• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAYASAN EKOTURIN (STUDI TENTANG SEJARAH DAN SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL DI DESA BAN, KUBU, KARANGASEM, BALI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "YAYASAN EKOTURIN (STUDI TENTANG SEJARAH DAN SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL DI DESA BAN, KUBU, KARANGASEM, BALI)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN EKOTURIN (STUDI TENTANG SEJARAH DAN

SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL

DI DESA BAN, KUBU, KARANGASEM, BALI)

O

O

l

l

e

e

h

h

:

:

N

N

i

i

N

N

y

y

o

o

m

m

a

a

n

n

M

M

u

u

r

r

d

d

a

a

n

n

i

i

,

,

D

D

r

r

a

a

.

.

D

D

e

e

s

s

a

a

k

k

M

M

a

a

d

d

e

e

O

O

k

k

a

a

P

P

u

u

r

r

n

n

a

a

w

w

a

a

t

t

i

i

,

,

M

M

.

.

H

H

u

u

m

m

,

,

Ketut

Sedana Arta, S. Pd., M. Pd

M

M

a

a

h

h

a

a

s

s

i

i

s

s

w

w

a

a

J

J

u

u

r

r

u

u

s

s

a

a

n

n

P

P

e

e

n

n

d

d

i

i

d

d

i

i

k

k

a

a

n

n

S

S

e

e

j

j

a

a

r

r

a

a

h

h

,

,

U

U

n

n

i

i

v

v

e

e

r

r

s

s

i

i

t

t

a

a

s

s

P

P

e

e

n

n

d

d

i

i

d

d

i

i

k

k

a

a

n

n

G

G

a

a

n

n

e

e

s

s

h

h

a

a

S

S

i

i

n

n

g

g

a

a

r

r

a

a

j

j

a

a

e

e

-

-

m

m

a

a

i

i

l

l

:

:

n

n

i

i

n

n

y

y

o

o

m

m

a

a

n

n

m

m

u

u

r

r

d

d

a

a

n

n

i

i

@

@

g

g

m

m

a

a

i

i

l

l

.

.

c

c

o

o

m

m

,

,

o

o

k

k

a

a

p

p

u

u

r

r

n

n

a

a

@

@

y

y

a

a

h

h

o

o

o

o

.

.

c

c

o

o

m

m

,

,

s

s

e

e

d

d

a

a

n

n

a

a

.

.

a

a

r

r

t

t

a

a

@

@

g

g

m

m

a

a

i

i

l

l

.

.

c

c

o

o

m

m

,

,

@

@

u

u

n

n

d

d

i

i

k

k

s

s

h

h

a

a

.

.

a

a

c

c

.

.

i

i

d

d

A ABBSSTTRRAAKK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui latar belakang sejarah didirikanya Yayasan Ekoturin; dan 2) mengetahui sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin di Desa Ban, Kubu, Karangasem Bali. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) heuristik (observasi, wawancara, studi dokumentasi); (2) kritik sumber; (3) interpretasi (analisi data), (4) historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Yayasan Ekoturin yaitu faktor politik, faktor sosial, dan faktor ekonomi: 2) sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin terdiri dari: unsur masukan (raw input), input instrumen, input lingkungan (environmental input), output, kurikulum, tujuan pendidikan, proses pembelajaran, evaluasi, alat pendidikan, pendidik, peserta

didik, dan lingkungan. Dinamika di Yayasan Ekoturin dari input, sejak tahun 2009 sampai

sekarang mengalami penurunan, dan dinamika output di Yayasan Ekoturin di Desa Ban,

Kubu, Karangasem terus stabil.

Kata Kunci: Sejarah, Yayasan Ekoturin

Abstract

This study was aimed to (1) determine the background of the establishment of the Foundation Ekoturin (History and Education system in lagging Regions of Ban village, Kubu, Karangasem, Bali, (2) Know Foundation Ekoturin education system in the village of Ban, Kubu, Karangasem Bali. In this study this, the data collected using methods of historical researc, namely: (1) heuristic (observations, interviews, document study), (2) a source of criticism, (3) interpretation (data analysis), (4) historiography (the writing of history). The results showed that, (1) there are three factors behind the development of the Foundation Ekoturin in Desa Ban, Kubu, Karangasem such as political factors, social factors, and economic factors, (2) the education system in the village of Ban Ekoturin foundation, Kubu, Karangasem consists of (1) the element input (raw input), (2) input instrument, (3) environmental inputs (environmental input), (4) output, (5) curriculum, (6) the purpose of education, (7) the learning process , (8) evaluation, (9) an educational tool, (10) educators, (11) learners, (12) the environment, (13), (3) dynamics in Ekoturin Foundation in Desa Ban, Kubu, Karangasem in terms of inputs from 2009 until now has decreased, and the dynamics of output in Ekoturin Foundation in Desa Ban, Kubu, Karangasem hold steady.

(2)

PENDAHULUAN

Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia tidak sekedar hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan ketentuan UUD 1945 khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri

melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak memperoleh

pendidikan dan memperoleh

manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (Wikan, 2013 : 1). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni (IPTEKS),

pendidikan memegang peranan

penting dalam mempersiapkan

sumber daya manusia yang

berkualitas dan berdaya saing tinggi. Namun pemerataan untuk

mendapatkan pendidikan di

Indonesia belum terlaksana dengan maksimal karena adanya berbagai masalah. Masalah pendidikan yang paling dirasakan saat ini adalah

menyangkut rendahnya mutu

pendidikan. Saat ini kondisi

pendidikan di Indonesia masih

belum merata, misalnya di kota-kota

besar sarana dan prasarana

pendidikan sudah sangat maju,

sedangkan didesa-desa hanya

mengandalkan sarana dan

prasarana seadanya. Tidak hanya masyarakat di desa saja yang masih

tertinggal pendidikannya (Hafi

Ansahri: 1982). Bahkan daerah-daerah di Indonesia Timur bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih membutuhkan

guru-guru dari daerah-daerah lain.

Bahkan disisi lain juga masih ada warganegara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena

mereka termasuk ke dalam

warganegara yang kurang mampu

sehingga mereka tidak bisa

merasakan pendidikan. Banyak

anak-anak yang masih di bawah

umur sudah bekerja untuk

membantu orang tua mereka dalam

mempertahankan hidupnya. Untuk

itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin

dan masyarakat terpencil yang

berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6

persen dari total penduduk

Indonesia (Ary Gunawan : 2009). Masalah klasik yang menjadi wajah khas pendidikan Indonesia

adalah kualitas pelayanan

pendidikan yang ada di daerah

tertinggal. Hal ini banyak

dipengaruhi oleh faktor geologis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan karakteristik setiap daerah

yang berbeda – beda dan juga

masalah paradigma dan kepedulian

masyarakat tertinggal tentang

pentingnya pendidikan. Hal ini

semakin kompleks dengan tidak

adanya upaya pembenahan

kesejahteraan masyarakat di daerah

terpencil. Ada beberapa faktor

penghambat yang menjadikan upaya pencerdasan di daerah tertinggal

seringkali mengalami banyak

hambatan. Faktor – faktor tersebut adalah rendahnya sumber daya

manusia di wilayah tersebut

terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan, yang kedua adalah faktor infrastruktur atau sarana dan

prasarana pendidikan dan

pendukung lainya yang terbatas, ketiga adalah faktor perekonomian penduduk didaerah terpencil yang masih sangat rendah, keempat adalah paradigma masyarakat yang masih memandang sebelah mata

tentang pendidikan dan yang

terakhir adalah budaya masyarakat yang masih belum lepas dari

suasana primitif dan menolak

masuknya pengaruh luar yang

mereka anggap membahayakan

(3)

Pemerintah sebenarnya sudah mengupayakan pemerataan

pendidikan sejak tahun 1984.

Dengan mulai dari pemerataan

pendidikan sekolah dasar,

selanjutnya diikuti dengan wajib belajar 9 tahun sejak 2 Mei 1994. Walapun wajib belajar 9 tahun direncanakan tuntas pada tahun 2008 sampai tahun 2006 masih banyak rakyat Indonesia yang belum dapat menyelesaikan sekolah dasar (Eka Amalia : 2007). Selain itu dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, banyak hal yang telah

dilakukan pemerintah seperti

penyempurnaan kurikulum,

menyediakan sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas pengajaran di

kelas dan lain-lain. Pada

kenyataannya di Indonesia banyak daerah yang pendidikannya masih tertinggal.

Keadaan demikian juga

terjadi di Desa Ban, Kubu,

Karangasem Bali. Berdasarkan hasil

wawancara (Bapak Komang

Kurniawan: 20 Desember 2013), salah satu daerah yang masih tertinggal yaitu pendidikan di desa Ban Kubu, Karangasem. Desa Ban merupakan desa yang letaknya di kaki lereng Gunung Agung. Desa Ban merupakan salah satu desa yang terancam sulit menyenyam

pendidikan. Masalah ini terjadi

karena adanya hambatan geografis. Selain disebabkan karena hambatan

geografis adanya hambatan

demografis menyebabkan

rendahnya pendidikan. Hambatan demografis yaitu adanya masyarakat

yang belum mengerti tentang

pentingnya pendidikan dan keadaan ekonomi masyarakat yang kurang

mampu. Dari hasil wawancara

masalah didapatkan bahwa di Desa Ban ribuan orang hidup dalam kemiskinan tanpa air, sanitasi, jalan, sekolah, fasilitas kesehatan, listrik dan buta huruf mendekati 100 % tahun 1998 sebelum berdirinya Yayasan Ekotorin. Hal-hal tersebut

berakibat bahwa pembangunan

pendidikan tidak dapat terlaksana dengan maksimal karena berlokasi di daerah terpencil.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yang ada di daerah terpencil, khususnya di Desa Ban, Kubu, Karangasem sejak tahun 1998 yaitu melaksanakan Pendidikan Non Formal. Lembaga pendidikan non formal ini merupakan jenjang pendidikan yang diambil di luar satuan pendidikan formal dalam rangka mempersiapkan potensi diri sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat. Pendidikan non formal

berfungsi untuk melengkapi

kemampuan peserta didik dengan

jalan memberikan pengalaman

belajar yang di peroleh dalam

kurikulum pendidikan formal

(Sudjana, 2004:76). Pada lembaga pendidikan non formal ini mereka mendapat pendidikan dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang praktis yang tentunya dapat di gunakan dalam masyakat dimana

anak itu tinggal. Berdasarkan

pemaparan kondisi di atas, maka perlu dilakukan studi tentang sejarah dan sitem pendidikan di Yayasan

Ekoturin di Desa Ban, Kubu,

Karangasem, Provinsi Bali.

METODE

Penelitian ini merupakan

penelitian sejarah. Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Heuristik atau mengumpulkan jejak peristiwa. Pengumpulan

jejak-jejak peristiwa ditujukan untuk

menemukan serta mengumpulkan

peristiwa yang akan dijadikan

sumber penulisan sejarah. Secara umum sumber yang dipergunakan terdiri dari dua kategori yaitu sumber tertulis (tulisan) dan sumber tak

tertulis (lisan). Bebepa teknik

pengambilan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan

teknik dokumentasi. Penentuan

informan untuk melakukan

(4)

Purposive Sampling, yaitu pengambilan dengan tujuan tertentu yakni dengan mempertimbangkan

bahwa informan atau subyek

penelitian dianggap memiliki

kemampuan dan dapat memahami permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

Setelah sumber-sumber

terkumpul dari berbagai kategori,

tahap berikutnya adalah kritik

sumber untuk memperoleh

keabsahan dari sumber yang telah didapat (Abdurahman, 2007 : 68). Fakta-fakta yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah terakhir yang ditempuh ialah melakukan analisis dalam wujud uraian (rekonstruksi peristiwa di masa lalu), yang dengan akurat memberikan unsur (apa, di mana,

siapa, kapan, mengapa, dan

bagaimana) sehingga menjadi suatu

cerita dan sebagai upaya

pertanggung jawaban pada

kebenaran objek merupakan urat nadi penggambaran sejarah (Widja, 2005 : 2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Berdirinya Yayasan Ekoturin

Berdirinya pendidikan

nonformal di Indonesia, diawali

dengan pembagian jenis-jenis

pendidikan di Indonesia. Jenis – jenis pendidikan dalam Pasal 11, ayat 1 sampai dengan 8, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 (Sabri Alisuf, 2005: 60) merupakan pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya.

Adapun jenis-jenis pendidikan

tersebut antara lain. Pendidikan

formal (Pendidikan Umum,

Pendidikan Kejuruan, Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Keagamaan, Pendidikan

Akademik, dan Pendidikan

Profesional. Pendidikan nonformal

(Pendidikan Sosial, Pendidikan

Masyarakat, Pendidikan Rakyat, dan lain-lain).

Pendidikan nonformal

sebenarnya bukanlah barang baru dalam dunia pendidikan. Pendidikan nonformal telah hidup dan menyatu

di dalam kehidupan setiap

masyarakat jauh sebelum muncul

dan memasyarakatnya sistem

persekolahan. Pendidikan nonformal mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang

sudah ada di pendidikan

persekolahan. Pendidikan nonformal

timbul dari konsep pendidikan

seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada

pendidikan persekolahan atau

pendidikan formal saja. Pendidikan nonformal merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam study kependidikan pada akhir tahun tujuh puluhan (Sudjana, 2004 : 13).

Tahun 1967 istilah

pendidikan nonformal mulai

diperhitungkan, hal ini dilakukan setelah terjadi krisis pendidikan dan

ekonomi dunia. Perkembangan

pendidikan formal pada tahun itu sangat lambat, selain karena sangat besar biaya yang diperlukan untuk mengembangkan pendidikan formal, hal ini juga di akibatkan oleh kelambanan masyarakat menerima kemajuan pendidikan pada saat itu. Dari titik awal inilah para perencana pendidikan dan ekonomi dari Bank

Dunia membedakan pendidikan

formal, nonformal, dan informal (Abdulhak dan Suprayogi, 2012 : 18). Setelah di akuinya pendidikan non formal, muncullah istilah-istilah kependidikan. Istilah kependidikan nonformal yang lahir pada tahun tujuh puluhan itu adalah Pendidikan

Sepanjang hayat (life long

education), pendidikan

pembaharuan (recurrent education),

pendidikan abadi (permanent

education), pendidikan informal

(informal education), pendidikan

masyarakat (community education),

pendidikan perluasan (extension

(5)

education), pendidikan sosial (sosial education) pendidikan orang dewasa (adult education), dan pendidikan berkelanjutan (continuing education) (Sudjana, 2004 :13).

Yayasan Ekoturin

merupakan lembaga pendidikan

nonformal yang sudah dirintis sejak

tahun 1998. Adapun sejarah

berdirinya Kegiatan belajar Yayasan Ekoturin Yayasan Ekoturin tidak

terlepas dari beberapa faktor.

Pendidikan Nonformal merupakan

salah satu penemuan paling

menentukan dalam abad ini yang lebih hebat dari pendidikan formal (Ruwiyanto, 1994: 18). Hal ini terbukti pendidikan nonformal dapat digunakan dengan lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, untuk segala strata ekonomi, strata sosial, dan strata pendidikan, di samping dapat pula untuk ikut memecahkan

masalah-masalah kemanusiaan yang

mendesak atau meresahkan

(Ruwiyanto, 1994: 18).

Selain terdapat faktor politik, dan faktor sosial, faktor budaya dalam pendirian Yayasan Ekoturin, masih terdapat faktor ekonomi yang

melandasi berdirinya Yayasan

Ekoturin. Salah satu tujuannya yaitu untuk mengoptimalkan potensi diri peserta didiknya untuk bisa diterima pada dunia kerja, dan selanjutnya mampu memperbaiki kemampuan ekonomi keluarganya, yang rata-rata

tergolong kurang mampu.

Pernyataan diatas sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Komang Kurniawan (44 tahun), selaku Ketua Yayasan pada tanggal 7 Mei 2014, mengenai tujuan pendirian Yayasan Ekoturin, beliau mengatakan sebagai berikut

“salah satu tujuan pendirian

Yayasan Ekoturin adalah

meningkatkan taraf hidup peserta didik kami, yang salah satunya

dengan cara pendidikan yang

menyesuaikan dengan keperluan dunia kerja. Hal ini terbukti dengan

berhasilnya alumni didikan kami mendapatkan pekerjaan di bidang pariwista”.

Berdasarkan hasil

wawancara tersebut, dapat

dibuktikan bahwa salah satu

penyebab didirikannya Yayasan

Ekoturin yaitu meningkatkan taraf hidup peserta didiknya, terutama pada bidang ekonomi yang rata-rata peserta didik Yayasan Ekoturin tergolong kurang mampu. Ini terbukti

dari pihak Yayasan Ekoturin

memberikan kesempatan siswanya

dalam bentuk membantu

melaksanakan program-program di Yayasan Ekoturin dan memberikan pelatihan-pelatihan kursus Bahasa Inggris. Sehingga bagi alumni yang tamatan Yayasan Ekoturin punya

skil (keterampilan) jika mereka

mencari pekerjaan di kantoran

maupun swasta.

Proses pendirian dan

perkembangan Yayasan Ekoturin, dari hasil wawancara dengan Ketua

Yayasan Ekoturin Komang

Kurniawan pada tanggal 27 Mei

2014 mengatakan bahwa “tujuan

awal pendirian Yayasan Ekoturin adalah memberi pendidikan kepada

anak-anak kurang mampu dan

menekan tingginya angka buta

aksara dengan mendirikan program pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA”.

Awal pendiriannya Program Paket A setara SD didirikan di Desa Bungan pada tahun 1998 kemudian perkembangan selajutnya Paket B setara SMP didirikan di Desa Jati Tuhu pada tahun 2000 Kemudian untuk perkembangan selanjutnya pada tahun 2008 sampai sekarang didirikan Program pendidikan seperti

Kejar Paket C setara SMA,

Pendidikan Keaksaraan dasar yang di kembangkan di Desa Cegii dan Desa Daji.

Kurikulum yang berlaku di Yayasan Ekoturin dari awal berdiri sampai sekarang tidak jauh berbeda

(6)

dengan kurikulum yang berlaku di sekolah formal. Karena dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Gede Sujana Ardika (31)

selaku Wakasek kurikulum di

Yayasan Ekoturin, dari awal berdiri

1998 sampai sekarang dalam

program pendidikan kesetaraan

yang dilakukan Yayasan Ekoturin

harus menyesuaikan dengan

kurikulum yang digunakan di

lembaga pendidikan formal, agar bisa mengikuti bagaimana proses dan hasil belajar dari pendidikan formal.

Selain itu penggunaan

kurikulum yang hampir sama dengan pendidikan formal dapat dibuktikan

juga dengan hasil wawancara

dengan Komang Sriani (15) pada tanggal 30 Juni 2014 siswa Yayasan Ekoturin yang mengatakan sebagai

berikut. “mata pelajaran yang

diberikan di Kegiatan Belajar

Yayasan Ekoturin sama dengan mata pelajaran yang terdapat di sekolah formal, yaitu seperti mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, dan mata

pelajaran umum yang sering

diberikan pada pendidikan formal,

serta beberapa pelajaran

ketrampilan seperti menjahit,

pertanian dan kesehatan dan lain-lain” mengapa saya katakana hampir sama karena saya sering belajar dan

membandingkan mata pelajaran

dengan siswa yang bersekolah di Sekolah Negeri”. Hasil wawancara

tersebut menunjukan bahwa

kurikulum yang digunakan Yayasan

Ekoturin menyesuaikan dengan

kurikulum yang digunakan lembaga pendidikan formal, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang masih dipergunakan sampai sekarang. Penerapannya tidak ada perbedaan yang mencolok, hanya saja berbeda pada bobot bahan ajar, hal ini bertujuan untuk mengimbangi kemampuan dari peserta didik di Yayasan Ekoturin.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, Yayasan

Ekoturin merupakam lembaga

pendidikan nonformal terbesar di

kecamatan Kubu Karangasem.

Berdirinya lembaga pendidikan ini dilatarbelakangi oleh faktor politik ,faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor politik yang dimaksud disini adalah berlakunya Pasal 11, ayat 1 sampai dengan 8, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 tentang pembagian jenis-jenis pendidikan. Berdasarkan

pembagian tersebut, dipandang

perlu oleh David J Booth bersama

kawan-kawannya mendirikan

pendidikan nonformal. Hal ini

dipertegas lagi dengan bunyi dari

pembukaan UUD 1945 alinea

keempat, dan UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang berarti bahwa setaip warga negara berhak mendapatkan

pendidikan baik kaya maupun

miskin. Kemudian yang dimaksud

pada faktor sosial adalah

keprihatinan dari David J Booth

terhadap sedikitnya masyarakat

Desa Ban yang merasakan

pendidikan, membuat beliau

berusaha untuk dibentuknya

Yayasan Ekoturin, agar masyarakat yang tidak mampu bersekolah di pendidikan formal bisa merasakan

pendidikan dan bersekolah di

Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kecamatan Kubu Karangasem.

Kemudian faktor penyebab berdirinya Yayasan Ekoturin adalah

faktor ekonomi. Dimana faktor

ekonomi ini sesuai dengan tujuan didirikannya Yayasan Ekoturin . Dimana salah satu tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup peserta didiknya, khususnya pada bidang ekonomi yang dimana dilakukan

memberikan pendidikan yang

berkualitas dan diterima pada dunia kerja.

Sistem Pendidikan Yayasan Ekoturin

(7)

Yayasan Ekoturin memiliki

status terakreditasi melalui

Keputusan Pemerintah Kabupaten

Karangasem melalui Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olah Raga

No:

421.9/190/PAUD/PNF-P0/DISDIKPORA/2013 tentang Izin Penyelenggaran Pendidikan Non Formal yang berlaku mulai 10 Oktober 2013 S/D 10 Oktober 2015 yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Karangasem Drs. I Gede

Ariyasa. Sekretariat Yayasan

Ekoturin terletak di Jalan raya Desa Ban Kubu, Karangasem. Yayasan

Ekoturin merupakan Yayasan

belajar milik donatur asing David John Booth yang berasal dari Inggris

dan tinggal di Desa Dalung

Kecamatan Kuta Kabupaten

Badung. Yayasan Ekoturin ini danai oleh ALF (Annika linden Foundation) bekerjasama dengan YKIP (Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi) yang

bekerjasama EBPP (East Bali

Proverty Projeck ) yang dibangun pada tahun 1998.

Struktur organisasi sangat

penting bagi sebuah lembaga

pendidikan nonformal yang

melibatkan jumlah tenaga kerja yang banyak dan terbagi dalam berbagai

bidang yang kompleks. Untuk

memudahkan dalam memisahkan wewenang dan tanggung jawab

diperlukan adanya struktur

organisasi yang disusun dengan

tujuan menghindarkan dari

kesimpangan siuran dalam

pelaksanaan dalam pelaksanaan tugas (Sudarsono,1996).

Yayasan Ekoturin sebagai

lembaga pendidikan nonformal

mempunyai struktur organisasi yang fungsinya juga menstruktur dan memudahkan dalam memisahkan wewenang dan tanggung jawab di

sekolah. Sebagaimana halnya

pendidikan formal, pendidikan

nonformal pun mempunyai sistem pendidikan. Selain adanya Raw Input (input masukan), Instrumen

Input (input instrument), dan

Environmental Input (input

lingkungan) dalam sistem

pendidikannya. Input Instrumen

merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan proses belajar mengajar. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Geda Kari sebagai Team leader dalam meyediakan

sarana prasarana di Yayasan

Ekoturin pada tanggal 28 Mei 2014

dalam wawancara beliau

mengatakan sebagai berikut

“mengenai sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran, karena Kegiatan belajar di Yayasan Ekoturin menggunakan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan), jadi guru ataupun

pamong belajar memerlukan metode pembelajaran, Silabus, RPP dan beberapa perangkat pembelajaran lainnya seperti yang ada pada

pendidikan formal dalam

melangsungkan proses

pembelajaran. Kemudian untuk lebih menunjang proses pendidikan juga, kami menyediakan perpustakaan, ruang belajar, dan Lab untuk

mempermudah proses

pembelajaran”.

Berdasarkan hasil

wawancara tersebut menandakan

bahwa Yayasan mengusahakan

segala bentuk sarana dan prasarana

belajar untuk peserta didiknya.

Usaha tersebut terbukti dari

kurikulum yang selalu terus

berkembang mengikuti

perkembangan sistem pendidikan di

Indonesia, dan penggunaan

perangkat pembelajaran yang

bertujuan untuk mempermudah

siswa dalam melakukan proses

pembelajaran. Selain dengan

memenuhi penggunaan

perangkat-perangkat pembelajaran dalam

membantu proses pembelajaran, pihak Yayasan Ekoturin juga

mendirikan ruang belajar,

perpustakaan, dan Lab untuk

membantu sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran.

(8)

Sistem pendidikan baik dari

Masukan (input), sarana dan

prasarana (instrumen), lingkungan

(environmental) proses dan

Keluaran (output) yang berlangsung di Yayasan Ekoturin memberikan pengaruh yang besar bagi kemajuan peserta didik Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kubu Karangasem. Input siswa di Yayasan Ekoturin Berasal dari Desa Pengulasan, Desa Bunga, Desa Manikaji, dan Desa Jatu Tuhu.

Instrumen di Yayasan Ekoturin

terbilang cukup memadai, dimana

tersedia ruang belajar,

perpustakaan, dan lab untuk

melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu juga, proses pembelajaran di Yayasan Ekoturin pamong belajar atau guru menggunakan

perangkat-perangkat pembelajaran untuk

mempermudah proses

pembelajaran. Environmental dari

peserta didik di Yayasan Ekoturin tergolong kurang mampu, karena rata-rata penghasilan orang tua siswa di bawah Rp. 500.000.

Mengenai proses, Kurikulum pembelajaran yang dilaksanakan di

Yayasan Ekoturin menggunakan

kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam proses pelaksanaannya, kurikulum tersebut dilaksanakan dengan siswa belajar dimulai pada pukul 07.30 Wita. Kegiatan belajar mengajar diawali

dengan melakukan Tri Sandya

bersama. Dengan adanya aturan seperti ini, maka proses belajar mengajar di sekolah akan menjadi lebih efektif. Hubungan sosial antar

komponen sekolah di Yayasan

Ekoturin, baik hubungan siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan pegawai, guru dengan guru, guru dengan pegawai maupun kepala sekolah dengan bawahannya

sudah berjalan dengan baik

meskipun mereka berbeda kelas, agama, ekonomi, latar belakang, sikap budaya dan lain-lain. Keluaran

(Output), untuk siswa tamatan

Yayasan Ekoturin yang melanjutkan

ke perguruan tinggi hampir bisa dikatakan sedikit, hal ini disebabkan karena memang dari segi ekonomi siswa tamatan Yayasan Ekoturin rata-rata kurang mampu. Namun sebagian besar siswa tamatan Yayasan Ekoturin bisa berkerja, ada yang sebagai pegawai toko, satpam,

dan pekerjaan-pekerjaan yang

menerima tamatan Paket C.

Tujuan Pendidikan di Yayasan

Ekoturin

Setiap pendidikan memiliki tujuan yang akan menentukan ke arah mana anak didik dibawa dan memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan. Menurut Purwanto (1995:19) bahwa tujuan pendidikan ialah membawa anak kepada pendewasaannya yang berarti ia harus menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Menurut hasil wawancara dengan Bapak I Gd Sujana Ardika (55) Bahwa tujuan pendidikan di Yayasan Ekoturin antara lain sebagai berikut.

“karena sekolah kami merupakan sekolah nonformal untuk anak-anak

kurang mampu, maka tujuan

pendidikan kami antara lain tentu memberi kesempatan pendidikan kepada anak-anak kurang mampu, dan membrantas anak-anak yang

masih mengalami buta aksara.

Selain itu juga, kami disini memiliki

tujuan membentuk anak-anak

berbudi pekerti luhur, bersifat

mandiri, dan anak-anak yang cerdas dan mampu bersaing pada dunia kerja. Akan tetapi untuk memenuhi itu semua kami dari pihak sekolah sangat berharap banyak kepada pemerintah untuk dapat memberi

bantuan kepada kami dalam

melaksanakan program-program

kami”

Pernyataan di atas sesuai dengan tujuan pendidikan yang diberikan Yayasan Ekoturin kepada anak-anak kurang mampu yang tercantum

(9)

dalam di dalam visi dan misi Yayasan Ekoturin sebagai berikut. Dalam mencapai tujuan pendidikan Yayasan Ekoturin yang terdapat pada visi dan misinya, maka pihak Yayasan Ekoturin harus memiliki strategi yang sesuai agar mampu

mencapai tujuan pendidikannya

tersebut. Adapun strategi yang

dilakukan Yayasan Kegiatan belajar Yayasan Ekoturin sebagai berikut. (1). Meningkatkan pendidikan yang terpadu dan sesuai bagi anak-anak sebagai dasar kemandirian, (2). Meningkatkan perbaikan Gizi melalui makanan bergizi untuk ketahanan pangan, dan (3). Menyelenggarakan program pembelajaran percontohan untuk pelatihan dan bimbingan serta pertumbuhan bakat baik terhadap sumber belajar, warga belajar dan kelembagaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila di lihat dari strategi atau

upaya yang dilakukan pihak

Yayasan Ekoturin, pihak lembaga sudah berusaha dengan baik untuk

meningkatkan kualitas

kelembagaan, meningkatkan

kerjasama atau kemitraan, dan

mengupayakan fasilitas yang

diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan Yayasan Ekoturin. Dimana tujuannya seperti yang terdapat pada visi dan misi yaitu memberikan pendidikan serta

pelayanan terhadap anak-anak

kurang mampu agar memiliki

prestasi serta mampu bersaing di dunia kerja. Hal ini sejalan dengan

UU No.20 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang bertujuan

dan berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdasakan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bermanfaat dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap,

mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab (Sardiman,2004:

KESIMPULAN DAN SARAN

Yayasan Ekoturin merupakan

lembaga pendidikan Nonformal

terbesar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Terdapat tiga

faktor yang melatarbelakangi

pembangunan Yayasan Ekoturin

yaitu faktor politik, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Sistem pendidikan di

Yayasan Ekoturin terdiri dari

beberapa unsur yaitu: unsur

masukan (raw input), input

instrumen, input lingkungan

(environmental input), output,

kurikulum, tujuan pendidikan, proses

pembelajaran, evaluasi, alat

pendidikan, pendidik, peserta didik,

dan lingkungan. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal di Desan Ban, Kecamata

Kubu, Kabupaten Karangasem.

Yayasan Ekoturin sebagai

organisasi nonformal perlu

melakukan pengarsipan data-data dengan baik, sehingga nantinya data-data tersebut dapat dijadikan

sumber dalam penelitian. Bagi

aparatur pemerintah, khususnya

pemerintah Daerah Kabupaten

Karangasem diharapkan lebih

memberikan perhatian kepada

Yayasan Ekoturin agar terus dijaga eksistensi Yayasan Ekoturin ini.

Saran

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam

pengembangan pendidikan,

khususnya pendidikan nonformal di

Desan Ban Kecamata Kubu

Karangasem Yayasan Ekoturin

sebagai organisasi nonformal, agar

dilakukan pengarsipan data-data

dengan baik, sehingga nantinya data-data tersebut dapat dijadikan sumber dalam penelitian.

Agar dilakukan penelitian sejenis

(10)

menyeluruh serta substansi yang belum dikaji dalam penelitian ini, karena pembahasan dalam lingkup pendidikan pun masih terbatas, sehingga perlu pembahasan lebih

menyeluruh terkait dengan

perkembangan pendidikan di Desa Ban, khususnya di Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kubu Karangasem.

Bagi aparatur pemerintah,

khususnya pemerintah Daerah

Kabupaten Karangasem diharapkan lebih memberikan perhatian kepada Yayasan Ekoturin agar terus dijaga eksistensi Yayasan Ekoturin ini.

DAFTAR RUJUKAN

Abdulhak, Ishak & Ugi Suprayogi.

2012. Penelitian Tindakan

Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anshari, Hafi. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Depdikbud. 1992. Sejarah

Pendidikan Daerah Bali.

Denpasar.

Gunawan, Ary.2009.

Kebijakan-KebijakanPendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nasir, Ridwan. 2005. Mencari

Tipologi Format Pendidik Ideal Di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Purwanto, M. Ngalim. 1995. Ilmu

Kependidikan dan Praktis,

Edisi Kedua. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Ruwiyanto, Wahyudi. 1994, Peranan

Pendidikan dalam

Pengentasan Masyarakat

Miskin Pendekatan Analisis Organisasi Secara Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjnana. 2004, Pendidikan Non

Formal, Falah Prodactian:

Bandung.

Widja, I Gede dan I Gusti Made Aryana. 2004. Filsafat Sejarah

Suatu Perspektif Dalam

Pengembangan Wawasan

Kesejarahan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Widja, I Gede dan I Made Pageh.

2005. Metodologi Sejarah.

Singaraja: IKIP Negeri

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan sumberdaya alam lokal yang digunakan sebagai sumber nafkah penting bagi rumahtangga petani di desa Mantangai Hilir adalah bersumber dari hasil perkebunan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan fungsi ruang pada blok C,G dan I di Perumahan Bumi Tamalanrea Permai yaitu aspek ekonomi dengan indikator peluang usaha dan

Dari data pada tabel di atas ternyata bahwa luas lahan lebak cukup potensial untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi pangan.. Akan tetapi baru

Skripsi yang penulis susun sebagai bagian dari syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains ini penulis beri judul “ Penentuan Kaitan Antara Laju Kendaraan

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Setelah membaca dan memahami materi guru memberikan tugas berupa Lembar Kerja praktik perusahaan jasa yang sudah di download melalui aplikasi group whats app , berupa lembar kerja

a) 2 kes merupakan individu yang disaring melalui pengesanan kes secara aktif kontak kepada kes positif COVID-19. c) 1 kes saringan individu balik dari kawasan berisiko

Setelah didapat kesimpulan maka penulis mempunyai saran yang digunakan oleh Djati Mulia Offset sebagai berikut ntuk meningkatkan tingkat avaibility dapat dilakukan