• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-VI/2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-VI/2008"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 15/PUU-VI/2008

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD

TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I)

J A K A R T A

SENIN, 26 MEI 2008

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 15/PUU-VI/2008

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD terhadap Undang-Undang Dasar 1945

PEMOHON

- Julius Elias Kaat ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Senin, 26 Mei 2008, Pukul 10.00 – 10.35 WIB

Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Prof. Abdul Mukhtie Fadjar, S.H., M.S. (Ketua) 2) I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H. (Anggota)

3) Maruarar Siahaan, S.H. . (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

Kuasa Hukum Pemohon :

- Hendra. K. Hentas Sembiring, S.H. - Arifin Singawijaya, S.H.

- Hasahatan Damanik, S.H. - Mira Stephanie, S.H.

(4)

1. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Sidang panel untuk perkara Nomor 15/PUU-VI/2008 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Saudara Pemohon atau Kuasanya untuk mengawali persidangan hari ini terlebih dahulu saya persilakan untuk memperkenalkan diri siapa-siapa saja yang hadir pada persidangan ini.

2. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H.

Terima kasih yang mulia atas kesempatan sidang hari ini dan atas waktu untuk memperkenalkan diri kami. Kami adalah Kuasa Hukum dari Pemohon Prinsipal Bapak Julius Daniel Elias Kaat, beliau adalah Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa daerah Alor Nusa tenggara Timur dan saya sendiri Kuasa Hukumnya bernama Hendra Kriya Hentas Sembiring, di tengah saya ini Ibu Mira Stephanie dan di sebelah kiri saya ujung adalah Bapak hasahatan Damanik sedangkan kuasa hukum yang satu lagi yaitu Bapak Arifin Singawijaya beliau terlambat datang. Pemohon Prinsipal tidak ada Pak yang datang.

3. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Baik, Saudara Kuasa Pemohon sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, sidang hari ini adalah masih merupakan sidang pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh Panel Hakim. Nah, pada sidang panel pendahuluan, Pemohon atau Kuasanya diharapkan untuk menjelaskan isi permohonannya dan juga nanti akan kita periksa kelengkapan-kelengkapan dari permohonan. Dalam hal diperlukan, sidang panel ini dapat memberikan nasihat-nasihat untuk perbaikan seperlunya.

Untuk selanjutnya saya persilakan Saudara Kuasa Pemohon menjelaskan pokok-pokok permohonannya, silakan.

4. KUASA HUKUM PEMOHON : MIRA STEPHANIE, S.H. Dengan ini saya bacakan,

SIDANG DIBUKA PUKUL 10.00 WIB

(5)

Nomor : 005/05/VBL/2008 Jakarta, 13 Mei 2008 Kepada Yth.,

Ketua Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta 10110

Perihal : Permohonan Pengujian Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan hormat,

Untuk dan atas nama Klien kami, JULIUS DANIEL ELIAS KAAT, pekerjaan Ketua DPC PKB Alor, NTT, beralamat di Jl. Sutoyo No.14, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya :

1. Hendra K. Hentas, SH;

2. Arifin Singawijaya, SH;

3. Hasahatan Damanik, SH;

4. M i r a Stephanie, SH;

Advokat-advokat pada VBL Law Firm, beralamat di Gedung Artha

Graha lantai 3A, Jl. Melawai Raya B.III No. 194 Blok M, Kebayoran baru, Jakarta 12160, selanjutnya disebut sebagai PEMOHON.

Dengan ini Pemohon mengajukan permohonan pengujian Pasal 50

ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pasal 28 D ayat (1) dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

Adapun alasan-alasan yang dijadikan pertimbangan pengajuan permohonan ini adalah sebagai berikut :

I. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

(6)

memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

II. KEDUDUKAN HUKUM DAN KEPENTINGAN PEMOHON

1. Bahwa Pemohon adalah Warga Negara Indonesia yang aktif dan menjadi

Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa.

2. Bahwa Partai Kebangkitan Bangsa telah terdaftar pada Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai partai politik.

3. Pada pada saat ini Pemohon dicalonkan sebagai salah satu bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat untuk daerah pemilihan Tingkat II Alor, NTT oleh partainya.

4. Bahwa sebelum Pemohon aktif dan menjadi Ketua DPC Partai

Kebangkitan Bangsa, Pemohon pernah menjalani hukuman pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan atas dasar Putusan Pengadilan Negeri Kalabahi dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena telah melakukan tindak pidana Penganiayaan Berat sebagaimana diatur dalam Pasal 365 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

5. Bahwa Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008

Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan :

Pasal 50

1. Bakal calon anggota DPR, DPRD, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota harus memenuhi persyaratan:

g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

6. Bahwa dengan berlakunya ketentuan Pasal 50 ayat (1) huruf g.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon dirugikan hak konstitusional-nya, karena Pemohon tidak dapat dipilih oleh masyarakat menjadi anggota DPR dalam suatu pemilihan umum.

7. Bahwa pemohon menganggap ketentuan 50 ayat (1) huruf g.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan :

a. Pasal 28 D ayat (1) Perubahan Kedua UUD 1945 :

"Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum"

(7)

"Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang diskriminatif itu"

8. Bahwa sebagai warga negara, Pemohon mempunyai hak yang sama

untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara dengan turut serta berpartisipasi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk ikut berpartisipasi untuk menjadi anggota DPR yang merupakan hak yang dijamin secara konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Dengan demikian jelas Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal

standing) untuk menjadi Pemohon dalam permohonan pengujian Pasal

50 ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

III. ALASAN-ALASAN PERMOHONAN

1. Bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam permohonan ini adalah

dimuatnya ketentuan Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008, yang berisi larangan menjadi anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota bagi mereka yang “pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih”.

2. Bahwa Article 21 Universal Declaration of Human Rights

(Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia) PBB tahun 1948, berbunyi:

i. Everyone has the right to take part in the government of his country, directly or through freely chosen representatives.

ii. The will of the people shall be the basis of the authority of government; this will shall be expressed in periodic and genuine elections which shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret vote or by equivalent free voting procedures.

Dengan demikian jelas kiranya bahwa dalam suatu masyarakat yang demokratis, yang telah diterima secara universal oleh bangsa-bangsa beradab, hak atas partisipasi politik adalah suatu hak asasi manusia, yang dilakukan melalui pemilihan umum yang jujur sebagai manifestasi dari kehendak rakyat yang menjadi dasar dari otoritas pemerintah. Tanpa adanya alasan yang sungguh beralasan, hak untuk memilih dan dipilih dalam proses pemilihan umum tidak boleh dilanggar.

Kemudian, Article 25 International Covenant on Civil and

Political Rights (ICCPR) tahun 1966 berbunyi:

Every citizen shall have the right and the opportunity, without any of distinction mentioned in Article 2 and without unreasonable restrictions:

(8)

(a) To take part in the conduct of public affairs, directly or through freely chosen representatives;

(b) To vote and to be elected at genuine periodic elections which shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret ballot, guaranteeing the free expression of the will of the electors.

3. Bahwa sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia juga mencantumkan ketentuan Hak Asasi Manusia di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum bertentangan dengan Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu :

a. Pasal 28 D ayat (1) Perubahan Kedua UUD 1945 :

"Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum" .

b. Pasal 28 I ayat (2) Perubahan Kedua UUD 1945 :

"Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang diskriminatif itu"

4. Bahwa pembatasan hak konstitusional warga negara Indonesia dapat dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, pembatasan mana berlaku pada saat seseorang menjalani hukuman berdasarkan putusan pengadilan tersebut.

5. Bahwa apabila seseorang telah selesai melaksanakan isi putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka pembatasan hak konstitusionalnya telah berakhir juga. Dengan demikian, secara hukum kebebasannya kembali dipulihkan termasuk haknya untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum.

6. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum bersifat diskriminatif terhadap warga negara untuk dimajukan sebagai bakal calon yang akan dipilih oleh pemilihnya, pasal mana melanggar hak asasi manusia yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, materi muatan Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum tidak beralasan dan tidak berdasarkan hukum, sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pemohon memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa dan memutus permohonan a quo sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan;

2. Menyatakan Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2008 tentang Pemilu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945;

(9)

3. Menyatakan Pasal 50 ayat (1) huruf g. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

Atau : apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.

Hormat kami, Kuasa Pemohon

5. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Baik, Saudara sudah menjelaskan permohonannya yang intinya mempersoalkan konstitusionalitas Pasal 51 huruf g ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Dari sudut kelengkapan permohonan, surat kuasa sudah lengkap termasuk beberapa alat bukti tulis untuk mendukung permohonan, namun dari permohonan ini ada hal-hal yang perlu diklarifikasi ini Pemohon. Jadi Saudara Kuasa Pemohon, tentunya Saudara sudah memahami bahwa menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pemohon dalam pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 itu pertama adalah perorangan warga negara Indonesia atau termasuk kelompok orang dan kesatuan masyarakat hukum adat dan seterusnya. Kemudian badan hukum publik atau privat dan ketiga lembaga negara. ini perlu klarifikasi, ini Pemohon akan mengkualifikasikan diri sebagai perseorangan warga negara Indonesia atau partai? Di sini Anda menyebutkan pekerjaan atau Pemohon ini dengan Ketua DPC PKB dan mendalilkan juga bahwa PKB telah terdaftar pada Departemen Hukum dan HAM, ini perlu kejelasan dulu akan bertindak sebagai perseorangan warga negara Indonesia atas nama partai atau apa?

6. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H.

Dalam hal ini klien kami Bapak Julius Daniel Elias Kaat bertindak sebagai perorangan yang kebetulan beliau adalah Ketua DPC PKB di Kabupaten Alor sekaligus kepala desa di wilayah Kabupaten Alor.

7. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Jadi pekerjaannya kepala desa ya? sebetulnya kepala desa kan?

8. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H. Sekaligus sebagai kepala desa.

(10)

9. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Partai itukan bukan sebagai pekerjaan?

10. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H. Betul Pak.

11. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Jadi malah tidak disebutkan sebagai kepala desa, meskipun di salah satu alat bukti disebutkan bahwa yang bersangkutan adalah kepala desa. Nah, kemudian yang kedua perlu kami jelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi pernah memutus perkara yang substantif sama meskipun undang-undangnya berbeda. Yaitu berkaitan dengan syarat tidak terpidana dalam suatu perkara pidana yang mungkin nanti Saudara bisa mendalaminya itu perkara Nomor 14 dan 17/PUU-V/2007. waktu itu yang dipersoalkan adalah syarat untuk menjadi calon kepala daerah, jadi yang dipersoalkan adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu syaratnya untuk jadi calon kepala daerah tidak pernah dipidana karena perbuatan atau tindak pidana dan ancaman hukuman 5 tahun ke atas. Juga, sedangkan Perkara Nomor 17 yaitu perkara yang diajukan oleh Hendry Yosodiningrat, Budiman Sudjatmiko dan juga Ahmad Taufik, ini yang dipersoalkan juga banyaklah beberapa undang-undang antara lain Undang-Undang Pemilihan Presiden, Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang tentang Mahkamah Agung dan juga Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah Tahun 2004. Di dalam putusan Mahkamah di dalam perkara-perkara tersebut, Mahkamah memberikan putusan yang sifatnya conditionally constitution yaitu permohonan sendiri ditolak dengan catatan bahwa yang disebut dengan tindak pidana dalam berbagai peraturan perundang-undangan itu dikecualikan untuk tindak pidana yang karena alasan politik tertentu dan pelanggaran ringan. Ini harus menjadi pertimbangan dari Pemohon dengan adanya putusan Mahkamah yang pernah menolak permohonan yang secara substantif sama, memang undang-undangnya beda ya? Nanti untuk dipertimbangkan, apakah akan terus mengajukan permohonan ini atau apakah akan berpikir ulang dengan adanya Mahkamah yang pernah memutus hal-hal yang secara substantif pernah diputus dengan undang-undang yang beda, ini perlu dipertimbangkan, nanti kalau mau mendapatkan putusan lengkap nanti bisa berhubungan dengan Panitera Mahkamah. Tapi selain dari pada itu saya ingin mempersilakan Bapak-Bapak Hakim yang lain, Bapak-Bapak Siahaan dan Bapak-Bapak Palguna, saya persilakan.

(11)

12. HAKIM KONSTITUSI : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H Ya, terima kasih Pak Ketua.

Saudara Pemohon, Saudara Kuasa Pemohon memang tentunya apa yang disampaikan oleh Bapak Ketua tadi Saudara dapat menimbang-nimbang gambaran dari permohonan ini karena itu sudah menjadi pendirian Mahkamah. Walaupun betul undang-undang yang dimohonkan berbeda, tapi substansinya bahkan bunyi pasalnya persis sama seperti yang Saudara ajukan. Karena kalau dibaca di putusan Mahkamah itu, di halaman 132 pada angka tiga di situ jelas sekali disebutkan pendirian Mahkamah di sana bahwa hanya dua pengecualian itu. Kalaupun ketentuan yang demikian itu misalnya dianggap konstitusional sepanjang tidak mencakup dua pengertian ini, yaitu kealpaan ringan dan kejahatan yang timbul atau dianggap sebagai bagian dari kejahatan politik yaitu dalam hal ini karena dianggap berbeda pandangan politik dengan penguasa. Itu yang menjadi substansi dari persyaratan konstitusionalitas dalam Putusan Mahkamah Nomor 14-17/PUU-V/ 2007 yang tadi disampaikan oleh Pak Ketua. Tapi tentu saja karena panel ini adalah bertugas untuk memberikan pemeriksaan pendahuluan dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil putusan kepada Saudara, ya kami hanya ingin menyarankan kepada Saudara, menurut undang-undang memang Saudara diberikan waktu untuk mengadakan perbaikan permohonan sampai empat belas hari sejak sekarang, tapi dengan melilhat kondisi seperti itu apakah Saudara tetap akan mengajukan permohonan atau misalnya melihat peluangnya dengan gambaran demikian menjadi bagaimana menurut Anda? Itu diserahkan kembali kepada Saudara Pemohon. Tapi yang jelas Mahkamah sudah pernah menyampaikan pendiriannya seperti itu, tentu ini juga akan kami laporkan kepada pleno sembilan Hakim Konstitusi di dalam rapat permusyawaratan hakim tentang substansi permohonan ini. Tetapi sekali lagi ini adalah nasihat dari Panel Hakim. Dan memberikan nasihat itu diwajibkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi di Pasal 39 ayat (2) itu. Oleh karena itu kami wajib menyampaikan ini, persoalannya apakah Saudara menerima nasihat ini atau tidak tentu itu dikembalikan kepada Pemohon. Barangkali nanti Anda karena Pemohon Prinsipal tidak hadir pagi hari ini, barangkali Anda kan mengkomunikasikan itu atau barangkali sebelumnya sudah dipelajari Putusan Mahkamah Konstitusi tetapi tetap saja Anda maju, siapa tahu begitu, itu terserah kepada Saudara Pemohon. Tapi kami sudah menjalankan kewajiban kami untuk memberikan nasihat kepada Saudara sesuai dengan Pasal 39, Ini semata-mata sebenarnya demi kepentingan Pemohon sendiri. Itu yang bisa kami sampaikan. Kalau toh seandainya Saudara tetap maju itu adalah hak Saudara. Pada saat Saudara mengambil keputusan demikian sekalian juga diperbaiki beberapa kesalahan ketik misalnya di situ ada beberapa hal yang salah-salah, ini

(12)

di halaman berapa. Di lembar kedua barangkali di angka empat itu kurang kata pidana kalau Anda menyebutkan itu, kemudian di halaman berikutnya juga ada di angka tujuh itu Pemohon menganggap ketentuan 50 ayat (1) mungkin Pasal 50 ayat (1), ya barangkali itu salah-salah ketiknya itu. Dan sebetulnya dalil-dalil Saudara Pemohon ini pun perlu juga Saudara lihat dari beberapa putusan Mahkamah Konstitusi. Ini hal kedua yang ingin saya sampaikan. Apa sesungguhnya yang disebut dengan diskriminasi itu? Itu sudah berkali-kali disebutkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi dan selalu sikap Mahkamah dalam hal ini tetap berpegang pada demikian, apakah orang yang dijatuhi pidana penjara dan kemudian karena itu dia tidak katakanlah dia dibatasi haknya dalam hal ini right to be candidate itu misalnya hak untuk dicalonkan, itu termasuk bagian dari diskriminasi? Itu ada pengertian diskriminasi baik yang disebutkan oleh Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia sendiri maupun pengertian diskriminasi yang dianut oleh international covenant on civil and political right. Maupun yang disebutkan juga secara umum di dalam Universal Declaration of Human Right. Itu semua sudah pernah dipertimbangakan oleh Mahkamah dan bukan hanya sekali. Karena banyak orang mendalilkan tentang diskriminasi ini, terserah apakah dia memahami betul pengertian diskriminasi atau tidak, jadi Saudara juga perlu pertimbangkan itu. Apakah perlu Saudara mengajukan dalil ini dimana Saudara sudah tahu pengertian diskriminasi yang menjadi pendirian Mahkamah dan memang itu yang dirujuk oleh putusan-putusan Mahkamah sesuai dengan yang diatur dalam undang-undang maupun yang menjadi pendirian dari masyarakat internasional melalui covenant on civil and political right misalnya. Itu tentu Saudara sudah mendapatkan gambaran, apakah dalil ini masih cocok atau tidak untuk diajukan misalnya. Demikian pula halnya dengan hak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil sesuai dengan perlakuan yang sama di depan hukum. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan itu? Dalam beberapa putusan Mahkamah pun ini sudah disinggung. Jadi oleh karena itu kalau toh Saudara mau mengajukan dalil ini sebagai bagian dari argumentasi dalil-dalil permohonan Saudara, maka tentu Anda dalam tanda petik Anda harus keluar dari pendirian Mahkamah yang sudah pernah disampaikan itu. Sebab kalau tidak begitu nanti jatuhnya kembali lagi kepada argumen yang sudah menjadi pendirian Mahkamah itu. Itu beberapa hal yang hendak saya sampaikan sehubungan dengan permohonan ini, tapi yang terpenting ya itu tadi sebenarnya bahwa Mahkamah untuk soal yang ini, untuk soal yang Saudara ajukan sebenarnya sudah mempunyai pendapat dalam putusan yang tadi saya sebutkan dan itu baru tahun lalu itu, tahun 2007. jadi silakan kepada Saudara untuk menimbang tentang permohonan ini. Saudara diberikan waktu 14 hari, entah untuk melakukan perbaikan permohonan atau untuk menarik kembali permohonan itu diserahkan kepada Saudara. Kami hanya ingin menyampaikan hal itu saja.

(13)

13. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Pak Siahaan.

14. HAKIM KONSTITUSI : MARUARAR SIAHAAN, S.H. Terima kasih Pak Ketua.

Saya sebenarnya sudah tidak perlu lagi karena sudah dicakup tadi oleh Pak Palguna. Tetapi mungkin saya tambah sedikit dan saya ulangi apa yang dikemukakan itu, bahwa ini memang hanya pemeriksaan pendahuluan untuk saran kan? Pilihan ada pada Anda. Tetapi yang paling penting karena ada sudah putusan sudah menjadi—kalau di dalam peradilan umum begitu diucapkan dia sudah menjadi norma yang sudah menjadi Yurisprudensi kan? Tetapi tentu saja kalau memang Saudara memilih untuk terus harus ada argumentasi atau kontra argumentasi yang bisa menyampingkan pendirian Mahkamah sebelumnya, misalnya ada suatu argumen yang mungkin cukup kuat itu menyatakan bahwa putusan yang terdahulu tidak mencakup apa yang Saudara bicarakan dan lain sebagainya, mungkin itu menjadi suatu hal yang Saudara pertimbangkan sendiri. Tetapi ada beberapa hal juga tadi yang disebutkan mengenai diskriminasi itu, setiap kali pembuat undang-undang itu mengelompokkan atau melakukan kategorisasi atau klasifikasi penduduk, bisa jadi ada pembedaan yang bisa dituding diskriminasi. Oleh karena itu juga apa yang menjadi tolok ukur diskriminasi Saudara supaya fair kan? Bahwa dipahami bersama baik dalam instrumen HAM internasional atau dalam Undang-Undang HAM itu harus dikutip. Terutama sekali Saudara menyebutkan juga misalnya article 25 ICCPR itu ya? Dan without any distinction mention in article two, untuk fair-nya tentu Saudara juga harus membuka, kita juga bisa membuka itu bahwa Pasal 2 itu tetapi bagi publik iya kan? Apa bunyi Pasal 2 kan begitu? Sehingga Anda, misalnya tidak bersembunyi di dalam argumen yang tidak tuntas. Saya pikir inilah pilihan yang akan dikemukakan oleh panel atau tambahan dari saya di samping sudah dikemukakan tadi dan pilihannya tentu ada pada Pemohon sendiri.

Terima kasih Pak Ketua.

15. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Saudara Pemohon itu tadi ada beberapa hal ya? Masukan nasihat di panel ini, bisa dipahami?

16. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H. Bisa Hakim Ketua.

(14)

17. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. ya, silakan kalau ada respon atau ada tanggapan tadi. 18. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H.

Jadi sebelumnya memang hal ini kami sampaikan juga kepada Prinsipal kami, hanya beliau ini beberapa ada argumentasi dia menyangkut masalah keimanan dia sendiri bahwa dia berprinsip bahwa antara dosa besar maupun dosa kecil itu adalah sama-sama dosa. Jadi kenapa di dalam pasal ini hanya melarang ancaman lima tahun ke atas sedangkan di bawah itu prinsipnya bisa hak politik dia bisa disalurkan sebetulnya. Dan di wilayah dia sendiri bahwa pemilihan secara langsung kepala desa, dia sendiri terpilih sebagai kepala desa dan cukup melayani masyarakat desanya dengan sangat baik yang mulia. Jadi mungkin argumentasi yang sifatnya keadaan masyarakat atau keadaan pribadi dari klien kami itu menjadi pertimbangan-pertimbangan juga yang mulia.

Terima kasih.

19. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S. Masih ada lagi tambahan dari Kuasa Hukum? cukup ?

20. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H. Cukup Yang Mulia.

21. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Ya. Jadi sesuai dengan ketentuan undang-undang, Pemohon ini mempunyai waktu atau kesempatan 14 hari untuk memperbaiki dan tadi ada beberapa yang sudah dikemukakan oleh Pak Hakim Palguna yang untuk diperbaiki termasuk, mungkin ada argumentasi yang baru ya, yang betul-betul baru sehingga tidak yang yang sudah sangat konvensional diskriminatif ini ya, yang menyebabkan ini perlu dipersoalkan. Memang ada yang menarik dari undang-undang ini dari Pasal 50 ayat (1) huruf g sebetulnya terus dibandingkan dengan Undang-Undang Pemilu yang lama Tahun 2003 ya? Kalau di sana sedang tidak menjalani. Jadi memang pembentuk undang-undang kadang-kadang membuat rumusan-rumusan yang selalu konsisten. Jadi Anda pertama perlu mendalami pertimbangan hukum putusannya Mahkamah itu nanti dikomunikasikan dengan Prinsipal selain perbaikan-perbaikan yang pada argumen-argumen itu. Ada waktu 14 hari masuk kalau hasil renungannya sampai kepada kesimpulan tidak akan lanjut atau ditarik

(15)

permohonannya sepanjang pemeriksaan selesai, sepanjang pemeriksaan masih boleh. Jadi tentu ini hak dari Pemohon dan kami akan memberikan waktu 14 hari. Dan Saudara bisa berkomunikasi dengan Pemohon prinsipal. Itu ya Saudara Kuasa Pemohon ya?

Ada yang disampaikan sebelum kami menutup sidang panel hari ini?

22. KUASA HUKUM PEMOHON : HENDRA. K. HENTAS, S.H. Tidak ada yang mulia, cukup jelas.

23. KETUA : Prof. ABDUL MUKTHIE FADJAR, S.H., M.S.

Nah, dengan demikian sidang panel untuk pemeriksaan perkara ini saya nyatakan ditutup .

SIDANG DITUTUP PUKUL 10.35 WIB KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran nilai RSS dari 4 access point yang digunakan di gedung POLITAMA utuk mendapatkan data yang akan diolah dengan motode fingerprint mengunakan algoritma

komputer (jam) dalam seminggu di 50 buah Warnet di Kota Bandung diketahui berdistribusi normal. Rata-rata pemakaian maksimum adalah 55 jam dengan simpangan baku

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar teknik dasar passing

Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa sesuai materi. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan

Senirupa merupakan media yang digunakan oleh seorang perupa sebagai pengungkapan ide, gagasan, pengalaman dalam merespon fenomena-fenomena kehidupan yang dialami

[21] Prognosis dari penyakit/damage diisi sesuai dengan prognosis yang dibuat berdasarkan penilaian terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi perubahan situs metilasi antara ortet normal dan ES kotiledon abnormal.. Hasil analisis RP-HPLC menunjukkan bahwa

b) Seksi Simpan Pinjam. Bidang Program dan Perencanaan terdiri dari : a) Seksi Penyusunan dan Evaluasi Program; b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Kelompok Jabatan