YAYASAN EKOTURIN (STUDI TENTANG SEJARAH DAN
SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL
DI DESA BAN, KUBU, KARANGASEM, BALI)
O
O
l
l
e
e
h
h
:
:
N
N
i
i
N
N
y
y
o
o
m
m
a
a
n
n
M
M
u
u
r
r
d
d
a
a
n
n
i
i
,
,
D
D
r
r
a
a
.
.
D
D
e
e
s
s
a
a
k
k
M
M
a
a
d
d
e
e
O
O
k
k
a
a
P
P
u
u
r
r
n
n
a
a
w
w
a
a
t
t
i
i
,
,
M
M
.
.
H
H
u
u
m
m
,
,
Ketut
Sedana Arta, S. Pd., M. Pd
M
M
a
a
h
h
a
a
s
s
i
i
s
s
w
w
a
a
J
J
u
u
r
r
u
u
s
s
a
a
n
n
P
P
e
e
n
n
d
d
i
i
d
d
i
i
k
k
a
a
n
n
S
S
e
e
j
j
a
a
r
r
a
a
h
h
,
,
U
U
n
n
i
i
v
v
e
e
r
r
s
s
i
i
t
t
a
a
s
s
P
P
e
e
n
n
d
d
i
i
d
d
i
i
k
k
a
a
n
n
G
G
a
a
n
n
e
e
s
s
h
h
a
a
S
S
i
i
n
n
g
g
a
a
r
r
a
a
j
j
a
a
e
e
-
-
m
m
a
a
i
i
l
l
:
:
n
n
i
i
n
n
y
y
o
o
m
m
a
a
n
n
m
m
u
u
r
r
d
d
a
a
n
n
i
i
@
@
g
g
m
m
a
a
i
i
l
l
.
.
c
c
o
o
m
m
,
,
o
o
k
k
a
a
p
p
u
u
r
r
n
n
a
a
@
@
y
y
a
a
h
h
o
o
o
o
.
.
c
c
o
o
m
m
,
,
s
s
e
e
d
d
a
a
n
n
a
a
.
.
a
a
r
r
t
t
a
a
@
@
g
g
m
m
a
a
i
i
l
l
.
.
c
c
o
o
m
m
,
,
@
@
u
u
n
n
d
d
i
i
k
k
s
s
h
h
a
a
.
.
a
a
c
c
.
.
i
i
d
d
A ABBSSTTRRAAKKPenelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui latar belakang sejarah didirikanya Yayasan Ekoturin; dan 2) mengetahui sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin di Desa Ban, Kubu, Karangasem Bali. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) heuristik (observasi, wawancara, studi dokumentasi); (2) kritik sumber; (3) interpretasi (analisi data), (4) historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Yayasan Ekoturin yaitu faktor politik, faktor sosial, dan faktor ekonomi: 2) sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin terdiri dari: unsur masukan (raw input), input instrumen, input lingkungan (environmental input), output, kurikulum, tujuan pendidikan, proses pembelajaran, evaluasi, alat pendidikan, pendidik, peserta
didik, dan lingkungan. Dinamika di Yayasan Ekoturin dari input, sejak tahun 2009 sampai
sekarang mengalami penurunan, dan dinamika output di Yayasan Ekoturin di Desa Ban,
Kubu, Karangasem terus stabil.
Kata Kunci: Sejarah, Yayasan Ekoturin
Abstract
This study was aimed to (1) determine the background of the establishment of the Foundation Ekoturin (History and Education system in lagging Regions of Ban village, Kubu, Karangasem, Bali, (2) Know Foundation Ekoturin education system in the village of Ban, Kubu, Karangasem Bali. In this study this, the data collected using methods of historical researc, namely: (1) heuristic (observations, interviews, document study), (2) a source of criticism, (3) interpretation (data analysis), (4) historiography (the writing of history). The results showed that, (1) there are three factors behind the development of the Foundation Ekoturin in Desa Ban, Kubu, Karangasem such as political factors, social factors, and economic factors, (2) the education system in the village of Ban Ekoturin foundation, Kubu, Karangasem consists of (1) the element input (raw input), (2) input instrument, (3) environmental inputs (environmental input), (4) output, (5) curriculum, (6) the purpose of education, (7) the learning process , (8) evaluation, (9) an educational tool, (10) educators, (11) learners, (12) the environment, (13), (3) dynamics in Ekoturin Foundation in Desa Ban, Kubu, Karangasem in terms of inputs from 2009 until now has decreased, and the dynamics of output in Ekoturin Foundation in Desa Ban, Kubu, Karangasem hold steady.
PENDAHULUAN
Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia tidak sekedar hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan ketentuan UUD 1945 khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak memperoleh
pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (Wikan, 2013 : 1). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS),
pendidikan memegang peranan
penting dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi. Namun pemerataan untuk
mendapatkan pendidikan di
Indonesia belum terlaksana dengan maksimal karena adanya berbagai masalah. Masalah pendidikan yang paling dirasakan saat ini adalah
menyangkut rendahnya mutu
pendidikan. Saat ini kondisi
pendidikan di Indonesia masih
belum merata, misalnya di kota-kota
besar sarana dan prasarana
pendidikan sudah sangat maju,
sedangkan didesa-desa hanya
mengandalkan sarana dan
prasarana seadanya. Tidak hanya masyarakat di desa saja yang masih
tertinggal pendidikannya (Hafi
Ansahri: 1982). Bahkan daerah-daerah di Indonesia Timur bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih membutuhkan
guru-guru dari daerah-daerah lain.
Bahkan disisi lain juga masih ada warganegara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena
mereka termasuk ke dalam
warganegara yang kurang mampu
sehingga mereka tidak bisa
merasakan pendidikan. Banyak
anak-anak yang masih di bawah
umur sudah bekerja untuk
membantu orang tua mereka dalam
mempertahankan hidupnya. Untuk
itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin
dan masyarakat terpencil yang
berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6
persen dari total penduduk
Indonesia (Ary Gunawan : 2009). Masalah klasik yang menjadi wajah khas pendidikan Indonesia
adalah kualitas pelayanan
pendidikan yang ada di daerah
tertinggal. Hal ini banyak
dipengaruhi oleh faktor geologis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan karakteristik setiap daerah
yang berbeda – beda dan juga
masalah paradigma dan kepedulian
masyarakat tertinggal tentang
pentingnya pendidikan. Hal ini
semakin kompleks dengan tidak
adanya upaya pembenahan
kesejahteraan masyarakat di daerah
terpencil. Ada beberapa faktor
penghambat yang menjadikan upaya pencerdasan di daerah tertinggal
seringkali mengalami banyak
hambatan. Faktor – faktor tersebut adalah rendahnya sumber daya
manusia di wilayah tersebut
terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan, yang kedua adalah faktor infrastruktur atau sarana dan
prasarana pendidikan dan
pendukung lainya yang terbatas, ketiga adalah faktor perekonomian penduduk didaerah terpencil yang masih sangat rendah, keempat adalah paradigma masyarakat yang masih memandang sebelah mata
tentang pendidikan dan yang
terakhir adalah budaya masyarakat yang masih belum lepas dari
suasana primitif dan menolak
masuknya pengaruh luar yang
mereka anggap membahayakan
Pemerintah sebenarnya sudah mengupayakan pemerataan
pendidikan sejak tahun 1984.
Dengan mulai dari pemerataan
pendidikan sekolah dasar,
selanjutnya diikuti dengan wajib belajar 9 tahun sejak 2 Mei 1994. Walapun wajib belajar 9 tahun direncanakan tuntas pada tahun 2008 sampai tahun 2006 masih banyak rakyat Indonesia yang belum dapat menyelesaikan sekolah dasar (Eka Amalia : 2007). Selain itu dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, banyak hal yang telah
dilakukan pemerintah seperti
penyempurnaan kurikulum,
menyediakan sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas pengajaran di
kelas dan lain-lain. Pada
kenyataannya di Indonesia banyak daerah yang pendidikannya masih tertinggal.
Keadaan demikian juga
terjadi di Desa Ban, Kubu,
Karangasem Bali. Berdasarkan hasil
wawancara (Bapak Komang
Kurniawan: 20 Desember 2013), salah satu daerah yang masih tertinggal yaitu pendidikan di desa Ban Kubu, Karangasem. Desa Ban merupakan desa yang letaknya di kaki lereng Gunung Agung. Desa Ban merupakan salah satu desa yang terancam sulit menyenyam
pendidikan. Masalah ini terjadi
karena adanya hambatan geografis. Selain disebabkan karena hambatan
geografis adanya hambatan
demografis menyebabkan
rendahnya pendidikan. Hambatan demografis yaitu adanya masyarakat
yang belum mengerti tentang
pentingnya pendidikan dan keadaan ekonomi masyarakat yang kurang
mampu. Dari hasil wawancara
masalah didapatkan bahwa di Desa Ban ribuan orang hidup dalam kemiskinan tanpa air, sanitasi, jalan, sekolah, fasilitas kesehatan, listrik dan buta huruf mendekati 100 % tahun 1998 sebelum berdirinya Yayasan Ekotorin. Hal-hal tersebut
berakibat bahwa pembangunan
pendidikan tidak dapat terlaksana dengan maksimal karena berlokasi di daerah terpencil.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yang ada di daerah terpencil, khususnya di Desa Ban, Kubu, Karangasem sejak tahun 1998 yaitu melaksanakan Pendidikan Non Formal. Lembaga pendidikan non formal ini merupakan jenjang pendidikan yang diambil di luar satuan pendidikan formal dalam rangka mempersiapkan potensi diri sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat. Pendidikan non formal
berfungsi untuk melengkapi
kemampuan peserta didik dengan
jalan memberikan pengalaman
belajar yang di peroleh dalam
kurikulum pendidikan formal
(Sudjana, 2004:76). Pada lembaga pendidikan non formal ini mereka mendapat pendidikan dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang praktis yang tentunya dapat di gunakan dalam masyakat dimana
anak itu tinggal. Berdasarkan
pemaparan kondisi di atas, maka perlu dilakukan studi tentang sejarah dan sitem pendidikan di Yayasan
Ekoturin di Desa Ban, Kubu,
Karangasem, Provinsi Bali.
METODE
Penelitian ini merupakan
penelitian sejarah. Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Heuristik atau mengumpulkan jejak peristiwa. Pengumpulan
jejak-jejak peristiwa ditujukan untuk
menemukan serta mengumpulkan
peristiwa yang akan dijadikan
sumber penulisan sejarah. Secara umum sumber yang dipergunakan terdiri dari dua kategori yaitu sumber tertulis (tulisan) dan sumber tak
tertulis (lisan). Bebepa teknik
pengambilan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan
teknik dokumentasi. Penentuan
informan untuk melakukan
Purposive Sampling, yaitu pengambilan dengan tujuan tertentu yakni dengan mempertimbangkan
bahwa informan atau subyek
penelitian dianggap memiliki
kemampuan dan dapat memahami permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.
Setelah sumber-sumber
terkumpul dari berbagai kategori,
tahap berikutnya adalah kritik
sumber untuk memperoleh
keabsahan dari sumber yang telah didapat (Abdurahman, 2007 : 68). Fakta-fakta yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah terakhir yang ditempuh ialah melakukan analisis dalam wujud uraian (rekonstruksi peristiwa di masa lalu), yang dengan akurat memberikan unsur (apa, di mana,
siapa, kapan, mengapa, dan
bagaimana) sehingga menjadi suatu
cerita dan sebagai upaya
pertanggung jawaban pada
kebenaran objek merupakan urat nadi penggambaran sejarah (Widja, 2005 : 2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Berdirinya Yayasan Ekoturin
Berdirinya pendidikan
nonformal di Indonesia, diawali
dengan pembagian jenis-jenis
pendidikan di Indonesia. Jenis – jenis pendidikan dalam Pasal 11, ayat 1 sampai dengan 8, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 (Sabri Alisuf, 2005: 60) merupakan pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya.
Adapun jenis-jenis pendidikan
tersebut antara lain. Pendidikan
formal (Pendidikan Umum,
Pendidikan Kejuruan, Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Keagamaan, Pendidikan
Akademik, dan Pendidikan
Profesional. Pendidikan nonformal
(Pendidikan Sosial, Pendidikan
Masyarakat, Pendidikan Rakyat, dan lain-lain).
Pendidikan nonformal
sebenarnya bukanlah barang baru dalam dunia pendidikan. Pendidikan nonformal telah hidup dan menyatu
di dalam kehidupan setiap
masyarakat jauh sebelum muncul
dan memasyarakatnya sistem
persekolahan. Pendidikan nonformal mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang
sudah ada di pendidikan
persekolahan. Pendidikan nonformal
timbul dari konsep pendidikan
seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada
pendidikan persekolahan atau
pendidikan formal saja. Pendidikan nonformal merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam study kependidikan pada akhir tahun tujuh puluhan (Sudjana, 2004 : 13).
Tahun 1967 istilah
pendidikan nonformal mulai
diperhitungkan, hal ini dilakukan setelah terjadi krisis pendidikan dan
ekonomi dunia. Perkembangan
pendidikan formal pada tahun itu sangat lambat, selain karena sangat besar biaya yang diperlukan untuk mengembangkan pendidikan formal, hal ini juga di akibatkan oleh kelambanan masyarakat menerima kemajuan pendidikan pada saat itu. Dari titik awal inilah para perencana pendidikan dan ekonomi dari Bank
Dunia membedakan pendidikan
formal, nonformal, dan informal (Abdulhak dan Suprayogi, 2012 : 18). Setelah di akuinya pendidikan non formal, muncullah istilah-istilah kependidikan. Istilah kependidikan nonformal yang lahir pada tahun tujuh puluhan itu adalah Pendidikan
Sepanjang hayat (life long
education), pendidikan
pembaharuan (recurrent education),
pendidikan abadi (permanent
education), pendidikan informal
(informal education), pendidikan
masyarakat (community education),
pendidikan perluasan (extension
education), pendidikan sosial (sosial education) pendidikan orang dewasa (adult education), dan pendidikan berkelanjutan (continuing education) (Sudjana, 2004 :13).
Yayasan Ekoturin
merupakan lembaga pendidikan
nonformal yang sudah dirintis sejak
tahun 1998. Adapun sejarah
berdirinya Kegiatan belajar Yayasan Ekoturin Yayasan Ekoturin tidak
terlepas dari beberapa faktor.
Pendidikan Nonformal merupakan
salah satu penemuan paling
menentukan dalam abad ini yang lebih hebat dari pendidikan formal (Ruwiyanto, 1994: 18). Hal ini terbukti pendidikan nonformal dapat digunakan dengan lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, untuk segala strata ekonomi, strata sosial, dan strata pendidikan, di samping dapat pula untuk ikut memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan yang
mendesak atau meresahkan
(Ruwiyanto, 1994: 18).
Selain terdapat faktor politik, dan faktor sosial, faktor budaya dalam pendirian Yayasan Ekoturin, masih terdapat faktor ekonomi yang
melandasi berdirinya Yayasan
Ekoturin. Salah satu tujuannya yaitu untuk mengoptimalkan potensi diri peserta didiknya untuk bisa diterima pada dunia kerja, dan selanjutnya mampu memperbaiki kemampuan ekonomi keluarganya, yang rata-rata
tergolong kurang mampu.
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Komang Kurniawan (44 tahun), selaku Ketua Yayasan pada tanggal 7 Mei 2014, mengenai tujuan pendirian Yayasan Ekoturin, beliau mengatakan sebagai berikut
“salah satu tujuan pendirian
Yayasan Ekoturin adalah
meningkatkan taraf hidup peserta didik kami, yang salah satunya
dengan cara pendidikan yang
menyesuaikan dengan keperluan dunia kerja. Hal ini terbukti dengan
berhasilnya alumni didikan kami mendapatkan pekerjaan di bidang pariwista”.
Berdasarkan hasil
wawancara tersebut, dapat
dibuktikan bahwa salah satu
penyebab didirikannya Yayasan
Ekoturin yaitu meningkatkan taraf hidup peserta didiknya, terutama pada bidang ekonomi yang rata-rata peserta didik Yayasan Ekoturin tergolong kurang mampu. Ini terbukti
dari pihak Yayasan Ekoturin
memberikan kesempatan siswanya
dalam bentuk membantu
melaksanakan program-program di Yayasan Ekoturin dan memberikan pelatihan-pelatihan kursus Bahasa Inggris. Sehingga bagi alumni yang tamatan Yayasan Ekoturin punya
skil (keterampilan) jika mereka
mencari pekerjaan di kantoran
maupun swasta.
Proses pendirian dan
perkembangan Yayasan Ekoturin, dari hasil wawancara dengan Ketua
Yayasan Ekoturin Komang
Kurniawan pada tanggal 27 Mei
2014 mengatakan bahwa “tujuan
awal pendirian Yayasan Ekoturin adalah memberi pendidikan kepada
anak-anak kurang mampu dan
menekan tingginya angka buta
aksara dengan mendirikan program pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA”.
Awal pendiriannya Program Paket A setara SD didirikan di Desa Bungan pada tahun 1998 kemudian perkembangan selajutnya Paket B setara SMP didirikan di Desa Jati Tuhu pada tahun 2000 Kemudian untuk perkembangan selanjutnya pada tahun 2008 sampai sekarang didirikan Program pendidikan seperti
Kejar Paket C setara SMA,
Pendidikan Keaksaraan dasar yang di kembangkan di Desa Cegii dan Desa Daji.
Kurikulum yang berlaku di Yayasan Ekoturin dari awal berdiri sampai sekarang tidak jauh berbeda
dengan kurikulum yang berlaku di sekolah formal. Karena dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Gede Sujana Ardika (31)
selaku Wakasek kurikulum di
Yayasan Ekoturin, dari awal berdiri
1998 sampai sekarang dalam
program pendidikan kesetaraan
yang dilakukan Yayasan Ekoturin
harus menyesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan di
lembaga pendidikan formal, agar bisa mengikuti bagaimana proses dan hasil belajar dari pendidikan formal.
Selain itu penggunaan
kurikulum yang hampir sama dengan pendidikan formal dapat dibuktikan
juga dengan hasil wawancara
dengan Komang Sriani (15) pada tanggal 30 Juni 2014 siswa Yayasan Ekoturin yang mengatakan sebagai
berikut. “mata pelajaran yang
diberikan di Kegiatan Belajar
Yayasan Ekoturin sama dengan mata pelajaran yang terdapat di sekolah formal, yaitu seperti mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, dan mata
pelajaran umum yang sering
diberikan pada pendidikan formal,
serta beberapa pelajaran
ketrampilan seperti menjahit,
pertanian dan kesehatan dan lain-lain” mengapa saya katakana hampir sama karena saya sering belajar dan
membandingkan mata pelajaran
dengan siswa yang bersekolah di Sekolah Negeri”. Hasil wawancara
tersebut menunjukan bahwa
kurikulum yang digunakan Yayasan
Ekoturin menyesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan lembaga pendidikan formal, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang masih dipergunakan sampai sekarang. Penerapannya tidak ada perbedaan yang mencolok, hanya saja berbeda pada bobot bahan ajar, hal ini bertujuan untuk mengimbangi kemampuan dari peserta didik di Yayasan Ekoturin.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, Yayasan
Ekoturin merupakam lembaga
pendidikan nonformal terbesar di
kecamatan Kubu Karangasem.
Berdirinya lembaga pendidikan ini dilatarbelakangi oleh faktor politik ,faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor politik yang dimaksud disini adalah berlakunya Pasal 11, ayat 1 sampai dengan 8, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 tentang pembagian jenis-jenis pendidikan. Berdasarkan
pembagian tersebut, dipandang
perlu oleh David J Booth bersama
kawan-kawannya mendirikan
pendidikan nonformal. Hal ini
dipertegas lagi dengan bunyi dari
pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, dan UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang berarti bahwa setaip warga negara berhak mendapatkan
pendidikan baik kaya maupun
miskin. Kemudian yang dimaksud
pada faktor sosial adalah
keprihatinan dari David J Booth
terhadap sedikitnya masyarakat
Desa Ban yang merasakan
pendidikan, membuat beliau
berusaha untuk dibentuknya
Yayasan Ekoturin, agar masyarakat yang tidak mampu bersekolah di pendidikan formal bisa merasakan
pendidikan dan bersekolah di
Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kecamatan Kubu Karangasem.
Kemudian faktor penyebab berdirinya Yayasan Ekoturin adalah
faktor ekonomi. Dimana faktor
ekonomi ini sesuai dengan tujuan didirikannya Yayasan Ekoturin . Dimana salah satu tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup peserta didiknya, khususnya pada bidang ekonomi yang dimana dilakukan
memberikan pendidikan yang
berkualitas dan diterima pada dunia kerja.
Sistem Pendidikan Yayasan Ekoturin
Yayasan Ekoturin memiliki
status terakreditasi melalui
Keputusan Pemerintah Kabupaten
Karangasem melalui Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
No:
421.9/190/PAUD/PNF-P0/DISDIKPORA/2013 tentang Izin Penyelenggaran Pendidikan Non Formal yang berlaku mulai 10 Oktober 2013 S/D 10 Oktober 2015 yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Karangasem Drs. I Gede
Ariyasa. Sekretariat Yayasan
Ekoturin terletak di Jalan raya Desa Ban Kubu, Karangasem. Yayasan
Ekoturin merupakan Yayasan
belajar milik donatur asing David John Booth yang berasal dari Inggris
dan tinggal di Desa Dalung
Kecamatan Kuta Kabupaten
Badung. Yayasan Ekoturin ini danai oleh ALF (Annika linden Foundation) bekerjasama dengan YKIP (Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi) yang
bekerjasama EBPP (East Bali
Proverty Projeck ) yang dibangun pada tahun 1998.
Struktur organisasi sangat
penting bagi sebuah lembaga
pendidikan nonformal yang
melibatkan jumlah tenaga kerja yang banyak dan terbagi dalam berbagai
bidang yang kompleks. Untuk
memudahkan dalam memisahkan wewenang dan tanggung jawab
diperlukan adanya struktur
organisasi yang disusun dengan
tujuan menghindarkan dari
kesimpangan siuran dalam
pelaksanaan dalam pelaksanaan tugas (Sudarsono,1996).
Yayasan Ekoturin sebagai
lembaga pendidikan nonformal
mempunyai struktur organisasi yang fungsinya juga menstruktur dan memudahkan dalam memisahkan wewenang dan tanggung jawab di
sekolah. Sebagaimana halnya
pendidikan formal, pendidikan
nonformal pun mempunyai sistem pendidikan. Selain adanya Raw Input (input masukan), Instrumen
Input (input instrument), dan
Environmental Input (input
lingkungan) dalam sistem
pendidikannya. Input Instrumen
merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan proses belajar mengajar. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Geda Kari sebagai Team leader dalam meyediakan
sarana prasarana di Yayasan
Ekoturin pada tanggal 28 Mei 2014
dalam wawancara beliau
mengatakan sebagai berikut
“mengenai sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran, karena Kegiatan belajar di Yayasan Ekoturin menggunakan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), jadi guru ataupun
pamong belajar memerlukan metode pembelajaran, Silabus, RPP dan beberapa perangkat pembelajaran lainnya seperti yang ada pada
pendidikan formal dalam
melangsungkan proses
pembelajaran. Kemudian untuk lebih menunjang proses pendidikan juga, kami menyediakan perpustakaan, ruang belajar, dan Lab untuk
mempermudah proses
pembelajaran”.
Berdasarkan hasil
wawancara tersebut menandakan
bahwa Yayasan mengusahakan
segala bentuk sarana dan prasarana
belajar untuk peserta didiknya.
Usaha tersebut terbukti dari
kurikulum yang selalu terus
berkembang mengikuti
perkembangan sistem pendidikan di
Indonesia, dan penggunaan
perangkat pembelajaran yang
bertujuan untuk mempermudah
siswa dalam melakukan proses
pembelajaran. Selain dengan
memenuhi penggunaan
perangkat-perangkat pembelajaran dalam
membantu proses pembelajaran, pihak Yayasan Ekoturin juga
mendirikan ruang belajar,
perpustakaan, dan Lab untuk
membantu sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran.
Sistem pendidikan baik dari
Masukan (input), sarana dan
prasarana (instrumen), lingkungan
(environmental) proses dan
Keluaran (output) yang berlangsung di Yayasan Ekoturin memberikan pengaruh yang besar bagi kemajuan peserta didik Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kubu Karangasem. Input siswa di Yayasan Ekoturin Berasal dari Desa Pengulasan, Desa Bunga, Desa Manikaji, dan Desa Jatu Tuhu.
Instrumen di Yayasan Ekoturin
terbilang cukup memadai, dimana
tersedia ruang belajar,
perpustakaan, dan lab untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu juga, proses pembelajaran di Yayasan Ekoturin pamong belajar atau guru menggunakan
perangkat-perangkat pembelajaran untuk
mempermudah proses
pembelajaran. Environmental dari
peserta didik di Yayasan Ekoturin tergolong kurang mampu, karena rata-rata penghasilan orang tua siswa di bawah Rp. 500.000.
Mengenai proses, Kurikulum pembelajaran yang dilaksanakan di
Yayasan Ekoturin menggunakan
kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam proses pelaksanaannya, kurikulum tersebut dilaksanakan dengan siswa belajar dimulai pada pukul 07.30 Wita. Kegiatan belajar mengajar diawali
dengan melakukan Tri Sandya
bersama. Dengan adanya aturan seperti ini, maka proses belajar mengajar di sekolah akan menjadi lebih efektif. Hubungan sosial antar
komponen sekolah di Yayasan
Ekoturin, baik hubungan siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan pegawai, guru dengan guru, guru dengan pegawai maupun kepala sekolah dengan bawahannya
sudah berjalan dengan baik
meskipun mereka berbeda kelas, agama, ekonomi, latar belakang, sikap budaya dan lain-lain. Keluaran
(Output), untuk siswa tamatan
Yayasan Ekoturin yang melanjutkan
ke perguruan tinggi hampir bisa dikatakan sedikit, hal ini disebabkan karena memang dari segi ekonomi siswa tamatan Yayasan Ekoturin rata-rata kurang mampu. Namun sebagian besar siswa tamatan Yayasan Ekoturin bisa berkerja, ada yang sebagai pegawai toko, satpam,
dan pekerjaan-pekerjaan yang
menerima tamatan Paket C.
Tujuan Pendidikan di Yayasan
Ekoturin
Setiap pendidikan memiliki tujuan yang akan menentukan ke arah mana anak didik dibawa dan memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan. Menurut Purwanto (1995:19) bahwa tujuan pendidikan ialah membawa anak kepada pendewasaannya yang berarti ia harus menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Menurut hasil wawancara dengan Bapak I Gd Sujana Ardika (55) Bahwa tujuan pendidikan di Yayasan Ekoturin antara lain sebagai berikut.
“karena sekolah kami merupakan sekolah nonformal untuk anak-anak
kurang mampu, maka tujuan
pendidikan kami antara lain tentu memberi kesempatan pendidikan kepada anak-anak kurang mampu, dan membrantas anak-anak yang
masih mengalami buta aksara.
Selain itu juga, kami disini memiliki
tujuan membentuk anak-anak
berbudi pekerti luhur, bersifat
mandiri, dan anak-anak yang cerdas dan mampu bersaing pada dunia kerja. Akan tetapi untuk memenuhi itu semua kami dari pihak sekolah sangat berharap banyak kepada pemerintah untuk dapat memberi
bantuan kepada kami dalam
melaksanakan program-program
kami”
Pernyataan di atas sesuai dengan tujuan pendidikan yang diberikan Yayasan Ekoturin kepada anak-anak kurang mampu yang tercantum
dalam di dalam visi dan misi Yayasan Ekoturin sebagai berikut. Dalam mencapai tujuan pendidikan Yayasan Ekoturin yang terdapat pada visi dan misinya, maka pihak Yayasan Ekoturin harus memiliki strategi yang sesuai agar mampu
mencapai tujuan pendidikannya
tersebut. Adapun strategi yang
dilakukan Yayasan Kegiatan belajar Yayasan Ekoturin sebagai berikut. (1). Meningkatkan pendidikan yang terpadu dan sesuai bagi anak-anak sebagai dasar kemandirian, (2). Meningkatkan perbaikan Gizi melalui makanan bergizi untuk ketahanan pangan, dan (3). Menyelenggarakan program pembelajaran percontohan untuk pelatihan dan bimbingan serta pertumbuhan bakat baik terhadap sumber belajar, warga belajar dan kelembagaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila di lihat dari strategi atau
upaya yang dilakukan pihak
Yayasan Ekoturin, pihak lembaga sudah berusaha dengan baik untuk
meningkatkan kualitas
kelembagaan, meningkatkan
kerjasama atau kemitraan, dan
mengupayakan fasilitas yang
diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan Yayasan Ekoturin. Dimana tujuannya seperti yang terdapat pada visi dan misi yaitu memberikan pendidikan serta
pelayanan terhadap anak-anak
kurang mampu agar memiliki
prestasi serta mampu bersaing di dunia kerja. Hal ini sejalan dengan
UU No.20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang bertujuan
dan berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdasakan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bermanfaat dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap,
mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab (Sardiman,2004:
KESIMPULAN DAN SARAN
Yayasan Ekoturin merupakan
lembaga pendidikan Nonformal
terbesar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Terdapat tiga
faktor yang melatarbelakangi
pembangunan Yayasan Ekoturin
yaitu faktor politik, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Sistem pendidikan di
Yayasan Ekoturin terdiri dari
beberapa unsur yaitu: unsur
masukan (raw input), input
instrumen, input lingkungan
(environmental input), output,
kurikulum, tujuan pendidikan, proses
pembelajaran, evaluasi, alat
pendidikan, pendidik, peserta didik,
dan lingkungan. Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal di Desan Ban, Kecamata
Kubu, Kabupaten Karangasem.
Yayasan Ekoturin sebagai
organisasi nonformal perlu
melakukan pengarsipan data-data dengan baik, sehingga nantinya data-data tersebut dapat dijadikan
sumber dalam penelitian. Bagi
aparatur pemerintah, khususnya
pemerintah Daerah Kabupaten
Karangasem diharapkan lebih
memberikan perhatian kepada
Yayasan Ekoturin agar terus dijaga eksistensi Yayasan Ekoturin ini.
Saran
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam
pengembangan pendidikan,
khususnya pendidikan nonformal di
Desan Ban Kecamata Kubu
Karangasem Yayasan Ekoturin
sebagai organisasi nonformal, agar
dilakukan pengarsipan data-data
dengan baik, sehingga nantinya data-data tersebut dapat dijadikan sumber dalam penelitian.
Agar dilakukan penelitian sejenis
menyeluruh serta substansi yang belum dikaji dalam penelitian ini, karena pembahasan dalam lingkup pendidikan pun masih terbatas, sehingga perlu pembahasan lebih
menyeluruh terkait dengan
perkembangan pendidikan di Desa Ban, khususnya di Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kubu Karangasem.
Bagi aparatur pemerintah,
khususnya pemerintah Daerah
Kabupaten Karangasem diharapkan lebih memberikan perhatian kepada Yayasan Ekoturin agar terus dijaga eksistensi Yayasan Ekoturin ini.
DAFTAR RUJUKAN
Abdulhak, Ishak & Ugi Suprayogi.
2012. Penelitian Tindakan
Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anshari, Hafi. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Depdikbud. 1992. Sejarah
Pendidikan Daerah Bali.
Denpasar.
Gunawan, Ary.2009.
Kebijakan-KebijakanPendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasir, Ridwan. 2005. Mencari
Tipologi Format Pendidik Ideal Di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Purwanto, M. Ngalim. 1995. Ilmu
Kependidikan dan Praktis,
Edisi Kedua. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Ruwiyanto, Wahyudi. 1994, Peranan
Pendidikan dalam
Pengentasan Masyarakat
Miskin Pendekatan Analisis Organisasi Secara Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjnana. 2004, Pendidikan Non
Formal, Falah Prodactian:
Bandung.
Widja, I Gede dan I Gusti Made Aryana. 2004. Filsafat Sejarah
Suatu Perspektif Dalam
Pengembangan Wawasan
Kesejarahan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Widja, I Gede dan I Made Pageh.
2005. Metodologi Sejarah.
Singaraja: IKIP Negeri