• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN

DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA

Oleh :

INJILIA NUSA PRATAMA dan SETIADI S. Kep., Ns., M. Kep STIKES Hang Tuah Surabaya

ABSTRAK

Promosi kesehatan oleh rumah sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas program edukasi terpusat terhadap tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya identifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkital Dr. Ramelan.

Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil dengan Probablity sampling dengan pendekatan Proportionate stratified random sampling didapatkan sebanyak 91 pasien di ruang rawat inap Rumkital Dr.Ramelan Surabaya. Hasil penelitian dianalisa menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat signifikasi ρ<0,05.

Hasil penelitian di temukan rata-rata pengetahuan sebelum diberikan edukasi terpusat (pre-post) sebesar 7 pasien (7,7%) baik, 29 pasien (31,9%) cukup dan 55 pasien (60,4%) kurang. Hasil penelitian setelah diberikan edukasi terpusat (post-test) sebesar 22 pasien (24,2%) baik, 40 pasien (44,0%) cukup dan 29 pasien (31,9%) kurang. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon didapatkan nilai (ρ value = 0,001 < 0,05), sehingga disimpulkan ada perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi terpusat tentang pentingnya identifikasi pasien.

Implikasi dari penelitian ini edukasi terpusat dapat meningkatkan efektifitas pengetahuan pasien sehingga, perlu ditingkatkan promosi kesehatan rumah sakit melalui speaker omrof. Semakin sering pasien mendapatkan promosi kesehatan akan semakin meningkat pengetahuannya.

Kata Kunci : Promosi kesehatan, Pengetahuan, identifikasi pasien, Pasien ABSTRACK

Health promotion by hospital is a hospital efforts to improve the ability of patients, clients, and communities through learning from, by, for and with the community, so that they can help themselves. The purpose of research to analyze the effectiveness of educational programs focused on the patient's level of knowledge about the importance of the identification of patients at the inpatient unit Rumkital Dr. Ramelan.

Design research used observational analytic with cross sectional approach. Samples was taken with a sampling probablity Proportionate stratified random sampling approach gained as much as 91 opasien in the inpatient unit Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.Results was analyzed used a statistical test of Wilcoxon Sign Rank Test with significance level ρ <0.05. Results of the study founded the average knowledge before being given a centralized education (pre-post) of 7 patient (7,7%) good, 29 patient ( 31,9%) fairly and 55 patient (60,4%) less. Result of the study after being given the centralized ( pre-test) of 22 patient (24,2%) good, 40 patient (44,0%) fairly and 29 patient (31,9%) less. From the statistical test results obtained by used the Wilcoxon test value ρ = 0.000, so that concluded there was a

(2)

change level of knowledge before and after education centered on the importance of patient identification.

The implications of this research centered education can increase the effectiveness of knowledge so that patients, health promotion needs to be improved through the speakers omrof hospital. The more often patients get health promotion will increase his knowledge. Keywords: health promotion, knowledge, patient identification, patient

Pendahuluan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat sendiri (Mubarak, 2009). Pada saat pasien masuk kerumah sakit akan menjumpai berbagai hal – hal tentang baru informasi dan tata cara yang ada di rumah sakit, antara lain identifikasi pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lain. Program ini dilakukan dengan cara edukasi penyampaian tentang berbagai hal antara lain identifikasi pasien. Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya berbagai orang dengan kesehatan menurun dan berbagai penyakit bermasalah sehingga perlu dilakukan pengenalan informasi agar tidak terjadi penularan penyakit. Di Rumkital Dr. Ramelan telah menerapkan program edukasi terpusat tentang identifikasi pasien sejak bulan april 2014 yang mulai di jadwalkan setiap hari senin, rabu dan kamis pada pukul 13.00 dan 19.00. Edukasi terpusat tentang identifikasi pasien ini diberikan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan tentang keselamatan pasien dalam tindakan atau pelayanan medis.

Beberapa penelitian, salah satunya penelitian Widyana, dkk ( 2014 ) menunjukkan bahwa pengetahuan pasien sebagian besar kurang tentang pengertian pemasangan gelang identifikasi pasien (68,9%), kurang tentang tujuan pemasangan gelang identifikasi pasien

(67,8%), baik tentang pemakaian gelang identifikasi pasien (53,3%), dan baik tentang karakteristik gelang identifikasi (61,1%). Data pendahuluan di Rumkital Dr. Ramelan yang di lakukan peneliti kepada 4 pasien rawat inap, di dapatkan hasil pre test sebelum di edukasi (70,0 %). Jadi pengetahuan pasien pre dilakukan edukasi didapatkan nilai pengetahuan cukup.

Identifikasi pasien merupakan salah satu program untuk keselamatan pasien dalam kelangsungan perawatan selama pasien dirumah sakit. Identifikasi pasien meliputi pemakaian gelang sebagai identitas pasien yang berisi no rekam medik, nama pasien, tangal lahir dan umur. Gelang yang digunakan meliputi kriteria warna merah muda digunakan oleh wanita, warna biru digunakan oleh pria, tanda alergi menggunakan gelang warna merah sedangkan bagi pasien dengan resiko jatuh pada gelang akan diberi kancing warna kuning dan pada pasien yang menolak resusitasi akan dikenakan kancing warna unggu. Identifikasi pasien ini harus diperhatikan oleh perawat, keluarga pasien maupun pasien sendiri. Ini merupakan program rumah sakit yang sangat diperhatikan karena sangat besar pengaruhnya bagi pasien dalam ketepatan nama, ketepatan pemberian obat ataupun melakukan tindakan lainnya.

Untuk mengenalkan program pencegahan pencegahan penyakit, salah satu pelayanan yang digunakan promotif dan preventif yang dapat dilaksanakan adalah pendidikan kesehatan tentang pentingnya identifikasi pasien. Pendidikan kesehatan ini dapat dilakukan melalui edukasi terpusat, PKMRS, discard planing. Upaya pendidikan kesehatan

(3)

menekankan pada keselamatan pasien, mempertahankan kemampuan yang ada, dan mencegah kerusakan. Sehingga identififkasi pasien ini merupakan suatu program rumah sakit yang sangat penting untuk dilakukan pendidikan kesehatan untuk mmengurangi kejadian mall praktik. Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ efektifitas proses edukasi terpusat terhadap peningkatan pengetahuan pasien tentang pentingnya identifikasi pasien di ruang rawat inap rumkital dr. ramelan surabaya ”.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil dengan Probablity sampling dengan pendekatan Proportionate stratified random sampling yang berjumlah 91 pasien rawat inap di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

Hasil Penelitian 1. Data Khusus

Data khusus menyajikan tentang karakteristik hasil pre-test dan post-test tingkat pengetahuan pasien rawat inap di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya dan efektifitas proses edukasi terpusat terhadap peningkatan pengetahuan pasien rawat inap di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. 1. Tingkat Pengetahuan pasien

(Pre-test).

Tabel 1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Hasil Pre-test Tingkat Pengetahuan pasien rawat inap di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, pada tanggal 29 mei – 4 juni 2015 (N=91). Pre Frekuensi (f) Prosentase (%) baik (>75%) 7 7.7 cukup (56-74%) 29 31.9 kurang (< 56%) 55 60.4 Total 91 100.0

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 91 pasien di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya,

7 orang ( 7.7%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 29 orang (31.9%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 55 orang (60.4%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

2. Tingkat Pengetahuan pasien (Post-test).

Tabel 2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Penilain Post edukasi di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya, pada Tanggal 29 mei – 4 juni 2015 (N=91). Post Frekuensi (f) Prosentase (%) baik (>75%) 22 24.2 cukup (56-74%) 40 44.0 kurang (< 56%) 29 31.9 Total 91 100.0

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 91 pasien di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya, 22 orang ( 24.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 40 orang (44.0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 29 orang (31.9%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

3. Efektifitas Proses Edukasi Terpusat Terhadap Peningkatan Pengetahuan pasien.

Tabel 3 Tabulasi Uji Wilcoxon Pada efektifitas proses edukasi terpusat terhadap pengetahuan pasien

(N=91).

Dari hasil pengukuran didapatkan rata-rata pengetahuan pada saat pre-post 49,56 dengan standart deviation 18,96 dan pengukuran post-test didapatkan rata-rata 63,19 dengan standart deviation 17,75. Dari data ini terlihat ada perbedaan nilai mean antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua sebesar 16,63.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon didapatkan

N Mean Median (min-mak) SD  Pengetahuan 91 49,56 pre-test (10-90) 18,96 0,000 Pengrtahuan 91 63,19 post-test (20-100) 17,75

(4)

nilai ρ = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ρ ≤ 0,05 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan pada pengukuran pengetahuan pertaman dan pengukuran pengetahuan kedua dapat disimpulkan bahwa program edukasi terpusat efektif untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya identifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.

Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Pasien Sebelum Diberikan Edukasi Terpusat Mengenai Pentingnya Identifikasi Pasien Rawat Inap

Hasil penelitian menujukan tingkat pengetahuan pasien pertama (pre-test) sebagian besar pengetahuan kurang sebanyak 55 orang (60,4%), sebanyak 29 orang (31,9%) yang berpengetahuan cukup dan sebanyak 7 orang (7,7%) yang berpengetahuan baik. Data ini menunjukan bahwa pasien belum mengetahui tentang identifikasi pasien. Temuan penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hampir semua pasien pada saat masuk rumah sakit belum pernah mendengar atau mengerti tentang situasi, kondisi dan informasi tentang rumah sakit salah satunya identifikasi pasien. Wawancara pada beberapa pasien, bahwa pasien tidak memahami tentang tata cara ataupun tidak pernah mendapat informasi yang ada di rumah sakit khususnya tentang identifikasi pasien. Nilai kurang baik pada saat (pre-test) tersebut dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah pasien tidak pernah mengerti dan tidak pernah mendengar tentang identifikasi pasien

sebelumnya. Menurut Budiman & Riyanto (2013),

pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Hasil dari penelitian tersebut didominasi tingkat pengetahuan yang kurang dikarenakan sebagian besar pasien masih belum mengerti dan belum

pernah mendengar edukasi terpusat tentang pentingnya identifikasi pasien, sehingga hasil tes yang didapatkan sebagian besar berpengetahuan kurang. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien adalah faktor pendidikan, informasi/media massa, sosial, budaya, dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.

2. Tingkat Pengetahuan Pasien Sesudah Diberikan Edukasi Terpusat Mengenai Pentingnya Identifikasi Pasien Rawat Inap.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pasien kedua ( post-test) bahwa dari 91 pasien, sebanyak 22 orang (24,2%) memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 40 orang (44,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sebanyak 29 orang (31,9%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Data ini menunjukan ada nya peningkatan pada pengetahuan pasien setelah diberikan edukasi terpusat tentang identifikasi pasien. Temuan penelitian ini dapat dijelaskan bahwa sebagian pasien mengalami peningkatan pengetahuan setelah mendengarkan edukasi terpusat. Namun pada pasien yang masi belum mengerti tentang identifikasi pasien tidak dikarenakan pasien tidak pernah mendengar, akan tetapi faktor- faktor lainnya yang dapat mempengarui salah satu nya keadaan fisik dan psikologis dari pasien sehingga dapat menghambat proses mengingat dan daya kepedulian lingkungan kurang. Wawancara dari beberapa pasien, bahwa pasien mulai mengerti informasi dari speaker tentang identifikasi pasien. Menurut Budiman & Riyanto (2013), pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Tingkat pengetahuan pasien sesudah diberikan edukasi terpusat tentang pentingnya identifikasi pasien, pendistribusiannya hampir merata pada tingkat pengetahuan pasien yang cukup dan baik mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena

(5)

pasien telah diberikan edukasi terpusat tentang pentingnya identifikasi pasien, sehingga ada peningkatan pengetahuan. 3. Efektifitas Edukasi Terpusat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Pentingnya Identifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Dr.Ramelan Surabaya.

Hasil analisa uji wilcoxon untuk variabel tingkat pengetahuan didapatkan hampir merata pada tingkat pengetahuan cukup dan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak ada pasien yang berpengetahuan baik, namun setelah diberikan intervensi edukasi terpusat, didapatkan sebanyak 22 orang (24,2%) pasien memiliki pengetahuan baik. Pasien dengan pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (31,9%) meningkat menjadi 40 orang (44,0%) setelah diberikan intervensi edukasi terpusat. Pasien yang sebagian besar memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 55 orang (60,4%) berkurang menjadi 29 orang (31,9%) setelah diberikan intervensi edukasi. Hasil uji statistik tersebut didapatkan ρ = 0,000.

Hasil wawancara dari beberapa pasien bahwa pasien merasa mendapatkan pelajaran dan informasi yang baru untuk menunjang kesehatan serta kesembuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses edukasi efektif untuk meningkatkan pengetahuan pasien . Hal ini identik dengan teori menurut Craven dan Hirnle (1996, dalam Mubarak dkk, 2007), edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar dan instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction) dan aktif memberikan informasi-informasi. Mengingat pentingnya edukasi dalam rumah sakit, setiap rumah sakit wajib memberikan informasi – informasi terkait peraturan atau segala sesuatu yang ada dirumah sakit.

Proses pengetahuan akan dipahami dengan baik jika seseorang mendapatkan informasi yang terus menerus, guna untuk

memberikan informasi dan kesadaran pada pasien dan keluarga atau masyarakat rumah sakit. Di Rumkital Dr. Ramelan dilakukan setiap hari dengan tema berbeda – beda. Observasi beberapa pasien setiap ada edukasi pasien sangat intens untuk mendengar dan ditambah dengan peran perawat yang selalu sedia memberikan informasi tentang tata cara, peraturan dan informasi yang ada di Rumkital Dr. Ramelan. Sehingga dengan mendengar pasien dapat termotivasi dan membangun pribadi nya untuk menerimana hal yang baru dan menerapkan dalam kehidupan sehari – hari. Hal tersebut sesuai dengan tahapan edukasi yaitu, tahap sensitisasi, tahap publisitas, tahap edukasi dan tahap motivasi (Susilo, 2011).

Keterbatasan

Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan peneliti masih kurang sehingga dalam penyusunan hasil penelitian ini masih banyak ditemui kesalahan dan memerlukan banyak bimbingan.

2. Pasien penelitian ini adalah pasien rawat inap sehingga dalam pelaksanaannya harus diberi penjelasan yang mampu membuat pasien bersedia menjadi pasien dan pasien tersebut menjadi paham dengan maksud dan tujuan peneliti. 3. Instrumen yang digunakan peneliti

adalah kuesioner, kejujuran pasien dalam menjawab kuesioner dibutuhkan karena akan mempengaruhi hasil penelitian. 4. Instrumen belum diujikan atau

belum dilakukan uji validitas. 5. Jumlah pasien tidak seimbang

antara perempuan dan laki-laki, dalam penelitian ini didominasi pasien perempuan.

Simpulan

1. Pengetahuan pasien rawat inap Rumkital Dr. Ramelan Surabaya sebagian besar memiliki tingkat

(6)

pengetahuan yang kurang pada saat masuk rumah sakit.

2. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap Rumkital Dr. Ramelan Surabaya memiliki tingkat pengetahuan cukup sesudah diberikan edukasi terpusat tentang pentingnya identifikasi pasien. 3. Proses edukasi terpusat efektif

terhadap peningkatan pengetahuan pasien tentang pentingnya identifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

Saran

1. Bagi Pasien

Semua responden lebih aktif, fokus dan ada kemauan mengikuti pendidikan kesehatan lainnya agar mendapat pengetahuan yang lebih banyak dan berguna bagi diri sendiri maupun keluarga.

2. Bagi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit khususnya bagian promosi kesehatan rumah sakit lebih memperhatikan dan mengecek alat omrof tiap ruangannya, agar tiap informasi dapat tersampaikan dengan baik dan jelas kepada pasien. 3. Bagi Perawat Ruangan

Bagi perawat ruangan lebih memfasilitasi pasien untuk menjawab pertanyaan dan perawat

memberikan penjelasan tentang informasi dan tata cara rumah sakit. 4. Bagi Profesi Keperawatan

Bagi profesi keperawatan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan mengenai pentinya identifikasi pasien rawat inap dengan cara promosi kesehatan, sehingga dapat menciptakan pasien rawat inap yang tanggap dan paham akan prosedur rumah sakit.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk peneliti

selanjutnya dapat mengembangkan lagi dengan tidak menggunakan kuesinoer saja, namun dapat menggunakan observasi kepada perawat pelaksanaan beserta pasien rawat inap.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman & Agus Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak dkk. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang, IUD merupakan alat kontrasepsi yang efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Latar belakang dari penelitian ini adalah

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Rizki Ilmawan, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui

Setelah user me request sms data nilai sesuai format maka sms akan dikirim keponsel terminal, sms akan dibaca oleh program SMS Autoresponder berupa nomor ponsel pengguna

(1) Peneliti memberikan bimbingan yang lebih intensif ke masing- masing kelompok belajar dan memotivasi mahasiswa kurang aktif untuk ikut terlibat dalam

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang dilakukan di SDN Bobo, maka ditarik kesimpulan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

Dengan kondisi persaingan ritel yang cukup menarik, membuat beberapa peneliti tertarik untuk mengulas hal tersebut, diantaranya; Dafed Triwahyudi (2013)

Abstrak: Subjek penelitian ini adalah rubrik “Waktu Senggang” majalah Femina tahun 2007. Tujuan penelitian ini mengungkapkan secara keseluruhan jenis-jenis film, musik, buku

Abdul Rahman Bin Muhammad * Ahmad Hassan Bin Sheikh Mohd Raga Azrina Puteri Binti Mohamed Mahyuddin * Christine Kayan Anak Stephen Jussem * Dayang Norfirani Bt Abang Talhata *