silkus pertama. Dari skor ideal 44 nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.

b) Hasil Evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus kedua tergolong sedang yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 78 atau 78 %.

c) Hasil Ulangan Harian Kedua (setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD) juga mengalami peningkatan yang sebelumnya (belum menggunakan pembelajaran kooperatif ) 69 menjadi 72 setelah dilakukan pembelajaran kooperatif. Ini berarti naik 3 angka.

(17)

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut.

a) Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran kooperatif . Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus pertama menjadi 74% pada siklus kedua.

b) Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 66 % pada siklus pertama menjadi 80% pada siklus kedua.

c) Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 70 pada siklus pertama meningkat menjadi 78 pada siklus kedua. d) Meningkatnya rata – rata nilai ulangan harian dari 69

(ulangan harian I) sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi 72 (ulangan harian II) setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5) Siklus Ketiga (Tiga pertemuan) 1) Perencanaan (Planning)

Planning pada siklus ketiga berdasarkan replanning siklus kedua yaitu:

a) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran

b) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

c) Memberi pengakuan atau penghargaan.

d) Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih baik lagi.

(18)

2) Pelaksanaan (Acting)

a) Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti proses belajar mengajar.

b) Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.

c) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.

3) Observasi dan Evaluasi (Obsevation and Evaluation)

Hasil observasi selama siklus ketiga dapat dilihat seperti di bawah ini.

a) Hasil Observasi aktivitas siswa dalam PBM pada siklus ketiga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III

Kelompok Skor

Perolehan Skor Ideal Persentase (%) Keterangan

Balok 14 16 88 Kubus 15 16 94 Tertinggi Prisma 14 16 88 Limas 13 16 81 Kerucut 12 16 75 Terendah Bola 13 16 81 Tabung 14 16 88 Lingkaran 13 16 81 Jumlah 108 128 676 Rerata 13 16 85

(19)

Balok Kubus Prisma Limas Kerucut Bola Tabung Lingkaran Grafik 3

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III 100 – 90 – 80 – 70 – 60 – 50 – 40 – 30 – 20 – 10 – 0 – Kelompok

b) Hasil Observasi Siklus ketiga guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91% . Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.

c) Hasil Evaluasi Siklus ketiga pengusasaan siswa terhadap materi pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.

d) Hasil Ulangan Harian ketiga (setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD). Mengalami peningkatan yang cukup berarti yakni 78 sedangkan sebelumnya 69 dan pada siklus kedua 72.

4) Refleksi (Reflecting)

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini adalah sebagai berikut.

(20)

a) Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajran kooperatif secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus kedua menjadi 85% pada siklus ketiga.

b) Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus kedua menjadi 91% pada siklus ketiga.

c) Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 78 pada siklus kedua meningkat menjadi 85 pada siklus ketiga. d) Meningkatnya rata – rata nilai ulangan harian dari 69

(ulangan harian I) sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi 72 (ulangan harian II) dan 78 (ulangan harian III) setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar.

2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa yang pada siklus I hanya rata – rata 69 %

(21)

3. Kemampuan dalam diskusi kelompok mencapai kesempurnaan setelah siklus III. Hali ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasa dengan belajar dalam kelompok.

4. Aktivitas siswa dalam kelompok mencapai kesempurnaan setelah siklus III. Ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa mencapai 85 %.

5. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata – rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian I tanpa pembelajaran kooperatif tipe STAD) 69 menjadi 72 (ulangan harian II) dan 78 (ulangan harian III) setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

6. Pembelajaran kooperatif tipe STAD relevan dengan pembelajaran kontekstual.

7. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.

8. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran Matematika lebih menyenangkan

BIBLIOGRAPHY

Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

B. Uno Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2005. Contoh Rencana Pelajaran dan Perangkat Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif. Tim Pengembang LPMP Jawa Timur dan PSMS Unesa. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Depdiknas. 2007. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Kanwil Propinsi Jawa Timur.

(22)

Dikporada. 2007. Peningkatan Profesionalitas Guru dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Nganjuk : Pemerintah Daerah Kabupaten.

Muslich Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah). Jakarta : Bumi Aksara.

Solihatin Etin, Raharjo. 2005. Cooperatife Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta : Bumi Aksara.

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Konsep, landasan, Teoritis – Praktis dan Implementasinya). Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Tabel 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DKI JAKARTA TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PADA UNIT LAYANAN TERPADU (ULT) LPMP PROVINSI DKI JAKARTA4. Kesatu

Faktor internal melibatkan human sensory (lebih pada penciuman), pengujian dengan test merokok, analisis kimia, sedangkan faktor eksternal melalui( human vision )

Untuk siklus ini, kegiatan belajar mengajar dengan metode Jigsaw sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana, meski peran guru masih cukup dominan untuk memberikan

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengunakan variabel lain yang mempengaruhi program pendidikan lebih kompleks dan bervariasi, dalam hal waktu penelitian, disarankan

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat tidak hadir dalam peersidangan, maka kepada Penggugat dan Tergugat tidak dapat dilakukan proses mediasi sebagaimana dimaksud

Software yang digunakan adalah Arduino IDE adapun fungsi program yang dibutuhkan adalah program untuk pengaturan setting point batas nilai suatu berat dari barang yang akan

Komitmen Universitas Brawijaya terhadap berbagai bidang pengembangan sangat tinggi. Berbagai kebijakan telah dirumuskan untuk menjadi dasar bagi penyusunan program 5

Dilihat dari indikator mahasiswa wirausaha dan unit bisnis sebanyak 20 orang dengan persentase 17% mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya sangat setuju bahwa