• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCEPTION OF PUBLIC ABOUT ATTRACTIONS LAKE OF GREEN IN BUKIT BUAL VILLAGE KOTO VII DISTRIK SIJUNJUNG REGION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERCEPTION OF PUBLIC ABOUT ATTRACTIONS LAKE OF GREEN IN BUKIT BUAL VILLAGE KOTO VII DISTRIK SIJUNJUNG REGION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERCEPTION OF PUBLIC ABOUT ATTRACTIONS LAKE OF GREEN IN

BUKIT BUAL VILLAGE KOTO VII DISTRIK SIJUNJUNG REGION

By :

Mesy Desrianti1 Nefilinda2 Elsa3 1

.geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.

2,3

lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study aimed to collect data, to gather data on the perception of public about infrastructure, accessibility, and stepping attractions Lake of Green in Bukit Bual village Koto VII district Sijunjung region. This type of research is descriptive. The study population is villagers' Bual Sijunjung totaling 489 households. Respondent samples taken using Proportional Random Sampling with a proportion of 20% so that the sample of 100 households. The analysis used is descriptive statistics using a percentage formula. Determining the level of public perception by using a percentage formula. The research found that: 1) The public perception of infrastructures attraction Green Lake is not well with the percentage of 43.12%, due to transportation infrastructure to the attractions are not yet available, there is no clean water, no typical souvenirs, no security post , health care and home meal away from tourist attractions as well as prayer rooms and lodgings are not yet available. 2) The public perception about accessibility Attractions Green Lake unfavorable 64.58%, due to the road conditions are not entirely on asphalt, the number of vehicles to the attractions are few in number so as to visit attractions forced to use private vehicles and travelers had to pay more many. 3) The public perception about stepping attraction Green Lake, including quite well with the percentage of 77.04%, because the security is quite good, cleanliness attractions awake and not dirty and has a beautiful attractions that can be enjoyed.

Key Words: perception

(3)

PENDAHULUAN

Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo,2000:2). Selanjutnya Yoeti (2006:109) menyebutkan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

Pariwisata merupakan suatu industri yang banyak menghasilkan devisa bagi negara, sehingga pemerintah berusaha untuk meningkatkan sektor ini dengan mengambil langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan pariwisata. Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam. Hal ini merupakan modal untuk mengembangkan industri pariwisata dengan memanfaatkan potensi alam dan budaya yang besar. Pemandangan alam gunung, lembah, air terjun, hutan, sungai, danau, goa, dan pantai merupakan sumber daya alam yang memiliki potensi besar untuk area wisata alam. Dengan demikian, perekonomian negara dapat meningkat seiring meningkatnya sektor pariwisata (Fandeli, 2001: 7).

Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya sektor pariwisata. Pengembangan bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor non migas yang diharapkan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara. Negara yang hasil ekspornya sangat terbatas seperti Indonesia mendorong pemerintah untuk berusaha mencari sumber-sumber lain yang dapat meningkatkan penghasilan devisa Negara.

Masyarakat sebagai salah satu mitra pembangunan memiliki peran strategis tidak saja sebagai penerima manfaat pengembangan, namun sekaligus menjadi pelaku yang mendorong keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya masing-masing. Keberhasilan pengembangan pariwisata perlu iklim yang kondusif dalam bentuk dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di daerahnya masing-masing. Untuk itu perlu peningkatan dukungan dan partisipasi

masyarakat melalui peningkatan sadar wisata. Program sadar wisata merupakan salah satu inovasi, yang didefinisikan sebagai sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah/tempat. Partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut terkait dengan penciptaan kondisi yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata (Arevin, 2007:63).

Provinsi Sumatera Barat yang kaya akan keindahan alam telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) Indonesia. Bentangan alam Sumatera Barat yang bergelombang, dihiasi bukit dan lembah serta pepohonan hijau memiliki potensi lebih untuk menunjang pariwisata yang tak kalah memikat. Potensi-potensi wisata alam di Provinsi Sumatera Barat sangat banyak yang sedang berkembang dan sangat dinikmati oleh masyarakat terutama di kalangan remaja karena banyaknya potensi yang dimiliki, diantaranya laut, danau, gunung, lembah maupun objek wisata budaya. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Sijunjung yang memiliki banyak potensi objek wisata yang dapat diandalkan, diantaranya Wahana Wisata Telabang Sakti, Silokek, Ngalau Cigak, Pemandian Aie Angek, dan Danau Hijau. Danau Hijau terletak di Kenagarian Bukit Bual Kecamatan Koto VII. Lokasi menuju Danau hijau ini hanya ada satu jalur yaitu dari Tanjung Ampalu. Berada disimpang tiga Tanjung Ampalu dimulai dari sebuah simpang selepas jembatan sekitar 7 kilometer ke dalam. Danau ini bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Lokasi untuk parkir cukup luas dan kendaraan roda 4 pun bisa masuk menuju dekat dengan lokasi.

Danau Hijau merupakan objek wisata yang baru berkembang atau baru dikenal banyak oleh wisatawan dan masyarakat luas. Danau Hijau ini merupakan wisata alam yang terbentuk akibat bekas penambangan batu bara. Masyarakat melakukan penambangan batu bara tersebut sudah puluhan tahun yang lalu. Karena sudah lama masyarakat melakukan penambangan batu bara maka batu baranya habis dan masyarakat berpindah tempat untuk penambangan selanjutnya yang tidak jauh dari bekas penambangan batu bara tersebut. Bekas penambangan batu bara itu lama kelamaan menjadi dalam dan akhirnya digenangi oleh air. Air tersebut berwarna hijau dan bersih, maka dinamakan oleh masyarakat setempat yaitu Danau Hijau. Ciri khas ini menarik minat

(4)

wisatawan atau masyarakat luas untuk mengunjungi objek wisata Danau Hijau tersebut. Keberadaan objek wisata ini menarik sehingga perlu adanya peran pemerintah dalam pengembangannya. Apabila wisatawan atau pengunjung yang datang ke Danau Hijau untuk menikmati keindahan sekitar Danau Hijau jika tidak berhati-hati berdiri di sekitar tebing Danau, maka akan mengakibatkan hal yang fatal. Pengunjung bisa terjatuh ke dalam Danau karena jarak antara tebing dan Danau sangat tinggi.

Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh individu dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Proses persepsi ini meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran (Luthan, dalam Nisa, 2014). Persepsi dapat menjadi salah satu unsur kognisi yang akan menentukan kepuasan berwisata. Kepuasan wisatawan atas Objek Daya Tarik Wisata sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan yang mereka peroleh di daerah tujuan wisata (Nasution, 2005).

Observasi awal yang peneliti lakukan tanggal 5 Februari 2016, objek wisata Danau Hijau belum dikelola oleh pemerintah, karena belum diresmikan sebagai salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Sijunjung. Danau Hijau yang dikelilingi oleh perbukitan ini menjadi begitu fenomenalnya dibincangkan disosial media karena banyaknya postingan mengenai danau ini (seperti Facebook, Twitter, Instagram hingga BBM). Objek wisata Danau Hijau banyak dikunjungi oleh masyarakat, terutama dihari-hari libur dan akhir pekan. Banyaknya pengunjung ke objek wisata ini menunjukkan bahwa adanya potensi yang dimiliki oleh objek wisata Danau Hijau.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tentang objek wisata Danau Hijau ini dengan judul “Persepsi Masyarakat tentang Objek Wisata Danau Hijau di Nagari Bukit Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1) Persepsi masyarakat tentang sarana prasarana objek wisata Danau Hijau di Nagari Bukit Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung, 2) Persepsi masyarakat tentang aksesibilitas objek wisata Danau Hijau di Nagari Bukit Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung dan 3) Persepsi masyarakat tentang sapta pesona objek wisata Danau Hijau di Nagari Bukit Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperlihatkan kesaan sebagaimana adanya sesuai menampakkan yang berdasarkan atas perhitungan rata-rata persentase dan statistik lainya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Nagari Bukit Bual yang berjumlah 489 KK. Penarikan sampel sebesar 20% sehingga didapatkan sampel sebanyak 100 KK.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi dan teknik analisis adalah analisa deskriptif dengan penghitungan persentase dengan rumus sebagai berikut:

Sumber : (Arikunto: 2006) Menghitung rata-rata skor total item dengan menggunakan rumus:

Skor total

= (Ax5) + (Bx4) (Cx3) + (Dx2) + Ex1

kriteria nilai tingkat pencapaian responden diklasifikasikan sebagai berikut:

Kategori Pencapaian 90 – 100% Sangat Baik 80 – 89,99% Baik 65 – 79,99% Cukup Baik 55 – 64,99% Kurang Baik 0 – 54,99% Tidak Baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, persepsi masyarakat tentang sarana prasarana objek wisata Danau Hijau termasuk tidak baik dengan persentase 43,12%. Persepsi masyarakat yang tidak baik ini karena sarana transportasi menuju objek wisata Danau Hijau masih ada jalan tanah, air bersih belum tersedia di objek wisata, souvenir belum ada yang khas berkaitan dengan objek wisata Danau Hijau, pos keamanan belum tersedia sehingga masyarakat dan pengunjung cemas kalau terjadi gangguan tidak ada tempat untuk melakukan pengaduan, pelayanan kesehatan terletak jau dari objek wisata, begitu juga rumah makan, mushalla dan penginapan belum tersedi pada objek wisata Danau Hijau.

Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (2004), faktor yang bisa menimbulkan persepsi yaitu: Faktor Situasi. Persepsi harus dilihat secara konstektual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul haruslah mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang berperan dalam menimbulkan persepsi seseorang. Setiap individu dalam mengamati atau memandang keadaan tertentu pada

(5)

dasarnya mempunyai perbedaan yang mengakibatkan reaksi terhadap suatu objek yang sama juga berbeda. Beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui: jelek, kotor, persepsi yang mungkin timbul akan negatif. Tapi situasi dimana lingkungan sudah menyadari pentingnya pendidikan seks diberikan pada remaja, maka persepsi positif akan timbul.

Persepsi masyarakat yang tidak baik terhadap objek wisata Danau Hijau ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010:105) bahwa harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan. Objek wisata Danau Hijau belum tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena memiliki banyak kekurangan.

Kedua, persepsi masyarakat tentang aksesibilitas objek wisata Danau Hijau termasuk kurang baik dengan persentase 64,58%. Persepsi masyarakat ini terlihat dari letak objek wisata, jarak dengan objek wisata lain, kondisi jalan yang belum seluruhnya di aspal, jumlah kendaraan menuju objek wisata jumlahnya sedikit sehingga untuk berkunjung ke objek wisata terpaksa menggunakan kendaraan pribadi sehingga wisatawan harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk menuju objek wisata Danau Hijau.

Rakhmat (2007: 51) meyatakan “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya Yoeti (2006) mengemukakan bahwa untuk dijadikan pariwisata sebagai penghasil devisa negara diperlukan pengembangan dan penambahan sarana dan prasarana. Prasarana adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Kurang baiknya persepsi masyarakat terhadap Objek Wisata Danau Hijau ini didukung oleh pendapat Syaukani (2003) prasarana adalah merupakan fasilitas untuk kebutuhan masyarakat umumnya merupakan suatu usaha besar, sehingga harus ditangani oleh pemerintah dengan menggunakan keuangan negara, sedangkan pembangunan sarana dapat ditangani oleh pihak swasta. Sedangkan sarana adalah kelengkapan daerah tujuan wisata (DTW) yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan. Kurangnya prasarana pada objek wisata Danau Hijau ini menyebabkan

masyarakat memiliki persepsi kurang baik terhadap objek wisata Danau Hijau ini.

Ketiga, persepsi masyarakat tentang sapta pesona objek wisata Danau Hijau termasuk cukup baik dengan persentase 77,04%. Persepsi masyarakat yang cukup baik terhadap objek wisata, karena objek wisata Danau Hijau keamanannya cukup baik, kebersihan objek wisata terjaga dan tidak kotor dan objek wisata Danau Hijau memiliki keindahan yang dapat untuk dinikmati

Slameto (2010:103) yang menyatakan setiap manusia mempunyai cara pandang yang berbeda pada setiap persoalan dengan manusia lain. Manusia hanya memperhatikan reaksi tertentu terhadap aspek hidup yang mempunyai makna tertentu baginya.

Sapta pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisata berkunjung ke suatu daerah atau wilayah Indonesia dan harus ciptakan secara indah yang mempesonakan pengunjung, kapan dan dimana saja dan khususnya pada DTW sehingga menarik dan nyaman, betah tinggal lebih lama dan merasa puas serta memberikan kenangan yang dalam hidupnya (Barakuddin, 2011:74).

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Persepsi masyarakat tentang sarana prasarana objek wisata Danau Hijau termasuk tidak baik dengan persentase 43,12%, karena sarana prasarana transportasi menuju objek wisata Danau Hijau kurang baik, air bersih belum ada, souvenir belum ada yang khas, pos keamanan belum ada, pelayanan kesehatan terletak jauh dari objek wisata, begitu juga rumah makan, mushalla dan penginapan belum tersedia pada objek wisata Danau Hijau.

2. Persepsi masyarakat tentang aksesibilitas objek wisata Danau Hijau termasuk kurang baik dengan persentase 64,58%, karena kondisi jalan yang belum seluruhnya di aspal, jumlah kendaraan menuju objek wisata jumlahnya sedikit sehingga untuk berkunjung ke objek wisata terpaksa menggunakan kendaraan pribadi sehingga wisatawan harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk menuju objek wisata Danau Hijau.

3. Persepsi masyarakat tentang sapta pesona objek wisata Danau Hijau termasuk cukup baik dengan persentase 77,04%, karena keamanan cukup baik, kebersihan objek wisata terjaga dan tidak kotor dan objek

(6)

wisata Danau Hijau memiliki keindahan yang dapat untuk dinikmati.

Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan :

1. Disarankan kepada masyarakat untuk meningkatkan perhatian terhadap pengembangan objek wisata Danau Hijau. 2. Diharapkan kepada pihak yang berwenang

untuk dapat mengembangkan sarana prasarana, serta meningkatkan aksesibilitas objek wisata Danau Hijau

3. Diharapkan kepada pemerintah untuk melanjutkan pembangunan pengembangan objek wisata Danau Hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Arevin, Ayat Taufik. 2007. “Perencanaan dan Rancangan Program Penyuluhan Sadar Wisata Bagi Pengelola Usaha Rumah Makan di Kota Bogor. Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Fandeli, Chalid. 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty. Nasution, S., Nasution, M.A., dan Damanik, J.

2005. Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Sumatera Utara. Jurnal Studi Pembangunan. Volume 1 No.1 Oktober 2005.

Siagian. S.P. 2004. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya, Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yoeti, A. Oka. 2006. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jamu adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional 4.. Jamu dapat disajikan dalam berbagai

Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat didiskripsikan hubungan antara pengetahuan ibu balita usia 7-36 bulan tentang ASI Eksklusif dengan kegagalan ibu dalam

Nilai THI pada data yang termasuk kategori tidak nyaman dikarenakan pengambilan data suhu dan kelembaban dilakukan pada saat cuaca yang cerah tanpa hujan

Tässä tutkielmassa tarkastellaan myös rahoittajan rahoitusohjelmakeskeistä evaluaatiota eli hakemusten arviointia ja valintaa rahoitettaviksi hankkeiksi. Rahoitusohjelmien

Uji KHM dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi terendah dari Ekstrak Daun Dadap Serep ( Erythrina lithosperma Miq) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Pada wilayah yang menjadi rencana objek penelitian penulis sendiri, yaitu Mukim Lambalek Kecamatan Arongan Lambalek Kabupaten Aceh Barat juga ditemui kasus-kasus serupa yang diduga

bentuk dari gambaran pemetaan input alumni ialah: sarana dan prasarana yang meliputi; fasilitas sarana dan prasarana dan ketersediaan sarana dan prasarana sebagai

Kebanyakan konsumen akan menjadi konsumen apabila mereka merasa cocok terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, untuk itu diperlukan waktu yang tepat yaitu pada waktu