• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Senam Hipertensi, Lansia, Tekanan Darah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Senam Hipertensi, Lansia, Tekanan Darah."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA

DI POSYANDU LANSIA DESA KRANDEGAN KABUPATEN WONOGIRI

1)

Sri Wahyuni

2)

Wahyuningsih Safitri

3)

Alfyana Nadya Rachmawati

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2015

Abstrak

Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah genetik, stress,

obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi alkohol dan

kurang olahraga. Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar

dari penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi,

enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga.

Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan

lansia diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan

rumah dan senam hipertensi. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh senam hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa

Krandegan Kabupaten Wonogiri.

Rancangan penelitian pra-eksperimen, dengan menggunakan pendekatan

one group pretest and posttest design

. Teknik sampling

purposive sampling

.

Sampel penelitian sebanyak 64 lansia.

Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah lansia sebelum dilakukan

senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar 165/87 mmHg (hipertensi

sedang). Tekanan darah lansia setelah dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai

rata-rata sebesar 164/87 mmHg (hipertensi sedang). Tidak ada pengaruh senam

hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa Krandegan

Kabupaten Wonogiri yang ditunjukkan nilai rerata 69,27 dan postest sebesar

59,73 dengan Z

hitung

sebesar -1,542 (

pvalue

= 0,123 > 0,05).

Lansia dengan hipertensi diharapkan untuk melaksanakan senam

hipertensi sebagai alternative intervensi non farmakologis tanpa mengurangi atau

menghindari terapi farmakologik yang sudah berjalan.

(2)

ABSTRACT

The risk factors that contribute to hypertension are genetic, stress, obesity,

consumption of food with high salt content, smoking, alcohol consumption, and

lack of exercise. The prevention can be done by the elderly to avoid hypertension

disease with the slogan

SEHAT

namely: nutritional balance, get rid of smoking,

avoid stress, keep an eye on blood pressure, and regular exercise. Regular exercise

can be done by having appropriate physical exercises for the elderly such as

walking, cycling, swimming, doing household work, and doing hypertension

exercise. The objective of this research is to investigate the effect of the

hypertension exercise on the blood pressure of the elderly at Elderly Integrated

Health Post of Krandegan Village, Wonogiri Regency.

This research used the pre-experimental method with the "one-group

pretest and posttest design". The samples of research consisted of 64 respondents

and were taken by using the purposive sampling technique.

The results shows that on average the blood pressure of the elderly prior to

the hypertension exercise was 165/87 mmHg (moderate hypertension). Following

the hypertension exercise, on average the blood pressure of the eldery became

164/87 mmHg (moderate hypertension). Thus, there was not any effect of the

hypertension exercise on the blood pressure of the elderly at Elderly Integrated

Health Post of Krandegan Village, Wonogiri Regency as indicated by the result of

pre-test of 69.27 and that of post-test of 59.73 with the value Z

count

= -1.542 (p

value

= 0.123> 0.05).

Thus, the eldery with hypertension is expected to do a hypertension

exercise as alternative non-pharmacological intervention without reducing or

avoiding the on-going pharmacologic therapy.

(3)

1.

PENDAHULUAN

Saat

ini

masyarakat

lebih

menyukai makanan siap saji, dimana

makanan tersebut banyak mengandung

lemak, protein, tinggi garam dan rendah

serat

(Muhammadun,

2010).

Hal

tersebut menyebabkan berbagai masalah

kesehatan antara lain adalah hipertensi.

Hipertensi esensial (primer) merupakan

penyakit urutan kedua setelah infeksi

saluran nafas bagian atas akut dari

sepuluh besar penyakit rawat jalan di

Rumah Sakit tahun 2010 (Kemenkes RI,

2012).

Hasil

Riskesdas

(2013)

kecenderungan prevalensi hipertensi

mengalami kenaikan dari 7,6% tahun

2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013.

Faktor resiko yang mendorong

terjadinya hipertensi adalah genetik,

stress, obesitas, konsumsi makanan yang

tinggi

garam,

merokok,

konsumsi

alkohol

dan

kurang

olahraga

(Muhammadun, 2010). Menurut Dirjen

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan yaitu, menyatakan bahwa

31,7%

prevalensi

hipertensi

di

Indonesia, 60% penderita hipertensi

mengalami stroke, sedangkan sisanya

mengalami penyakit jantung, gagal

ginjal dan kebutaan (Aditama, 2009).

Seseorang

yang

mengalami

hipertensi harus menggunakan obat

untuk mengendalikan tekanan darahnya,

seumur

hidup

(Wolff,

2008).

Berdasarkan data dari Simpus (2014),

hipertensi merupakan yang sepuluh

besar

penyakit

yang

terjadi

di

Puskesmas Bulukerto.

Cara pencegahan yang dapat

dilakukan oleh lansia agar terhindar dari

penyakit hipertensi dengan semboyan

SEHAT

yaitu

seimbangkan

gizi,

enyahkan rokok, hindari stress, awasi

tekanan darah dan teratur berolahraga.

Teratur berolahraga dapat dilakukan

dengan cara latihan fisik yang sesuai

dengan lansia diantaranya berjalan-jalan,

bersepeda,

berenang,

melakukan

pekerjaan rumah dan senam hipertensi

(Maryam dkk, 2008). Hasil penelitian

Victor

Moniaga,

dkk

(2013)

menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna pengukuran tekanan darah

sistolik

subjek

sebelum

perlakuan

dengan minggu ketiga setelah perlakuan

senam bugar lansia.

Latihan fisik seperti senam yang

teratur membantu mencegah kronis

seperti hipertensi (Once, 2011). Senam

hipertensi adalah bagian dari usaha

untuk mengurangi berat badan dan

mengelola stress yang merupakan dua

faktor

yang

mempertinggi

resiko

hipertensi (Vitahealth,2004).

Dari laporan sepuluh besar

penyakit

di

wilayah

Puskesmas

(4)

hipertensi pada bulan Oktober sampai

bulan Desember 2014 sejumlah 234

kasus atau 16% dari jumlah kunjungan

pasien rawat jalan (Simpus Wonogiri,

2014).

Posyandu

Lansia

Desa

Krandegan

Kec.

Bulukerto

Kab.

Wonogiri pada bulan Desember 2014

penderita

hipertensi

sejumlah

76

penderita

(Catatan

PTM

Desa

Krandegan, 2014).

Berdasarkan data di Posyandu

Lansia Desa Krandegan terdapat 18

orang hipertensi ringan, 32 orang

hipertensi

sedang

dan

26

orang

hipertensi berat (Catatan PTM Desa

Krandegan,

2014).

Berdasarkan

wawancara terhadap 20 lansia yang

berkunjung

11

orang

menyatakan

tekanan darah meningkat karena jarang

makan sayur, tidak pernah kontrol dan

tidak olahraga, 4 orang menyatakan

karena merokok dan 5 orang kontrol dan

minum obat tidak teratur.

Berdasarkan latar belakang di

atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh senam

hipertensi terhadap tekanan darah di

Posyandu Lansia Desa Krandegan

Kabupaten Wonogiri.

2.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian

pra-eksperimen,

dengan

menggunakan pendekatan “

one group

pretest and posttest design

”. Teknik

sampling dalam penelitian ini adalah

purposive sampling

. Sample yang

digunakan sebanyak 64 orang yang

sebelumnya telah memenuhi kriteria

inklusi untuk bisa diberikan perlakuan

senam hipertensi.

Analisa data dalam penelitian

ini melalui prosedur bertahap yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat.

Analisis

univariat

dilakukan

secara deskriptif, yaitu menampilkan

proporsi prosentase untuk variabel

senam hipertensi, tekanan darah lansia

sebelum dan sesudah melaksanakan

senam hipertensi dan jenis kelamin.

Varian data dilakukan pada variabel

senam hipertensi dan tekanan darah.

Analisis bivariat yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan

atau

berkorelasi

(Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini

digunakan uji statistik

Wilcoxon

, karena

data berdistribusi tidak normal.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a.

Karakteristik Responden

Tabel 1

Distribusi

Frekuensi

Responden

Berdasarkan Umur di Posyandu

Lansia Desa Krandegan Kabupaten

Wonogiri Bulan Maret 2015 (n=64)

Umur Lansia

f

%

Usia

lanjut

resiko

tinggi

(>70 thn)

(5)

Senium

(65 tahun

ke atas)

23

35,9%

Prasenium

(55-64 thn)

27

42,2%

Virilitas

(45-54

thn)

12

18,8%

Jumlah

64

100,0%

Berdasarkan tabel 1 umur responden

terbanyak yaitu pada kelompok usia

lanjut dini prasenium (55-64 thn)

yaitu sebanyak 27 responden atau

42,2%,

sedangkan

pertengahan

umur usia lanjut virilitas (45-54

tahun) sebanyak 2 responden atau

3,1%, senium (65 tahun ke atas)

sebanyak 23 responden atau 35,9%

dan usia lanjut resiko tinggi (>70

tahun) sebanyak 2 responden atau

3,1%.

S

ecara teoritis, lansia memang

cenderung mengalami peningkatan

tekanan

darah

seiring

dengan

bertambahnya usia. Kondisi yang

berkaitan dengan usia ini adalah

produk

samping

dari

keausan

arteriosklerosis

dari

arteri-arteri

utama, terutama aorta, dan akibat

dari

berkurangnya

kelenturan.

Dengan mengerasnya arteri-arteri ini

dan menjadi semakin kaku, arteri

dan aorta itu kehilangan daya

penyesuaian diri. Dinding, yang kini

tidak elastis, tidak dapat lagi

mengubah darah yang keluar dari

Hasilnya adalah gelombang denyut

yang tidak terputus dengan puncak

yang tinggi (sistolik) dan lembah

yang dalam (diastolik) (Wolff,

2008). Adanya peningkatan umur,

akan

menyebabkan

peningkatan

resistensi

perifer

dan

aktivitas

simpatik serta penurunan sensitivitas

pengaturan tekanan darah (refleks

baroreseptor)

pada

usia

lanjut

sehingga tekanan darah cenderung

meningkat (Anggaraini, 2009).

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

di Posyandu Lansia Desa Krandegan

Kabupaten Wonogiri

Bulan Maret 2015 (n=64)

Jenis Kelamin

f

%

Laki-laki

11

17,2%

Perempuan

53

82,8%

Jumlah

64

100,0%

Berdasarkan tabel 2 jenis kelamin

responden

terbanyak

adalah

perempuan

yaitu

sebanyak

53

responden atau 82,8% sedangkan

laki-laki sebanyak 11 responden

atau 17,2%.

Menurut

Cortas

prevalensi

terjadinya hipertensi antara pria dan

wanita

sama,

namun

wanita

terlindung

dari

penyakit

kardiovaskular sebelum

menopause

,

karena dilindungi oleh hormon

estrogen

yang

berperan

dalam

(6)

berperan penting dalam pencegahan

aterosklerosis (Sylvia & Price,

2007). Bagi wanita (terutama usia

45-55 tahun) merupakan masa

pre-menopause

sehingga tekanan darah

menjadi meningkat. Hal tersebut

disebabkan oleh mulai hilangnya

sedikit

demi

sedikit

hormon

estrogen pada wanita yang berfungsi

sebagai pelindung pembuluh darah

dari kerusakan. Hormon estrogen

tersebut

berperan

dalam

meningkatkan kadar kolesterol baik

atau

High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi bermanfaat untuk melindungi

dan mencegah terjadinya proses

aterosklerosis pada pembuluh darah.

Efek dari perlindungan hormon

estrogen ini merupakan imunitas

bagi wanita usia

pre-menopause

(Anggaraini, 2009).

b.

Gambaran

Tekanan

Darah

Sebelum dan Sesudah Senam

Hipertensi

Tabel 3

Tekanan Darah Lansia Sebelum dan

Sesudah Dilakukan

Senam Hipertensi di Posyandu

Lansia Desa Krandegan

Kabupaten Wonogiri

Bulan Maret 2015 (n=64)

Nilai Sebelum Sesudah

Mean 165/87 mmHg 164/87 mmHg

Maksimum 210/105 mmHg 210/100 mmHg Minimum 130/80 mmHg 130/80 mmHg

Jumlah 64 64

Berdasarkan tabel 3 tekanan darah

lansia sebelum dilakukan senam

hipertensi diperoleh nilai minimum

sebesar 130/80 mmHg, maksimum

210/105 mmHg dan nilai rata-rata

sebesar 165/87 mmHg (hipertensi

sedang), sedangkan tekanan darah

lansia setelah dilakukan senam

hipertensi diperoleh nilai minimum

sebesar 130/80 mmHg, maksimum

210/100 mmHg dan nilai rata-rata

sebesar 164/87 mmHg (hipertensi

sedang). Hal ini mengindikasikan

bahwa nilai rata-rata tekanan darah

lansia tidak ada penurunan tekanan

darah lansia sebelum dan sesudah

dilakukan senam hipertensi.

Pada latihan ringan tidak ada

perubahan kadar aktivitas rennin

dalam

plasma,

perubahan

konsentrasi

aldosteron

serum,

maupun

perubahan

aktivitas

angiotensin converting

enzyme

yang

bermakna, sehingga melalui latihan

ringan

tekanan

darah

dapat

menurun. Dengan kata lain, efek

stimulasi sistem

rennin angiotensin

bisa diatasi dengan latihan yang

ringan. Kegagalan latihan untuk

menurunkan tekanan darah pada

beberapa individu mungkin karena

perbedaan fungsi

hemodinamik

dan

(7)

Hasil analisa data menggunakan

Wilcoxon,

adapun hasil

pretest

dan

posttest

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4

Hasil Uji Beda

Wilcoxon

Kelompok Observasi Rerata Zhitung pvalue Pre test Post test Tekanan Darah Lansia 69,27 59,73 -1,542 0,123

Berdasarkan tabel 4 diketahuai

bahwa nilai rerata kelompok pretest

sebesar 69,27 dan postest sebesar 59,73

dengan Zhitung sebesar -1,542 (

p

value

=

0,123 > 0,05) sehingga

H

0

diterima

,

artinya, tidak ada pengaruh senam

hipertensi dengan tekanan darah lansia

di Posyandu Lansia Desa Krandegan

Kabupaten Wonogiri.

Hasil analisis perbedaan tekanan

darah diastolik

pre test

dan

post test

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

senam hipertensi dengan tekanan darah

lansia

di

Posyandu

Lansia

Desa

Krandegan

Kabupaten

Wonogiri,

meskipun

dalam

rekapitulasi

pengukuran tekanan darah lansia dapat

dilihat adanya penurunan tekanan darah

setelah perlakuan senam hipertensi.

Lansia

yang

diberikan

perlakuan

sebelumnya belum pernah melakukan

senam hiertensi sedangkan manfaat

latihan fisik baru bisa didapat jika

peningkatan aliran darah lewat aktivitas

fisik berlangsung secara teratur dalam

waktu cukup lama 20 menit sampai satu

jam, serta dilakukan secara teratur

(Kusmana, 2009).

Hasil penelitian yang berjudul

Pelatihan Senam Lansia Menurunkan

Tekanan Darah Lansia di Banjar Tuka

Dalung menunjukkan bahwa perbedaan

rata-rata tekanan darah sistolik, diastolik

dan tekanan arteri rata-rata antar

kelompok sebelum perlakuan tidak

menunjukkan

perbedaan

bermakna

setelah 3 minggu perlakuan, Sedangkan

setelah

6

minggu,

dimana

pada

kelompok perlakuan diberikan latihan

senam lansia sebanyak 3 kali seminggu,

menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna pada tekanan darah sitolik,

diastolik dan tekanan arteri rata-rata

antar kelompok (Mayuni, 2013).

Peningkatan atau penurunan

tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh

lamanya waktu beristirahat sebelum

dilakukan pengukuran tekanan darah

setelah senam, besarnya peningkatan

dalam penggunaan oksigen maksimum

dan lamanya (dalam satuan minggu)

senam dilakukan (Kelley dan Tran

2001). Sehubungan dengan hal tersebut

maka tidak adanya perbedaan yang

bermakna antara tekanan darah sebelum

dan sesudah perlakuan senam hipertensi

pada

penelitian

ini

kemungkinan

(8)

singkat yang memakan waktu 3 minggu

Sehingga diperlukan waktu yang lebih

panjang.

Beberapa studi menunjukkan

bahwa olahraga membantu menurunkan

tekanan darah sistolik pada individu

yang hipertensi, tetapi tidak semua studi

setuju dengan hal ini. Tidak semua

individu akan mengalami penurunan

tekanan

darah

dengan

melakukan

program olahraga. Hal ini terjadi karena

ada beberapa orang yang tidak sensitif

olahraga (

exercise-insensitive

), tidak

mengikuti aturan pengobatan, dan juga

terjadi pada individu yang sensitif

terhadap

garam

(

salt-sensitive

)

(Williams, 2005).

Variabel

perancu

dalam

penelitian ini seperti pola makan, stres,

aktivitas fisik, genetik serta pengobatan

farmakologis dalam penelitian ini tidak

dapat

dikendalikan

sepenuhnya,

sehingga masih banyak faktor yang

dapat mempengaruhi tekanan darah pada

lansia di desa Krandegan. Berdasarkan

wawancara dan observasi, para lansia di

desa Krandegan hanya tinggal sendiri

atau tinggal bersama anggota keluarga

yang juga lansia sehingga tidak ada yang

mengontrol pola konsumsi, aktifitas

fisik dan olah raga maupun pengobatan

para lansia penderita hipertensi.

Mengingat banyaknya faktor

yang

berperan

untuk

terjadinya

hipertensi yang meliputi resiko yang

tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti

keturunan, jenis kelamin, ras dan usia

dan

faktor

risiko

yang

dapat

dikendalikan (minor). yaitu obesitas,

kurang

olah

raga

atau

aktivitas,

merokok, minum kopi, sensitivitas

natrium,

kadar

kalium

rendah,

alkohollisme,

stres,

pekerjaan,

pendidikan dan pola makan (Suhadak,

2010), maka pengendalian hipertensi

tidak

cukup

hanya

dengan

satu

penatalaksanan saja tetapi pengendalian

tekanan darah memerlukan terapi obat

-obatan yang sesuai, disertai perubahan

pola hidup dan pelaksanaan terapi anti

hipertensi dengan penetapan jadwal

rutin harian minum obat (Stoskslager,

2008).

4.

SIMPULAN DAN SARAN

a.

Simpulan

1)

Tekanan

darah

lansia

sebelum dilakukan senam

hipertensi diperoleh nilai

rata-rata sebesar 165/87

mmHg (hipertensi sedang).

2)

Tekanan

darah

lansia

setelah dilakukan senam

hipertensi diperoleh nilai

rata-rata sebesar 164/87

mmHg (hipertensi sedang).

3)

Tidak ada pengaruh senam

(9)

darah lansia di Posyandu

Lansia Desa Krandegan

Kabupaten Wonogiri yang

ditunjukkan

nilai

rerata

69,27 dan postest sebesar

59,73 dengan Zhitung sebesar

-1,542 (

p

value

= 0,123 >

0,05).

b.

Saran

1)

Bagi puskesmas dan masyarakat

Program Senam Hipertensi agar

tetap

dilaksanakan

dengan

tujuan

sebagai

alternative

intervensi

yang

dapat

dimanfaatkan

oleh

tenaga

kesehatan, khususnya perawat

komunitas

untuk

digunakan

sebagai penatalaksanaan non

farmakologi untuk menurunkan

tekanan darah pada penderita

hipertensi tanpa mengurangi

atau

menghindari

terapi

farmakologik

yang

sudah

berjalan.

2)

Bagi institusi pendidikan

Sebagai referensi khususnya

bahan ajar Perawatan Kesehatan

Komunitas mengenai pengaruh

senam

hipertensi

terhadap

tekanan darah lansia

3)

Bagi peneliti lain

a)

Diharapkan ada penelitian

yang sama dengan rentang

b)

Membandingkan efektifitas

pengaruh senam hipertensi

terhadap penurunan tekanan

darah pada hipertensi ringan

sedang dan berat.

c)

Membandingkan pengaruh

senam dalam menurunkan

tekanan darah dengan terapi

nonfarmakologi

lainnya,

seperti diet rendah garam

dan tinggi serat.

d)

Mempertimbangkan sarana

komunikasi yang efektif

agar

pesan

bisa

tersampaikan

dengan

kepada para lansia.

4)

Bagi peneliti

Dapat

menambah

wawasan

mengenai

pengaruh

senam

hipertensi

terhadap

tekanan

darah lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama,

T.

A.

(2009).

Profil

Pengendalian

Penyakit

&

Penyehatan Lingkungan tahun

2008

, Diakses 15 Januari 2015:

http://www.pppl.depkes.go.id/i

mages_data/PROFIL%20%20P

P&PL%202008.pdf.

Astari, dkk. (2012).

Pengaruh Senam

Lansia

terhadap

Tekanan

Darah

Lansia

dengan

Hipertensi

pada

Kelompok

Senam Lansia di Banjar Kaja

(10)

Keperawatan.

Fakultas

Kedokteran.

Universitas

Udayana Denpasar.

Catatan PTM Desa Krandegan. (2014).

Kusmana,

D.

(2009).

Hipertensi:

Definisi,

Prevalensi,

Farmakoterapi

dan

Latihan

Fisik

.

Cermin

Dunia

Kedokteran.

Maryam, dkk. (2008).

Mengenal Usia

Lanjut

dan

Perawatannya

.

Jakarta: Salemba Medika.

Muhammadun. (2010).

Hidup Bersama

Hipertensi

.

Yogjakarta: In

Books.

Notoatmodjo, S. (2010).

Ilmu Perilaku

Kesehatan

. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Program

Studi

Ilmu

Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera

Utara.(http://repository.usu.ac.id

/bitstream/123456789/3595/1/ke

perawatan-ismayadi.pdf, diakses

31 Agustus 2013).

Stockslager, J.L. (2010).

Buku Saku

Asuhan Keperawatan Geriatrik

.

Diterjemahkan oleh Nike B S.

Jakarta: EGC.

Suhadak. (2010). Pengaruh Pemberian

Teh

Rosella

Terhadap

Penurunan

Tekanan

Darah

Tinggi Pada Lansia Di Desa

Windu

Kecamatan

Karangbinangun

Kabupaten

Lamongan. Lamongan. BPPM

STIKes

Muhammadiyah

Lamongan.

System Informasi Puskesmas (Simpus).

(2014). Data Pasien Penderita

Penyakit

Rawat

Jalan:

Hipertensi.

Kab

Wonogiri.

Jateng.

Victor Moniaga, dkk. (2013). Pengaruh

Senam Bugar Lansia terhadap

Tekanan

Darah

Penderita

Hipertensi di BPLU Senja Cerah

Paniki

Bawah.

Jurnal

e-Biomedik (eBM), Volume 1,

Nomor 2, Juli 2013, hlm.

785-789

.

Vitahealth.

(2004).

Hipertensi

(

Informasi

Lengkap

untuk

Keluarga dan Penderitanya

).

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Williams MS. (2005).

Nutrition for

Health, Fitness and Sport

. New

York:

The

Megraw-Hill

Companies.

Wolff, Hanns Peter. (2008).

Hipertensi

Cara Mendeteksi dan Mencegah

Tekanan Darah Tinggi Sejak

Dini

.

Jakarta Ilmu Populer.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan – kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun

Selain superdisintegrant , dalam formulasi fast disintegrating tablet dibutuhkan bahan pengisi yang mudah larut air untuk meningkatkan waktu hancur tablet, flavours dan

Mata kuliah ini memberi kemampuan kepada mahasiswa untuk menerapkan konsep pengorganisasian dan pengembangan Masyarakat dengan pokok bahasan tentang konsep dasar

digunakan untuk aplikasi sel bahan bakar adalah membran dengan konduktivitas tinggi, permeabilitas terhadap metanol rendah, mampu beroperasi pada suhu tinggi,

It also means that it was a trivial matter for the author to load up protocol analysis software on his workstation client and see, quite literally, activity on the cable

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa—terlepas dari sikap dan persepsi yang berbeda tentang eksistensinya—bahasa daerah tetap memiliki posisi penting dan