• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam yang terdiri. dari gambaran hasil belajar dan pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam yang terdiri. dari gambaran hasil belajar dan pembahasan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs Bawan, Kabupaten Agam yaitu tentang

Perbedaan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan

Menggunakan Metode Mind Maps dan Metode Ceramah pada

Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam” yang terdiri

dari gambaran hasil belajar dan pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII MTs Bawan, pada dua kelas sampel yaitu kelas VIII/2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII/3 sebagai kelas kontrol. Data hasil belajara Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik yang diperoleh setelah diberi tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal tes yang sama, jumlah peserta didik pada kelas eksperimen 12 orang dan kelas kontrol 11 orang, pada awal observasi jumlah sampel yaitu sebanyak 30 orang, 15 orang kelas eksperimen dan 15 kelas kontrol. Namun ketika dilangsungkan penelitian ternyata 2 orang siswa pada kelas eksperimen sudah drop out

(keluar) dan satunya lagi tidak pernah hadir selama penelitian berlangsung. Begitu juga denga kelas kontrol 2 orang siswa drop uot dan 2 orang siswa lagi hanya mengikuti kelas tanpa menggikuti ujian bagi ketika pretest maupun postest, mengenai siswa yang drop out ini telah dikonfirmasi dengan guru bidang studi.

(2)

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah “Kegemilangan Peradaban Dinasti Ayyubiyah” hasil perolehan nilai tersebut dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan nilai tes ini, selanjutnya dicari skor rata-rata, standar deviasi, skor tertinggi dan skor terendah dengan menggunakan bantuan SPSS 20 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Kelas Eksperimen Dan Kontrol Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Eksperimen 11 63,30 86,70 78,4818 8,22591 67,666

Control 12 50,00 76,70 60,5500 8,27642 68,499

Valid N

(listwise) 11

1. Gambaran Hasil Belajara Setelah Dilakukan Pretes pada Kelas Kontrol Untuk mendapatkan gambaran pretest pada kelas kontrol maka diberlakukan tes. Langkah awal untuk mengklarifikasi nilai hasil belajar tersebut terlebih dahulu dicaru nilai terendah dan tertinggi. Kemudian untuk menetapkan skala interval dilakukan dengan mengurangi nilai tertinggi dengan nilai terendah. Hasil pengurangan ditambah satu. Selanjutnya hasil yang diperoleh dibagi lima yaitu sebagai jalur skala yang dibutuhkan.1

Berdasarkan teknik tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut:

55-60 : sangat tinggi 49-54 : tinggi

(3)

43-48 : sedang 37-42 : rendah

30-36 : sangat rendah

Untuk mengetahui distribusi frekuensi hasil pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.untuk mendapatkan jumlah presentasi dilakukan dengan cara membagi frequensi yang sedang dicari frequensinnya dengan jumlah banyaknya individu dan dikali seratus.

Tabel 4.2 Skala Interval Hasil Belajar (Pretes) Kelas Kontrol Klarifikasi Interval frekuensi persentase

Sangat tinggi 55-60 3 25% Tinggi 49-54 3 25% Sedang 43-48 4 33,3% Rendah 37-42 0 0% Sangat rendah 30-36 2 16,7% Jumlah 12 100%

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas diperoleh subjek yang terdiri atas kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah peserta didik yang memiliki kategori hasil pretes sangat tinggi yaitu 3 orang ditaraf 25%, dikategori tinggi berjumlah 3 orang ditaraf 25%, dikategori sedang 4 orang ditaraf 33,3%, dikategori rendah 0%, dan dikategori sangat rendah sebanyak 2 orang ditaraf 16,7%. Bila dilakukan penjumlahan nilai maka diperoleh mean sebesar 48,95

(4)

Hasil ini jika diklasifikasikan dapat dikatak bahwa gambaran hasil pretest kelas VIII/3 pada mata pelajaran SKI berada pada kisaran rata-rata sedang yaitu berkisar pada interval 43-48. Dengan demikian dapat disimpulkan, rata-rata gambaran pretes hasil belajar kelas kontrol mata pelajaran SKI kelas VIII/3 berada pada kategori sedang. Dapat digambarkan pada histogram berikut:

Persentase ketuntasan hasil pretest kelas kontrol dapat kita lihat pada tabel 4.3 berikut ini:

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 <36 37-42 43-48 49-54 55-60 persentase frekuensi

(5)

Tabel 4.3 persentase ketuntasan hasil pretest kelas kontrol

KKM: 75

No Responden nilai tuntas/tidak tuntas persentase

1 AA 60 Tidak Tuntas 0% 2 DR 56,7 Tidak Tuntas 3 TD 56,7 Tidak Tuntas 4 AA 53,3 Tidak Tuntas 5 LS 53,3 Tidak Tuntas 6 NY 53,3 Tidak Tuntas 7 HR 46,7 Tidak Tuntas 8 MJ 46,7 Tidak Tuntas 9 AK 43,3 Tidak Tuntas 10 MR 43,3 Tidak Tuntas 11 SY 33,3 Tidak Tuntas 12 AF 30 Tidak Tuntas Nilai Rata-Rata 48,05

Dari tabel presente ketuntasan hasil pretest peserta didik kelas kontrol tampak bahwa tidak ada satupun peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM yang telah ditetapkan sekolah.

2. Gambaran Hail Belajar Setelah Dilakukan Pretes pada Kelas Eksperimen

Untuk mendapatkan gambaran pretest pada kelas eksperimen maka diberlakukan tes. Langkah awal untuk mengklarifikasi nilai hasil belajar tersebut terlebih dahulu dicaru nilai terendah dan tertinggi. Kemudian untuk menetapkan skala interval dilakukan dengan mengurangi nilai tertinggi dengan nilai terendah. Hasil pengurangan

(6)

ditambah satu. Selanjutnya hasil yang diperoleh dibagi lima yaitu sebagai jalur skala yang dibutuhkan.

Berdasarkan teknik tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut: 55-60 : sangat tinggi 49-54 : tinggi 43-48 : sedang 37-42 : rendah 30-36 : sangat rendah

Untuk mengetahui distribusi frekuensi hasil pretest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut untuk mendapatkan jumlah presentasi dilakukan dengan cara membagi frequensi yang sedang dicari frequensinnya dengan jumlah banyaknya individu dan dikali seratus.

Tabel 4.4 Skala Interval Hasil Belajar (Pretest) Kelas Eksperimen

Klarifikasi Interval Frekuensi persentase

Sangat tinggi 55-60 3 27,27% Tinggi 49-54 3 27,27% Sedang 43-48 3 27,27% Rendah 37-42 0 0% Sangat rendah 30-36 2 18,19% Jumlah 11 100%

(7)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas diperoleh subjek yang terdiri atas kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah peserta didik yang memiliki kategori hasil pretes sangat tinggi yaitu 3 orang ditaraf 27.27%, dikategori tinggi berjumlah 3 orang ditaraf 27,27%, dikategori sedang 3 orang ditaraf 27,27%, dikategori rendah 0%, dan dikategori sangat rendah sebanyak 2 orang ditaraf 18.19%. Bila dilakukan penjumlahan nilai maka diperoleh mean sebesar 47,87

Hasil ini jika diklasifikasikan dapat dikatak bahwa gambaran hasil pretest kelas eksperimen VIII/2 pada mata pelajaran SKI berada pada kisaran rata-rata sedang yaitu berkisar pada interval 43-48. Dengan demikian dapat disimpulkan, rata-rata gambaran pretes hasil belajar kelas eksperimen mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas VIII/2 berada pada kategori sedang. Gambarannya dapat dilihat pada histogram berikut: 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 <36 37-42 43-48 49-54 55-60 persentase frekuensi

(8)

Untuk persentase ketuntasan hasil pretest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Persentasi Ketuntasan Hasil Pretest Kelas Eksperimen

No Responden Nilai Tuntas/Tidak tuntas Persentase

1 AG 60 Tidak Tuntas 0% 2 MS 56,7 Tidak Tuntas 3 SM 56,7 Tidak Tuntas 4 FH 53,3 Tidak Tuntas 5 NN 53,3 Tidak Tuntas 6 HW 50 Tidak Tuntas 7 AL 46,7 Tidak Tuntas 8 AI 43,4 Tidak Tuntas 9 MD 43,3 Tidak Tuntas 10 NP 33,3 Tidak Tuntas 11 NPA 30 Tidak Tuntas Nilai Rata-Rata 47,82

Tabel ini menggambarkan bahwa tidak satupun peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.

3. Gambaran Hasil Belajar Kelas Kontrol setelah dilakukan Postest Untuk mendapatkan gambaran pretest pada kelas kontrol maka diberlakukan tes. Langkah awal untuk mengklarifikasi nilai hasil belajar tersebut terlebih dahulu dicaru nilai terendah dan tertinggi. Kemudian untuk menetapkan skala interval dilakukan dengan mengurangi nilai tertinggi dengan nilai terendah. Hasil pengurangan

(9)

ditambah satu. Selanjutnya hasil yang diperoleh dibagi lima yaitu sebagai jalur skala yang dibutuhkan.

Berdasarkan teknik tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut: 72-77 : sangat tinggi 66-71 : tinggi 60-65 : sedang 54-59 : rendah 48-53 : sangat rendah

Untuk mengetahui distribusi frekuensi hasil pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk mendapatkan jumlah presentasi dilakukan dengan cara membagi frequensi yang sedang dicari frequensinnya dengan jumlah banyaknya individu dan dikali seratus. Tabel 4.6 Skala Interval Hasil Belajar (Postest) Kelas Kontrol Klarifikasi Interval Frekuensi Persentase

Sangat tinggi 72-77 2 16,68% Tinggi 66-71 1 8,33% Sedang 60-65 4 33,33% Rendah 54-59 1 8,33 Sangat rendah 48-53 4 33,33% Jumlah 12 100%

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas diperoleh subjek yang terdiri atas kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah peserta didik yang memiliki kategori hasil postest sangat tinggi yaitu 2 orang ditaraf 16.68%, dikategori tinggi berjumlah 1 orang ditaraf 8,33%, dikategori sedang 4 orang ditaraf

(10)

33,33%, dikategori rendah 1 orang di taraf 8,33%, dan dikategori sangat rendah sebanyak 4 orang ditaraf 33,33%. Bila dilakukan penjumlahan nilai maka diperoleh mean sebesar 60,55

Hasil ini jika diklasifikasikan dapat dikatakan bahwa gambaran hasil postest kelas kontrol VIII/3 pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berada pada kisaran rata-rata sedang yaitu berkisar pada interval 60-65. Dengan demikian dapat disimpulkan, rata-rata gambaran postest hasil belajar kelas kontrol mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII/3 berada pada kategori sedang. Gambarannya dapat dilihat pada histogram berikut ini:

Gambaran ketuntasan hasil postest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 <53 54-59 60-65 66-71 72-77 persentase frekuensi

(11)

Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Hasil Postes Kelas kontrol

No Responden Nilai Tuntas/Tidak Tuntas Persentase

1 AA 76,7 Tuntas 8,33% 2 HR 73,3 Tidak Tuntas 91,67% 3 LS 66,7 Tidak Tuntas 4 NY 63,3 Tidak Tuntas 5 MR 60 Tidak Tuntas 6 RY 60 Tidak Tuntas 7 TD 60 Tidak Tuntas 8 MJ 56,7 Tidak Tuntas 9 AK 53,3 Tidak Tuntas 10 AA 53,3 Tidak Tuntas 11 AF 53,3 Tidak Tuntas 12 DR 50 Tidak Tuntas Nilai Rata-Rata 60,55

Dari tabel 4.7 tampak bahwa persentase peserta didik yang mencapai angka ketuntasan yang telah ditetapkan adalah sebesar 8,33%. Sedangkan persentase peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan adalah sebesar 91,67%.

4. Gambaran Hasil Belajar Kelas Eksperimen setelah dilakukan Postest Untuk mendapatkan gambaran pretest pada kelas eksperimen maka diberlakukan tes. Langkah awal untuk mengklarifikasi nilai hasil belajar tersebut terlebih dahulu dicari nilai terendah dan tertinggi. Kemudian untuk menetapkan skala interval dilakukan dengan mengurangi nilai tertinggi dengan nilai terendah. Hasil pengurangan ditambah satu. Selanjutnya hasil yang diperoleh dibagi lima yaitu sebagai jalur skala yang dibutuhkan.

(12)

Berdasarkan teknik tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut: 82-86 : sangat tinggi 77-81 : tinggi 72-76 : sedang 67-71 : rendah 62-66 : sangat rendah

Untuk mengetahui distribusi frekuensi hasil pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk mendapatkan jumlah presentasi dilakukan dengan cara membagi frequensi yang sedang dicari frequensinnya dengan jumlah banyaknya individu dan dikali seratus.

Tabel 4.8 Skala Interval Hasil Belajar (Postest) Kelas Eksperimen

Klarifikasi Interval Frekuensi persentase

Sangat tinggi 82-86 5 45,46% Tinggi 77-81 2 18,18% Sedang 72-76 2 18,18% Rendah 67-71 1 9,09% Sangat rendah 62-66 1 9,09% Jumlah 11 100%

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas diperoleh subjek yang terdiri atas kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah peserta didik yang memiliki kategori hasil pretes sangat tinggi yaitu 5 orang ditaraf 45,46%, dikategori tinggi berjumlah 2 orang ditaraf 18,18%, dikategori sedang 2 orang ditaraf 18,18%, dikategori rendah 1 orang sitaraf 9,09%, dan dikategori

(13)

sangat rendah sebanyak 1 orang ditaraf 9,09%. Bila dilakukan penjumlahan nilai maka diperoleh mean sebesar 78,48

Hasil ini jika diklasifikasikan dapat dikatakan bahwa gambaran hasil pretest kelas eksperimen VIII/2 pada mata pelajaran SKI berada pada kisaran rata-rata sedang yaitu berkisar pada interval 77-81. Dengan demikian dapat disimpulkan, rata-rata gambaran postest hasil belajar kelas eksperimen mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas VIII/2 berada pada kategori tinggi.

Gamabaran ketuntasan hasil postest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

0 1 2 3 4 5 6 62-66 67-71 72-77 78-82 83-87 persentase frekuensi

(14)

Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Hasil Postet Kelas Eksperimen

No Responden Nilai Tuntas/Tidak Tuntas Persentasi

1 AG 86,7 Tuntas 63,63% 2 MS 86,7 Tuntas 3 NPA 86,7 Tuntas 4 HW 83,3 Tuntas 5 SY 83,3 Tuntas 6 AL 80 Tuntas 7 MD 80 Tuntas 8 NF 73,3 Tidak Tuntas 36,37% 9 HF 73,3 Tidak Tuntas 10 NP 66,7 Tidak Tuntas 11 AI 63,3 Tidak Tuntas Nilai Rata-Rata 78,48

Dari tabel 4.9 tampak bahwa persentase ketuntasan hasil belajar postest kelas eksperimen yang diatas KKM adalah sebesar 63,63%, sedangkan peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM adalah sebesar 36,37%.

5. Perbedaaan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol setelah dilakukan Postest

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut diketahui bahwa hasil belajar peserta didik terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 78,48 dan berada pada rentang nilai 77-81

(15)

dengan presentase 18,18% dengan kategori tinggi. Sedangkan kelas kontrol nilai rata-ratanya yaitu 60,55 berada pada rentang nilai 56-61 dengan kategori sedang dengan presentase 33,33%. Untuk melihat kesimpulan tentang data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik pada kedua kelas sampel, dilakukan analisis statistik. Sebelum melakukan uji hipotesis dengan t-test terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas variansi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS 20, maka diperoleh hasil bahwa data test berdistribusi normal data seperti yang terlihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Tests of Normality dengan Uji Lilifors dan Shapiro Wilk

kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

nilai

1,00 ,210 11 ,192 ,881 11 ,106 2,00 ,193 12 ,200* ,918 12 ,271 *. This is a lower bound of the true significance.

(16)

Tabel diatas menunjukkan hasil uji Shapiro Wilk dan Lilifors. Nilai signifikans Lilifors 0,192 pada kelompok 1 kelas eksperimen dan 0,200 pada kelompok 2 kelas kontrol dimana > 0,05 maka berdasarkan uji lilifors data setiap kelompok berdistribusi normal. Signifikansi uji shapiro wilk pada kelompok 1 sebesar 0,106 > 0,05 dan pada kelompok 2 sebesar 0,271 > 0,05. Karena semua > 0,05 maka kedua kelompok sama-sama berdistribusi normal. Sesuai dengan kriteria ujinya adalah tolak jika nilai signifikan pada output SPSS kurang dari 0,05.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva di bawah ini bahwa data pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.

(17)

a. Uji homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelas sampel memiliki variansi yang homogen. Uji homogenitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS 20 seperti terlihat pada tabel dibawah:

Tabel 4.11 Test of Homogeneity of Variances

hasil belajar SKI

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,064 1 21 ,803

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kedua kelompok kelas tersebut memiliki varians yang homogen yaitu dengan nilai signifikan 0,803> 0,25. Dalam uji dua sisi berarti data homogen.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa data postest kelas Eksperimen dan Kontrol memiliki data yang homogen dan normal. Dengan demikian, untuk mencari perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dilakukan uji t.

b. Uji hipotesis

Uji hipotesis kelas sampel dilakukan dengan menggunakan menggunakan uji-T

(18)

Karena kedua data berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t :

̅̅̅ = 23,5 ̅̅̅ = 18,2 n1 = 11 n2 = 12 s12 = 2,46 s22 = 2,48

s

2

=

( ) ( )

=

( )( ) ( )( )

=

=

= 2.47

s = √

s = 1.57

Maka

: t =

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ √

(19)

t =

t = √ t = t = 8.08 Dengan = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2 = 11 + 12 –

2 = 21, maka diperoleh thitung = 8.08 sedangkan ttabel dengan taraf kepercayaan 95% adalah ttabel = 1.721. 2 Karena thitung > ttabel maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode mind maps lebih tinggi daripada hasil belajar yang menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah. Jika uji T dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 maka diperoleh data sebagai berikut:

2

Subana, Dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), h.206

(20)

Tabel 4.11 Uji-T dengan Menggunakan SPSS 20

Berdasarkan uji t dengan SPSS atau hasil analisis diperoleh

dalam dua sisi atau sig (2-tailed) sebesar = 0,00. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa ( 0,00< 0,025) dalam uji dua sisi. Maka hipotesis Ho yang berbunyi hasil belajar SKI yang menggunakan metode mind maps sama atau tidak lebih bik dari pada hasil belajar yang menggunakan metode ceramah ditolak dan H1 yang berbunyi pembelajaran yang menggunakan metode

mind maps lebih baik dari hasil belajar yang menggunakan metode ceramah diterima.

Berikut ini gambaran hasil belajar pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dan juga hasil belajar postest kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk histogram.

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper hasil belaj ar SKI Equal variances assumed ,064 ,803 5,206 21 ,000 17,9318 2 3,44475 10,7680 7 25,095 57 Equal variances not assumed 5,207 20,849 ,000 17,9318 2 3,44379 10,7669 1 25,096 73

(21)

Pada histogram ini tampak bahwa terdapat adanya peningkatan nilai-rata-rata pada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penggunaan metode mind maps.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan berbeda. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan metode mind maps

Sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan menggunakan Metode ceramah. Pembelajaran melalui Metode mind maps menurut Sutanto Widura merupakan suatu sistem belajar dan berfikir yang menggunakan kedua belah otak dan sistem belajar dan berfikir yang menggunakan otak sesuai dengan cara berfikirnya. Sistem belajar yang seperti ini melatih anak untuk dapat berfikir secara kritis dan mendalam dan mampu untuk

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Column2 mean

(22)

meningkatkan kemampuan kognitif anak. Karna anak diajarkan bagaimana cara menggunakan otak secara aktif dan sekaligus secara kreatif.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan Metode mind maps

tersebut peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok/ tim dan masing-masing kelompok diberikan materi pelajaran yang berbeda. Setelah setiap kelompok mendapatkan materi masing-masing dari mereka membuat mind maps sebagai ringkasn materi yang telah didapat. Kemudian setelah mind maps tersebut selesai kemudian masing-masing kelompok disuruh untuk tampil kedepan dan menjelaskan mind maps yang telah mereka buat. Setelah selesai mempresentasikan pembahasan mereka selanjutnya masing-masing kelompok dipersilahkan untuk mengajukan sebuah pertanyaan kepada kelompok yang tampil sehingga memungkinkan mereka untuk berdiskusi dan mengeluarkan pendapat masing-masing. Baru setelah selesai peserta didik berdiskusi, pendidik akan memberikan kesimpulan terhadap materi dan juga hasil diskusi peserta didik sebelumnya.

Dalam hal ini, siswa dapat belajar melatih konsentrasi, kreativitas dan juga kemampuan untuk mengolah data dan informasi yang mereka terima. Selain itu peserta didik juga akan dilatih untuk mengembangkan kemampuan mengeluarkan pendapat dan juga kemampuan bertanya dan juga saling menghargai pendapat untuk orang lain.

Melalui metode mind maps akan lebih berkesan dan menarik bagi siswa dan diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar SKI

(23)

nantinya. Kelas yang diterapkan pembelajaran Metode mind maps lebih baik dari kelas yang menerapkan Metode ceramah hal ini disebabkan karena pada saat menerapkan Metode mind maps dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mampu menjadikan peserta didik bekerja sama dalam membuat mind maps dan menjawab pertanyaan ketika berdiskusi, karena peserta didik ditugaskan untuk berpartisipasi aktif dalam kelompoknya sehingga mereka tidak merasa bosan dalam belajar.

Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah saja, peserta didik hanya mendengar penjelasan dari pendidik. Aktivitas pembelajaran yang terjadi hanyalah aktivitas mendengar saja. Kemudian ketika pendidik sudah memberikan penjelasan baru pada akhir-akhir waktu peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari pendidik. Untuk menguatkan pemahaman peserta didik maka pendidik menyuruh peserta didik untuk membuat dokumentasi pelajaran berupa mencatat materi pelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya kedalam buku catatan.

Penggunaan metode ceramah mendidik peserta didik untuk selalu fokus dalam pembelajaran, melatih peserta didik bagaimana cara mendengar informasi dengan baik kemudian setelah mendengarkan informasi tersebut peserta didik dilatih untuk menuangkan informasi yang diterima tersebut kedalam buku catatan. Namun apabila dibuat perbandingan antara penggunaan metode mind maps dan penggunaan metode ceramah selama proses pembelajaran berlangsung, tampak bahwa

(24)

peserta didik yang menggunakan metode mind maps lebih mengalami peningkatan baik dari segi aktivitas peserta didik itu sendiri maupun terhadap hasil belajar peserta didik.

Apabila ditinjau dari tes akhir, diperoleh bahwa hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik kelas eksperimen dengan menerapkan Metode mind maps lebih tinggi dari pada hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik yang menerapkan pembelajaran melaui metode ceramah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata pada kelas eksperimen adalah 78,48 sedangkan kelas kontrol 60,55. Dan nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 86,7 sedangkan pada kelas kontrol juga 76,7, serta nilai terendah kelas eksperimen adalah 63,3 dan nilai terendah pada kelas kontrol 50.

Pada kelas eksperimen jumlah peserta didik yang mencapai KKM mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebanyak 7 peserta didik dengan persentase ketuntasan 63,33%. Sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 1 peserta didik dengan persentase ketuntasan 8,33%. Sehingga dapat terlihat bahwa hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik kelas eksperimen tinggi baik dari hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik kelas kontrol.

Penelitian yang terlebih dahulu yang dilakukan oleh Lina Herlina dengan penelitiannya yang berjudul “Penggunaan metode mind maps untuk meningkatkan hasil belajar IPA di SMPN 281 Jakarta menunjukkan

(25)

bahwa meningkatnya hasil belajar peserta didik dari 65,9 menjadi 85,6. Dan penelitian lainnya yang dilakuka oleh Andi Ardinal dengan judul penelitiannya “Penerapan teknik mind mapping untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada peserta didik kelas V SDN 03 Batung, Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang” untuk bagian hasil belajar peserta didik terdapat adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus, pada siklus pertama jumlah persentase peserta didik yang lulus yaitu 76% dan meningkat pada siklus kedua persentase siswa yang lulus yaitu mencapai angka 96%. Jadi memang tampak bahwa penggunaan metode mind maps dapat mneingkatkan hasil belajar siswa berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada sekolah dan lokasi yang berbeda.

Hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII/2 MTs Bawan, juga terlihat bahwa penerapan Metode mind maps mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil penilaian pada aspek kognitif, terlihat bahwa hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen ada peningkatan.

Berbeda halnya dengan kelas kontrol, penulis menerangkan materi pelajaran, menjelaskan berdasarkan contoh yang sesuai dengan materi, meminta siswa untuk membaca materi tersebut yang ada dalam buku SKI, melakukan tanya jawab terhadap materi terkait, kemudian meminta peserta didik untuk menyimpulkan Pembelajaran, namun tidak beberapa peserta didik yang bisa menyimpulkan.

(26)

Berdasarkan penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan Metode mind maps memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Bawan Kabupaten Agam.

Gambar

Tabel 4.2 Skala Interval Hasil Belajar (Pretes) Kelas Kontrol
Tabel 4.3 persentase ketuntasan hasil pretest  kelas kontrol
Tabel 4.4 Skala Interval Hasil Belajar (Pretest) Kelas
Tabel 4.5 Persentasi Ketuntasan Hasil Pretest Kelas  Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta

Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, perasaan bersalah muncul didalam diri pemerkosaan serta ada

Untuk mengetahui respon sesorang terhadap suatu kondisi dapat dilakukan melalui pengisian angket, karena pada umumnya angket meminta keterangan tentang fakta yang diketahui

Adapun perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu dari seluruh koperasi persusuan yang ada di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4 Berdasarkan tabel tersebut dapat

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Berdasarkan latar belakang tersebut serta didukung masih kurangnya penelitian tentang laba-laba yang ada di Kota Padang, maka dilakukanlah penelitian tentang

20 Maret 2019 Pada hari kedua puluh dua, seperti biasa penulis melakukan tugas rutinitas mengganti kaset sama seperti pada hari sebelumnya hanya saja kaset yang

Tanaman tradisional ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia salah satunya adalah digunakan sebagai obat dalam penyembuhan luka infeksi, dimana luka infeksi