662
IDENTIFIKASI SENYAWA BIOAKTIF DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA ELEUSINE INDICA DAN DAUN MORINDA CITRIFOLIA PADA BAKTERI
Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO
IDENTIFICATION OF BIOACTIVE COMPOUNDS AND IN VITRO ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF WATER EXTRACT OF EULISINE INDICA AND MORINDA CITRIFOLIA
LEAVES WAS TESTED ON Staphylococcus aureus BACTERIA Dhigna Luthfiyani Citra Pradana*, Ummi Mardhiah Batubara
Universitas Jambi
*E-mail : dhignaluthfiyanicitrapradana@ymail.com
ABSTRACT
Eulisine indica are crabgrass which people think they have not any benefit. Morinda citrifolia leaves is not utilization because the people take advantage of the fruit. In Indonesian take the plants by boiling the plants with water and then consumed. Based on Farmakope Indonesia 3rd edition, infuse is the process of solvent extraction plant using water and then heated in a pan infusion at 90°C temperature for 15 minutes. The purpose of the research study about infuse of Eulisine indica and Morinda citrifolia was tested in vitro antimicrobial activity on Staphylococcus aureus bacteria by using the paper disc diffusion method. This research also identified qualitatively bioactive compounds in infuse of Eulisine indica and Morinda citrifolia leaves. The result of in vitro antimicrobial activity test showed no inhibition zone on extract of Eulisine indica and Morinda citrifolia leaves. Identification of bioactive compounds from Eulisine indica and Morinda citrifolia leaves showed positive results for the presence of anthraquinone content to show yellow and showed negative results for the alkaloids, flavonoids, steroids after tested with several chemical reagents. Based on research Dhiman,A et al (2011), the use of bioactive compounds as antibacterial in plants that is the content of flavonoids, steroids and tannins.
Keywords: Antimicrobial activity, Eulisine indica, Morinda citrifolia leaves ABSTRAK
Tanaman Indonesia bervariasi sehingga kita sebaiknya mengeksplorasi manfaat dari tanaman tersebut. Rumput belulang (Eulisine indica) merupakan tanaman gulma yang dianggap masyarakat tidak ada manfaatnya. Daun mengkudu (Morinda citrifolia) belum banyak pemanfaatannya karena biasanya pada tanaman mengkudu yang dimanfaatkan buahnya. Masyarakat di Indonesia pada umumnya memanfaatkan tanaman yang berkhasiat obat dengan cara merebus tanaman dengan air kemudian dikonsumsi. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, infusa merupakan proses ekstraksi tanaman dengan menggunakan pelarut air kemudian dipanaskan dalam panci infusa pada suhu 90oC selama 15 menit. Tujuan penelitian untuk memanfaatkan infusa Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia dengan melakukan uji aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi secara kualitatif senyawa bioaktif pada infusa Eulisine indica dan daun
663
Morinda citrifolia. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan tidak terdapat zona hambat pada ekstrak Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia. Identifikasi senyawa bioaktif dari Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia menunjukkan hasil positif terhadap adanya kandungan antrakuinon dengan menunjukkan warna kuning dan menunjukkan hasil negatif terhadap alkaloid, flavonoid, steroid atau terpenoid setelah diujikan dengan beberapa pereaksi kimia. Berdasarkan penelitian Dhiman, A et.al (2011), pemanfaatan senyawa bioaktif sebagai antibakteri dari tanaman yaitu adanya kandungan flavonoid, steroid dan tannin.
Kata kunci: Uji antibakteri, Eulisine indica, Daun Morinda citrifolia
1. PENDAHULUAN
Tanaman di Indonesia sangat bervariasi sehingga kita sebaiknya dapat mengeksplorasi manfaat dari tanaman tersebut. Salah satu tanaman di Indonesia yang belum banyak dimanfatkan bagian tanamannya adalah rumput belulang dan daun mengkudu. Rumput belulang (Eulisine indica) merupakan tanaman gulma yang dianggap masyarakat tidak ada manfaatnya.
Gambar 1. Rumput Belulang (Eulisine indica)
Daun mengkudu (Morinda citrifolia) belum banyak pemanfaatannya karena biasanya pada tanaman mengkudu yang dimanfaatkan buahnya. Daun mengkudu memiliki kandungan flavonoid glikosid, tannin, saponin, vitamin C, catalase, protein, zat besi, beta caroten, asam glutamate, arginin, tirosin, asam ursulat, tiamin, triterpenoid dan antrakuinon [1]. Berdasarkan hasil penelitian terdapat senyawa aktif yang terkandung dalam daun mengkudu dapat berfungsi sebagai senyawa antibakteri [2]. Masyarakat di Indonesia pada umumnya memanfaatkan tanaman yang berkhasiat obat dengan cara merebus tanaman dengan air kemudian dikonsumsi. Infusa merupakan proses ekstraksi tanaman dengan menggunakan pelarut air kemudian dipanaskan dalam panci infusa pada suhu 90oC selama 15 menit [3].
664
Gambar 2. Mengkudu (Morinda Citrifolia)
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan permasalahan penelitian bahwa senyawa bioaktif apa yang terlarut dalam pelarut organik air dengan metode ekstrasi infusa ekstrak rumput belulang dan daun mengkudu dengan pengujian kualitatif. Selain itu peneliti juga merumuskan permasalahan bahwa apakah ekstrak infusa rumput belulang dan daun mengkudu memiliki aktivitas antibakteri gram positif Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi.
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi secara kualitatif senyawa bioaktif pada ekstrak infusa Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia. Penelitian ini juga bertujuan untuk memanfaatkan ekstrak infusa Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia dengan melakukan uji aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi.
2. METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput belulang dan daun mengkudu yang masih segar. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstrasi infusa ini adalah air suling. Reagen yang digunakan dalam uji kualitatif adalah pereaksi Lieberman- Burchard, HCl 2 N, pereaksi Dragendorff, Bouchardat, Mayer, Serbuk magnesium, H2SO4,
Larutan bensena, Larutan NaOH 2 N. Media pertumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nutrient agar (NA). Bakteri yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini adala bakteri positif Staphylococcus aureus.
Prosedur kerja pertama pada penelitian ini adalah persiapan ekstrak. Pengumpulan rumput belulang dan daun mengkudu segar di lingkungan Universitas Jambi kemudian dilakukan sortasi basah dan dicuci dengan air bersih. Setelah itu rumput belulang dan daun mengkudu dipotong kecil dan ditimbang. Ada 3 kelompok ekstrak infusa berikut yaitu ekstrak infusa rumput belulang 10 gram dalam air suling 200 ml (5% rumput belulang), ekstrak infusa daun mengkudu 10 gram dalam air suling 200 ml (5%
665
daun mengkudu), ekstrak infusa rumput belulang 5 gram dan daun mengkudu 5 gram dalam air suling 200 ml (5% kombinasi rumput belulang dan daun mengkudu). Perlakuan setiap kelompok sama dalam proses ekstraksinya yaitu setelah air suling dan tanaman dijadikan satu tempat steril kemudian dipanaskan sampai suhu 90oC dengan suhu tetap selama 15 menit. Hasil ekstraksi tersebut kemudian diujikan.
Uji kualitatif senyawa bioaktif triterpenoid yaitu dengan cara sebanyak 1 ml larutan ekstrak diuapkan sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman- Burchard. Warna biru-ungu yang timbul menunjukkan adanya senyawa terpenoid. Uji alkaloid dengan cara larutan ekstrak sebanyak 3 ml ditambah dengan 1 ml HCl 2 N, dan 6 ml air suling, kemudian panaskan selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat diperiksa adanya senyawa alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, Bouchardat dan Mayer. Uji flavonoid dengan cara Larutan ekstrak sebanyak 2 ml ditambah dengan sedikit serbuk magnesium dan 2 ml HCl 2 N. Senyawa flavonoid akan menimbulkan warna jingga sampai merah. Uji antrakuinon dengan cara Larutan ekstrak sebanyak 2 ml dipanaskan dengan 5 ml H2SO4 selama 1 menit. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml bensen. Warna
kuning pada lapisan bensen menunjukkan adanya senyawa antrakuinon. Identifikasi dapat diperjelas dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 2 N, akan terjadi warna merah pada lapisan air [4].
Pada uji aktivitas antibakteri yaitu langkah pertama yang dilakukan sebelum uji aktivitas adalah menyiapkan bakteri uji Staphylococcus aureus. Isolat bakteri uji yang digunakan diregenerasi terlebih dahulu selama 24 jam dalam agar miring (nutrien agar). Setelah itu diinokulasikan ke dalam 20 ml media cair (nutrient broth) selama 24 jam. Setelah 24 jam, isolat bakteri uji disimpan dalam refrigerator. Jumlah sel yang digunakan untuk pengujian diencerkan dari 10-1 hingga 10-8. Jumlah sel yang diplating dan dihitung hanya pada pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-8. Jumlah sel bakteri uji yang digunakan adalah 106 CFU/mL. Setelah jumlah sel diketahui, bakteri uji siap digunakan hingga 2 minggu berikutnya.
Aktivitas antibakteri diuji menggunakan metode difusi agar, bakteri uji yang telah ditumbuhkan dipipet berdasarkan jumlah selnya ke dalam media NA, diaduk dengan stirer kemudian dituang dalam cawan petri dan dibiarkan mengeras. Masing-masing kelompok ekstrak infusa diteteskan setiap 10 μL di atas kertas cakram 6 mm. Kertas cakram didiamkan ± 15 menit. Setelah itu, masing-masing kertas cakram ini diletakkan dalam cawan petri pada jarak tertentu, sesuai dengan penomoran pada dasar petri, untuk memudahkan pengamatan. Cawan petri berisi kertas cakram ini kemudian didifusikan dalam refrigerator selama ± 2 jam, setelah itu dimasukkan dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 37oC [5]. Pengamatan dilakukan pada hari pertama (setelah 24 jam) dan hari
666
kedua (setelah 48 jam). Adanya aktivitas ditandai dengan terbentuknya diameter zona bening dan tidak parsial.
3. HASIL PENELITIAN
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan tidak terdapat zona hambat pada ekstrak infusa rumput belulang dan daun mengkudu. Identifikasi senyawa bioaktif dari ekstrak infusa rumput belulang dan daun mengkudu menunjukkan hasil positif terhadap adanya kandungan antrakuinon dengan menunjukkan warna kuning dan menunjukkan hasil negatif terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, steroid atau terpenoid setelah diujikan dengan beberapa pereaksi kimia. Berikut hasil uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus.
Tabel 1. Aktivitas antibakteri ekstrak infusa rumput belulang dan daun mengkudu pada Staphylococcus aureus
Perlakuan Zona Hambat (mm)
Ekstrak infusa rumput belulang 5% – Ekstrak infusa daun mengkudu 5% – Ekstrak infusa kombinasi 5% – Air Suling (kontrol negatif) –
4. PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian ini adalah pemanfaatan tanaman rumput belulang dan daun mengkudu dengan metode ekstraksi infusa pelarut air menunjukkan tidak maksimalnya semua senyawa bioaktif yang ikut terlarut dalam pelarut air tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat sebaiknya lebih bijak dalam menyerap semua hasil penelitian mengenai manfaat senyawa bioaktif yang terkandung dalam tanaman obat. Pemanfaatan tanaman obat dengan merebus tanaman tersebut dengan air belum tentu senyawa bioaktif yang diinginkan yang terkandung didalam tanaman tersebut akan terlarut semua dalam pelarut air sehingga manfaat dari tanaman obat tersebut belum tercapai maksimal.
Daun mengkudu memiliki kandungan flavonoid glikosid, tannin, saponin, vitamin C, catalase, protein, zat besi, beta caroten, asam glutamate, arginin, tirosin, asam ursulat, tiamin, triterpenoid dan antrakuinon [1]. Ada kemungkinan bahwa pelarut yang digunakan dalam penelitian ini tidak sesuai untuk mengekstrak senyawa bioaktif yang memiliki
667
aktivitas aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus. Air merupakan senyawa organik yang tingkat kepolarannya paling tinggi [6].
Gambar 3.Urutan kepolaran pelarut
Ekstrak infusa ini memiliki konsentrasi hanya 5% sehingga kemungkinan kandungan senyawa bioaktif yang terlarut tersebut belum maksimal. Pelarut polar jika dicampurkan dengan campuran senyawa, akan cenderung melarutkan senyawa-senyawa yang sifatnya polar, sehingga ada kemungkinan, pada saat proses ekstraksi dengan metode infusa, hanya senyawa-senyawa yang sifatnya polar yang ikut terlarut dalam air, sedangkan senyawa-senyawa non polar tidak. Padahal tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa aktif yang diharapkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap Staphylococcus aureus merupakan senyawa non polar.
Senyawa polar memiliki keunggulan dapat melarutkan hampir semua jenis senyawa, itulah sebabnya mengapa dalam penelitian ini dipilih air sebagai pelarutnya. Ada kemungkinan senyawa aktif yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap Staphylococcus aureus ikut terlarut dalam air, namun jumlahnya sangat sedikit atau berikatan dengan senyawa lain, sehingga kemudian tidak menunjukkan adanya aktivitas.
Pemanfaatan senyawa bioaktif sebagai antibakteri dari tanaman yaitu adanya kandungan flavonoid, steroid dan tannin [7]. Senyawa bioaktif neofitadiena yang didapat dari ekstrak butanol daun mengkudu diduga bersifat antibakteri karena berdasarkan analisa GCMS menunjukkan adanya senyawa neofitadiena yang muncul pada waktu retensi 10.44 dengan % area 0.21 (0.0977) dan similaritas yang tinggi sebesar 99% [8]. 5. KESIMPULAN
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan tidak terdapat zona hambat pada ekstrak Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia. Identifikasi senyawa bioaktif dari Eulisine indica dan daun Morinda citrifolia menunjukkan hasil positif terhadap adanya kandungan antrakuinon dengan menunjukkan warna kuning dan menunjukkan hasil negatif terhadap alkaloid, flavonoid, steroid atau terpenoid setelah diujikan dengan beberapa pereaksi kimia. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemanfaatan senyawa
668
bioaktif sebagai antibakteri dari tanaman yaitu adanya kandungan flavonoid, steroid dan tannin.
6. PROSPEK
Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak yang lebih tinggi konsentrasinya agar yang diharapkan senyawa bioaktif yang terlarut lebih banyak. Pengujian senyawa bioaktif tersebut sebaiknya didukung dengan alat yang lebih baik seperti Gas Chromatography, HPLC, spekroskopi UV-Vis, IR dan NMR. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas antibakteri dan uji toksisitas pada ekstrak rumput belulang dan daun mengkudu.
7. UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dekan Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Ketua Jurusan Farmasi Universitas Jambi yang telah memberikan kesempatan dan mendukung peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dosen dan laboran yang telah membantu dalam kegiatan penelitian yang dilakuan serta dalam diskusi yang terkait dengan penelitian.
8. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Rukmana R. Mengkudu Budi Daya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2002.
[2]. Djauharia, E. Mengkudu (Morinda citrifolia L) Tanaman Obat Potensial. Perkembangan Teknologi TRO, 2003; Vol. XV.No.1.2003.
[3]. Anonim. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1996.
[4]. Anonim. Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989; 549-553.
[5]. Abdel-Raouf, N & Ibraheem, I.B.M. Antibiotic Activity of Two Anabaena Species Againts Four Fish Pathogenic Aeromonas Species. African Journal of Biotechnology, 2008; 7(15): 2644-2648.
[6]. Anonim. Experiment 1: Thin Layer Chromatography and Column Chromatography: Extraction and Separation and Plant Pigments. Chemistry , 2007; 273a:155-163; 198-205.
669
[7]. Dhiman A, Nanda A, Ahmad S, Narasimhan B. In vitro antimicrobial activity of methanolic leaf extract of Psidium guajava L. J Pharm Bioallied Sci.2011 Apr-Jun; 2011; 3(2); 226-229. Doi: 10.4103/0975-7406.80776.
[8]. Sukandar D, Radiastutu N, Utami S. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Butanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L). Journal.uinjkt.ac.id. 2009.