• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014 PADA PT GUDANG GARAM TBK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014 PADA PT GUDANG GARAM TBK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI

ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014 PADA PT GUDANG GARAM TBK

Fitria Wijayanti UN PGRI KEDIRI fitry.riou21@gmail.com Mar’atus Solikah, M. M., M.Ak.

UN PGRI KEDIRI maratussolikah@unpkediri.ac.id

Abstract

Each company has factors that can support the production process, one of which is a fixed asset. Each fixed asset will experience impairment due to usage, since the recoverable amount is less than the asset's carrying amount. The building is one of the disadvantaged fixed assets over time. The purpose of this study is to determine the application of impairment of fixed assets at PT. Gudang Garam Tbk. The year 2012-2016 has been in accordance with PSAK 48. This type of research is descriptive quantitative. The object of this study is the financial statements. PT. Gudang Garam Tbk period of December 31, 2012, 2013, 2014, 2015, and 2016. Data collection techniques using field studies, namely dengn amengabil financial statements that have been published on the Indonesia Stock Exchange. The analysis used is quantitative descriptive by comparing the application of impairment of assets used in the company and PSAK 48. Based on the results of the analysis conducted, it can be seen that there is no impairment in the fixed assets of buildings in PT. Gudang Garan Tbk and the methods used in its calculations are in accordance with PSAK 48.

Keywords:Fixed assets of buildings, PSAK No. 48 Impairment of Assets

Abstrak

Setiap perusahaan memiliki faktor-faktor yang dapat menunjang dalam proses produksi, salah satunya adalah aset tetap. Pada setiap aset tetap akan mengalami penurunan nilai akibat dari penggunaan, karena nilai yang dapat dipulihkan kurang dari nilai tercatat aset. Bangunan tersebut merupakan salah satu aset tetap yang dirugikan seiring berjalannya waktu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan penurunan nilai aset tetap bangunan pada PT. Gudang Garam Tbk. Tahun 2012-2016 telah sesuai dengan PSAK 48. Jenis penelitian ini yaitu diskriptif kuantitatif. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan. PT. Gudang Garam Tbk periode 31 Desember 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan, yaitu dengn amengabil laporan keuangan yang telah di publis di Bursa Efek Indonesia. Analisis yang digunakan adalah deskritif kuantitatif dengan membandingkan penerapan penurunan nilai aset yang digunakan dalam perusahaan dan PSAK 48. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat dilihat bahwa tidak terjadi penurunan nilai pada aset tetap bangunan pada PT. Gudang Garan Tbk dan metode yang digunakan dalam perhitungan nya telah sesuai dengan PSAK 48.

Kata kunci : Aset tetap bangunan, PSAK No 48 Penurunan Nilai Aset

PENDAHULUAN

Pertumbuhan bisnis yang semakin pesat sekarang ini, menuntut setiap pelaku bisnis baik perorangan maupun perusahaan untuk dapat menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan dapat menunjang pertumbuhan bisnis tersebut. Hal tersebut menuntut manajemen untuk lebih memanfaatkan sumber daya yang dimiliki maupun yang tersedia agar dapat digunakan secara efisien dan efektif, sehingga perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan kegiatan operasionalnya untuk dapat bertahan dalam persaingan global.

Dengan demikian diperlukan akuntansi yang memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan atau entitas dikarenakan dapat memberikan informasi keuangan yang lebih relevan dan juga sebagai salah satu

penentu masa depan serta kelangsungan bisnis perusahaan. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan dan memiliki andil dalam menghasilkan laporan keuangan adalah aset tetap. Menurut Reeve (2013) aset tetap adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang.

Dalam penyusunan peraturan akuntansi yang berlaku, Indonesia memiliki Ikatan Akuntan Indonesia sebagai organisasi/ lembaga yang membuat aturan yang bernama Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang digunakan sebagai acuan pernerapan akuntansi di indonesia. Dalam PSAK No. 48 tentang penurunan nilai aset menyatakan bahwa penurunan nilai aset terjadi apabila jumlah yang tercatat melebihi jumlah yang terpulihkan. PSAK No.48 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International Financial

(2)

Reporting Standards (IFRS) dan dibahas dalam International Accounting Strandart (IAS) 36.

PT Gudang Garam Tbk sebagai dalah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang memiliki banyak cabang untuk mempermudah dalam bidang produksi dan penjualannya, Dilihat dari banyaknya investasi di berbagai bidang yang dilakukan oleh PT Gudang Garam Tbk semakin banyak pula aset yang mendukungnya, salah satunya adalah aset tetap sebagai salah satu faktor yang mendukung dalam operasionalnya sehingga terdapat indikasi terjadinya penurunan nilai aset.

Dalam perhitungan penurunan nilai aset tetap tersebut, PT Gudang Garam Tbk sebagai perusahaan yang masuk dalam Bursa Efek Indonesia harus mempunyai dasar perhitungan yang berterima umum. Dalam dasar perhitungan tersebut adalah sesuai dengan dasar pelaporan keuangan yang ditetapkan untuk perusahaan swasta, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

1. Aset Tetap

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 tentang aset tetap, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Reeve (2013), aset tetap adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang.

Dalam perusahaan untuk menentukan aset mana yang termasuk aset tetap, akan dilihat dari karekteristik dari aset tetap. Menurut Hary (2014:266) Dalam pengertiannya, aset tetap diklasifikasikan menurut tingkat likuiditasnya, yaitu tingkat kemudahannya untuk dapat diubah menjadi kas (uang) dalam jangka waktu tertentu.

Di samping memiliki ciri-ciri dasar yang sama dengan aset lainnya, aset tetap memiliki ciri-ciri tambahan yang membedakannya, yaitu: merupakan barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam operasi normal, memiliki umur yang terbatas, pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti, nilainya berasal dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh hak-haknya yang sah atas pemanfaatan aset tersebut, seluruhnya bersifat nonmoneter, dan umumnya jasa atau manfaat yang diterima dari ast tetap melipuri periode yang lebih panjang dari satu tahun.

2. Bangunan

Menurut Hery (2014:112), harga perolehan bangunan atau gedung atas harga beli, pajak, komisi broker, biaya pengurusan surat untuk mandapatkan hak pepemilikan atas bangunan, dan biaya rekondisi sebelum pemempatan. Untuk bangunan yang dibangun sendiri, maka harga perolehannya terdiri atas biaya ijin

membangun, biaya untuk membali bahan bangunan, biaya upah tukang atau teknisi, biaya sewa peralatan untukmembangun, bahkan termasuk atas dana dipinjam untuk membiayai bangunan.

3. Penilaian Aset Tetap

Menurut Lem, Nelson (2014;53) penilai aset tetap dilakukan setelah pengakuan awal, entitas diharuskan untuk memilih salah satu dari dua model berikut sebagai kebijakan akuntansi untik seluruh kelas aset tetap, yaitu modal biaya atau meodel revaluasi.

a. Model Biaya Perolehan

Setelah pengukuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Menurut Purba (2013:50), model biaya perolehan adalah pendekatan yang mengkaruskan penggunaan harga perolehan sebagai nilai aset tetap atau aset tak berwujud setelah pengakuan

b. Model Revaluasi

Jika aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini : (1) Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dnegan jumlah revaluasinya. (2) Dieliminasi terhadap jumla tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

4. Nilai Wajar

Dalam mengidentifikasi suatu aset mengalami penurunan nilai, aset tersebut harus diketahui nilai wajarnya.Nilai wajar ini digunakan dalam perhitungan untuk mendapatkan hasil yang lebih terpercaya. Dalam PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.

Untuk meningkatkan konsistensi dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapannya melalui hierarki nilai wajar. Menurut Martani (2015:436-437), hierarki nilai wajar yang mengategorikan masukan untuk teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur nilai wajar dalam tiga level, yaitu sebagai berikut: a. Masukan Level 1

Masukan level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik yang dapat diakses oleh entitas pada tanggal pengukuran.

b. Masukan Level 2

Masukan level 2 adalah masukan selain harga kuotasian yang termasuk dalam level 1, yang dapat diobservasi untuk aset dan liabilitas, baik secara langsung maupun tidak langsung

(3)

Masukan level 3 adalah masukan yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas. Input yang tidak dapat diobservasi digunakan untuk mengukur nilai wajar, sejauh input yang tidak dapat diobservasi yang relevan tidak tersedia.

Menurut Lam (2014:420), dengan tujuan untuk pengukuran nilai wajar, terdapat tiga pendekatan penilaian untuk mengukur nilai wajar yaitu sebagai berikut:

1) Pendekatan pasar (market approach) 2) Pendekatan biaya (cost approach)

3) Pendekatan penghasilan (income approach)

Selain pendekatan-pendekatan di atas, untuk menentukan nilai wajar dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian nilai wajar pada pengakuan awal. Dalam IFRS 13 menetapkan pertimbangan ketika menentukan nilai wajar diperlukan atau diizinkan untuk digunakan dalam pengakuan awal aset atau liabilitas, biasanya ditunjukkan pada nilai transaksi.

Dalam pengukuran nilai wajar, terdapat pengukuran berulang yaitu pengukuran ini dilakukan pada setiap akhir periode laporan keuangan atau pengukuran tidak berulang yaitu pengukuran dilakukan pada pengungkapan yang harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan

5. Penurunan Nilai Aset Tetap menurut PSAK 48 Dalam PSAK 48 (paragraf 1) tujuan penyusunan PSAK ini adalah untuk menetapkan prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jimlah aset tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkannya melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan Pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk mengakui rugi penurunan nilai.Pernyataan ini juga menentukan kapan entitas membalik rugi penurunan niali dan mnetapkan pengungkapan.

a. Identifikasi Aset Mengalami Penurunan Nilai Dalam PSAK No. 48 mensyaratkan perusahaan agar melakukan review pada setiap tanggal pelaporan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa suatu aset mengalami penurunan aset. Jika terdapat demikian, maka perusahaan tersebut harus menaksir nilai kerugian penurunan nilai untuk aset. Namun, untuk aset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas (termasuk

goodwill), PSAK No. 48 (paragraf 15)

mensyaratkan bahwa penilaian untuk kerugian nilai dilakukan setiap tahun, sekalipun tidak ada indikasi penurunan nilai.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas minimal mempertimbangkan indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai mempertimbangkan setidaknya satu set sumber informasi eksternal dan sumber informasi internal.

b. Pengukuran Jumlah Terpulihkan

Ketika ada indikasi bahwa suatu aset mengalami penurunan nilai pada setiap tanggal pelaporan, atau ketika ada aset tak berwujud atau goodwill yang tunduk pada uji penurunan nilai tahunan, suatu entitas diperlukan untuk mengukur nilai terpulihkan aset tersebut.

Dalam menentukan nilai terpulihkan penurunan nilai aset harus dilakukan pengukuran.Menurut Lam, Nelson (2014:220), pengukuran tersebut adalah nilai wajar dikurangi biaya penjualan (fair value less costs to sell) dan nilai pakai.

c. Pengukuran dan Pengakuan Rugi Penurunan

Nilai

Menurut PSAK 48 (paragraph 59) jika jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai.

Rugi penurunan nilai aset yang tidak di revaluasi diakui dalam laba rugi. Akan tetapi, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam penghasilan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama. Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi aset tersebut.

Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan di periode masa depan untuk mengalokasikan jumlah aset tercatat revisian, setelah dikurangi nilai residu (jika ada), secara sistematis selama sisa umur manfaatnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 8) Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Menurut Sugiono (2016:13), metode penelitian kuntitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel

Menurut Sugiyono (2012: 13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Data untuk penelitian ini mengunakan data sekunder, yaitu dengan mengambil lapran keungan

(4)

PT. Gudang Garam Tbk di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada.

Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan data yang diperoleh dari pelaporan keuangan penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai PSAK 24 imbalan pasca kerja revisi (2013) pada laporan keuangan PT. Gudang Garam tahun periode 2012-2016

.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kebijakan AKuntansi Perusahaan

Kebijakan akuntasi penurunan nilai aset pada PT Gudang Garam Tbk menggunakan model biaya perolehan untuk aset tetap selain tanah. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian asset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan asset tetap. Pada saat perhitungan nilai penyusutan, aset tetap selain tanah dihitung menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat. Aset yang dalam proses penyelesaian merupakan akumulasi dari biaya-biaya bahan, peralatan serta biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan penyelesaian aset tetap.

Pada saat perhitungan nilai penyusutan, aset tetap selain tanah dihitung menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat. Aset yang dalam proses penyelesaian merupakan akumulasi dari biaya-biaya bahan, peralatan serta biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan penyelesaian aset tetap.

2. Penerapan Akuntansi Penurunan Nilai Aset

Pada PT Gudang Garam

a. Mengidentifikasi Aset Yang Mungkin

Mengalami Penurunan Nilai

Pada setiap akhir periode pelaporan, perusahaan mengidentifikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian pada tanggal laporan atas penurunan nilai aset diperlukan, maka Perseroan akan membuat estimasi atas jumlah terpulihkan aset tersebut. Sepanjang tahun 2016 banyak aset tetap yang nilai gunanya turun untuk dipakai oleh entitas untuk menjalankan kegiatan sehari-hari perusahaan dimana aset-aset tersebut dapat menghasilkan kas bagi perusahaan.

Tabel 1.1

Nilai Buku Atau Nilai Tercatat Dari Aset Tetap Bangunan PT. Gudang Garam Tbk. (Disajikan Dalam Jutaan Rupiah)

Aset Tetap Bangunan Biya Perolehan (Saldo Akhir) Akumulasi Penyusutan (Saldo Akhir) Nilai Buku (Nilai Tercatat) 2012 1,451,691 559,573 892,118 2013 2,365,162 626,845 1,738,317 2014 3,655,720 793,522 2,862,198 2015 4,630,853 979,781 3,651,072 2016 6,044,471 1,250,388 4,794,083 Sumber : Data hasil olahan, 2017

Pada tabel 1.1 Peneliti mengungkapkan nilai tercatat dari aset tetap bangunan milik PT Gudang Garam Tbk. yang merupakan data olahan peneliti. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 48. Berdasarkan pengetian tersebut nilai tercatat untuk aset tetap bangunan selama tahun 2012 sebesar Rp. 892.118.000.000, 2013 sebesar Rp. 1.738.317.000.000, 2014 sebesar Rp. 2.862.198.000.000, 2015 sebesar Rp. 3.651.072.000.000 dan 2016 sebesar Rp.4.794.083.000.000, nilai tersebut merupakan acuan dari uji penurunan nilai terhadap aset tetap bangunan pada PT. Gudang Garam Tbk Dalam mengungkapkan nilai tercatat aset bangunan pada laporan posisi keuangan PT. Gudang Garam Tbk tidak melakukan pencatatan sebesar nilai individual dari setiap aset tetap namun PT. Gudang Garam Tbk mencatat nilai buku neto atau nilai tercatat bersih dari keseluruhan aset tetap yang dimiliki PT. Gudang Garam Tbk setiap tahunnya.

Tabel 1.2

Uji penurunan nilai aset tetap bangunan berdasarkan PSAK 48 pada aset tetap

bangunan PT. Gudang Garam Tbk. (disajikan dalam jutaan rupiah)

Aset Tetap Bangunan Nilai Tercatat < > Nilai Wajar Penurun an Nilai 2012 892,118 < Tidak Tercatat Tidak 2013 1,738,317 < 5,027,975 Tidak 2014 2,862,198 < 5,438,888 Tidak 2015 3,651,072 < 6,463,110 Tidak 2016 4,794,083 < 6,813,725 Tidak Sumber : Data hasil olahan, 2017

Tabel 4.4 memperlihatkan hasil penurunan nilai terhadap aset tetap bangunan tersebut, peneliti membandingkan antara nilai wajar dan nilai buku atau nilai tercatat dari aset tetap bangunan selama 5 tahun terakhir. Pada penelitian ini, untuk tahun 2012 nilai wajar dari aset tetap bangunan “tidak tersedia” pada laporan keuangan PT. Gudang

(5)

Garam Tbk namun pada laporan keuangan tersebut menajemen berpendapat bahwa tidak terjadi penurunan nilai aset tetap selama tahun 2012. Dan untuk tahun 2013, 2014, 2015, dan 2016 nilai wajar dari aset tetap bangunan masing-masing sebesar Rp. 5.027.975.000.000, Rp. 5.438.888.000.000, Rp. 6.463.110.000.000, dan Rp. 6.813.725.000.000 nilai ini dibandingkan dengan nilai tercatat dari aset tetap bangunan pada tahun 2013, 2014, 2015, dan 2016 masing-masing sebesar Rp. 1.738.317.000.000, Rp. 2.862.198.000.000, Rp. 3.651.072.000.000, dan Rp. 4.794.083.000.000. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut yang tersedia pada tabel 4.3 maka selama 5 tahun terakhir tidak terdapat penurunan nilai aset tetap bangunan pada aset tetap yang dimiliki PT Gudang Garam Tbk.

b.Pengukuran Jumlah Terpulihkan

Jumlah nilaim terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau Unit Penghasil Kas (UPK) dikurangi biaya pelepasan dnegan nilai pakainya, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan aruskas masuk yang sebagian besar indepanden dari aset atau kelompok aset lain.

Berdasarkan persyaratan dalam PSAK 48 (revisi 2014), uji penurunan nilai dilakukan jika terdapat indikasi penurunan nilai. Dalam kondisi tidak ada indikasi penurunan nilai, uji penurunan nilai akan menjadi tidak relevan. Hal ini dikarenakan aset masih dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kas hingga jangka waktu yang sangat lama, dan proyeksi aliran kas masa depan untuk jangka waktu sangat lama akan menjadi sangat tidak akurat.

c. Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai

Pengakuan rugi penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai terpulihkannya, maka aset tersebut dianggap mengalami penurunan nilai dan nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian sebagai “rugi penurunan nilai”.

Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan neto didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan panilaian pasar kini atas nilai waktu uang dan resiko spesifik aset.

d.

Pengungkapan

Kerugian penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan, jika ada, diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasi sesuai dengan kategori biaya yang

konsisten dengan fungsi aset yang diturunkan nilainya.

3. Pembahasan

Tabel 4.7

Analisis Penerapan PSAK 48 No Berdasarkan PSAK 48 (Revisi 2013) Berdasarkan PT Gudang Garam Kesimpulan 1 Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi asset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan asset tersebut. Perseroan menilai indikasi penurunan nilai dan jika ada, akan diestimasikan atas jumlah terpulihkan aset tersebut. Gudang Garam telah melakukan penilaian terhadap indikasi penurunan nilai asset pada setiap akhir periode berdasarkan PSAK 48 (revisi 2013) telah sesuai 2 Pernyataan ini mendefinisika n jumlah terpulihkan sebagai jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya. Perseroan mengakui bahwa jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar atau unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya Berasarkan pengakuan terhadap jumlah terpulihkan adalah yang lebih tinggi dari nilai wajar atau UPK telah sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2013) 3 Jika jumlah terpulihkan asset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai. Perseroan mengakui jika nilai tercatat aset lebih besar dari pada nilai terpulihkannya , maka asset tersebut dianggap mengalami penurunan nilai dan nilai asset tercatat tersebut diturunkan menjadi sebesar nilai Berdasarkan pengakuan penurunan nilai jika nilai tercatat lebih besar dari nilai terpulihkan, telah sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2013)

(6)

No Berdasarkan PSAK 48 (Revisi 2013) Berdasarkan PT Gudang Garam Kesimpulan terpulihkannya . 4 Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi Perseroan mengungkapk an rugi penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan diakui sebagai “rugi penurunan nilai” Pengakuan rugi penurunan nilai oleh Gudang Garam telah sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2013)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat di interpretasikan hasil penelitian dalam uji penurunan nilai di PT Gudang Garam Tbk. Perusahaan melakukan uji penurunan nilai pada setiap akhir periode pelaporan. Pada identifikasi uji penurunan nilai pada PT. Gudang Garam Tbk, menunjukan tidak teridentifikasi terjadinya penurunan nilai dengan membandingkan nilai wajar dengan nilai buku atau nilai tercatatnya. Dalam perhitungan jumlah terpulihkan adalah dengan membandingkan jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dengan nilai jual dan nilai pakai. Jika nilai tercatatnya lebih besar dari jumlah terpulihkan, maka selisihnya akan diakui sebagai rugi penurunan nilai. Untuk pengungkapannya, rugi penurunan nilai harus segera diakui di laporan laba rugi. Dari semua pengungkapan yang didapat dari hasil penelitian identifikasi penurunan nilai pada PT Gudang Garam Tbk. telah sesuai dengan peraaturan yang ditetapkan dalan PSAK 48.

Berdasarkan persyaratan dalam PSAK 48 (revisi 2014), uji penurunan nilai dilakukan jika terdapat indikasi penurunan nilai. Dalam kondisi tidak ada indikasi penurunan nilai, uji penurunan nilai akan menjadi tidak relevan. Hal ini dikarenakan aset masih dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kas hingga jangka waktu yang sangat lama, dan proyeksi aliran kas masa depan untuk jangka waktu sangat lama akan menjadi sangat tidak akurat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan analisa mengenai analisis penerapan PSAK 48 (revisi 2014) penurunan nilai aset atas penurunan nilai aset tetap bangunan pada PT Gudang Garam Tbk., maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan akuntansi penurunan nilai aset yang

dilakukan oleh PT Gudang Garam Tbk dalam hal aset tetap bangunan telah diimplementasikan penerapannya, karena pada prinsipnya telah sesuai dengan PSAK No 48 (revisi 2014)

2. Dalam identifikasi penurunan nilai aset tetap

khususnya bangunan selama 5 (empat) tahun terakhir (2012-2016) tidak terjadi penurunan nilai terhadap aset tetap bangunan yang dimiliki PT Gudang Garam Tbk. karena nilai wajar dari aset tetap bangunan lebih besar dari pada nilai tercatat atau nilai buku aset tetap bangunan. Sehingga tidak perlu menghitung nilai terpulihkan dalam uji penurunan nilai.

3. Pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 48 revisi 2014 seperti pada PT. Gudang Garam Tbk dapat memberikan informasi yang relevan guna memenuhi kepentingan para pihak yang berkepentingan.

4. Pada penelitian ini tidak dapat dilakukan uji penurunan nilai karena tidak terdapat identifikasi adanya penurunan nilai pada aset tetap bangunan pada PT. Gudang Garam Tbk. jila tetap dilakukan uji penurunan nilai pada aset individual maka nilai yang dihasilakan tidak relevan .

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran yang mungkin bisa bermanfaat kepada manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1. Pada aset tetap bangunan yang masih dalam

penyelesaian, perusahaan diharapkan dapat mencantumkan berapa jumlah aset yang masih dalam penyelasaian dalam laporan keuangan aset dalam penyelesaian, sehingga dapat memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa dalat melakukan penelitian lanjutan dengan memperluas wilayah penelitian, tidak hanya pada aset tetap bangunan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. C. 2015. Analisis Penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2013) Penurunan Nilai Aset Tetap Pada

PT. Bank Sulut. Universitas Sam Ratulagi

Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 Nomor 3 Tahun 2015. Dipublikasikan http://id.portalgaruda.org diakses pada hari kamis 13 Oktober 2016 pukul 12.30.

Danga, E.G.H. dan Jenny, M. 2016. Analisis Penerapan PSAK 48 (2015) Penurunan Nilai Aset Tetap Pada PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk. Universitas Sam Ratulagi Manado. Jurnal EMBA Volume 4 Nomor 1 Maret 2016 ISSN 2303-1174. Dipublikasi http://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/emba/article/view/12362 diakses pada hari kamis 13 Oktober 2016 pukul 14.20.

Hery, 2014. Akuntansi Aset, Liabilitas, Dan Ekuitas. Indeks. Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Indeks. Jakarta.

Juan, E. E. dan Wahyuni, E.T. 2014. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS.

(7)

Salemba Empar. Jakarta.

Kieso, Donald, E.,Weygant, Jery, J. dan Warfield. 2007. Akuntansi Intermadite. Terjemahan Emil Salim. Jilid 2. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Karouw dan Fillicia, H. 2013. Analisis Penerapan

PSAK No. 48 (Revisi 2009) Penurunan Nilai Aset Tetap Pada Rumah Sakit Umun Pusat Prof. Dari. R.D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulagi Manado. Jurnal EMBA Volume 1 Nomor 4 Desember 2013 ISSN 2303-1174. Dipublikasikan http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/articl e/view/3413 diakses pada hari Kamis 13 Oktober 2016 pukul 15.43.

Lam, Nelson dan Peter, L. 2014. Akuntansi Keuangan Perspektif IFRS. Edisi 2. Buku 1. Salemba Empar. Jakarta.

Lam, Nelson dan Peter, L. 2014. Akuntansi Keuangan Perspektif IFRS. Edisi 2. Buku 2. Salemba Empar. Jakarta.

Mananggo, I. dan Harujanto, S. 2016. Analisis

Penerapan Nilai Aset Tetap Bangunan Menurut PSAK No. 48 Tentang Penurunan Nilai Aset Tetap PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sam Ratulagi Manado. Jurnal EMBA Volume 4 Nomor 1 Maret 2016 ISSN 2303-1174. Diakses

http://id.portalgaruda.org diakses pada hari Jum’at 14 Oktober 2016 pukul 13.14.

Martini, D., Sylvia, V. NPS, Wardhani, R., Farahmita, A. dan Tanujaya, E.. 2015. Akuntansi Kuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

Moleong dan Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya

Purba, M. 2013. Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud. Jilid 1. Indeks, Jakarta

Reeve, James, M., Carl, S., Warren, Jonathan, E., Duchac, Ersa, T.W. dan Gatot, S., Amir A.J.,

Chaerul D.D. 2013. Pengantar Akuntansi

Adaptasi Indonesia. Buku 2. Indeks. Jakarta.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta. Jakarta.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta. Jakarta.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta. Jakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek Edisi Revisi V , Jakarta: Rieneka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data dalam penelitian ini diperoleh dari: (1) data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil tes pengetahuan awal siswa; (2) data kualitatif, yaitu

Sembiring, M (2008) mengatakan bahwa hasil belajar kimia siswa yang praktikum menggunakan program media computer lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan hasil belajar

“Ada pengaruh positif yang sangat signifikan antara Motivasi Ayah Untuk Menyekolahkan Anak terhadap Prestasi Belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1

Hal tersebut dapat dihasil dari validasi ahli media apron hitung validasi aspek pembelajaran memperoleh skor 100% (kriteria sangat valid), aspek isi memperoleh skor 100% (kriteria

Pada hujan stratiform dengan intensitas tinggi kemiringan positif pada nilai Z menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi butiran besar yang disebabkan oleh proses

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Ketenagakerjaan (Lembaran Daerah

FIS Output Training Data dengan Metode Hybrid Gambar 4 menunjukkan terjadinya proses pembelajaran (training) untuk simulasi metode Hybrid dengan fungsi keanggotaan

Jakarta adalah tempat untuk bekerja bukan tempat untuk tinggal, berangkat dari kalimat tersebut dapat diartikan bahwa tingkat ekonomi di Jakarta membuat Jakarta menjadi