• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

9

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian

Berdasarkan judul “Revitalisasi Dengan Penerapan Pasar Pintar Pada

Pasar Tradisional Di Jakarta Utara” memiliki arti pengembangan kembali pasar

tradisional yang saat ini telah ada di Muara Karang menjadi pasar tradisional yang mempunyai efektivitas penataan ruang agar berfungsi ekonomi dan sosial, yang disesuaikan dengan kegiatan dan aktivitas pengguna pasar, serta sesuai dengan kriteria perancangan pasar tradisional. Pada Pasar Muara Karang merupakan kawasan pasar tradisional yang didirikan khusus untuk kebutuhan masyarakat disekitarnya yang berada di area kompleks perumahan atau di kelurahan Penjaringan, Pluit, Jakarta Utara.

2.1.1. Improving Urban Economics terhadap Pasar

Pasar merupakan salah satu penggerak dinamika ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi tidak lepas dari aktifitas yang dilakukan oleh pengguna pasar, yakni pembeli dan pedagang (Heri Hermanto, 2009).

Menurut Drs. Damsar, Ma, dalam Heri Hermanto (2009) di dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa keberadaan budaya dan hubungan sosial pembeli dan penjual tidak dapat diabaikan.

Isu Improving Urban Economics pada peremajaan atau revitalisasi pasar muara karang dibuat untuk meningkatkan kualitas fisik pasar dan fasilitasnya yang menunjang di kawasan Pasar Muara Karang dimana fasilitas penunjangan agar masyarakat dapat menikmati sarana dan prasarana pasar yang nyaman dan aman.

Kegiatan pada pasar muara karang sudah terbilang lama tetapi pasar tersebut tidak didukung oleh fasilitas, sirkulasi, kenyamanan, dan keamanan, maka penelitian ini bertujuan untuk membuat Pasar Muara Karang dan fasilitasnya menjadi ruang – ruang yang nyaman dan aman bagi pengguna pasar.

2.1.2. Revitalisasi

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses

(2)

revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). (Danisworo, 2002).

Maksud dari proses pengembangan pada area revitalisasi tergantung pada kondisi wilayah yang akan direvitalisasi yang pada dasarnya menyangkut pada 3 hal pokok :

1. Memberikan fungsi baru tanpa menghilangkan fungsi awal.

2. Menambahkan fungsi yang ada untuk meningkatkan perekonomian pasar. 3. Menghidupkan kembali fungsi yang lama telah pudar.

Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002).

Revitalisasi pada pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah dengan maksud untuk kesejahteraan masyarakat menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala – kendala dalam revitalisasi dengan kriteria konsep pasar pintar adalah sebagai berikut : (Devi, 2012).

a. Menyangkut problem tata ruang. Selama ini, para pedagang selalu berebut menempati lahan dasar (lower ground) untuk meraup keuntungan dari pembeli. Karena itu, kalau ada pembangunan, mereka khawatir lahan yang ditempati bakal digeser. Hal ini yang menyebabkan setiap ada rencana pembangunan mereka selalu menolak. Problem tata ruang ini memang cukup rumit. Mengingat hampir semua pasar tradisional tidak memiliki program ruang memadai. Itu terbukti belum adanya penyediaan sarana yang memudahkan pembeli menjelajah pasar, seperti tangga berjalan, lift, dan lahan parkir. Tata ruang pasar dibiarkan begitu saja sehingga yang menempati lahan di luar lantai dasar selalu mendapatkan keuntungan kecil karena lebih jarang dikunjungi pembeli.

b. Kecenderungan sosiologis pedagang pasar tradisional adalah menempatkan kecurigaan berlebihan (over curiosity) terhadap segala bentuk pembangunan.

(3)

Mereka sering menyalahartikan, yakni pembangunan identik dengan penggusuran. Prasangka yang berkembang, setiap ada pembangunan berarti sewa atau pembelian stan menjadi barang mahal.

c. Pentingnya Revitalisasi Pasar Tradisional

Disadari atau tidak, persepsi masyarakat terhadap pasar tradisional adalah kumuh, becek, kotor, dan minimnya fasilitas seperti terbatasnya tempat parkir, tempat sampah yang bau dan kotor, lorong yang sempit dan sebagainya. Kondisi ini yang seringkali menyebabkan masyarakat cenderung memilih berbelanja di pasar modern walaupun harga barang di pasar modern lebih mahal dibandingkan harga barang di pasar tradisional.

Dari ke-3 kendala dalam revitalisasi pasar tradisional bahwa ke-3 aspek tersebut selalu menjadi kendala terbesar di setiap pasar tradisional. Dari aspek-aspek tersebut yang digunakan sebagai kriteria pasar pintar disini adalah pentingnya revitalisasi pasar tradisional, dimana setiap pasar selalu mengalami kerusakan yang cukup besar tetapi sering dilupakan oleh pemerintah dalam memperbaiki pasar tradisional, maka dari hal itu oencitraan negatif selalu berdampak pada pasar tradisional.

Pencitraan negatif pada pasar tradisional ini tidak terlepas dari lemahnya manajemen dari pasar tradisional itu sendiri, antara lain masih rendahnya kesadaran terhadap kedisiplinan pada aspek kebersihan dan ketertiban sehingga kurang memperhatikan pemeliharaan sarana fisik, adanya premanisme, tidak ada pengawasan terhadap barang yang dijual dan standarisasi ukuran dan timbangan, terbatasnya masalah fasilitas umum, pemahaman rendah terhadap perilaku konsumen, dan penataan los/kios/lapak yang tidak teratur.

2.2. Pasar

Pasar mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kegiatan ekonomi masyarakat, baik produksi, distribusi maupun konsumsi. Dalam hal ini pasar dapat diartikan sebagai arena distribusi atau pertukaran barang, di mana kepentingan produsen dan konsumen bertemu dan pada gilirannya menentukan kelangsungan kegiatan ekonomi masyarakatnya. Ginanjar (1980) berpendapat bahwa pasar adalah tempat untuk menjual dan memasarkan barang atau sebagai bentuk penampungan

(4)

aktivitas perdagangan. Pada mulanya pasar merupakan perputaran dan pertemuan antar persediaan dan penawaran barang dan jasa.

Pasar dapat didefinisikan sebagai institusi atau mekanisme di mana pembeli (yang membutuhkan) dan penjual (yang memproduksi) bertemu dan secara bersama-sama mengadakan pertukaran barang dan jasa (Campbell, 1990). Sedangkan menurut Stanton (2006) pasar adalah sebagai orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan dan kemauan untuk membelanjakan uang.

Dalam pengertian aslinya, pasar adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa.

2.2.1. Pasar Tradisional

Pasar merupakan ruang sosial di samping ruang ekonomi. Faktor yang menyebabkan pasar tradisional masih tetap diminati adalah karakter/budaya konsumen. Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah adalah di pasar masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern (Mukhlas, 2007).

Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar (Cahyono, 2010).

Pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk – produk skala ekonomi rakyat, seperti petani, nelayan, pengrajin, home-industry. Interaksi yang sangat khas didalam pasar yaitu cara penjualan dengan sistem tawar menawar.

Hal positif yang ada pada pasar tradisional (Moersid, 1995) adalah :

- Pasar memberikan pelayanan kepada semua tingkatan golongan masyarakat dan tempat bertemunya antar golongan tersebut.

(5)

- Pasar menyediakan berbagai jenis pelayanan dan tingkat fasilitas sehingga pasar jadi tempat berbelanja dan berdagang dari berbagai golongan masyarakat.

- Pasar menampung pedagang-pedagang kecil golongan ekonomi lemah.

- Pasar menumbuhkan berbagai kesempatan kerja sampingan dan pelayanan penunjang.

2.2.2. Peranan Pasar Tradisional

Pasar merupakan akibat dari pola kegiatan manusia yang terjadi karena adanya saling membutuhkan, sehingga terjadi pola pertukaran antara barang dan jasa. Kompleksitas kebutuhan akan mengakibatkan kompleksitas baik orang, jenis barang, cara pertukaran dan tempat yang semakin luas (Kottler & Amstrong, 2001).

Pasar mempunyai peranan yang beragam. Dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan Standar Bangunan Indonesia, peranan pasar dijabarkan sebagai berikut:

1. Pasar sebagai tempat pemenuhan kebutuhan

Pasar menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari yaitu sandang dan pangan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa di dalam pasar dapat ditemukan kebutuhan pokok sehari-hari atau kebutuhan pada waktu-waktu tertentu.

2. Pasar sebagai tempat rekreasi

Pasar menyediakan beraneka ragam kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan untuk waktu yang akan datang. Barang-barang tersebut ditata dan disajikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian pengunjung. Orang-orang yang datang ke pasar kadang-kadang hanya sekedar berjalan-jalan sambil melihat – lihat barang dagangan untuk melepaskan ketegangan atau mengurangi kejenuhan.

3. Pasar sebagai sumber pendapatan daerah/kota

Kegiatan pasar akan mengakibatkan terjadinya perputaran uang. Dari besarnya penarikan retribusi akan menambah pendapatan daerah. Besarnya penarikan retribusi akan tergantung pada kondisi pasar, skala pelayanan dan pengelolaan pasar.

4. Pasar sebagai tempat pencaharian atau kesempatan kerja

Berdagang juga merupakan pelayanan jasa, sehingga dalam kegiatan pasar, tidak lagi sekedar tempat jual beli, tetapi juga tempat kerja.

(6)

5. Pasar sebagai tempat komunikasi sosial

Bentuk jual beli, antara pedagang dan pembeli terjadi dengan kontak langsung, sehingga dalam proses jual beli terjadi komunikasi, terjadi interaksi sosial. 6. Pasar sebagai tempat studi dan latihan

Untuk mengetahui seluk beluk kondisi pasar dan perkembangan pasar, maka pasar dapat dipakai sebagai tempat studi dan pendidikan. Dari pasar dapat diketahui tingkat kebutuhan suatu daerah/kota, tingkat pendapatan, tingkat pelayanan, pola hubungan antar pasar dengan komponen pelayanan lain.

2.2.3. Ciri Pasar Tradisional

Ciri –ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut :

1. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.

Tawar menawar mampu memberikan dampak psikologis yang penting bagi masyarakat. Setiap orang yang berperan pada transaksi jual beli akan melibatkan seluruh emosi dan perasaanya, sehingga timbul interaksi sosial dan persoalan kompleks. Kelancaran komunikasi sosial antar pembeli dan penjual dalam pasar tradisional tersebut menunjang ramainya stan tersebut. (Kasdi,1995) maka, dibutuhkan ruang sirkulasi berupa ruang pedestrian dengan lebar yang cukup.

2. Pedagang pasar tradisional berjumlah lebih dari satu, dan pedagang tersebut memiliki hak atas stan yang telah dimiliki, dan memiliki hak penuh atas barang dagangan pada stan masing-masing, sehingga tidak terdapat satu manajemen seperti yang ada di pasar modern.

3. Ciri pasar berdasarkan pengelompokkan dan jenis barang pasar, yakni : (Lilananda, 1997), jenis barang di pasar umumnya dibagi dalam empat kategori:

a. kelompok bersih (kelompok jasa, kelompok warung, toko)

b. kelompok kotor yang tidak bau (kelompok hasil bumi dan buah-buahan) c. kelompok kotor yang berbau dan basah (kelompok sayur, dan bumbu ) d. kelompok bau, basah, kotor, dan busuk (kelompok ikan basah dan daging) 4. Ciri pasar berdasarkan tipe tempat berjualan

(Lilananda,1997), tempat berjualan atau lebih sering disebut stan, dipilih dengan cara undian (stan yang ada adalah stan milik sendiri dengan membayar biaya retribusi per m²/hari sesuai dengan biaya yang telah di tetapkan).

(7)

Jenis barang yang telah dikelompokkan, dilihat dari jenis barang dagangan apa yang paling banyak diperdagangkan dan paling diminati. Bagian atau blok-blok yang telah ditetapkan tempat-tempat yang strategis diutamakan diundi dahulu untuk pengurus setiap bagian, setelah itu sisanya diundi untuk pedagang lainnya.

2.2.4. Unsur Pasar Tradisional

Damsar (1997) meletakkan unsur – unsur pasar tradisional dengan melihat pembagian kerja yang membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari pedagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Pedagang dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Pedagang profesional

yaitu pedagang yang menganggap aktivitas pedagangan merupakan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber utama dan satu – satunya bagi ekonomi keluarga.

2. Pedagang semi profesional

yaitu pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

3. Pedagang subsistensi

yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atau subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

4. Pedagang semu

yaitu pedagang yang melakukan pedagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

2.2.5. Fungsi dan Tipologi Pasar Tradisional

Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat penting. Bagi konsumen, adanya pasar akan mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga, dan sebagai tempat promosi.

1. Pasar sebagai sarana distribusi

Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen

(8)

dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen.

Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik juga kegiatan distribusi seringkali macet.

Gambar 7. Pola Aliran barang dari produsen sampai ke konsumen. sumber : www.menlh.go.id/pasarberseri/pasarberseri.pdf, 25 Febuari 2015

2. Pasar sebagai pembentuk harga

Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah tawar – menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, terbentuklah harga.

3. Pasar sebagai sarana promosi

Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang atau jasa tentang manfaat, keunggulan dan kekhasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memasang spanduk, menyebarkan brosur, pameran, dan sebagainya. Dibuat agar konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan harga murah dan dengan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen.

(9)

2.2.6. Konsep Pasar Pintar pada Pasar Tradisional

Agus S. Ekomadyo dan Sutan Hidayatsyah, mengenalkan cara merevitalisasi Pasar Tradisional dengan konsep Pasar Pintar sebagai inisiatif terpadu guna mendukung percepatan revitalisasi pasar tradisional yang berfokus pada aspek manajemen dalam penataan ruang yang nyaman dan aman.

Pasar yang dirancang sebagai pasar yang berfungsi ekonomi dan berfungsi sosial, disesuaikan dengan perilaku pengguna pasar yang dilihat berdasarkan waktu, penataan ruang, jenis, dan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pengguna untuk efektifitas dalam pengguna di dalam pasar tradisional, maka dari fungsi ekonomi dan fungsi sosial dibuat agar membuat fasilitas pada pasar tradisional menjadi lebih nyaman dan aman. Dan pasar didesain dengan standarisasi pasar tradisional dan peruntukan bangunan pada pasar. (Agus.S.Ekomadyo, 2012).

Program Pasar Pintar merupakan sebuah respon dan upaya dalam meningkatkan kondisi penataan ruang di pasar tradisional agar dapat memenuhi persyaratan standar nasional. Program ini merupakan bagian terpadu dari upaya nasional untuk merevitalisasi pasar tradisional.

Kesuksesan pasar tradisional adalah pasar yang ramai. Keramaian pasar ini terutama oleh aktivitas ekonomi juga aktivitas sosial. Selan itu pasar juga tempat komunitas dalam mengembangkan diri, sehingga kesuksesan perancangan pasar tradisional juga bisa berkonstribusi bagi penguatan karakter lokal dan berkonstribusi bagi penguatan karakter lokal dari komunitas tersebut. Banyak pasar tradisional yang menjadi identitas kota.

Konsep pasar pintar yang dimaksud adalah Konsep-konsep perancangan yang dikembangkan dengan mengikuti kriteria perancangan yang telah disusun. Misi dari perancangan pasar tradisional ini adalah menyediakan ruang-ruang yang nyaman, aksesibilitas tinggi, dan mewadahi interaksi sosial untuk aktivitas ekonomi dan sosial yang disesuaikan untuk pengguna pasar.

Gambar 8 menunjukkan prinsip atau kriteria terkait pasar pintar, yang digunakan pada jurnal Agus S.Ekomadyo dalam revitalisasi pasar tradisional, dan memperhatikan aspek keseluruhan bangunan, aspek arsitektural, dan perilaku pengguna. Konsep pasar pintar dilihat dari perilaku pengguna mempertimbangkan kegiatan berdasarkan waktu, berdasarkan aktivitas pasar, perilaku berdasarkan kebutuhan sosial, dan standarisasi dari pasar.

(10)

Gambar 8. Diagram Kriteria Pasar Pintar Sumber : Agus.s.Ekomadyo

Diagram konsep pasar pintar yang digunakan juga termasuk kedalam aspek kebutuhan pada pasar tradisional muara karang saat ini dengan melihat kondisi pasar.

Tabel 2. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek standar fungsional.

Isu Tujuan Kriteria

Tipe dan luas unit kios Manentukan tipe dan dimensi kios yang ergonomis dan efisien

Kios-kios yang disediakan harus mempunyai tipe dan dimensi yang sesuai dengan karakter komoditas jualan Efektifitas pemanfaatan ruang Memperbanyak proporsi luas

ruang yang bias dijual (sellable area)

Jalur sirkulasi seharunya menggunakan sistem double loaded (melayani dua sis unit jual)

(11)

Luas sellable ara seharunya mencapai 65% dari luas bangunan keseluruhan

Lebar jalur sirkulasi Menentukan lebar jalur sirkulasi yang efisien namun tetap nyaman

Lebar jalur sirkulasi minimal bias dilewati dua orang dan maksimal 30% dari jumlah lebar unit jual yang diapitnya Zoning Menata zone komoditas untuk

mengatur alur pengunjung guna meningkatkan aksesibilitas ke semua unit jual

Zona komoditas inti (yang paling dicari pengunjung) diletakkan di tempat paling sulit dijangkau dan berperan sebagai magnet yang menarik pengunjung untuk menghidupkan zona komoditas lainnya.

Mengefisienkan penyediaan utilitas, terutama jaringan air bersih dan air kotor

Unit-unit jual yang membutuhkan utilitas air bersih dan utilitas air kotor harus diletakkan berdekatan Memudahkan pengunjung

untuk menemukan area berdasarkan komoditas

Zone komoditas tertentu harus diberi penanda tertentu agar memudahkan dikenali pengunjung

Aksesibilitas dan sistem sirkulasi

Menjamin semua unit pasar dapat dijangkau oleh pengunjung

Pintu masuk dan hirarki sirkulasi harus dirancang agar semua area pasar mudah dijangkau

Zone komoditas inti

ditempatkan pada area tertentu agar dapat menarik pengunjung untuk menghidupkan zone komoditas lainnya

Unit-unit jual harus mendapatkan aksesibiitas visual yang memadai dari pengunjung

Memudahkan pengunjung untuk menjangkau lantai-lantai atasa pasar

Lantai-lantai bias dirancang dengan sistem split level untuk meratakan aksesibilitas

(12)

vertikal

Escalator bias disediakan untuk pasar dengan ketinggian 4 lantai atau lebih

Memudahkan orientasi pengunjung di dalam pasar

Jalur sirkulasi harus dirancang secara hirarki

Simpul-simpul sirkulasi harus disediakan pada jalur sirkulasi yang panjang

Penghawaan Menciptakan ruang-ruang pasar yang segar dan tidak pengap

Area pubik dan sirkulasi harus dirancang dengan memaksimalkan sirkulasi udara silang

Penghawaan di dalam unit jual bias menggunakan sirkulasi udara buatan (kipas angina/wc) Pencahayaan Menciptakan ruang-ruang

pasar yang terang dan tidak terkesan gelap

Area publik dan sirkulasi harus dirancang dengan mengoptimalkan pencahayaan alami

Penghawaan di dalam unit jual bias menggunakan lampu terutama untuk menerangi komoditas yang dijual

Fasilitas umum Menyediakan fasilitas umum yang mendukung fungsi pasar

Fasilitas umum minimal yang harus disediakan adalah KM/WC, mushola, kantor pengelola dan ruang serba guna

Fasilitas umum lain data ditambahkan sesuai karakter pasar setempat

Utilitas air bersih Menyediakan sarana air bersih yang memadai bagi pedagang komoditas basah

Zona-zona komuditas basah harus diletakkan berdekatan untuk efisiensi utilitas air bersih

Outlet air bersih harus disediakan di tiap unit daging/ikan, sedangkan untuk komoditas sayur/buah satu

(13)

outlet air bersih bisa digunakan bersama-sama

Utilitas air kotor Menciptakan ruang-ruang pasar yang bersih dan tidak becek

Saluran pembuangan air kotor harus dibedakan pada zona komditas basah

Fasilitas fisik pada zona basah harus dirancang untuk meminimalkan genangan air kotor

Persampahan Menciptakan pasar yang bersih dari sampah

Tempat penampungan sampah harus disediakan dan ditempatkan berlindung dari aktifitas publik

Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012

Tabel 3. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek penciptaan karakter lokal

Isu Tujuan Kriteria

Tampilan fisik Menampilkan karakter fisik pasar yang berasosiasi dengan arsitektur lokal

Perancangan bangunan harus menggunakan elemen-elemen arsitektur lokal

Pengalaman ruang

Menyajikan pengalaman ruang yang menarik bagi pengunjung saat berbelanja

Zoning dan alur sirkulasi dapat dirancang dengan memperhitungkan pengalaman ruang dan suasana yang menarik bagi pengunjung

Jalur-jalur sirkulasi harus dirancang agar pengunjung bisa menikmati suasana pasar

Unit jual bisa dirancang dengan menjadikan barang dagangan sebagai atraksi visual

Ruang sosio-kultural

Menjadikan pasar tradisional sebagai ruang sosio-kultural bagi warga kota

Ruang-ruang sosio-kultural, baik permanen atau temporer, harus tersedia untuk menampung aktivitas sosial atau seni pertunjukan rakyat di pasar

Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012

Konsep pasar pintar disini diartikan sebagai perbandingan antara isu dari pasar, tujuan dan kriteria dari setiap pasar tradisional misalnya melihat tipe dan luas unit, lebar jalur sirkulasi, zoning, penghawaan, pencahayaan, fasilitas umum, dan utilitas air. Perancangan yang dibatasi dengan kriteria, kegiatan pasar, kebutuhan pasar, yang bisa disebut dengan menata ruang yang disesuaikan dengan perilaku pengguna pasar yang diinginkan.

(14)

2.3. Pengguna Pasar

Pengguna pasar secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pembeli dan pedagang. Menurut Damsar (1997) pembeli dapat digolongkan menjadi: a. Pengunjung, yaitu mereka yang datang ke pasar tanpa mempunyai tujuan untuk membeli suatu barang atau jasa. Mereka adalah orang-orang yang menghabiskan waktu luangnya di pasar.

b. Pembeli, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli sesuatu barang atau jasa tetapi tidak mempunyai tujuan ke (di) mana akan membeli.

c. Pelanggan, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli sesuatu barang atau jasa dan mempunyai tujuan yang pasti ke (di) mana akan membeli. Seseorang menjadi pembeli tetap dari seseorang penjual tidak terjadi secara kebetulan tetapi melalui proses interaksi sosial.

Gambar 9. Skema Sistem Pemasaran Sederhana Sumber : kottler & amstrong, 2001.

2.3.1. Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi (2003), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat pemasar harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (1997:143), tidak mudah untuk mempelajari perilaku konsumen mengenai alasan dalam membeli suatu barang, karena jawabannya tersembunyi jauh di dalam benak konsumen. Keputusan pembelian seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi dari

(15)

pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi.

2.3.2. Perilaku pedagang dan Pembeli Perilaku berdasarkan waktu : a. Kegiatan dan aktivitas pasar

b. Karakteristik dan perilaku pengguna c. Kebutuhan sosial

Perilaku berdasarkan kegiatan :

a. Setiap hari kerja : subuh – pagi – siang – sore – malam b. Setiap hari sabtu minggu : subuh – pagi – siang – sore c. Setiap hari raya : subuh – pagi – siang

Perilaku berdasarkan standar pasar : aspek standar fungsional pasar tradisional merupakan permasalahan perancangan yang bersifat umum dan bisa terjadi pada setiap perancangan pasar tradisional. Aspek standar fungsional terutama menyangkut bagaimana pasar bisa digunakan secara nyaman dan hidup oleh aktivitas jual beli. Prilaku berdasarkan kebutuhan sosial

2.4. Perinsip, Kebutuhan / Standar Perencanaan dan Standar Perancangan Pasar.

2.4.1. Indikator Pengelolaan Pasar yang Berhasil

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, (Mari Elka Pangestu, 2009) indikator pengelolaan pasar yang berhasil adalah sebagai berikut :

1. Manajemen yang transparan

Pengelolaan manajemen pasar yang transparan dan profesional. Konsekuen dengan peraturan yang ditegakkanya dan tegas dalam menegakkan sanksi jika terjadi pelanggaran.

2. Keamanan

Satuan pengamanan pasar bekerja dengan penuh tanggung jawab dan bisa melakukan koordinasi dan kerjasama dengan para penyewa / pedagang. Para penghuni memiliki kesadaran yang tinggi untuk terlibat dalam menjaga keamanan bersama.

(16)

3. Sampah

Sampah tidak bertebaran di sembarangan tempat. Para pedagang membuang sampah pada tempatnya. Tong sampah tersedia di berbagai tempat, sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk membuang sampahnya. Pembuangan sampah sementara selalu tidak menumpuk dan tidak membusuk karena akan selalu di angkut oleh armada pengangkutan sampah ketempat pembuangan akhir secara berkala.

4. Ketertiban

Tercipta ketertiban di dalam pasar. Ini terjadi karena para pedagang telah mematuhi semua aturan main yang ada dan dapat menegakkan disiplin serta bertanggung jawab atas kenyamanan para pengunjung dan pembeli.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan bangunan pasar dapat dilakukan baik oleh pedagang maupun pengelola. Dalam hal ini telah timbul kesadaran yang tinggi dari pedagang untuk membantu manajemen pasar memelihara sarana dan prasarana pasar seperti saluran air, ventilasi udara, lantai pasar, kondisi kios dan lainnya.

6. Pasar sebagai sarana / fungsi interaksi sosial

Pasar yang merupakan berkumpulnya orang – orang dari berbagi suku di tanah air menjadi saran yang penting untuk berinteraksi dan berekreasi. Tercipta suasana damai dan harmonis di dalam pasar.

7. Produktifitas pasar cukup tinggi

Pemanfaatan pasar untuk berbagai kegiatan transaksi menjadi optimal. Terjadi pembagian waktu yang cukup rapi dan tertib :

a. Pukul 05.30 s/d 09.00 aktivitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima khusus makanan sarapan/ jajanan pasar.

b. Pukul 04.00 s/d 17.00 aktifvitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang kios & lapak dan penjualan makanan khas.

c. Pukul 06.00 s/d 24.00 aktivitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang ruko. d. Pukul 16.00 s/d 01.00 aktivitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang cafe

tenda. 8. Promosi

(17)

Daya tarik pasar tercipta dengan adanya karakteristik dan keunikan bagi pelanggan. Daya tarik ini harus dikemas dalam berbagai hal, mulai dari jenis barang dan makanan yang dijual hingga pada berbagai program promosi. 2.4.2. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Sarana Fisik Pasar

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, (Mari Elka Pangestu, 2009) yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu dan pembenahan sarana fisik pasar adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan tata ruang

Pola perletakan berbagai prasarana dan sarana yang ada telah mempertimbangkan beberapa pendekatan antara lain :

a. Memiliki pengaturan yang baik terhadap pola sirkulasi barang dan pengunjung di dalam pasar dan memiliki tempat parkir kendaraan yang mencukupi. Keluar masuknya kendaraan tidak macet

b. Dari tempat parkir terdapat akses langsung menuju kios di pasar c. Distribusi pedagang marata atau tidak menumpuk di satu tempat

d. Sistem zoning sangat rapi dan efektif sehingga mempermudah konsumen dalam menemukan jenis barang yang dibutuhkan

e. Penerapan zoning mixed-used, menggabungkan peletakan los dan kios dalam satu area, yang saling menunjang

f. Fasilitas bongkar muat (loading-unloading) yang mudah dan meringankan material handling.

g. Jalan keliling pasar, mencerminkan pemerataan distribusi aktivitas perdagangan.

h. Memiliki tempat penimbunan sampah sementara (TPS) yang mencukupi

i. Terdapat berbagai aktivitas fasilitas umum : ATM Centre, pos jaga kesehatan, mushola, toilet, dll.

j. Tempat pemotongan daging yang terpisah dari ruang utama

k. Memiliki bangunan kantor untuk pengelola pasar, keamanan, organisasi pedagang.

2. Arsitektur bangunan

Dibutuhkan lahan atau ruang yang besar dengan rencana bangunan sebagai berikut :

(18)

a. Bangunan pasar yang ideal terdiri dari 1 lantai namun dapat dibuat minimal 2 (dua) lantai. Diupayakan lantai dasarnya bersifat semi-basement sehingga untuk naik tangga ke lantai atas (lantai 2) tidak terasa tinggi.

b. Tersedia banyak akses keluar masuk sehingga sirkulasi pembeli/pengunjng menjadi lancar dan semua area dapat mudah terjangkau.

c. Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik sehingga dapat meningkatkan kenyamanan bagi para pengunjung dan dapat menghemat energi karena tidak diperlukan penerangan tambahan.

3. Pengaturan lalu lintas

Untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan bagi para pengunjung pasar maka pengaturan lalu lintas dilakukan sebagai berikut :

a. Kendaraan pengunjung harus dapat parkir di dalam area pasar.

b. Terdapat jalan yang mengelilingi pasar dan mencukupi untuk keperluan bongkar muat dan memiliki 2 lajur guna menghindari penumpukan / antrian. 4. Kualitas konstruksi

a. Prasarana jalan menggunakan konstruksi rigid.

b. Konstruksi bangunna menggunakan bahan yang tahan lama dan mudah dalam maintenancenya.

c. Lantai pasar yang di buat tidak licin.

d. Rolling door untuk kios dan dinding plester aci dengan finishing cat.

e. Drainase dalam menggunakan buis beton sedangkan di luar dengan saluran tertutup.

5. Air bersih dan limbah

a. Pengadaan air bersih menggunakan sumur dalam dan ditampung di reservoir. b. Memiliki sumur resapan di berbagai tempat sebagai antisipasi terhadap

melimpahnya buangan air hujan. c. Pembuangan limbah terdiri dari :

- Buangan air kotor dapat disalurkan menuju drainase biasa.

- Buangan limbah kotoran oleh karena pertimbangan higienis harus ditampung dalam septictank, baru kemudian cairannya dialirkan pada resapan.

- Pembuatan saluran pembuangan air rembesan dengan desain khusus pada kios/los yang menjual dagangan yang harus selalu segar / basah (ikan dan daging).

(19)

Pada setiap kelompok mata dagangan disediakan bak penampungan sampah sementara. Petugas kebersihan secara periodik mengumpulkan sampah dari setiap blok untuk di angkut menuju tempat penampungan utama. Dari tempat penampungan utama ini, pengangkutan sampah keluar pasar dilakukan oleh pihak terkait dengan menggunakan truk / container.

2.4.3. Standar Sarana Prasarana Pasar Tradisional

Berisi standar perabotan dan dimensi manusia yang menunjang keberadaan pasar tradisional sebagai ruang publik.

Gambar 10. Standar Dimensi Tubuh Fungsional. Sumber : Panero, 2003

(20)

Gambar 11. Standar Ruang Untuk Pengguna Kursi Roda. Sumber : Panero, 2003

Gambar 12. Standar Ruang Untuk Pengguna Alat Bantu Jalan. Sumber : Panero, 2003

Gambar 13. Standar Sirkulasi. Sumber : Panero, 2003

(21)

Gambar 14. Standar Perabot Pada Display Kios. Sumber : Neufert, 2002

Gambar 15. Standar Trolley. Sumber : Neufert, 2002

Gambar 16. Standar Perabotan Pada Display Los. Sumber : Panero, 2003

(22)

Gambar 17. Standar Sirkulasi Pada Display Kios. Sumber : Panero, 2003.

2.4.4. Standar Perencanaan Tapak

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, (Mari Elka Pangestu, 2009) perencanaan tapak untuk pasar yang baik adalah sebagai berikut :

1. Setiap kios adalah tempat strategis, sehingga setiap blok hanya terdiri dari 2 (dua) deret yang menjadikan kios memiliki 2 (dua) muka. Kios paling luar menghadap keluar, sehingga fungsi etalase menjadi maksimal. Pola pembagian kios diatas (hanya 2 deret kios) terkadang terkendala oleh keterbatasan lahan dan harga bangunan menjadi tinggi. Solusinya adalah dapat dibuat 4 (empat) deret yang memungkinkan bagi pemilik kios yang lebih dari 1 kios dapat bersebelahan.

2. Koridor

Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar. Lebar ideal 2-3 meter. Sedangkan koridor penghubung antara kios menimalnya adalah 180 cm.

Gambar 18. Pola Pembagian Los / Kios

(23)

3. Jalan

Tersedia jalan yang mengelilingi pasar. Sehingga semua tempat memberikan kesan bagian depan/ dapat diakses dari segala arah. Lebar jalan minimal 5 (lima) meter. Sehingga dapat dihindari penumpukan antrian. Tujuan dari adanya jalan yang mengelilingi pasar adalah meningkatkan nilai strategis kios, mempermudah penanggulangan bahaya kebakaran, mempermudah bongkar muat.

4. Selasar luar

Untuk mengoptimalkan strategisnya kios, terdapat selasar yang dapat juga sebagai koridor antar kios.

5. TPS (Tempat Pembuangan Sampah)

Tempat penampungan sampah sebelum diangkut keluar pasar terletak di belakang dan terpisah dari bangunan pasar.

2.5. Tata Ruang Pasar

a. Penataan Komoditi Barang Dagangan

Dalam kaitannya penataan sebuah pasar terutama kaitannya dengan komoditi barang dagangan dibedakan penempatannya sesuai sifat barang tersebut. Barang-barang yang memiliki karakter hampir sama seperti buah-buahan sayur, ditempatkan pada tempat yang berdekatan juga daging dan ikan, telur, dan sebagainya. Penempatan barang-barang yang memiliki karakter sejenis ini dengan alasan bahwa (D.Dewar dan Vanessa.W dalam Heri Hermanto, 2009): • Para konsumen / pembeli bisa dengan mudah untuk memilih dan

membandingkan harganya.

• Perilaku pembeli begitu banyak kemungkinannya, konsentrasi dari sebagian barang-barang dan pelayanan memberikan efek image dari pasar pada konsumen.

• Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat bongkarnya, drainage, pencuciannya, dsb.

• Setiap barang mempunyai efek-efek samping yang berlainan seperti bau dan pendangan.

(24)

• Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk mengoptimalkan penjualannya seperti butuh pencahayaan, butuh penataan khusus seperti pakaian, sepatu, dsb.

b. Ruang Terpinggirkan

Masalah yang paling sering dijumpai berhubungan dengan layout fisik ruang adalah problem ruang terpinggirkan / spatial marginalization (D.Dewar dan Vanessa W dalam Heri Hermanto, 2009). Layout ini berhubungan dengan pergerakan populasi pengunjung di dalam sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los atau kios-kiosnya.

Penyebaran dari flow atau pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni: lingkungan, orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan, dan kontak visual. Pergerakan atau sirkulasi di dalam pasar akan berpengaruh pada sering atau jarangnya suatu tempat atau kios atau los dikunjungi atau dilewati oleh calon pembeli, sehingga di dalam sebuah pasar tidak menutup kemungkinan dijumpai tempat-tempat yang mati atau jarang dikunjungi oleh pembeli (dead spots).

Ada 4 bentuk dari dead spots ini yang perlu diperhatikan untuk diamati pada sebuah pasar yakni :

Dead spots disebabkan oleh bentuk pasar yang tidak bersebelahan atau terpecah (caused by a non contiguous, fragmented market form).

Dead spots terjadi ketika toko dan kios saling berhadapan.

Dead spots yang disebabkan oleh banyaknya pertemuan jalur sirkulasi pengunjung.

• Ruang mati yang disebabkan terlalu lebarnya jalur sirkulasi pengunjung. Selain masalah dead spots, panjang kios / los (stalls) dan lebar jalur sirkulasi berpengaruh pada pergerakan konsumen pasar, adapun hubungan beberapa contoh fenomenanya adalah sebagai berikut :

• Terlalu pendeknya jarak pertemuan untuk pergerakan pembeli. • Terlalu lebar dan panjang jalur untuk pergerakan pembeli. • Terlalu sempit jalur untuk pergerakan pembeli.

(25)

Dalam rangka mendapatkan informasi terkait rancangan proyek pasar tradisional yang direvitalisasi yang dianggap berhasil, maka dilakukan studi banding 3 proyek, yaitu :

a. Pasar Rejowinangun di Magelang b. Pasar Legi di Surakarta

c. Pasar Beringharjo di Yogyakarta d. Pasar Bella di Singapura

2.6.1. Pasar Rejowinangun di Magelan.

1. Revitalisasi

Pasar Rejowinangun berdiri pada tahun 1930-an dan merupakan pasar tradisional terbesar di kota Magelang. Sebelum terjadi kebakaran yang meleyapkan seluruh Pasar Rejowinangun, pasar ini pernah direvitalisasi hingga 10 kali banyaknya tetapi perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah hanya berupa penambalan seperti keropos pada plafont dan keramik yang retak saja. Akan tetapi pasar mengalami kerusakan berupa saluran pembuangan, sistem sirkulasi, dan lain sebagainya.

Gambar 19. Tapak Pasar Rejowinangun. Sumber : aditya,2012

Pasar Rejowinangun terbakar pada tahun 2008 yang merugikan pedagang kios hingga 400 kios dan dibangun kembali hingga 6 tahun lamanya berkisar tahun 2008 hingga tahun 2014. Pasar Rejowinangun ini sekarang didirikan dengan pasar tradisional yang berbentuk modern pada era sekarang. Kini Pasar Rejowinangun telah selesai dibangun dengan 47 ruko berlantai 2 dengan 3019 los.

(26)

2. Konsep Desain Pasar Rejowingangun, Magelang

a. Perancangan : Pasar dirancang dengan bentuk simetris kuat dengan menonjolkan bentuk pada sumbu agar pasar terkesan megah sebagai tengaran kota.

b. fasad : pasar dirancang dengan memadukan laggam arsitektur Kolonial dan Jawa agar pasar terlihat sebagai ikon kota Magelang.

Gambar 20. Fasad Pasar Rejowinangun saat ini. Sumber : Google.Maps

3. Aksesibilitas dan Sirkulasi Eksternal

a. Pintu masuk utama disediakan didepan pasar.

b. Ada akses alternatif untuk mengurai simpul kemacetan di sekitar pasar.

c. Penempatan area parkir kendaraan roda 4 di bagian barat untuk memperkuat aksesibilitas pasar dari arah samping.

d. Area loading – unloading diletakkan di bagian samping dan belakang pasar.

4. Keterkaitan dengan Fungsi Sekitar

a. Pasar ini melayani kebutuhan berskala kota, perancangannya merespon dengan menyediakan kios-kios yang menjual kebutuhan sehari-hari warga kota di lantai dasar, kios –kios yang menjual oleh-oleh dan barang sovenir dilantai dasar dan lantai 2, dan unit-unit yang menjadi etalase/showcase untuk perdagangan grosir di lantai dasar.

b. Penyediaan unit – unit penjualan barang dalam partai besar sebagai alternatif penyediaan komoditas serupa yang dijual disekitar pasar.

5. Representasi budaya lokal

a. Perpaduan ragam arsitektur Jawa dan Kolonial dalam rancangan fasad. b. Penyediaan ruang di tengah pasar untuk petunjukkan temporer.

(27)

Gambar 21. Denah Pasar Rejowinangun Sumber : Aditya,2012

Gambar 21 diatas menunjukkan bahwa Pasar Rejowinangun sekarang ini dibuat dengan penataan ruang yang disesuaikan dengan tipe jenis pedagang dibandingkan sebelumnya pada Pasar Rejowinangun, dimana diletakkan los kios yang berdasarkan potensi kebutuhan pengguna yang paling besar.

Gambar 22. Ruang Tengah Pasar Rejowinangun yang bisa digunakan untuk petunjukan temporer.

Sumber : Aditya, 2012

Pada pasar tradisional pasar Rejowinangan bangunan ini tergolong ke dalam kelas 1 yang mengartikan luas lahan dasaran diatas 3500 m², fasilitas tempat parkir, tempat bongkar muat, tmpat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, pengangkutan barang, sarana pengaman, sarana pengelolaan, kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik, penataan ruang dan zona ruang, penanggulangan sampah. Ada pada golongan pasar kelas 1 ini. Untuk kelas 1 ini disebut sebagai pasar baik dan nyaman bagi perilaku pengguna. Pada pasar ini ditambahkan area terbuka publik ditengah pasar Rejowinganungan ini.

(28)

Pasar Legi merupakan pusat perdagangan hasil bumi terbesar di Jawa Tengah, pasar ini terletak di jalan S. Parman No. 23 Kelurahan Stabelaan Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Pasar Legi merupakan salah satu dari kelompok perdagangan bagi kota Surakarta. Pasar Legi ini letaknya sangat strategis untuk menjadi ajang perdagangan yang sangat ramai baik bagi perdagangan kota maupun kaki limanya.

1. Revitalisasi

Pasar Legi ini dibangun dengan kebutuhan masyarakat juga tetapi pasar Legi sudah sangat terkenal dimana Pasar Legi memiliki cabang di berbagai kota-kota berkembang di Indonesia. Pasar Legi pernah direvitalisasi selama 5 kali hingga sekarang tetapi sama seperti sebelumnya setiap pasar yang diperbaiki oleh pemerintah tidak banyaknya perubahan yang mendukung pasar tradisional. Pasar tradisional yang selalu mendapatkan perbaikan berupa hal kecil misalnya retaknya pada lantai, kerusakan pada plafon, akan tetapi kerusakan yang terus memburuk hingga menjadikan pasar tersebut tidak bisa ditambahkan lagi, saat itu juga dibuatlah revitalisasi secara besar-besaran.

Gambar 23. Tapak Pasar Legi Sumber : Kustiani,2013.

2. Konsep Desain Pasar Legi

a. Perancangan : Pasar ini merupakan simpul pertemuan sumbu kota yang berorientasi pada Pura Mangkunegaran dan yang berorientasi pada Monumen

(29)

Mangkunegaraan dan direspon dengan menyediakan ruang terbuka dibagian utara pasar sebagai pusat pasar.

b. Fasad : pasar dirancang dengan memadukan aspek fungsional, komersial dengan ikon arsitektur Jawa.

Gambar 24. Fasad Pasar Legi Sumber : Kustiani,2013.

3. Aksesibilitas dan Sirkulasi Eksternal

a. Pintu masuk utama disediakan di bagian depan pasar khusus untuk pengunjung dengan kenderaan umum, becak, dan motor.

b. Akses untuk kenderaan beroda 4 dan truk disediakan disebelah utara dan selatan pasar yang dicapai dari arah belakang pasar.

c. Penempatan area parkir bagian utara, timur, dan selatan pasar, untuk memperkuat aksesibilitas dari arah belakang dan samping pasar.

d. Area loading – unloading diletakkan di bagian samping dan belakang pasar.

4. Keterkaitan dengan Fungsi Sekitar

a. Pasar ini berperan sebagai pasar induk berskala regional dengan komoditas utama sayuran, hasil bumi, beras, yang diletakkan disetiap lantai untuk menjadi atraktor yang menarik pengunjung dengan terlebih dulu melewati komoditas lainnya.

b. Penyediaan area kuliner untuk melayani pedagang dan pengunjung pasar, warga sekitar, dan masyarakat yang dipadukan dengan masjid eksisting yang diperluas.

5. Representasi Budaya Lokal

a. Fasad bangunan dirancang dengan menggunakan ikon atap joglo pada pintuk masuk dikombinasikan dengan elemen visual ornamen jawa.

b. Lahan parkir dibagian utara pasar dapat digunakan secara temporer untuk kegiatan kuliner malam hari atau festival berskala kota, sebagai perluasan

(30)

aktivitas plaza dibelakang masjid yang sehari – hari berfungsi sebagai ruang terbuka publik yang di perpadukan dengan aktivitas kuliner.

Gambar 25. Denah Pasar Legi. Sumber : Kustiani,2013.

Gambar 26 diatas menunjukkan bahwa peletakaan kawasan pasar tradisional Legi di Surakarta ini juga disusun dengan potensi terbesar pada tapak dan melihat kondisi loading – unloading barang, sirkulasi gerak untuk barang dan juga untuk pengguna pasar.

Gambar 26. Plaza Pasar Legi untuk aktivitas temporer : pasar tumpah, kuliner malam hari, dan festival tahunan Grebeg Pasar

(31)

Pada pasar tradisional pasar Legi bangunan ini tergolong ke dalam kelas 1 yang mengartikan luas lahan dasaran diatas 3500 m², fasilitas tempat parkir, tempat bongkar muat, tmpat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, pengangkutan barang, sarana pengaman, sarana pengelolaan, kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik, penataan ruang dan zona ruang, penanggulangan sampah. Ada pada golongan pasar kelas 1 ini. Untuk kelas 1 ini disebut sebagai pasar baik dan nyaman bagi perilaku pengguna. Pasar Legi ini ditambahkan dengan area petunjukkan temporer dan pusat kuliner pada malam hari di pasar tersebut.

Persyaratan Kinerja Pasar Rejowinangun dan Pasar Legi : 1. Wajah pasar harus selaras dengan karakter arsitektur setempat.

2. Sistem sirkulasi eksternal harus jelas, efisien, dan tidak menyebabkan kemacetan disekitarnya.

3. Area parkir harus diletakkan terkait dengan akses masuk pasar dan menorong pengunjung untuk melewati area tertentu di dalam pasar.

4. Area loading-unloading barang sebaiknya ditempatkan di area yang tidak menganggu sirkulasi pengunjung.

5. Fasilitas yang disediakan harus sesuai dengan skala pelayanan pasar.

6. Beberapa fungsi harus disediakan untuk menarik pengunjung untuk meramaikan pasar.

7. Perancangan bangunan harus menggunakan elemen-elemen arsitektur lokal. 8. Ruang sosial kultural , baik permanen atau temporer, harus tersedia untuk

menampung aktivitas sosial.

2.6.3. Pasar Beringharjo di Yogyakarta

Pasar Beringharjo adalah pasar tertua dengan nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan Kraton Yogyakarta. Beringharjo memiliki makna harafiah hutan pohon beringin yang diharapkan memberikan kesejahteraan bagi warga Yogyakarta. Pasar Beringharjo terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani nomor 16, Yogyakarta.

Ada banyak jenis barang yang dapat dibeli di Pasar Beringharjo, mulai dari batik, jajanan pasar, uang kuno, pakaian anak dan dewasa,makanan cepat saji, bahan dasar jamu tradisional, sembakohingga barang antik. Pasar Beringharjo telah

(32)

digunakan sebagai tempat jual beli sejak tahun 1758. Tawarannya kini kian lengkap, mulai dari batik, jajanan pasar, jejamuan, hingga patung Budha seharga ratusan ribu.

Gambar 27. Lokasi dan Tampak Pasar Beringharjo. Sumber : Google.maps, diakses 20 Januari 2015.

Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.

Gambar 28. Interior Pasar Beringharjo. Sumber : Pasar Beringharjo

Fasilitas di pasar Beringharjo sudah hampir memiliki standarisasi pasar yang baik, pasar beringharjo termasuk pasar dengan golongan kelas 3 yang artinya luas lahan dasaran 1500 m², fasilitas tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelola kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.

(33)

Gambar 29. PasarBella di Singapore.

Sumber : http://www.pasarbella.com/,diakses 20 Januari 2015

Pasarbella adalah Pusat wisata kuliner di Singapore antara lain di Pasar Bella Bukit Timah, area bekas pacuan kuda di sulap menjadi pasar dan makanan kuliner yang cukup baik. Kita seperti belanja dialam tahun 1900 dimana semua dikesankan kuno dan antik, pasarbella paling disukai wisatawan dari negara barat karena memang makanan yang ada sangat berkualitas tinggi terutama bahan makanan dan buah-buahan serba organik.

Pasarbella dibangun karena kebutuhan dari masyarakat pada kawasan pasar dimana pada area sekitar pasar itu sebagai masyarakat yang memiliki tingkat sosial yang tinggi dan masyarakat disana sangat senang dengan perkumpulan para kalangan maka dari desain pasar ini dibuat sebagai area perkumpulan juga.

Gambar 30. Interior Ruang Pasarbella.

Sumber : http://www.pasarbella.com/,diakses 20 Januari 2015.

Pasarbella memiliki lebih dari 30 kios yang unik, dimana setiap kios memiliki tema yang berbeda dengan tema yang mencakup seluruh dunia dengan penerapan desain ke arah zaman kuno. Pasarbella dibuat dari bentuk lokal pasar yang memiliki kriteria tersendiri dari pasar tersebut.

Pasarbella menjual makanan laut, daging, susu segar, anggur, kerajinan tangan, masakan global atau masakan khas masing daerah, dan pelayanan yang unik. Bagian interior pasarbella ini didesain dengan bentuk American Style dan penataan ruang yang dibuat sesuai dengan jenis penjualan dari tiap kios, perbedaan dari tiap

(34)

kios itu juga membuat sebuah desain penataan ruang dengan perabotan yang fleksibel, modern, dan nyaman bagi pengguna.

Gambar 31. Pintu Servis Pasarbella

Sumber : http://www.pasarbella.com/,diakses 20 Januari 2015.

Gambar 32. Outdoor Pasarbella

Sumber : http://www.pasarbella.com/,diakses 20 Januari 2015.

Pasarbella membuat sebuah tempat kuliner pada pagi hari hingga malam hari yaitu pada pukul 10.00 – 22.00, dibuat outdoor dengan gaya yang unik dimana terdapat banyak macem kuliner makanan khas daerah. Desain outdoor ini dibuat dengan konsep bergaya temporer American.

Banyak orang yang datang berkunjung pada pasarbella ini karena fasilitas yang nyaman dan aman untuk masyarakat. Masyarakat yang ingin ke pasarbella tetapi tidak memiliki kendaraan juga bisa hadir karena pasarbella memiliki kenderaan berupa shuttle bus gratis untuk orang yang ingin ke pasarbella. Fasilitas lainnya didukung dengan adanya ruang bermain anak, amphitheater, foodcourt, KM/WC, dan lainnya.

Jam operasi PasarBella: Toko dari pukul 9.30 - 19.00, Kios makanan dan restoran dari pukul 10.00 - 22.00.

(35)

Gambar 33. Kenyamanan Perilaku Pengguna Pasarbella. Sumber : http://www.pasarbella.com/,diakses 20 Januari 2015.

Keunggulan dari pasarbella ini lebih memperhatikan pengguna bagi pengunjung pasar misalnya dengan beragam penjualan di Pasarbella ini, sebelum membeli produk barang bisa untuk mencicipi makanan yang disediakan hingga akhirnya memilih makanan yang akan dibeli.

2.7. Kerangka Berpikir

Judul Tugas Akhir

Revitalisasi dengan Penerapan Konsep Pasar Pintar Pada Pasar Muara Karang di Jakarta Utara

Latar Belakang

Pasar Muara Karang yang belum memenuhi standar pasar pintar dan standar penataan ruang berdasarkan perilaku pengguna

Maksud dan Tujuan

Melakukan revitalisasi berdasarkan perilaku pengguna, berdasarkan aktivitas dan kegiatan pasar, berdasarkan waktu dan ketentuan pasar, berdasarkan karakter dan

budaya pengguna pasar, dan penataan ruang dengan kriteria pengguna pasar untuk menciptakan kebutuhan dari kepuasan bagi pengguna.

(36)

Gambar 34. Alur Kerangka Berpikir. Sumber : Olahan Peneliti Permasalahan

Bagaiamana penataan ruang dan aksesibilitas pada pasar muara karang berdasarkan konsep pasar pintar ?

Tinjuauan Umum

-Improving Urban Economics

-Revitalisasi

Tinjauan Khusus -Pasar Tradisional

Analisa

Analisa dengan melihat aspek lingkungan, aspek manusia dan aspek bangunan

Konsep Perancangan

Perencanaan Pasar Tradisional dan pusat Kuliner di Pasar Muara Karang

Skematik Desain Perancangan

Gambar

Gambar 7. Pola Aliran barang dari produsen sampai ke konsumen.  sumber : www.menlh.go.id/pasarberseri/pasarberseri.pdf , 25 Febuari 2015
Diagram  konsep  pasar  pintar  yang  digunakan  juga  termasuk  kedalam  aspek  kebutuhan pada pasar tradisional muara karang saat ini dengan melihat kondisi pasar
Tabel 3. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek penciptaan    karakter lokal
Gambar 9. Skema Sistem Pemasaran Sederhana  Sumber : kottler & amstrong, 2001.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permodelan hullform monomaran dilakukan dengan re-design terhadap kapal ro-ro monohull yang telah ada yang terdiri atas 2 model lambung round bottom dan 2 model lambung chine

Konsumen dalam pemasaran syari’ah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk

Analisis pemaknaan leksikal peristilahan dalam Ne’baruakng Kulub cerita rakyat yang terdapat bahasa Kanayatn Mampawah (BDK) di Desa Pahokng Kecamatan Mempawah Hulu

Dampak dari pengelolaan Koperasi Kredit Bina Masyarakat (BIMA) Sintang sebagai jasa keuangan yang masih belum mampu dalam mendatangkan kesejahteraan bagi anggotanya

Furthermore, this research found that board diversity partially are gender, educational level, nationality, and the presence of independent board with more effective

KESATU : Membentuk Satuan Tugas Anti Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) Berbasis Masyarakat di Tingkat Desa Mappedeceng, Desa Benteng, Desa

Dengan semakin diketahuinya keunggulan kerbau dan peran besarnya dalam penyediaan daging maka perbaikan perbibitan sudah harus menjadi perhatian utama bagi daerah-daerah sumber

telah terjadi pisah tempat tinggal selama 6 bulan;--- Menimbang, bahwa dari fakta-fakta tersebut diatas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga antara