• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem ekonomi yang semakin terintegrasi secara global menyebabkan saling terkaitnya perekonomian di satu negara dengan negara lainnya. Hal ini menyebabkan krisis yang terjadi di satu negara dengan cepat berimbas ke negara lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008, terlebih negara yang memiliki hubungan ekonomi dengan negara tersebut. Namun Indonesia tidaklah mengalami kondisi yang sangat terpuruk seperti saat krisis yang terjadi pada tahun 1997. Hal ini tidak terlepas dari peran utama Bank Indonesia yaitu menjaga stabilitas moneter dan stabilitas keuangan di Indonesia (Bank Indonesia, 2014).

Perbankan dituntut untuk mampu bersaing demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, sehingga memperoleh keuntungan adalah hal yang sangat penting. Keuntungan tersebut dapat digunakan untuk membayar segala jenis biaya-biaya operasional. Selain untuk menutupi kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan, keuntungan yang diperoleh dapat digunakan untuk berinvestasi dalam bentuk ekspansi perusahaan. Dalam pengambilan keputusan, mempertimbangkan perolehan laba merupakan hal yang sangat penting (Sianturi, 2012).

Perolehan laba tersebut erat kaitannya dengan profitabilitas pada bank, sehingga profitabilitas tersebut dapat digunakan sebagai ukuran kinerja bank.

(2)

Profitabilitas mencerminkan kemampuan bank dalam memperoleh earning melalui penggunaan aset secara efisien (Sianturi, 2012). Wiagustini (2010:76) juga menjelaskan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan.

Kemampuan bank dalam bersaing dengan bank lain untuk memperoleh dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang memerlukan dapat ditingkatkan dengan adanya efisiensi dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Rosdiana, 2011). Penggunaan aset secara efisien juga dapat membantu bank dalam memperoleh keuntungan secara maksimal, dengan memperoleh keuntungan yang maksimal seperti yang telah ditargetkan perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru (Kasmir, 2012:196).

Ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitias yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). ROA dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan melalui penggunaan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar return on assets menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Ponco, 2008).

Alasan dipilihnya ROA sebagai proksi dari profitabilitas karena PT. BPR Pasarraya Kuta sebagai tempat penelitian merupakan bank yang belum go public

(3)

sehingga pertumbuhan asset yang lebih penting, berbeda dengan bank yang sudah go public perolehan laba tidak hanya difokuskan pada pertumbuhan asset bank tetapi juga pada pembagian deviden. ROA mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk membiayai operasional perusahaan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, profitabilitas (ROA) dapat dipengaruhi oleh non performing loan (Gizaw et al., 2015 Messai dan Fathi, 2013 dan Osuagwu, 2014), loan to deposit ratio (Sudiyatno dan Jati, 2010 serta Ayuningrum, 2011), capital adequacy ratio (Bouheni et al., 2014 Jaber dan Abdullah, 2014 Maheswari dan Surya, 2014 serta Lee dan Meng-Fen, 2013), biaya operasional pendapatan operasional (Nusantara, 2009 dan Astuti, 2014), net interest margin (Ayuningrum, 2011), ukuran perusahaan (Cahyani, 2014), suku bunga (Arta dan Wijaya, 2014), tingkat kredit yang disalurkan (Wardana dan Sri, 2014), dana pihak ketiga (Wityasari, 2014), debt to equity ratio (Sukarno dan Muhamad, 2006) dan Posisi Devisa Netto (Puspitasari, 2009).

Non performing loan merupakan rasio untuk mengukur besarnya tingkat kredit bermasalah yang terjadi pada suatu bank. Besarnya persentase NPL haruslah menjadi perhatian pihak manajemen karena kredit bermasalah yang semakin meningkat dapat membahayakan kesehatan bank tersebut. Kredit yang disalurkan oleh bank memiliki risiko terjadinya gagal bayar oleh debitur. Peran bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat membuat bank bersaing ketat dengan bank lainnya, sehingga dalam prakteknya terkadang bank tidak

(4)

memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kreditnya kepada nasabah. Hal ini akan memperbesar terjadinya kredit macet yang dapat merugikan bank tersebut. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%. Semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya yang akan berdampak pada kerugian bank karena kredit yang bermasalah tidak akan memberikan hasil dan adanya kredit bermasalah membuat bank harus menyisihkan sejumlah dana untuk membentuk PPAP atau penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk menyangga risiko dari kredit bermasalah tersebut.

Loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan tingkat likuiditas bank, likuiditas bank adalah bank memiliki sumber dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya (Puspitasari, 2009). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Sianturi, 2012). Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan persentase rasio LDR tetap berada pada batas aman yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013 standar LDR yaitu 78% - 92%. Jika angka rasio LDR berada dibawah 78% maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak dapat menyalurkan kembali dengan baik seluruh dana yang telah dihimpun. Jika rasio LDR bank mencapai lebih dari 92% maka total kredit yang disalurkan oleh bank tersebut telah melebihi dana yang dihimpun. Dana yang dihimpun dari nasabah berupa deposito dan tabungan dapat ditarik kembali sewaktu-waktu oleh nasabah tersebut, sedangkan bank menyalurkan

(5)

kembali dana pihak ketiga tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan berupa kredit yang pengembaliannya telah ditentukan sebelumnya, sehingga bank tidak dapat menarik kembali kredit yang telah diberikan tersebut secara tiba-tiba. Pengelolaan dana masyarakat ini, bank dituntut untuk mampu menjaga likuiditasnya agar tetap mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Besar kecilnya LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank tersebut.

Modal pada bank memiliki peran yang sangat penting. Kecukupan modal dapat diukur dengan menggunakan rasio CAR. Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan besarnya CAR yang dimiliki agar bank tidak kekurangan dana dan juga tidak kelebihan dana. Modal merupakan sumber utama pembiayaan kegiatan operasional bank dan juga berperan sebagai penyangga kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Semakin besar modal yang dimiliki maka semakin kuat bank tersebut dalam mengahadapi risiko-risiko yang tidak terduga sehingga bank dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (Anjani dan Purnawati, 2014). Namun bank yang memiliki CAR terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya idle fund, yaitu terdapat banyaknya dana yang menganggur yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank tersebut. Modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Idroes, 2008:69). Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.15/12/PBI/2013, permodalan minimum yang harus dimiliki oleh suatu bank adalah 8%.

CAR sebagai variabel mediasi pengaruh NPL dan LDR terhadap profitabilitas, hal ini dikarenakan CAR yang merupakan rasio permodalan menjadi faktor penentu berjalannya kegiatan operasional bank dalam menghimpun dana dan

(6)

menyalurkannya kembali. CAR memiliki atau mengandung informasi seberapa besar kemampuan bank dalam menghadapi risiko-risiko yang tidak terduga. Semakin besar CAR maka bank akan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Bank yang memiliki non performing loan yang melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia akan menyebabkan penurunan profit yang diperoleh, karena semakin tinggi non performing loan maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit yang bermasalah semakin besar, sehingga bank mengalami kerugian dalam kegiatan operasionalnya yang berpengaruh terhadap menurunnya laba yang diperoleh bank, sehingga dapat dikatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (Manuaba, 2012). Hal ini bertentangan dengan hasil yang ditemukan oleh Nusantara (2009) yang menyatakan bahwa non performing loan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba untuk kategori bank non go publik.

LDR adalah perbandingan antara total kredit dengan total dana yang dihimpun, semakin besar rasio LDR mengindikasikan bahwa volume penyaluran kredit pada bank tersebut meningkat. Semakin besar volume penyaluran kredit akan meningkatkan profitabilitas bank karena bank memperoleh pendapatan melalui bunga kredit tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum (2013), Brock dan L Rojaz (2000) menjelaskan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Ahmad et al. (2012) serta Ayadi danBoujelbene(2012) yang

(7)

menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hubungan negatif tersebut dikarenakan LDR yang tinggi menyebabkan semakin tingginya biaya penting seperti penyisihan dana untuk pembentukan PPAP yang digunakan untuk menutup risiko dari kredit yang telah disalurkan. Pembentukan PPAP tersebut mengindikasikan bahwa besarnya kredit yang disalurkan tidak dibarengi dengan kualitas kredit yang baik sehingga dapat menurunkan profitabilitas.

CAR adalah rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana sebagai back up jika bank mengalami kesulitan dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal (Ayuningrum, 2011). Bank yang memiliki modal yang cukup besar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar pula. Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum (2013) menjelaskan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini berarti semakin kecil risiko yang ada pada bank tersebut akan memberikan keuntungan yang besar bagi bank. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Qudah dan Mahmoud (2013) juga menemukan hasil yang positif antara capital adequacy ratio dengan profitabilitas. Bank yang memiliki modal yang tinggi akan mencapai keuntungan yang tinggi karena bank tersebut lebih cermat dalam memilih sumber pembiayaan, ketika bank memiliki modal yang tinggi maka bank tidak perlu meminjam dana seperti meminjam sejumlah dana kepada bank lain untuk membiayai kegiatan operasinalnya sehingga bank tidak terbebani dengan biaya bunga dari hutang tersebut yang dapat menurunkan profitabilitas.

(8)

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Alper dan Adem (2011) serta Mawardi (2004) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio tidak memiliki pengaruh yang penting terhadap profitabilitas. Poposka et al. (2013) serta Jha dan Hui (2012) menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap ROA. Bank yang memiliki modal yang tinggi dan menghadapi persaingan yang cukup ketat maka bank tersebut akan lebih berfokus pada peningkatan asset yang dimiliki seiring dengan meningkatnya permodalan bank tersebut. Untuk mencapai pertumbuhan yang diinginkan dengan persaingan yang ketat maka bank akan menurunkan spread atau selisih dari bunga kredit dengan bunga dana yang dihimpun, sehingga dapat menurunkan profitabilitas (Maheswari dan Surya, 2014).

Risiko kredit yang semakin tinggi mengakibatkan bank harus menyediakan dana yang lebih banyak untuk menanggung kemungkinan terjadinya kerugian. Jika non performing loan suatu bank terus meningkat maka akan mempengaruhi permodalan bank karena bank harus menyediakan dana untuk memenuhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang terbentuk (Pauzi, 2010). Modal bank yang seharusnya dapat digunakan untuk investasi lainnya menjadi berkurang akibat dari adanya pembentukan PPAP, sehingga dapat dikatakan bahwa non performing loan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap capital adequacy ratio (CAR). Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Diana (2011), Tracey (2011), dan Buyuksalvarci dan Hasan (2011) menemukan hasil bahwa NPL memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjani dan Purnawati (2014) dan Fitrianto dan

(9)

Mawardi (2006) menemukan bahwa NPL memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.

LDR merupakan pengukuran terhadap seluruh kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga sebagai upaya penilaian terhadap kinerja bank. Loan to deposit ratio berfungsi sebagai faktor penentu besar kecilnya giro wajib minimum (GWM) serta indikator intermediasi bank. Pertumbuhan kredit yang diberikan lebih tinggi dari jumlah dana yang dihimpun menyebabkan peningkatan nilai loan to deposit ratio namun menurunnya nilai capital adequacy ratio (Anjani dan Purnawati 2014). Penurunan nilai CAR tersebut dikarenakan besarnya kredit yang disalurkan telah melebihi dana yang dihimpun, sehingga bank juga menggunakan modalnya untuk memenuhi permintaan kredit yang besar tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Krisna (2008), Yuanjuan dan Xiao (2012) serta Fitrianto dan Wisnu (2006) menemukan hasil bahwa loan to deposit ratio memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap capital adequacy ratio. Namun, berbeda dengan penelitian Shitawati (2006), Abusharba et al. (2013) bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap capital adequacy ratio serta penelitian Saraswati (2008) dan Williams (2011) bahwa loan to deposit ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap capital adequacy ratio.

Perseroan Terbatas (PT) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pasarraya Kuta atau yang lebih dikenal dengan nama Bank Raya Kuta didirikan oleh Bapak DRS. Sukristiono pada tanggal 17 Desember 1988 di Jl. Raya Tuban No. 62 – Kuta. PT. BPR Pasarraya Kuta disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. C2-5655.HT.01.01.Th.89 pada tanggal 24 Juni 1989. Dalam

(10)

perkembangan usahanya, PT. BPR Pasarraya Kuta mengalami beberapa perubahan Anggaran Dasar dan yang terakhir dengan Akta Notaris I Wayan Rasmawan, Nomor 119 Tanggal 13 Agustus 2014. Sebagai BPR yang sudah berpengalaman lebih dari 25 tahun, Bank Raya Kuta memiliki visi dan misi yang beriringan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya pengusaha mikro, pengusaha kecil dan menengah dengan menjadi mitra sukses untuk hidup yang lebih berarti dan terpercaya bagi masyarakat.

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, kegiatan utama Bank Raya Kuta adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank Raya Kuta sebagai salah satu bank yang memiliki visi untuk menjadi BPR terbaik yang dapat memberikan layanan jasa perbankan, maka PT. BPR Pasarraya Kuta perlu untuk terus mengevaluasi kinerjanya agar menjadi lebih baik. Evaluasi kinerja tersebut dapat dilihat pada profitabilitas yang diperoleh.

Tabel 1.1

Data Return on Asset PT. BPR Pasarraya Kuta 2010-2014

Tahun ROA (%) 2010 0,77 2011 1,97 2012 3,40 2013 4,37 2014 3,36

(11)

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat fenomena ROA yang terjadi pada PT. BPR Pasarraya Kuta dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi selama lima tahun periode tersebut. Pada tahun 2010-2013 ROA terus menerus mengalami kenaikan. Pada akhir tahun 2014 ROA pada PT. BPR Pasarraya Kuta mengalami penurunan. ROA terendah yang diperoleh PT. BPR Pasarraya Kuta terjadi pada tahun 2010, dimana ROA pada tahun tersebut 0,77% sehingga PT. BPR Pasarraya Kuta memperoleh predikat kurang sehat. Dilihat dari data ROA tersebut yang mengalami penurunan di akhir tahun 2014, hal ini menunjukkan bahwa PT. BPR Pasarraya Kuta mengalami kesulitan dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ROA setiap tahunnya. Fenomena ini yang mendorong peneliti untuk mengangkat PT. BPR Pasarraya Kuta sebagai lokasi penelitian, peneliti terdorong untuk mengetahui apakah ada pengaruh non performing loan, loan to deposit ratio dan capital adequacy ratio terhadap fenomena profitabilitas yang terjadi pada PT. BPR Pasarraya Kuta dari periode 2010-2014 dimana di dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA).

Berdasarkan uraian latar belakang dan adanya research gap dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara non performing loan dan loan to deposit ratio terhadap profitabilitas dengan capital adequacy ratio sebagai variabel mediasi maka penelitian ini menarik untuk dilakukan pada PT. BPR PASARRAYA KUTA periode 2010-2014.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

(12)

1) Apakah non performing loan secara signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014 ? 2) Apakah loan to deposit ratio secara signifikan berpengaruh terhadap

profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014 ? 3) Apakah capital adequacy ratio secara signifikan berpengaruh terhadap

profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014 ? 4) Apakah non performing loan secara signifikan berpengaruh terhadap

capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014 ?

5) Apakah loan to deposit ratio secara signifikan berpengaruh terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014.

2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh loan to deposit ratio terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014.

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh capital adequacy ratio terhadap profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014.

(13)

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh non performing loan terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014.

5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh loan to deposit ratio terhadap capital adequacy ratio pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010-2014.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diharapkan dari penelitian ini ialah: 1) Kegunaan teoritis

a. Memberikan bukti empiris kepada akademisi mengenai variabel NPL, LDR dan CAR yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank. b. Ikut berperan aktif dalam mengembangkan hasil penelitian sebelumnya agar dapat menambah pengetahuan akademis.

2) Kegunaan praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen perbankan khususnya pada PT BPR Pasarraya Kuta.

b. Sebagai alat pertimbangan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan terutama kebijakan yang dapat mempengaruhi profitabilitas yang akan diperoleh.

(14)

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai isi penelitian ini, maka pembahasan disusun secara sistematis menjadi beberapa bab. Adapun sistematika penelitian ini meliputi:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Latar belakang masalah dalam penelitian ini menguraikan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas pada PT. BPR Pasarraya Kuta. Selain itu juga diuraikan mengenai perumusan masalah yang akan menjadi dasar dalam penelitian ini.

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai teori-teori atau konsep-konsep yang relevan sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, serta rumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.

(15)

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan yang diteliti, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang simpulan dari permasalahan yang dibahas serta saran-saran yang dipandang perlu atas simpulan yang dicapai.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ilmiah tentang jenis pakan alternatif yang dapat diterima keong darat dari Menoreh, Yogyakarta, meliputi:

Perkembangan representasi perempuan dan laki-laki yang terjadi dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh pola dan jumlah rekrutmen Aparatur Sipil Negara, dengan adanya

Rancang bangun alat ini menggunakan sumber tegangan dari regulator 5 Volt dengan menggunakan mikrokontroler Arduino Nano, terdapat input berupa Pulse Sensor yang

menggunakan jalur Pegawai Negeri Sipil atau melalui mekanisme Pemda sehingga masyarakat merasa kesulitan menjadi pegawai di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,

Namun Dewi (2014) meneliti kepuasan pasien pada pelayanan pendaftaran. Sedangkan subjek penelitian ini adalah pasien usia lanjut yang berkunjung ke

Optimasi metode UAE untuk ekstraksi zat warna alami kayu secang dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap variabel rasio bahan baku terhadap pelarut,

BERMA KARYA tidak ada tidak ada tidak ada 101 CV PARABI BERSAUDARA tidak ada tidak ada tidak ada 102 PT.SHAH GHOSSAN MAKMUR SENTAUSA tidak ada tidak ada

Buku ini merupakan petunjuk pelaksanaan kepaniteraan bagi dokter muda selama menjalani masa kepaniteraan klinik di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas