• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapolri Jenderal Polisi Sutanto mengungkapkan, angka kejahatan selama satu tahun terakhir (2006-2007) mengalami peningkatan tajam. Terutama, di enam kota besar seperti Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Medan (Sumatera Utara), dan Makassar (Sulawesi Selatan). Medan (Sumatera Utara) termasuk dalam kota besar yang tingkat kejahatannya tinggi.

Ada empat jenis kejahatan yang sangat menonjol. Di antaranya, pencurian kendaraan bermotor (curanmor), penggunaan narkoba, penyalahgunaan senjata api (senpi) oleh aparat kepolisian dan penyalahgunaan hukum. Modus yang digunakan bervariasi, tapi peningkatannya sangat tajam. Kasus penggunaan narkoba juga menjadi perhatian khusus. Penggunanya sebagian besar adalah mahasiswa dan pelajar di kota-kota besar. Kepolisian telah berupaya menekan kasus ini dengan berbagai cara, diantaranya mengadakan kampanye anti narkoba melalui seminar-seminar dan pemberian sanksi yang cukup berat terhadap pengguna maupun pengedar yang tertangkap.

(2)

Penyalahgunaan hukum dari tahun ke tahun, juga terus meningkat. Ini terjadi akibat masih adanya anggota masyarakat yang kurang sadar hukum dan adanya pelaku yang sengaja menggunakan celah-celah hukum demi keuntungan pribadi. Walaupun telah Berbagai cara juga telah dilakukan aparat untuk meningkatkan kesadaran hukum di masyarakat dari tingkat desa hingga ke kota-kota besar.

Kekhawatiran pemerintah terhadap tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di tanah air sehingga menyiapkan berbagai langkah antisipasi dinilai sebagai suatu yang wajar. Hal ini mengingat belum pulihnya perekonomian dalam negeri, setelah dihantam badai krisis ekonomi sejak beberapa tahun silam. Kondisi itu tentunya berpengaruh kuat terhadap masyarakat, khususnya pada sektor ketersediaan lapangan kerja dan kemiskinan.

Apapun nama tim penanggulangan kemiskinan yang dibentuk pemerintah, rakyat saat ini tidak mau tahu. Yang penting bagi mereka bagaimana dapat memenuhi kebutuhan hidup dan seluruh pasokan yang mereka hadapi, khususnya dalam masalah sandang pangan sarat pendidikan bagi keluarganya. Kemiskinan yang kian cukup akrab dihadapi diantara masyarakat bukan saja banyak terlihat di pedesan, tetapi juga diperkotaan yang ditandai banyaknya pengemis serat kelompok-kelompok masyarakat lainnya yang hidup tanpa penghasilan tetap. Mereka setidaknya mendapat perlindungan sehingga mampu hidup mandiri diantaranya melalui pembukaan lapangan kerja yang dapat menopang kehidupan dan masa depannya.

(3)

Dalam kondisi perekonomian yang belum stabil, angka pengangguran setengah terbuka jelas lebih banyak dibanding angka pengangguran terbuka. Bayangkan jika angka pengangguran terbuka ditambah dengan angka pengangguran setengah terbuka, maka jumlah angka pengangguran semakin banyak.

Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Perlu suatu solusi yang tepat sebagai pemecahnya. Mengapa? Karena kita semua tahu pengangguran bersentuhan dengan kebutuhan ekonomi yang sangat berbahaya bagi konduktifitas kondisi sosial masyarakat. Kondisi sosial yang tidak kondusif akan melakukan konformitas. Sementara konformitas penting untuk mempertahankan nilai-nilai sosial bangsa.

Namun karena ketidakmampuan negara dalam hal menekan angka pengangguran, maka kini nilai-nilai sosial bangsa itu sudah terabaikan. Demi untuk mengisi perut sebagian orang sudah rela melakukan apa saja. Sepertinya tidak peduli, apakah perbuatannya merugikan orang lain (masyarakat), melanggar norma atau etika, yang penting kebutuhan sesaat dapat terpenuhi.

Mereka mencari jalannya sendiri-sendri, karena pria dan wanita notabenenya menganggur di desa atau pergi ke kota mencoba mengadu nasib, namun apa? Karena tidak punya keahlian yang memadai akhirnya sang pria berbaur dengan preman yang ada untuk melakukan tindak kejahatan. Sementara si wanita terjun ke sektor pekerja seks komersial yang mudah menghasilkan uang. Bagaimana bangsa ini bisa melarang pornografi jika kemiskinan tetap mendera hingga memaksa mereka melakukan hal yang demikian dilarang.

(4)

Berkumpulnya preman atau pelaku kejahatan karena faktor kemiskinan akibat menganggur, semakin sulit dicegah. Berbagai penyimpangan yang mereka lakukan adalah buah dari sendi kehidupan masyarakat pengangguran yang tiada pilihan. Mereka hadir di semua tempat, ruang dan waktu. Kejahatan jalanan yang makin mengkhawatirkan merupakan fenomena penjahat sosial yang sering terlihat oleh kita. Di ujung jalan, di lampu merah, di pasar, terminal maupun bis kota adalah ladang empuk bagi pelaku kejahatan melakukan aksinya. Rasa aman, terlebih di kota, kini sudah menjadi barang langka.

Aparat keamanan yang punya tugas memberikan rasa aman kepada masyarakat seakan tidak mampu berbuat banyak. Ini karena jumlah pelaku kejahatan kendati ditangkap terus bertambah, bahkan modusnya makin berani dan menggila. Ini kenyataan di lapangan selalu menunjukkan, rata-rata pelaku kejahatan adalah para penganggur yang terdesak kebutuhan ekonomi, khususnya pelaku kejahatan kelas teri.

Dapatkah mereka kita sebut malas bekerja? Mau Cuma mengambil jalan pintas yang cepat menghasilkan uang tanpa bersusah payah bermandikan keringat? Mungkin ada benarnya, tetapi mungkin pula karena mereka tidak tahu harus bekerja apa, sementara tuntutan ekonomi kebutuhan hidup terus mendesak.

Pemerintah juga harus berani menyiapkan inovasi rakyat dapat mandiri membuka lapangan kerja sendiri. Para pemuda yang umumnya menjadi penganggur usai menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah, seharusnya sejak awal dibantu agar dapat hidup mandiri dengan mengelola usaha yang bisa memberikan penghidupan bagi masa depan mereka. Sesungguhnya tingkat pengangguran yang sangat akrab

(5)

dengan kemiskinan itu tidak pantas dibiarkan berlarut-larut, sebab bakal memicu berbagai kerawanan.

Dengan melihat realita tersebut diatas dan memiliki harapan atau mimpi bangsa ini untuk menjadi negara yang makmur dan sejahtera maka penulis ingin membuat regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan tindak kejahatan, maka penulis mengambil judul “Analisa tingkat kejahatan di kota Medan terhadap beberapa faktor dengan menggunakan multipel regresi”.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan dalam latar belakang yang ingin penulis tunjukkan maka identifikasi masalahnya adalah melihat faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan kejahatan dengan melihat dan mengolah data yang diperoleh. Sesuai dengan data yang diperoleh maka penulis memiliki ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan kejahatan, diantaranya adalah jumlah penduduk yang tergolong dalam kemiskinan, persentase tingkat pengangguran dan jumlah penduduk urbanisasi.

Tiga faktor diatas akan penulis bahas sehingga dapat melihat apakah ada hubungannya dengan banyaknya tindakan kejahatan yang terjadi dan dapat mengambil kesimpulan hal apa sebenarnya yang paling dominan mempengaruhi terjadinya tindakan kejahatan.

(6)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui hal apa yang paling mempengaruhi tingkat tindak kejahatan, maka hasil analisa tersebut menjadi masukan kepada Aparat keamanan yang punya tugas memberikan rasa aman kepada masyarakat dan kepada pihak pemerintah untuk memfokuskan diri pada bagian dimana perlu perhatian kepada para pengangguran untuk penyediaan lapangan kerja. Juga hal ini menjadi masukan bagi orang tua untuk memperhatikan anak-anak remaja mereka baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan studi dan pergaulan remaja.

1.4 Metode Penelitian

Adapun metode-metode yang dilakukan dalam pengumpulan data faktor yang mempengaruhi tingkat tindak kejahatan di kota medan diantaranya adalah:

1. Metode Penelitian Kepustakaan (Studi literatur)

Penelitian yang dilakukan dengan mengamati data yang telah tersedia, data tersebut diperoleh dengan membaca buku-buku serta bahan-bahan yang bersifat teoritis yang berasal dari perpustakaan dimana data itu diperoleh.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Medan Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan tersebut kemudian diatur, disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan

(7)

tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

3. Metode Analisa Data

Adapun pengolahan data dalam penentuan hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat tindak kejahatan adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda (multipel regresi).

Variabel dalam penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas. Dimana Y merupakan variabel tidak bebas dan X merupakan variabel bebas. Variabel tidak bebasnya adalah jumlah kejahatan yang terjadi, sedangkan variabel bebasnya: X1 = Persentase tingkat pengangguran

X2 = Jumlah penduduk miskin X3 = Jumlah penduduk urban

Metode yang digunakan

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi (multipel regresi) dan korelasi serta pengolahan data menggunakan program SPSS.

a. Multipel Regresi

Multipel regresi adalah persamaan yang mempunyai lebih dari satu variabel independent. Bentuk persamaan multiple regresi adalah :

i ki k i i i

b

b

X

b

X

b

X

Y

=

0

+

1 1

+

2 2

+

...

+

+

ε

(8)

Dimana :

i

Y = Pengamatan ke – i pada variabel tak bebas

ki

X = Pengamatan ke – i pada variabel bebas

k

b = Koefisien regresi variabel bebas Xk

i

ε = Pengamatan ke –i variabel gangguan

b. Analisis Korelasi

Tujuan dari korelasi adalah untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel-variabel.

Adapun rumus korelasi adalah :

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

=

2 2 2 2 i i ki ki i ki i ki yx

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

Y

X

n

r

(9)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diejelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi dan waktu penelitian, metologi penelitian, tinjauan pustaka dam sistematika penulisannya.

BAB 2 : LANDASAN PENULISAN

Bab ini menjelaskan uraian tentang teori-teori yang akan digunakan dalam pemecahan masalah, diantaranya multiple regresi dan korelasi.

BAB 3 : ANALISIS DATA

Bab ini menjelaskan uraian tentang metode-metode yang digunakan dalam mengolah data.

BAB 4 : IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang implementasi sistem yang digunakan untuk analisa penelitian.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang akan memberikan beberapa kesimpulan dan saran sebagai akhir penulisan.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk politik dakwah KH Muhammad Bin Muafi melalui perannya sebagai Ulama dan Umara. Penelitian

Sampel bakso diambil sebanyak 1 gram, dihaluskan dan dilarutkan dalam 9 ml akuades steril sebagai larutan pengencer yang akan dihomogenkan menggunakan vortex

Dari beberapa pasien yang hidup kemudian Dari beberapa pasien yang hidup kemudian dirawat di intensive care unit (ICU) tetapi kemudian dirawat di intensive care unit

Berangkat dari hal tersebut, muatan dokumen Renstra Jemaat GPM Rumdai Tahun Berangkat dari hal tersebut, muatan dokumen Renstra Jemaat GPM Rumdai Tahun 2016-2020

Pada penelitian ini pengukuran tekanan darah antara posisi duduk dan posisi berdiri diperoleh perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,000<α=0,05, yang mana perubahan

Jika suatu keluarga, melewati hari-hari tanpa makan dalam seminggu = 3 kali, mengurangi frekuensi makan perhari dalam seminggu 4 kali dan perubahan distibusi makan (prioritas

Yani Kelurahan Mekar Baru Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan tepatnya di Alun- Alun Kota Kisaran atau setidak- tidaknya pada suatu tempat pada suatu

Hal ini ditunjukkan dengan penurunan kadar air bahan, dengan kadar air awal sebesar 90,42 % menjadi 24,19 % produk setelah dikeringkan selama 7 jam pengeringan, karena