• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Tetralogi Of Fallot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Tetralogi Of Fallot"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.

Tetralogi fallot termasuk penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaaan merupakan sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakanakan meninggal waktu bayi. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Ini yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan anak dan orang dewasa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Tetralogi Of Fallot

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Tetralogi Of Fallot

2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Tetralogi Of Fallot Pada Mahasiswa Keperawatan

Stikes Husada Mandiri Poso

(2)

2 BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian Tetralogi Of Fallot

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.

Tetralogi fallot atau tetralogi of fallot adalah bentuk terbanyak dari cyanotic type: merupakan 10-15% dari kelainan jantung bawaan

4 Temuan Anatomi dalam Tetralogi of Fallot. 1. Stenosis arteria Pulmonale

Stenosis ini dapat bervariasi dalam ukuran dan distribusi, kelainan bias terdapat infundubular,valvular,supravalvular,atau kombinasi,yang menyebabkan obstruksi aliran darah ke dalam arteri pulmuner dapat pula terjadi atresia atau hipoplasia. Pada beberapa individu, tingkat berbagai stenosis arteri perifer paru terjadi, yang selanjutnya membatasi aliran darah paru.

Paru atresia menghasilkan tidak ada hubungan antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis utama, dalam hal ini, aliran darah paru dipertahankan baik oleh duktus arteriosus atau sirkulasi kolateral dari pembuluh bronkial.

2. Ventrikel Septum Defek

Terdapat defek pada septum interventrikuler kanan dan kiri. Karena ukuran VSD ini cukup besar maka tekanan ventrikel kiri dapat sama besar dengan tekanan ventrikel kanan. Karena itu arah pirau bergantung pada perbedaan antara tahanan vascular pulmonal dan tahanan vascular sistemik. Secara klinis, pasien dengan Tetralogi Fallot mengalami hambatan dalam pengosongan ventrikel kanan karena obstruksi pada arteria pulmonale. Adanya defek pada septum ini memungkinkan darah dari ventrikel kanan masuk ke ventrikel kiri dan masuk ke dalam aorta.

(3)

3

3. Overriding Aorta

Pergeseran ke kanan dan pembesaran pangkal aorta 4. Right Ventrikel Hypertropi

Penebalan dinding ventrikel kanan B. Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :

1. Faktor endogen

a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom

b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

2. Faktor eksogen

a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)

b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella c. Pajanan terhadap sinar –X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogentersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

C. Patofisiologi

Tetralogi fallot merupakan gabungan dari empat macam kelainan jantung yang terjadi secara bersamaan, yaitu :

a. Defek Septum Ventrikel (Lubang Diantara Ventrikel Kiri Dan Kanan).

Defek septum ventrikel (VSD, Ventricular Septal Defect) adalah suatu lubang pada septum ventrikel. Septum ventrikel adalah dinding yang memisahkan jantung bagian bawah (memisahkan ventrikel kiri dan ventrikel kanan).

(4)

4 b. Stenosis katup pulmoner (penyempitan pada katup pulmonalis).

Stenosis katup pulmoner adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup pulmoner. Katup pulmoner adalah katup pada ventrikel kanan jantung, yang akan membuka untuk mengalirkan darah ke paru-paru.

c. Transposisi Aorta

Transposisi arteri besar adalah kelainan letak dari aorta dan arteri pulmonalis. dalam keadaan normal, aorta berhubungan dengan ventrikel kiri jantung dan arteri pulmonalis berhubungan dengan ventrikel kanan jantung.

Pada transposisi arteri besar yang terjadi adalah kebalikannya. Aorta terletak di ventikel kanan jantung dan arteri pulmonalis terletak di ventrikel kiri jantung. Darah dari seluruh tubuh yang kekurangan oksigen akan mengalir ke dalam aorta dan kembali dialirkan ke seluruh tubuh. Sedangkan darah yang berasal dari paru-paru dan kaya akan oksigen akan kembali dialirkan ke paru-paru.

Transposisi arteri besar dikelompokkan ke dalam kelainan jantung sianotik, dimana terjadi pemompaan darah yang kekurangan oksigen ke seluruh tubuh, yang menyebabkan sianosis (kulit menjadi ungu kebiruan) dan sesak nafas. Bayi dengan kelainan ini, setelah lahir bisa bertahan sebentar saja karena adanya lubang diantara atrium kiri dan kanan yang disebut foramen ovale.

Foramen ovale ini dalam keadaan normal ditemukan pada bayi ketika lahir. dengan adanya lubang ini, maka sejumlah kecil darah yang kaya akan oksigen akan mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan, lalu ke ventrikel kanan dan ke aorta sehingga mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan bayi tetap hidup.

d. Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan). Hipertrofi ventrikel kanan disebabkan jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan.

D. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik

1. Sianosis menetap ( Morbus Sereleus )

Sianosis muncul setelah berusia beberapa bulan, jarang tampak pada saat lahir,bertambah berat secara progresif.

(5)

5 2. Serangan hypersianotik ( blue spell )

3. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan

4. Sianosis akut

5. Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan akhirnya menimbulkan kejang ( spells ) ,stroke dan kematian ( terjadi pada 35 % ). 6. Jari tabuh ( clubbing fingger )

7. Pada awal tekanan darah normal,dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami

sianosis dan polisitemia berat.

8. Posisi jongkok klasik ( squanting ) mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenasi arteri sistemik.

9. Gagal tumbuh

10.Anemia menyebabkan perburukan gejala

a. Penurunan toleransi terhadap latihan

b. Peningkatan dyspnea

c. Peningkatan frekuensi hyperpnea paroksismal 11.Asidosis

12.Murmur pada batas atas strernum kiri ( stenosis paru) 13.Murmur continue (atresia paru)

14.S2 tunggal ( klik ejeksi setelah Bunyi jantung I )

E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.

2. Gambaran radiologis

Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang,

(6)

6 maka tampak apeks jantung terangkat sehingga tampak seperti sepatu kayu (coer en sabot).

Pada 25% kasus arkus aorta terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran

esophagus yang berisi barium ke kiri

Corakan vascular paru berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan

vascular paru tampak normal, atau bahkan bertambah.

Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi.

3. Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.

4. Ekokardiogram

Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.

5. Kateterisasi jantung

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

F. Insiden

1. Tetralogi Falot sama banyak dijumpai baik pada laki – laki maupun perempuan. 2. Insiden lebih tinggi bila ibu yang melahirkan berusia tua

3. Jarang ada pasien yang bertahan hidup sampai diatas 20 tahun tanpa pembedahan. 4. Tetralogi Fallot mencakup 10 % dari semua defek congenital.

(7)

7 5. Tetralogi Fallot mencakup 50 % orang dengan defek jantung congenital yang tidak

dioperasi yang disertai dengan penurunan aliran darah pulmoner sesudah masa bayi 6. Angka mortalitas untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5 % ( sedikit

lebih tinggi pada bayi ) dan 10 % untuk pasien – pasien yang memakai pirau.

7. 10 % individu yang bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

G. Penatalaksanaan

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan kepatenan

duktus dan meningkatkan aliran darah paru

2. Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode neonatal

3. Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic propilaksis

4. Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan, digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif. 5. Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah jantung serta

menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)

6. Besi untuk mengatasi anemia

7. Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan mengobati serangan hypersianosis.

8. Morfin : meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan

menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk.

9. NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.

(8)

8

PENATALAKSANAAN BEDAH Tindakan Paliatif

1. Anastomose Blalock Taussig

Anastomose sub clavia pulmoner dari Blalock – Taussig adalah intervensi palliative yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak sesuai bedah korektif. Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat,dibelah dan dianastomosekan ke arteria pulmoner kolateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya membuat pirau yang sangat kecil,yang tumbuh bersama anak dan kenyataannya mudah mengangkatnya selama perbaikan definitive.Anastomosis Blalock- Taussig yang dimodifikasi pada dasarnya sama , namun memakai bahan prostetik,umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini ukurannya dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah diangkat karena kebanyakan seluruh perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat muda.

Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalockn- Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmoner melalui arteria subklavia, sehingga meningkatkan aliran darah pulmoner dengan tekanan rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi status jantung dan paru sampai anak itu cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk menjamin aliran darah arterial yang memadai ke lengan,meskipun tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan itu.

2. Anastomose Waterston-Cooley

Anastomose Waterston – Cooley adalah prosedur paliatif yang digunakan untuk bayi yang menurunkan aliran darah paru,seperti Tetralogi Fallot. Prosedur ini merupakan prosedur jantung tertutup,yaitu aorta desendens posterior secara langsung dijahit pada bagian anterior arteri pulmoner kanan,membentuk sebuah fistula. Walaupun pirau ini sulit diangkat selama perbaikan definitive, pirau ini pada umumnya telah menggantikan cara anastomose Potts-Smith-Gibson, atau Potts, yang merupakan pirau end to end antara aorta desenden dan arteria pulmoner kiri, karena secara tehnis paling mudah dilakukan.

(9)

9 Respon hemodinamik yang diharapkan adalah agar darah dari aorta mengalir ke dalam arteria pulmoner , dan dengan demikian meningkatkan aliran darah pulmoner. Prosedur ini akan mengurangi terjadinya anoksia,sianosis,dan jari tabuh. Dalam prosedur ini dihasilkan murmur yang mirip dengan bunyi mesin.

PERBAIKAN DEFINITIF

Dulu perbaikan tuntas Tetralogi of fallot ditunda pelaksanaanya sampai anak memasuki masa usia prasekolah,tetapi sekarang perbaikan tersebut dapat dengan aman dapat dikerjakan pada anak-anak yang berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi untuk pembedahan pada usia yang sangat muda ini adalah polisitemia berat ( haematokrit diatas 60% ) ,hypersianosis,hypoksia dan penurunan kualitas hidup. Pada operasi tersebut dibuat insisi sternotomi median,dan bypass kardiopulmoner,dengan hypothermia profunda pada beberapa bayi.

Jika sebelumnya telah terpasang pirau,pirau tersebut harus diangkat. Kecuali jika perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,hendaknya dihindari ventrikulotomi kanan karena berpotensi mengganggu fungsi ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan dihilangkan dan dilebarkan,menggunakan dakron dengan dukungan perikard. Hindari insufisiensi paru. Katub pulmoner diinsisi. Defek septum ventrikuli ditutup dengan tambahan Dacron untuk melengkapi pembedahan. Pada kasus obstruksi saluran keluar ventrikel kanan, dpaat dipasang sebuah pipa. H. Komplikasi

Komplikasi dari gangguan ini antara lain adalah :

1. Penyakit vaskuler pulmoner kanan

2. Deformitas arteri pulmoner kanan

Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomose blalock Taussig:

1. Perdarahan

Perdarahan hebat terutama terjadi pada anak – anak dengan polisitemia 2. Emboli atau thrombosis serebri

Resiko lebih tinggi pada polisitemia,anemia atau sepsis 1. Gagal jantung kongestif, jika piraunya terlau besar 2. Oklusi dini pada pirau

3. Hematothorax

(10)

10 5. Sianosis persisten

6. Kerusakan nervus frenikus

7. Efusi pleura

I. Prognosis

Angka mortalitas bedah untuk operasi perbaikan total Tetralogi of Fallot adalah kurang dari 5 %. Dengan perbaikan teknik pembedahan, insiden disritmia dan kematian mendadak mengalami penurunan. Blok jantung saat pembedahan jarang dijumpai Gagal jantung kongestif dapat terjadi sesudah pembedahan.

(11)

11 BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Anamnese

a. Keluhan utama / keadaan saat ini 2. Riwayat Penyakit keluarga :

a. Penyakit genetic yang ada dalam keluarga : misalnya down syndrome

b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

c. Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,DM,Hypertensi

3. Riwayat kehamilan:

a. Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun

b. Program KB hormonal, riwayat mengkonsumsi obat – obat (thalidmide,

dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)

c. Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella ( campak Jerman ) atau infeksi virus lainnya

d. Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan e. Ibu yang alkoholik

f. Gizi ang buruk selama kehamilan

g. Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena pembentukan jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua

4. Riwayat Tumbuh

a. Pertumbuhan berat badan

b. Kesesuaian berat badan dengan usia

o Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq

selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit

5. Riwayat perkembangan / psikososial

a. Kemampuan psikososial

b. Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia

c. Kelainan tumbang yang menyertai

d. Mekanisme koping anak / keluarga

(12)

12 6. Perubahan status kesadaran dan sirkulasi:

a. Riwayat kejang,pingsan, sianosis 7. Pola aktifitas

a. Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan b. Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting

c. Adakah kelelehan saat menyusu

8. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

a. Kemampuan makan / minum

b. Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu

c. Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

9. Tingkat pengetahuan anak dan keluarga

a. Pemahaman tentang diagnose

b. Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis

c. Regimen pengobatan dan perawatan

d. Rencana perawatan di rumah

e. Rencana pengobatatan dan perawatan lanjutan

10.Pemeriksaan Fisik a. Tanda Vital  Suhu  Nadi  Tekanan darah  Pernafasan

b. Pemeriksaan Fisik ( head to toe )

 Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi menetap ( morbus sereleus )

 Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah tumbuh

 Berat badan bayi tidak bertambah

 Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan

 Auscultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai bawah

 Dispnea de’effort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau pingsan

(13)

13

 Serangan sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells , paroxysmal hyperpnea , hypoxia spells ) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

 Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

 Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.

 Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

 Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak

menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.

 Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik

 Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting ) untuk mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest

c. Pemeriksaan Penunjang

 Rontgen thorax: menunjukkan peningkatan atau penurunan aliran

pulmoner, tak ada bukti – bukti pembesaran jantung, bentuk seperti bot

 EKG: menunjukkan hypertrofi ventrikel kanan, hypertrofi ventrikel kiri atau keduanya

 Nilai gas darah arteri : PH turun, PO2 turun,PCO2 naik

 Haemoglobin atau hematokrit : memantau viskositas darah dan mendeteksi adanya anemia defisiensi besi

 Jumlah trombosit : menurun

 Ekokardiogram : mendeteksi defek septum,posisi aorta,dan stenosis

pulmoner

 Kateterisasi jantung : peningkatan sistemik dalam ventrikel kanan,

penurunan tekanan arteri pulmoner dengan penurunan saturasi hemoglobin arteri.

 Uji telan barium menunjukkan pergeseran trachea dari garis tengah kea rah

kiri

 Radiogram abdomen: mendeteksi kemungkinan adanya kelainan congenital lain

(14)

14 B. Diagnosa

Diagnosa yang mungkin muncul adalah :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan

ventilasi

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi of Fallot

4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport oksigen

melalui alveoli dan membrane kapiler 5. Risiko cidera

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan

7. Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

8. Kurang pengetahuan keluarga ttg diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi yang ada,kurang pengalaman.

9. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan congenital

: tetralogi of fallot 10.PK. Hipoxia

11.PK. Embolisme paru

C. Intervensi dan Implementasi Intervensi dan Implementasi :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi NOC:

Menunjukkan pola pernafasan efektif dibuktikan oleh:

Status pernafasan: kepatenan jalan nafas: jalur nafas trakeobronchial bersih dan terbuka untuk pertukaran gas.

Status tanda vital : dalam rentang normal NIC:

a. Pemantauan Pernafasan:

 Pantau adanya pucat dan sianosis

(15)

15

 Perhatikan pergerakan dada,amati kesimetrisan,penggunaan otot – otot bantu serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta

 Pantau pernafasan yang berbunyi seperti : snoring,crowing,wheezing atau

gurgling

 Pantau pola pernafasan : takipnea, bradipnea,hyperventilasi,pernafasan kussmaul, pernafasan biot , pernafasan Cheyne-Stokes,dan apnea

 Perhatikan lokasi trakea

 Auscultasi suara nafas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya suara nafas tambahan

 Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan lapar udara

 Catat perubahan SaO2, akhir tidal , dan nilai GDA b. Pemantauan tanda vital

 Pantau tanda vital : tekanan darah, nadi penafasan dan suhu c. Informasikan pada keluarga untuk tidak merokok di ruangan

d. Anjurkan keluarga untuk memberitahu perawat saat terjadi ketidakefektifan pola nafas e. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat

f. Tenangkan pasien selama periode gawat nafas

g. Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur,untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan perasaan kendali

h. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan penafasan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi NOC:

Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh status pernafasan : pertukaran gas tidak terganggu,dengan indicator sebagai berikut: status mental ( missal : tingkat kesadaran,gelisah,konfusi ),kadar PaO2,PaCO2,Ph, dan saturasi O2 dalam rentang toleransi

NIC:

1. Pemantauan pernafasan

 Kaji suara paru,frekuensi dan kedalaman pernafasan

 Pantau saturasi O2 dengan oksimetri nadi

 Pantau hasil gas darah

(16)

16

 Tingkatkan pemantauan pada saat pasien mengalami penurunan kesadaran

 Observasi terhadap peningkatan sianosis

 Auscultasi suara nafas,tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan

 Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan 1. Pemantauan tanda vital : suhu , nadi, tekanan darah, pernafasan

2. Jelaskan pada keluarga alas an pemnberian oksigen dan tindakan lainnya 3. Kolaborasi dokter pentingnya pemeriksaan gas darah

4. Kolaborasi pemberian therapy oksigen

5. Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait 6. Berikan obat sesuai yang diresepkan

7. posisi pasien untuk mengurangi dyspnea

8. Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen ( misalnya, pengendalian nyeri,demam,kecemasan )

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ( kelainan jantung : tetralogi of Fallot ) sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung

NOC:

Menunjukkan curah jantung yang memuaskan,dibuktikan dengan status sirkulasi: tidak didapati peningkatan cyanosis,toleransi aktifitas status tanda vital: dalam rentang normal

NIC:

a. Status sirkulasi:

 Kaji adanya sianosis,perubahan status mental,status pernafasan

 Kaji kaji toleransi terhadap aktifitas

b. Regulasi Haemodinamik:

 Pantau denyut perifer,pengisisn ulang kapiler,dan suhu serta warna ekstremitas

 Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung,irama ,dan nadi

 Minimalkan stressor lingkungan dengan menciptakan suasana lingkungan yang kondusif

c. Pemantauan tanda vital:

 Pantau tanda vital meliputi : suhu, nadi,pernafasan dan tekanan darah d. Jelaskan tujuan pemberian oksigen pernasal / sungkup

(17)

17 e. Ajarkan pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah meliputi

pembatasan aktifitas,tehnik penurunan stress,pemeliharaan kecukupan asupan.

4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan sirkulasi ( anoxia kronis, serangan sianotik akut)

NOC:

Menunjukkan perfusi jaringan cerebral yang adekuat dibuktikan:

Status Neurologis: Kesadaran, orientasi terhadap lingkungan, periode kejang minimal NIC:

 Pantau tingkat kesadaran,orientasi terhadap lingkungan

 Pantau tanda vital,ukuran bentuk dan kesimetrisan pupil

 Cegah cidera jika terjadi kejang

 Berikan istirahat baring

 Kolaborasi pemberian oksigen dan anti konvulsan saat kejang

 Pantau respon pasien terhadap therapy yang diberikan

5. Risiko cidera

Faktor risiko internal: hypoxia jaringan NOC:

Risiko cidera akan menurun,dibuktikan oleh : keamanan personal,pengendalian risiko, dan lingkungan yang aman

NIC:

 Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan: perubahan status mental, deficit sensorik atau motorik ( misalnya berjalan, keseimbangan )

 Identifikasi lingkunan yang memungkinkan risiko terjatuh :(misalnya: pengaman

tempat tidur, lantai yang licin dll )

 Berikan edukasi untuk mencegah cidera

 Bantu ambulasi dini

 Libatkan keluarga dalam pemantauan

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan

(18)

18 Memperlihatkan status Gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator: Makanan oral ,pemberian asi, pemberian makan lewat slang,atau nutrisi parenteral adekuat

NIC:

 Kaji kemampuan pasien dalam pemenuhan nutrisi

 Pantau kandungan nutrisi dan kalori asupan

 Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat

 Berikan informasi nutrisi yang tepat, kebutuhan nutrisi dan bagaimana

memenuhinya

 Anjurkan pasien atau ibu menyusui makan makanan yang bergizi untuk

meningkatkan kualitas asupan

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan

 Ciptakan lingkungan yang kondusif

7. Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

NOC:

Menunjukkan toleransi aktifitas yang dibuktikan indicator sebagai berikut: tidak sesak nafas saat beraktifitas, saturasi oksigen dalama rentang normal,tandavital dalam rentang normal

NIC:

 Kaji tingkat kemampuan aktifitas pasien

 Pantau respon kardiovaskuler terhadap aktifitas : takikardi,dyspnea,pucat,tekanan hemodinamik, frekwensi pernafasan.

 Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang baik

 Ajarkan tindakan untuk menghemat energy misalnya : menyiapkan alat / benda dekat dan mudah terjangkau

 Ajarkan teknik perawatan diri yang meminimalkan konsumsi oksigen

 Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

(19)

19 8. Kurang pengetahuan keluarga tentang diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi yang ada, kurang pengalaman.

NOC:

Memperlihatkan pengetahuan keluarga: diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut:

Mendiskripsikan diagnose, prognosa, perawatan dan pengobatan pasien NIC:

 Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang diagnose,prognosa,perawatan dan

pengobatan pasien

 Kaji kemampuan untuk menerima informasi

 Beri penyuluhan terkait pengetahuan yang diperlukan

 Kolaborasi dokter untuk memberikan informasi tentang diagnose, prognosa dan pengobatan

 Jelaskan program perawatan selama di rumah sakit dan di rumah

9. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelaianan congenital: tetralogi of fallot

NOC:

Pasien akan mencapai tingkat kesejahteraan, kemandirian,pertumbuhan dan

perkembangan tertinggi sesuai dengan status penyakit atau ketunadayaan pasien NIC:

 Lakukan pengkajian kesehatan secara seksama : tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan lingkungan keluarga

 Identifikasi masalah pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dan

buat rencana tindakannya

 Kaji keadekuatan asupan nutrisi

 Pantau interaksi dan komunikasi anak dengan orang tua

 Ajarkan tahapan penting perkembangan normal dan perilaku yang berhubungan

 Bantu keluarga membangun strategi untuk mengintegrasikan

 Berikan aktifitas yang meningkatkan interaksi diantara anak – anak

 Dorong anak untuk mengekspresikan diri melalui pujian atau umpan yang positif

(20)

20

 Beri mainan atau benda – benda yang sesuai dengan usianya

 Dukung pasien untuk mengemban tanggung jawab perawatan diri sebanyak

mungkin

 Dukung orang tuan untuk mengkomunikasikan secara jelas harapan terhadap tanggung jawab atas perilaku anak.

D. Evaluasi

1. Klien mengatakan bahwa, saat bernafas klien sudah terasa lebih lega atau tidak susah lagi dalam bernafas.

2. Klien terlihat bernafas dengan normal dan tidak terlihat tersengal – sengal.

3. Tujuan tercapai, masalah tercapai sebagian sehingga, klien perlu tetap dipantau kebutuhan oksigennya.

4. Saat diberikan tindakan keperawatan klien, klien bisa kooperatif karena klien tetap didampingi oleh orang tua kilen.

5. Klien mengatakan, bahwa aktivitas klien mulai bertambah dari sebelumnya.

6. Klien sudah terlihat lebih baik yang ditunjukkan dengan, klien terlihat lebih segar, tujuan tercapai, masalah belum tercapai sehingga tindakan keperawatan perlu dilanjutkan untuk mengatasi penurunan curah jaunting yang terjadi.

9. Nafsu makan klien mulai kembali bertambah.

10.Berat badan klien bertambah, Klien terlihat lebih segar, Toleransi makan klien bertambah

11.Tujuan tercapai, masalah diatasi sebagian, tindakan keperawatan pelu dilanjutkan agar nutrisi klien dapat terpenuhi

12.Klien terlihat mengikuti terapi diet yang diberikan dan pola pemberian makan tapi sering.

13.Klien mengaku sudah cukup mengerti tentang penyakit yang dialami.

14.Keluarga klien sudah terlihat lebih tenang dalam menghadapi penyakit yang dialami klien.

(21)

21 BAB IV

PENUTUP A. Kesimpulan

Tetralogi Of fallot termasuk penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaaan merupakan sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakanakan meninggal waktu bayi. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Ini yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan anak dan orang dewasa.

B. Saran

Sebaiknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien tetralogi of fallot seorang perawat harus memperhatikan dan mengkaji klien dengan sebanyak-banyaknya, agar pada saat mendiagnosa klien tersebut bisa lebih baik, dan diagnosa yang muncul lebih akurat dan proses perawatan klien dapat menjadi lebih baik, sehingga citra rumah sakit juga akan lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menciptakan alat yang dapat memenuhi kebutuhan listrik, dalam hal ini adalah sebuah alat pengisi ulang atau

Web service adalah komponen layakan aplikasi yang didesain untuk mendukung interaksi antar aplikasi dan integrasi aplikasi yang biasanya diserialisasi dengan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari pada kondisi satu tahun sebelum delisting (Tahun - 1), model Zmijewsky mampu memprediksi 6 buah perusahaan akan delisting

Silas Titus dan Jan Brocchner dalam jurnalnya yang berjudul Managing Information Flow in Construction Supply Chains menyebutkan bahwa sifat-sifat yang seharusnya dimiliki

Desa Kecamatan 1 KB SALSABILAH KARMILA WATI Desa Kasmaran BABAT TOMAN 2 KB KENANGA RUSMAWATI Desa Kasmaran BABAT TOMAN 3 KB NURUL HUDA SITI UEIS MUDIAH.S.Pd.I

Dari 300 aksesi plasma nutfah kacang hijau yang diuji di Inlitbio Muara pada MK 2001 dan MH 2001/2002 menunjukkan keragaman sifat yang cukup besar ter- utama pada tinggi

Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya biasanya dibahas dalam 3 bagian, yaitu (a) Usus depan, yang terletak di sebelah kaudal tabung faring dan membentang hingga

Pada kolom 3 isikan salah satu dari SS = Sesuai; TS=Tidak Sesuai Pada kolom 4 diisikan penjelasan