• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusunan Rencana Strategis ( Renstra ) Dinas Koperasi

UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung Tahun

2013-2018 terlebih dahulu perlu digali permasalahan-permasalahan yang

terjadi, yang dirumuskan menjadi isu strategis. Isu strategis adalah

permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas

penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang, isu

strategis diidentifikasi dari berbagai sumber antara lain diangkat

dari situasi dan kondisi ekonomi saat ini serta kemungkinan kondisi

dimasa datang. Penentuan isu strategis melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut :

A.

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan

Dinas

Koperasi

UKM

dan

perindustrian

ISU-ISU STRATEGIS

BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

(2)

bidang Koperasi, UKM, Perindustrian dan perdagangan

teridentifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut :

1.

Kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap koperasi;

2.

Kurangnya partisipasi anggota terhadap pengembangan

koperasi;

3.

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang koperasi;

4.

Terbatasnya kemampuan pelaku usaha Koperasi, UKM,

Perindustrian

dan

Perdagangan

dalam

mengakses

permodalan, memanfaatkan peluang pasar dan kemampuan

SDM;

5.

Terbatasnya daya saing produk KUMKM dan Perindag;

6.

Belum adanya sistem informasi dan data base Koperasi,

UKM, Perindustrian dan Perdagangan yang akurat;

7.

Terbatasnya kewenangan dalam upaya menanggulangi

terjadinya gejolak harga dan kelangkaan bahan pokok.

Adapun identifikasi permasalahan sebagaimana tersebut diatas

sangat dipengaruhi serta memiliki korelasi dengan lingkungan

eksternal sebagaimana tabel dibawah ini :

(3)

Tabel 3.1

Identifikasi Isu - isu Strategis

( Lingkungan Eksternal )

No.

Isu Strategis Dinamika

Internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional / Lokal Lain – lain

1 2 3 4 5 1. Komitmen bersama tentang pengembangan koperasi tingkat dunia yang di canangkan oleh ICA ( International Cooperative Aliance ) meliputi : Kemandirian Kemitraan Keanggotaan Permodalan Lahirnya UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian UU Nomor 01 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas

Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Maraknya rentenir Maraknya toko modern Adanya keinginan untuk membubarkan koperasi Lembaga keuangan yang berkedok koperasi Menurunnya daya saing produk

Menurunnya daya beli masyarakat

Menurunnya ekspor

2. Pemberlakuan AFTA, NAFTA, AEC

Pengaturan tentang Waralaba

Kenaikan BBM dan LPG (Liquid Petrolum Gas) Tingginya harga

beberapa bahan pokok Merosotnya nilai tukar rupiah

(4)

Tabel 3.2

Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan

Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Terhadap

Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah

Visi : “ Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman dan Sejahtera “

No. Misi dan Program KDH dan Wakil KDH Terpilih Permasalahan Pelayanan Faktor Penghambat Pendorong 1 2 3 4 5 1 Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan. Belum optimalnya pemahaman masyarakat terhadap berbagai peraturan yang berkaitan dengan Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan

Belum optimal dan konsisten terhadap penegakan Peraturan Daerah

Menurunnya daya beli masyarakat

Belum optimalnya daya dukung anggaran Keterbatasan jangkauan pelayanan, fasilitasi dan pembinaan KUMKM Mayoritas pergerakan harga dan distribusi barang tidak secara langsung dikontrol oleh Pemerintah tetapi melalui mekanisme pasar Lemahnya sosialisasi Terbatasnya SDM Rendahnya kesadaran hukum pelaku usaha

Kurangnya keberpihakan terhadap dunia usaha

Terbatasnya anggaran

Keterbatasan anggaran/alokasi anggaran yang relatif kecil

Belum dimilikinya data seluruh potensi KUMKM secara up to date

Kurangnya sinergitas antar SKPD dan dengan stakeholder lain Adanya peraturan yang mendukung Peningkatan kesadaran hukum Peningkatan kemitraan usaha Peningkatan alokasi anggaran adanya komitmen pengembangan KUMKM banyaknya jumlah BUMN, perbankan dan pengusaha besar yang terdapat di Kota Bandung tingginya jumlah dan aktifitas komunitas kreatif di Kota Bandung

(5)

B.

Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil

kepala daerah Terpilih

Visi Kota Bandung Tahun 2013-2018 adalah :

Terwujudnya

Kota Bandung yang unggul, nyaman dan

sejahtera

. Dalam mencapai Visi tersebut dituangkan ke

dalam misi yang terkait dengan pembangunan ekonomi

terdapat pada misi ke empat yaitu “

Membangun

perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan

“.

Adapun

Tujuan

yang ingin dicapai yaitu :

1.

Membangun perekonomian Kota yang kokoh.

2.

Membangun perekonomian kota yang maju.

(6)

Dengan memperhatikan visi, misi serta kebijakan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut,

maka yang terkait dengan tugas dan fungsi Dinas KUKM & Perindag adalah sebagai berikut :

TUJUAN

VISI

MISI

SASARAN

KEBIJAKAN

1.Membangun Perekonomian kota yang kokoh. 2.Membangun perekonomian kota yang maju. 3.Membangun perekonomian kota yang berkeadilan. Terwujudnya Kota Bandung yang unggul, nyaman dan sejahtera Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan

1.Terjaganya Stabilitas harga.

2.Terjaganya pertumbuhan ekonomi. 3.Meningkatnya akses dan kualitas

usaha perdagangan dalam dan luar negeri.

4.Berkembangnya sentra industri potensial,industri kreatif,industri kecil menengah dan KUKM. 5.Meningkatkan kesempatan kerja.

1.Menjaga keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan barang.

2.Peningkatan penataan usaha dibidang perdagangan dan sistem distribusi yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa,kepastian usaha dan daya saing produk, 3.Pembinaan dan fasilitasi untuk mendorong

potensi ekspor dan optimalisasi pangsa pasar lokal sentra-sentra industri potensial melalui pengenalan produk dan promosi offline dan online.

4.Meningkatkan pendapatan sektor perdagangan.

5.Mengoptimalkan kolaborasi peran pemerintah daerah dan dunia usaha dalam mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha UMKM di Kota Bandung.

(7)

C.

Telaahan Renstra Kementerian dan Renstra Dinas yang

Membidangi Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi

Pada dasarnya, penetapan Rencana Stategis Dinas

Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung

merupakan bentuk pengembangan dari Visi dan Misi Kota dan

telah diselaraskan dengan Renstra kementerian maupun

renstra dinas yang membidangi Koperasi, UKM, Perindustrian

dan Perdagangan Provinsi.

Faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan

Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian dan Perdagangan Kota

Bandung ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra

Kementerian Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan

Perdagangan adalah sebagai berikut :

(8)

Visi Kementrian Koperasi dan UMKM : “Menjadi Kementerian yang Kredibel Guna Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Tangguh dan Mandiri sebagai Soko Guru Perekonomian Nasional “

Misi

1.Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan kebijakan nasional;

2.Pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM;

3.Peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara sistimatis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional.

Sasaran jangka menengah Renstra Kementerian

Koperasi dan UKM

Permasalahan Pelayanan Faktor Penghambat Pendorong 1 2 3 4 1) Peningkatan jumlah dan peran Koperasi dan UMKM dalam

perekonomian Nasional 2) Peningkatan

Pemberdayaan Koperasi dan UMKM

3) daya saing produk Koperasi dan UMKM 4) Peningkatan pemasaran

produk Koperasi dan UMKM

5) Penyediaan akses pembiayaan dan penjaminan bagi Koperasi dan UMKM 6) Perbaikan ikLim usaha

yang lebih berpihak pada Koperasi dan UMKM

7) Pengembangan wirausaha Koperasi dan UKM baru

Keterbatasan jangkauan pelayanan, fasilitasi dan pembinaan KUMKM 1. Keterbatasan anggaran 2. Belum diketahuinya data seluruh potensi KUMKM 3. Kurangnya sinergitas antar SKPD dan dengan stakeholder lain 1) adanya komitmen pengembangan KUMKM 2) adanya kesesuaian program dengan Kementrian

(9)

Visi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat : “ Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Berkualitas dan Berdaya Saing “

Misi

1.Meningkatkan Kualitas dan Kapasitas SDM aparatur dan KUMKM; 2.Meningkatkan Tatakelola Kelembaagn Koperasi dan UMKM;

3.Meningkatkan Akses Pemasaran, Jaringan Usaha dan Pengembangan KUMKM; 4.Meningkatkan Akses Pembiayaan dan Teknologi bagi KUMKM;

5.Mendorong Kemandirian dan Daya Saing KUMKM.

Sasaran jangka menengah Renstra Dinas Koperasi

dan UKM Prov. Jabar

Permasalahan Pelayanan

Faktor

Penghambat Pendorong

1 2 3 4

1. Kelembagaan koperasi Terbatasnya kewenangan dan sistem pembelanjaan APBD Terbatasnya kewenangan provinsi dengan Kabupaten/Kota Sinergitas program pemberdayaan KUMKM tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota 2. SDM KUMKM Terbatasnya SDM Aparatur yang memiliki kompetensi dibidang perkoperasian Tingginya rotasi dan mutasi SDM yang berkompeten dalam bidang koperasi di Kab/Kota Pemberdayaan koperasi merupakan urusan wajib

3. Pembiayaan KUMKM Terbatasnya SDM aparatur yang memiliki kompetensi dibidang perbankan Terbatasnya kemampuan SDM aparatur dibidang perbankan Mengembangkan hubungan kemitraan dengan lembaga keuangan 4. Pemasaran produk KUMKM Terbatasnya pengembangan saluran media untuk akses pasar Terbatasnya pengembangan saluran media untuk akses pasar

Mengembangkan hubungan interaktif antara pemerintah dan pelaku usaha KUMKM

5. Pemberdayaan KUMKM Alokasi anggaran belanja bidang ekonomi masih relatif kecil Kepedulian pada sektor KUMKM masih rendah Terjalinnya hubungan antar stakeholder dalam pemberdayaan KUMKM 6. Aspek legalitas usaha Terbatasnya Kewenangan dalam Terjalinnya

(10)

Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) : “ Membawa Indonesia pada

tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia “ yang bercirikan :

1. Industri kelas dunia;

2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;

3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.

Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:

1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;

5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;

6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;

7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Sasaran jangka menengah Renstra Kementerian Perindustrian Permasalahan Pelayanan Faktor Penghambat Pendorong 1. Perkembangan industri yang mampu menciptakan lapangan kerja; 2. Meningkatnya sentra unggulan Kota Bandung; 3. Meningkatnya daya saing industri Kecil dan Menengah yang

berorientasi ekspor; 4. Tumbuhnya sentra –

sentra industri potensial yang memiliki daya saing;

5. Tumbuh

berkembangnya IKM di Kota Bandung

6. Berkembangnya sektor industri kreatif Kota Bandung

7. Peningkatan pemasaran produk IKM pada Sentra Industri dan Industri Kreatif

- Keterbatasan

promosi dan daya saing produk

- Belum terbentuknya

Sinergi antar stake holder (Akademisi, Pelaku Usaha, Pemerintah dan Komunitas)untuk menyeimbangkan pertumbuhan industri - Keterbatasan Anggaran - Keterbatasan Sumber daya manusia - SDM yang Kreatif - Potensi Produk unggulan Kota Bandung - Potensi Industri Kreatif Kota Bandung

(11)

Visi Kementerian Perdagangan : ” Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”

MISI

1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas. 2. Menguatkan pasar dalam negeri.

3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional.

Sasaran jangka menengah Renstra Kementerian Perdagangan Permasalahan Pelayanan Faktor Penghambat Pendorong 1. Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global; dan

2. Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global,yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor. 3. Meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional;

4.Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik,sebagai indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor ada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi - Keterbatasan promosi diversifikasi dan daya saing produk

- Banyaknya jenis barang/jasa yang harus diawasi - Banyaknya pertumbuhan usaha sektor perdagangan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada -Keterbatasan anggaran -Keterbatasan Sumber Daya manusia -Keterbatasan fasilitasi untuk melaksanakan pelayanan - Potensi produk unggulan Kota Bandung - Fasilitasi promosi dari Kementrian - Potensi usaha perdagangan

(12)

Sasaran jangka menengah Renstra Kementerian Perdagangan Permasalahan Pelayanan Faktor Penghambat Pendorong 6.Meningkatnya output

sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin positif setiap tahunnya.

7.Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi,sehingga kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimalisasi. 8.Meingkatnya pembinaan dan pengawasan perlindungan konsumen. 9.Meingkatnya

upaya-upaya menjaga stabilitas harga dan distribusi bahan pokok serta upaya menanggulangi gejolak harga dan kelangkaan pasokan.

(13)

Visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat : “ Terwujudnya Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat yang Berdaya Saing Tinggi “ Misi

1.Meningkatkan daya saing industri Jawa Barat; 2.Mendorong peningkatan perdagangan luar negeri;

3.Meningkatkan kelancaran dan stabilitasi sistem distribusi, pengamanan pasar dalam negeri dan peran kemetrologian;

4.Meningkatkan kinerja sumber daya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat.

Sasaran jangka menengah Renstra Dinas Perindag Prov.

Jabar Permasalahan Pelayanan Faktor Penghambat Pendorong 1 2 3 4 Bidang Industri 1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis; 2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja besar; 3. Terolahnya potensi sumberdaya alam daerah menjadi produk-produk olahan;

4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor; 5. Tumbuhnya

industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri masa depan 6. Tumbuh berkembangnya

IKM khususnya industri menengah sekitar duakali lebih cepat dari pada industri kecil. 1. Kebijakan teknis bidang perindustrian dan kerjasama industri belum optimal; 2. Penyelenggaraan dan fasilitasi pengendalian dan pengawasan perindustrian dan kerjasama industri belum optimal; 3. Daya saing produk rendah; 4. Ketersediaan bahan baku produk yang relatif terbatas; 5. Kompetensi sumber daya manusia pengolah industri yang rendah. 1. Keterbatasan jumlah dan kompetensi SDM dalam mendukung pelaksanaan program/ kegiatan belum sesuai dengan yang dibutuhkan, utamanya jumlah pejabat fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan yang semakin menurun. 2. Anggaran Provinsi relatif terbatas jumlahnya sehingga harus bisa mengefisienkan penggunaan anggaran pada kegiatan-kegiatan tertentu. 3. Penggunaan sarana dan prasarana masih belum secara optimal dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif termasuk mengefektifkan fungsi pelayanan yang harus dilakukan seperti 1. Jumlah Sumber daya aparatur yang banyak 2. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai 3. Meningkatnya anggaran belanja dan anggaran penerimaan baik APBD maupun dana dekonsentrasi 4. Tersedianya regulasi industri dan perdagangan yang mendukung penanganan urusan Pemerintah Provinsi 5. Tersedianya data/ informasi sarana dan prasarana industri dan perdagangan

(14)

1 2 3 4 4. Kurangnya integrasi berbagai kegiatan secara sinergis sehingga tujuan masing-masing kegiatan belum lebih terlihat kontribusinya terhadap tujuan utama yang ditetapkan dalam setiap program selain itu output kegiatan masih perlu lebih diarahkan secara tegas untuk mendukung masing-masing program pembangunan Jawa Barat. 5. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan masih perlu ditingkatkan.

6. Kegiatan belum dapat menyelesaikan

permasalahan menahun dan belum bersifat terobosan dan monumsesuai

keTematik Kewilayahan. 7. Industri kreatif belum

sepenuhnya dijadikan konsep yang utuh dalam pola pengembangan

perekonomian didaerah Kabupaten/Kota; 8. Masih lemahnya daya

saing produk

khususnya produk yang dihasilkan para Industri Kecil Menengah, yang tidak mampu bersaing dengan produk impor atau produk yang dihasilkan industri yang berskala besar,

terutama disebabkan masih lemahnya kemampuan dalam mendesain produk yang berkualitas maupun kemasan yang menarik yang mengarah

terhadap pencitraan produk sehingga dapat tercipta produk yang memilki nilai tambah baik dalam peningkatan kapasitas maupun mutu produk;

(15)

1 2 3 4 9. Belum dilakukan kajian

rantai nilai yang utuh dan terintegrasi mulai dari kegiatan kreasi nilai, produksi, dan distribusi/bisnis. Bidang Perdagangan 1. Pertumbuhan ekspor non migas; 2. Diversifikasi pasar ekspor; 3. Diversifikasi produk ekspor; 4. Penyederhanaan perizinan perdagangan luar negeri; 5. Pencitraan Indonesia (Anholt-Eksport); 6. Peran Indonesia di Forum Internasional 7. Keunggulan Komparatif produk ekspor; 8. Penederhanaan perizinan perdagangan dalam negeri; 9. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan; 10. Kontribusi ekonomi kreatif; 11. Akumulasi jumlah BPSK yang dibentuk; 12. Disparitas harga antar

pasar;

13. Gejolak harga bahan pokok dalam negeri; 14. Logistics Performance Index; 15. Kinerja keuangan; 16. Performasi organisasi; 17. Tingkat kepuasan SDM. 1. Lemahnya pengawasan di bidang ekspor dan impor; 2. Terbatasnya sarana perdagangan/ distribusi yang representatif; 3. Kurang memadainya jumlah maupun kualitas SDM bidang perdagangan; 4. Adanya berbagai pungutan yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi; 5. Infratruktur sarana perhubungan antar daerah yang jelek;

6. kebijakan yang mengatur mata rantai

perdagangan sektor hulu dan hilir tidak jelas.

1. Keterbatasan jumlah dan kompetensi SDM dalam mendukung pelaksanaan program/kegiatan belum sesuai dengan yang dibutuhkan, utamanya jumlah pejabat fungsional Penera yang semakin menurun;

2. Anggaran Provinsi relatif terbatas jumlahnya sehingga harus bisa mengefisienkan penggunaan anggaran pada kegiatan-kegiatan tertentu.

3. Keterbatasan sarana dan prasarana Balai Kemetrologian seperti fasilitas gedung dan alat-alat kemetrologian standar/ laboratorium Kemetrologian yang belum memadai. 4. Kurangnya integrasi berbagai kegiatan secara sinergis sehingga tujuan masing-masing kegiatan belum lebih terlihat kontribusinya terhadap tujuan utama yang ditetapkan dalam setiap program selain itu output kegiatan masih perlu lebih diarahkan secara tegas untuk mendukung masing-masing program 1. Jumlah Sumber daya aparatur yang banyak; 2. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan public yang memadai dan tertelusur; 3. Meningkatnya anggaran belanja dan anggaran penerimaan baik APBD maupun dana dekonsentrasi; 4. Tersedianya regulasi industri dan perdagangan yang mendukung penanganan urusan Pemerintah Provinsi; 5. Tersedianya data/ informasi sarana dan prasarana industri dan perdagangan.

(16)

1 2 3 4 6. Masih lemahnya daya

saing produk

khususnya produk yang dihasilkan para Industri Kecil Menengah, yang tidak mampu bersaing dengan produk impor atau produk yang dihasilkan industri yang berskala besar,

terutama disebabkan masih lemahnya kemampuan dalam mendesain produk yang berkualitas maupun kemasan yang menarik yang mengarah

terhadap pencitraan produk sehingga dapat tercipta produk yang memilki nilai tambah baik dalam peningkatan kapasitas maupun mutu produk;

7. Belum dilakukan kajian rantai nilai yang utuh dan terintegrasi mulai dari kegiatan kreasi nilai, produksi, dan distribusi/ bisnis; 8. Frekuensi, luas

jangkauan dan

ketersedian sarana dan prasarana aktivitas pengendalian kepada pemilik Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapan (UTTP) dalam penggunaannya masih terbatas, hal ini akan berdampak kepada lemahnya aspek perlindungan konsumen.

(17)

D.

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis

Tujuan penataan ruang kota yaitu mewujudkan tata

ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien,

berkelanjutan,

dan

berwawasan

lingkungan,

berbasis

perdagangan, jasa dan industri kreatif.

Adapun peran yang berkenaan dengan pengaturan

ruang bagi kepentingan pengembangan Koperasi UKM dan

Perindustrian perdagangan yang harus selaras dengan

pengembangan pembangunan di masa mendatang, secara

umum dapat di jelaskan sebagai berikut :

1.

RTRWK berfungsi sebagai

a.

Penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, Provinsi

dan Kota; serta

b.

Acuan

bagi

Pemerintah,

Pemerintah

Provinsi,

Pemerintah

Daerah

dan

masyarakat

untuk

mengarahkan lokasi kegiatan dan menyusun program

pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan

ruang kota.

(18)

ruang kota;

c.

Perwujudan

keterpaduan,

keterkaitan,

dan

keseimbangan antar sektor, antar daerah, dan antar

pemangku kepentingan;

d.

Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

e.

Penataan ruang kawasan strategis kota.

3.

Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang

sebagaimana dimaksud terdiri atas :

a.

Kebijakan dan strategi struktur ruang;

c.

Kebijakan dan strategi pola ruang; dan

d.

Kebijakan dan strategi kawasan strategis kota.

4.

Kebijakan struktur ruang kota terdiri atas :

a.

Perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan

efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota

sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung

industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan

Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional;

b.

Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan

sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi

publik yang terpadu dan terkendali; dan

c.

Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan

efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan

sistem regional.

(19)

Strategi untuk perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang

efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota

sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri

kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung,

Provinsi Jawa Barat dan Nasional meliputi :

a.

Mengembangkan 2 (dua) Pusat Pelayanan Kota (PPK) untuk

wilayah Bandung Barat (Alun-alun) dan wilayah Bandung Timur

(Gedebage);

b.

Membagi kota menjadi 8 (delapan) Sub Wilayah Kota (SWK),

masing-masing dilayani oleh 1 (satu) Sub Pelayanan Kota (SPK);

c.

Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara

merata;

d.

Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan

sesuai skala pelayanannya; dan

e.

Menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan

dengan fungsi dan kapasitas jaringan jalan.

Strategi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas

(20)

c.

Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan

dan pelebaran jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta

menghilangkan gangguan sisi jalan;

d.

Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum

massal yang terpadu;

e.

Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan

pusat-pusat kegiatan;

f.

Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun

terminal di batas kota dengan menetapkan lokasi yang

dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan;

dan

g.

Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem

transportasi kota.

Kebijakan pola ruang kota terdiri atas :

a.

perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung;

b.

optimalisasi pembangunan wilayah terbangun.

Strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi kawasan

lindung meliputi :

a.

Menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di

Kawasan Bandung Utara;

b.

Mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan

hutan kota;

(21)

air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin

ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta

melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi;

d.

Mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana

dalam bentuk jalur hijau sempadan sungai, jalur tegangan

tinggi, dan jalur rel kereta api;

e.

Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak

memberi izin alih fungsi ke fungsi lain didalam mencapai

penyediaan ruang terbuka hijau;

f.

Melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar

budaya yang telah ditetapkan, terhadap perubahan dan

kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural;

g.

Meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana.

Penyusunan rencana pembangunan harus disesuaikan dengan

perencanan tata ruang sebagai wadah dimana perencanan tersebut

akan diimplementasikan, sehingga lokasi dimana kegiatan akan

dijalankan dapat diarahkan.

(22)

E.

Penentuan Isu-isu Strategis

Setelah melakukan kajian terhadap kondisi permasalahan

dari berbagai aspek pembangunan Koperasi, UKM, Prindustrian

dan perdagangan Kota Bandung dapat dirumuskan beberapa

kebijakan serta isu trategis Dinas Koperasi,UKM dan

Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.Penentuan isu

strategis menjadi bagian penting bagi penyusunan RENSTRA

Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota

Bandung Tahun 2013-2018.

Berdasarkan

hasil

analisis

tersebut

dengan

mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, maka

dapat diidentifikasi Isu Strategis Dinas Koperasi UKM dan

Perindustrian Perdagangan Kota Bandung sebagai berikut :

1.

Terbatasnya daya saing produk KUMKM dan Perindag;

2.

Maraknya rentenir;

3.

Kurang optimalnya pengembangan ekonomi kreatif dan One

Vilage One Product ( OVOP );

4.

Masih

rendahnya

kesadaran

masyarakat

terhadap

perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat,

terjadinya gejolak harga dan kelangkaan barang konsumsi

serta beredarnya barang-barang tiruan dan ilegal;

Referensi

Dokumen terkait

Dari aspek kepopuleran wisata halal di dunia dan dengan adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam menerapkan gaya hidup halal, maka peluang ini menjadi momen

Pada penelitian ini tipe penggunaan dilakukan pada hutan produksi, hutan lindung dan hutan dataran tinggi pegunungan.Pada tiga penggunaan lahan sepanjang jalur

Artinya beban kerja yang berlebihan menyebabkan penurunan kinerja perawat Dalam menjalankan tugas utama setiap hari dengan beban kerja yang tinggi tersebut,

Secara fisik tampak pula bahwa populasi Alor menunjukkan kesamaan dengan populasi dari Papua .1 Penelitian lain 6,7 yang men- dasarkan pada analisis komposisi percampuran

58 LEUWILIANG CIBEBER II kampung Cibeber Opat RW 1 NON PROGRAM - Rehabilitasi Jalan Lingkungan DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN BARANG DAERAH. 59 LEUWILIANG CIBEBER II kampung

Beban emergency pada prioritas dua terdiri dari 9 unit komputer yang terdapat pada 5 unit di jurusan teknik elektro dan 4 unit di jurusan teknik mesin.. 4.2.3

Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian seni, pengertian desain, dan keterkaitan antara seni dan desain dilihat

Sehati tersebut penulis mendapatkan ide untuk membuat sebuah program perancangan sistem pendukung keputusan berbasis website menggunakan metode perhitungan SAW (Simple